Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMASANGAN KATETER WANITA

Oleh :
Gempita Gusti Bunga Alamanda
NIM. 19050018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Gempita Gusti Bunga Alamanda


Kasus Laporan Pendahuluan : Pemasangan Kateter Wanita
Ruang Praktik : Teratai
Rumah Sakit/ Lahan Praktik : RS Tk. III Baladhika Husada

Jember, November 2023

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

Dinar Perbawati, S.ST., M.Kes Fitriatus, S.Kep., Ns


NIDN.0703068903 NIK. 05.06.02.97.20.376

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya. Sehingga saya mampu mengerjakan laporan ini yang
membahas tentang Pemasangan Kateter Wanita.
Dalam rangka memenuhi target mata kuliah keterampilan dasar kebidanan
dan praktek klinik. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas dr. Soebandi Jember.
2. Pembimbing Akademik Universitas dr.Soebandi Jember.
3. Kepala Ruangan.
4. Pembimbing Klinik.
5. Semua pihak yang membantu terlaksananya kegiatan atau laporan
ini.
Tentunya laporan ini masih jauh dari kata sempurna. oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
sempurnaanya laporan ini.

Jember, November 2023

Gempita Gusti Bunga Alamanda

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................5
1.1 Latar Belakang...........................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................6
1.4 Metode Penelitian......................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
2.1 Definisi Pemasangan kateter.....................................................................7
2.2 Tujuan Pemasangan Kateter......................................................................7
2.3 Klasifikasi..................................................................................................7
2.4 Indikasi Pemasangan Kateter.....................................................................8
2.5 Kontraindikasi Pemasangan Kateter..........................................................8
2.6 Komplikasi Kateterisasi.............................................................................9
2.7 Antisipasi Komplikasi.............................................................................10
BAB 3 LAPORAN TINDAKAN...........................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Eliminasi normal sisa tubuh melalui saluran gastrointestinal dan perkemihan
merupakan fungsi dasar setiap makhluk hidup. Bila salah satu system terganggu
fungsinya dan eliminasi normal tidak terjadi, maka fungus tubuh lainnya juga
akan terganggu.
Membuang urine (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok yang
harus dilakukan oleh setiap manusia. Namun, tidak semua manusia mampu
melakukan eliminasi normal secara mandiri, misalnya oada pasien bedrest. Maka
dari itu, untuk mempertahankan eliminasi yang tepat, perawat perlu membantu
untuk mendidik pasien mengenai alternatif pola eliminasi. Misalnya dengan
pemasangan kateter.
Kateterisasi kandung kemih merupakan tindakan memasukkan selang
lateks atau plastik melalui uretra ke kandung kemih yang bertujuan untuk
mengalirkan dan mengumpulkan urin. Tindakan pemasangan kateter urin
dilakukan dengan cara memasukkan selang kateter sesuai dengan ukurannya ke
dalam kandung kemih. Kateter memungkinkan mengalirnya urin yang
berkelanjutan pada klien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau klien
yang mengalami obstruksi. Kateter juga menjadi alat untuk mengkaji pengeluaran
urine per jam pada pasien yang status hemodinamiknya tidak stabil (Potter, 2016).
Perawatan kateter urin sangat penting dilakukan pada pasien dengan tujuan
untuk mengurangi dampak negatif dari pemasangan kateterisasi urin seperti
infeksi dan radang pada saluran kemih (Sofyan, 2014).
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa definisi pemasangan kateter?
B. Apa tujuan dari pemasangan kateter?
C. Apa saja klasifikasi dari Pemasangan kateter?
D. Apa saja indikasi dari pemasangan kateter?
E. Apa saja kontraindikasi dari pemasangan kateter?
F. Apa komplikasi dari pemasangan kateter?

5
G. Bagaimana cara mengantisipasi komplikasi pemasangan kateter?
1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui definisi pemasangan kateter
B. Untuk mengetahui tujuan dari pemasangan kateter
C. Untuk mengetahui klasifikasi dari pemasangan kateter
D. Untuk mengetahui indikasi dari pemasangan kateter
E. Untuk mengetahui kontraindikasi dari pemasangan kateter
F. Untuk mengetahui komplikasi dari pemasangan kateter
G. Untuk mengetahui cara mengantisipasi dari pemasangan kateter
1.4 Metode Penelitian
Metode penulisan pengumpulan data dari berbagai sumber aplikasi yang
berkaitan dengan cara mencari, membaca dan mempelajari.

Menurut Black & Hawks (2014), terdapat dua macam respirasi pada
manusia yaitu
respirasi internal dan eksternal. Respirasi internal adalah pertukaran gas-gas
(oksigen atau O2
dan karbon dioksida atau CO2) antara darah dan jaringan. Respirasi
eksternal adalah
pertukaran gas-gas (oksigen atau O2 dan karbon dioksida atau CO2) antara darah
dan udara
sekitar. Pertukaran ini meliputi beberapa proses yaitu ventilasi (proses
masuknya udara
sekitar dan pembagian udara tersebut ke alveoli), distribusi (distribusi dan
pencampuran
molekul-molekul gas intrapulmoner), difusi (proses masuknya gas-gas
menem-bus selaput
alveolo-kapiler) dan perfusi (pengambilan gas-gas oleh aliran darah kapiler
paru yang
adekuat).

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pemasangan kateter


Pemasangan kateter merupakan suatu tindakan suatu tindakan yang invasive
dengan cara memasukkan selang ke dalam kandung kemih dan untuk membantu
proses pengeluaran urin dalam tubuh (H Mobalen, 2019).
Kateterisasi uretra yaitu suatu metode primer dekompresi kandung kemih
menjadi alat diagnostik pada keadaan retensi urin akut (Semaradana, 2014).
Selain itu, kateter juga sering digunakan dalam berbagai prosedur medis,
seperti:
A. Proses persalinan dan operasi caesar.
B. Perawatan intensif yang membutuhkan pemantauan keseimbangan
cairan tubuh.
C. Proses pengosongan kandung kemih sebelum, saat, atau sesudah
operasi.
D. Saat pemberian obat langsung ke dalam kandung kemih, misalnya
karena adanya kanker kandung kemih (Semaradana, 2014).
2.2 Tujuan Pemasangan Kateter
Pemasangan kateter urine mempunyai berbagai tujuan, diantaranya:

A. Menghilangkan distensi pada kandung kemih


B. Mengosongkan kandung kemih secara lengkap
C. Eksplorasi uretra apakah terdapat seanosis atau lesi
D. Mengetahui residual urine setelah miksi
E. Memasukan kontras kedalam buli – buli
F. Mendapatkan specimen urine steril
G. Therapeutic: memenuhi kebutuhan eliminasi urine (H Mobalen, 2019).
2.3 Klasifikasi
Adapun tipe kateterisasi yang digunakan adalah:
A. Kateterisasi menetap ( indwelling catherezation )
B. Kateterisasi sementara ( intermitter catherization )
C. Kateter untuk dewasa, kateter foley (straight tip) ukuran 16F-18F

7
D. Untuk dewasa dengan gross hematuria, kateter foley ukuran 20-24F.
E. Ukuran kateter untuk anak-anak 8-10F (Semaradana, 2014).
2.4 Indikasi Pemasangan Kateter
Indikasi pemasangan kateter terbagi menjadi dua, yang pertama
indikasi diagnostik untuk keperluan penegakan diagnosa, dan indikasi terapi
untuk pengobatan.
A. Indikasi Diagnostik:
a. Mengambil spesimen urin tanpa terkontaminasi
b. Monitoring dari produksi urin (urine output), sebagai indikator status
cairan dan menilai perfusi renal (terutama pada pasien kritis)
c. Pemeriksaan radiologi pada saluran kemih
d. Diagnosis dari perdarahan saluran kemih, atau obstruksi saluran
kemih (misalnya striktur atau hipertropi prostat) yang ditandai dengan
kesulitan memasukkan kateter
B. Indikasi Terapi:
a. Retensi urin akut (misalnya pada benign prostatic hyperplasia, bekuan
darah, gangguan neurogenik)
b. Obstruksi kronik yang menyebabkan hidronefrosis, serta tidak dapat
diperbaiki dengan obat atau tindakan bedah
c. Inkontinensia urin yang tidak tertangani dengan terapi lainnya, yang
juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit sekitar kemaluan
d. Inisiasi irigasi kandung kemih berkelanjutan
e. Dekompresi intermiten pada gangguan kandung kemih neurogenic
f. Pemeliharaan kondisi higiene atau sebagai terapi paliatif (pasien
terminal) pada kondisi pasien yang memerlukan istirahat (bedrest)
dalam waktu lama (Potter, 2016).
2.5 Kontraindikasi Pemasangan Kateter
Kateterisasi uretra dikontraindikasikan pada pasien dengan gejala trauma
pada traktus urinarius bagian bawah, misalnya terjadi robekan pada uretra.
Kondisi ini dapat ditemukan pada pasien laki-laki yang mengalami trauma
pelvis atau straddle-type injury. Gejala yang dapat ditemukan pada pemeriksaan
fisik adalah ditemukannya prostat yang meninggi (high-riding) atau edema,

8
hematom di perineum, atau keluarnya darah dari lubang uretra. Apabila kondisi
ini ditemukan maka harus dilakukan pemeriksaan uretrogram untuk menghindari
terjadinya robekan pada uretra sebelum dilakukan pemasangan kateter (Amalia,
2020).
2.6 Komplikasi Kateterisasi
Terdapat beberapa risiko komplikasi yang mungkin terjadi selama
pemasangan kateter uretra, yaitu:
A. Balon yang dikembangkan rusak atau pecah Ketika sedang memasukkan
kateter, apabila hal ini terjadi, petugas harus mengeluarkan semua
fragmen balon yang pecah
B. Balon tidak mengembang setelah kateter telah terpasang. Oleh karena
itu, perlu dilakukan pemeriksaan pengembangan balon sebelum
dimasukan ke dalam uretra. Apabila balon tidak dapat mengembang,
maka petugas harus mengganti kateternya dengan yang baru
C. Urin berhenti mengalir ke dalam kantung urin, sehingga petugas perlu
memeriksa posisi dari kateter dan kantung kemih untuk menghindari
terjadinya obstruksi di sepanjang selang kateter
D. Aliran urin tersumbat, maka petugas harus mengganti kateter, kantung
urin, atau keduanya
E. Risiko infeksi akan meningkat seiring bertambahnya hari penggunaan
kateter sejak pemasangan dilakukan
F. Apabila balon dikembangkan sebelum mencapai kandung kemih, maka
risiko perdarahan atau ruptur dari uretra dapat terjadi
G. Spasme kandung kemih dapat terjadi ketika kateter sudah terpasang.
Kondisi ini muncul ketika perasaan berkemih muncul dan dapat disertai
rasa nyeri. Seringkali, urin akan keluar di luar selang kateter bila spasme
muncul. Kondisi ini membutuhkan terapi untuk mengurangi spasme yang
terjadi.
Komplikasi utama yang dapat terjadi pada pemasangan kateter
adalah infeksi dan trauma. Setelah 48 jam pemasangan kateter,
kebanyakan bakteri akan mulai berkolonisasi di dalam kateter, yang
dapat memicu terjadinya infeksi.

9
Komplikasi yang dapat timbul akibat kateter uretra yang terpasang di
antaranya:

a. Masalah pada kateter: alergi terhadap bahan kateter, kebocoran urin,


obstruksi kateter
b. Masalah pada uretra: striktur uretra, perforasi uretra, perdarahan
c. Masalah saluran kemih lainnya: infeksi pada saluran kemih, termasuk
uretritis, sistitis, pielonefritis, dan bakteremia transien, parafimosis yang
disebabkan oleh kegagalan kuit preputium untuk kembali ke posisi
awal setelah dilakukan pemasangan kateter, batu saluran kemih,
gross hematuria, kerusakan ginjal. Kerusakan ginjal umumnya terjadi
pada pasien yang menggunakan kateter uretra secara jangka panjang
(Potter, 2016).

2.7 Antisipasi Komplikasi


Apabila terjadi komplikasi pada pasien pasca pemasangan kateter, dapat
dilakukan antisipasi dengan beberapa hal berikut:
A. Obstruksi
Material yang dapat menyumbat kateter biasanya mengandung
bakteri, glikokaliks, protein hingga endapan kristal. Pasien yang
mengalami obstruksi, akan mengekskresikan kalsium, protein dan musin
dalam jumlah yang lebih banyak. Irigasi dapat mencegah terjadinya
obstruksi berulang. Apabila tetap terjadi obstruksi meski irigasi
dilakukan, kateter yang mengalami obstruksi harus diganti dengan yang
baru.
B. Kebocoran Urin
C. Spasme kandung kemih, adalah penyebab yang sering kali
menimbulkan kebocoran. Hal ini disebabkan karena tekanan yang
dihasilkan oleh spasme kandung kemih akan mengurangi kapasitas
irigasi melalui kateter, sehingga menimbulkan kebocoran. Kebocoran
yang disebabkan oleh spasme tidak boleh diatasi dengan menggunakan
kateter dengan diameter yang lebih besar. Pemberian antispasmodik

10
dapat secara efektif mengatasi spasme yang terjadi sehingga
mengembalikan fungsi otot detrusor yang terganggu
D. Kolonisasi dan Infeksi
Kateterisasi jangka panjang, dapat menimbulkan kolonisasi bakteri
dalam jangka waktu 6 minggu pemasangan. Kejadian bakteriuria tidak
memerlukan pemberian antibiotik karena profilaksis antibiotik justru
dapat meningkatkan risiko terjadinya resistensi. Terapi antibiotik
sebaiknya hanya diberikan pada pasien yang menunjukan gejala infeksi
saluran kemih. Lama pemberian terapi antibiotik dilakukan paling
sedikit 10 hari pengobatan (Potter, 2016).

11
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Jl. Dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax. (0331) 483536,
E_mail:info@uds.ac.id Website:http://www.uds.ac.id

BAB 3
LAPORAN TINDAKAN

NO Hari/ Identitas Keluhan Diagnosa Tindakan TTD CI/


Tanggal Pasien Pendamp
ing

12
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Jl. Dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax. (0331) 483536,
E_mail:info@uds.ac.id Website:http://www.uds.ac.id

PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK KETERAMPILAN


MEMASANG KATETER
Petunjuk Penilaian :
1 = Tidak dilakukan / dikerjakan sama sekali
2. = Dikerjakan dengan keraguan, langkah belum berurutan, waktu yang digunakan
lebih lama
3 = Dikerjakan dengan baik sesuai langkah-langkahnya, waktu belum efektif
4. = Dikerjakan dengan sangat baik sesuai langkah-langkahnya, waktu lebih efektif
* = Langkah kritikel yang tidak boleh salah
NILAI KET
NO LANGKAH / KEGIATAN
1 2 3 4 .
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri pada
pasien / keluarga.
Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien
2.* tentang tujuan penyadapan air kemih
(kateterisasi)
3. Menyiapkan alat-alat secara sistematis
4. Menutup pintu / jendela bila diperlukan
memasang sampiran
5. Memasang selimut mandi / kain penutup
6.* Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
(posisi dorsal recumbent)
7. Menanggalkan pakaian bawah pasien
8. Memasang perlak dan pengalasnya dibawah
bokong
9. Mencuci Tangan
10. Memasang sarung tangan
11. Membersihkan vulva dengan kapas sublimate
*
Membuka labia mayora dengan ibu jari
12. telunjuk tangan kiri yang telah dibungkus
* dengan kapas sublimate sambil menekan
sedikit keatas
Mengambil kateter dari ujung lalu ujung
13. jari telunjuk tangan kiri yang telah
* dibungkus dengan kapas sublimate sambil
menekan sedikit keatas
Masukkan ujung kateter perlahan-lahan
14. kedalam uretra sampai urine keluar sambil
* pasien dianjurkan nafas panjang
Menampung urine kedalam bengkok atau botol
15. steril bila urine diperlukan untuk pemeriksaan
Bila penyadapan sudah selesai sambil
16. menganjurkan pasien untuk menarik nafas
panjang, kateter dicabut perlahan-lahan
kemudian dimasukkan ke dalam bengkok yang

13
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Jl. Dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax. (0331) 483536,
E_mail:info@uds.ac.id Website:http://www.uds.ac.id

berisi larutan disinfektan.


Bila kateter ingin dipasang tetap, maka perlu
17. memasukkan udara / air steril 10 cc sebagai
* penguci
18. Melakukan pengikatan kateter dengan
menggunakan plester pada paha
19. Merapikan pasien
20. Membersihkan alat-alat
21. Mencatat jumlah urine yang keluar dan waktu
pemasangan
22. Petugas mencuci tangan
TOTAL NILAI Nilai =
… … … … … … … … ..
× 100

Jember, November 2023
Mahasiswa,

Gempita Gusti Bunga Alamanda


NIM. 19050018

Pembimbing Praktek, Pembimbing Akademik,

Fitriatus, S.Kep., Ns Dinar Perbawati, S.ST., M.Kes


NIk. 05.06.02.97.20.376 NIDN.0703068903

14
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, P. (2020) ‘pemasangan kateter urin pada pasien. politeknik kesehatan


kemenkes semarang’.
H Mobalen, Tansar, & M. (2019) ‘Perbedaan Pemasangan Kateter dengan
menggunakan jelly yang dimasukkan uretra dengan jelly yang dioleskan
di kateter terhadap tingkat nyeri pasien di RSUD Sele Be Solu Kota
Sorong’.
Potter, P. A., & Perry, A.G. (2016) Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: ECG.
Semaradana, W.G. (2014) ‘Infeksi Saluran Kemih Akibat Pemasangan Kateter
Diagnosis Dan Penatalaksanaan’, Continuing Professional Defelopment
IAI.
Sofyan, W. (2014) ‘Pengaruh Perawatan Kateter Urine Indwelling
Modelamerican Association Of Critical Care Nurses (Aacn)Terhadap
Bakteriuria Di Rsu Raden Mattaher Jambi’, Depok. Jurnal Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai