Anda di halaman 1dari 13

2009-06-23

Antibodi Antisperma

Lebih dari 20% pasangan dengan infertilitas yang tidak jelas, penyebabnya ada;ah gangguan
sistem imun. Sistem imun memegang peranan yang besar dalam proses kesuburan (fertilitas).
Untuk persiapan ovulasi dan implantasi, tubuh membutuhkan sel-sel tertentu dari sistem imun,
contohnya, sel-sel inflamasi dibutuhkan untuk persiapan endometrium untuk implantasi. Tanpa
sistem imun yang normal, proses reproduksi bisa terpengaruh, sehingga tidak terjadi kehamilan.

Antibodi antisperma (ABAS) (English : ASA) adalah sel-sel yang menyerang sperma normal.
Jika ditubuh kita ada ABAS, maka sperma normal akan dianggap sebagai benda asing sehingga
sperma akan diserang dan dirusak.

Belum sepenuhnya dimengerti kenapa ABAS bisa timbul pada sebagian orang. Biasanya sperma
terlindungi dari sistem imun dengan adanya lapisan pelindung yang disebut blood-testes barrier.
Barrier (pelindung) ini mencegah sel-sel sistem imun agar tidak bisa bercampur dengan sel
lainnya. Kadang-kadang , pembedahan atau cedera dapat mengganggu barrier ini, sehingga sel-
sel sistem imun bisa kontak dengan sel sperma.

ABAS pada laki2 yang subur angkanya sekitar 1% sedangkan pada laki2 yang infertil angkanya
sekitar10%. Sedangkan laki2 yang pernah mengalami pembedahan saluran reproduksi angkanya
bisa mencapai 70%.

Kadang2 wanita juga bisa mengalami ABAS. Sekitar 5% wanita dengan infertilitas yang tak
terjelaskan memiliki antibodi ini di dalam darahnya. Sehingga sperma akan mati sebelum sempat
membuahi sel telur .

Setiap laki2 maupun wanita berpotensi mengalami ini. Namun ada beberapa faktor yang
membuat risiko terkena lebih tinggi yaitu pada pasien pembalikan vasektomi, kanker testis,
biopsi testis, torsi testis dan infeksi.

Terdapat bermacam2 test untuk mengecek keberadaan ABAS dalam tubuh:


* Pemeriksaan darah
Pada wanita, pemeriksaan darah biasa dipergunakan untuk memeriksa antibodi.

* Uji paska senggama


Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengecek ABAS pada cairan serviks (leher rahim).

* Pemeriksan Sperma
Pemeriksaan sperma adalah cara terbaik mengecek ABAS.

1
Terdapat berbagai pengobatan yang ada untuk membantu pasangan yang mengalami masalah
ABAS :

* Kortikosteroid
Obat ini bisa menurunkan produksi ABAS.

* Intrauterine Insemination(IUI)
IUI bisa membantu mengatasi masalah ABAS, karena sperma langsung mencapai sel telur tanpa
melewati leher rahim.

* In-Vitro Fertilization(IVF)
IVF merupakan metode yang paling sukses untuk mengobati pasangan, Karena sperma langsung
bertemu sel telur tanpa melewati rahim dan tuba (saluran telur)

Sebab-sebab unxeplained infertility yang telah diketahui antara lain adalah

* akibat adanya antibodi atau imunologi reproduksi. Hal ini dapat terjadi pada istri yang alergi terhadap
sperma suami. Akibatnya, sperma ditolak sel telur (ovum), sehingga tidak pernah terjadi pembuahan.
Ada juga antibodi yang dihasilkan tubuh suami sendiri, sehingga sperma yang dihasilkan dihancurkan
atau dilemahkan kemampuannya karena dianggap benda asing
* Selain imunologis, penyebab unexplained infertility juga bisa dari genetik. Gangguan gen pada
kromosom Y dapat mengakibatkan pembentukan sperma terganggu. Kromosom Y mengalami delesi
(lengan panjang), sehingga sperma menjadi sedikit atau oligospermi, yaitu jumlahnya kurang dari 20 juta
sperma/ml atau bahkan tidak ada sama sekali alias azoospermi.
* Selain itu, adanya gangguan gen porin, yaitu gen yang mengatur penyaluran energi berupa ATP
(adenosin tri phosphate), mengakibatkan sperma tidak dapat bergerak dengan gesit dan mengalami
kesulitan saat membuahi sel. Kelainan pada gen juga dapat menyebabkan penyumbatan saluran sperma
dan mengakibatkan terjadinya kista

Sistem Kekebalan Pada Sistem Reproduksi

Pada sistem reproduksi juga terdapat sistem kekebalan atau sistem imun. Pada perempuan, sistem
kekebalan berperan penting dalam menjaga janin. Dengan adanya sistem kekebalan, proses
perkembangan janin dapat berlangsung baik dan kebal akan berbagai infeksi. Tetapi pada beberapa
perempuan ada juga yang memiliki antibodi antisperma. Akibatnya, ketika memasuki tubuh, sperma
dihancurkan oleh antibodi antisperma tadi sehingga terjadi kegagalan pada saat pembuahan.

Perempuan memang tidak memiliki unsur antigen, seperti halnya pada sperma atau komponen plasma
semen. Namun, pada saat perempuan mulai berhubungan seksual dengan pria, dalam tubuhnya akan
terbentuk antibodi antisperma terhadap antigen sperma. Pada tingkat tertentu antibodi masih dapat
ditembus oleh sperma yang bagus kualitasnya dan dapat mengakibatkan kehamilan.

Ketidakmampuan pembuahan dapat pula disebabkan ketidakcocokan secara seluler antara sperma dan
sel telur. Karena itulah harus dilakukan upaya untuk mencocokkan agar tidak terjadi penolakan.

Untuk mengatasi adanya antibodi terhadap sperma dapat dilakukan beberapa terapi, antara lain dengan

2
terapi kondom ataupun pemberian obat-obatan imunologis sejenis kortikosteroid, juga terapi
imunosupresif atau menekan reaksi imun. Pada terapi kondom, suami dianjurkan untuk menggunakan
kondom pada saat berhubungan seksual selama 3 hingga 6 bulan. Diharapkan selama itu antibodi pada
tubuh istri dapat menurun dan tidak lagi terdapat pada organ reproduksi.

Jika upaya terapi kondom dan pemberian obat-obatan tidak juga membuahkan hasil, cara inseminasi
dapat dilakukan. Inseminasi biasanya dilakukan pada pria yang tidak subur karena gangguan pada testis.
Yaitu jika testis hanya sedikit memproduksi sperma, ataupun gangguan genetik.

Faktor imunologis.
Dalam menjalankan fungsinya, sistem reproduksi melibatkan mekanisme imunologi/kekebalan. Sudah
lama diketahui, pada perempuan, mekanisme kekebalan tersebut berperan penting dalam melindungi
janin. Dengan adanya sistem kekebalan, proses perkembangan janin dapat berlangsung dengan baik
serta terlindungi dari berbagai infeksi. Di samping itu, dalam keadaan normal, setiap wanita yang pernah
terpapar sperma akan membentuk antibodi terhadap sperma. Hal tersebut wajar sebab tidak ada wanita
yang menghasilkan sperma sehingga sperma dianggap sebagai zat baru/benda asing layaknya bakteri,
virus, jamur, dan kuman lainnya yang harus dilawan. Antibodi tersebut disebut Antibodi Anti-Sperma
(ASA = Anti-Sperm Antibody). Tetapi pada beberapa perempuan, kekebalan tubuhnya sangat tinggi
hingga membentuk ASA dalam jumlah yang sangat besar.
Pada tingkat yang tidak terlalu tinggi (tingkat yang wajar), dengan kualitas sperma yang baik, maka
kehamilan sangat mungkin terjadi. Namun demikian, bila kadar ASA terlalu tinggi, dengan kualitas
sperma yang sangat baik pun sulit sekali terjadi kehamilan. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat
dilakukan berbagai terapi , antara lain dengan pemakaian kondom, pemberian obat imunosupresif
ataupun terapi imunoseluler.
Pada terapi kondom, suami istri memakai kondom saat berhubungan seksual selama kurang lebih 3-6
bulan. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah terpaparnya tubuh istri dengan sperma sehingga tidak
membentuk antibodi anti-sperma. Terapi tersebut banyak menuai protes dari kalangan suami karena
jangka terapi yang lama serta berkurangnya kenikmatan berhubungan.
Di samping terapi kondom, dapat pula diberikan obat-obatan imunosupresif, seperti golongan
kortikosteroid. Obat-obat tersebut bertujuan menekan sistem kekebalan tubuh istri dengan harapan
walau terpapar sperma, tubuh istri tidak membentuk antibodi anti-sperma. Walaupun demikian, kerja
obat-obat tersebut bersifat global. Artinya, respon imun istri akan ditekan secara menyeluruh termasuk
terhadap bakteri, virus, parasit. Hal tersebut menyebabkan istri lebih mudah sakit.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, telah dikembangkan terapi imunoseluler, yakni PLI (Paternal
Leukocyte immunization). PLI berkerja spesifik hanya menurunkan antibodi anti-sperma sehingga wanita
yang menjalani terapi tersebut tetap mampu menghasilkan kekebalan terhadap virus, bakter, parasit,
dll. Selain itu, PLI bekerja optimal sehingga walaupun terpapar sperma, efek PLI tetap lebih kuat. Namun
demikian, menghindari paparan terhadap sperma dapat membantu menurunkan kadar ASA lebih cepat.

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah mengizinkan dan memberikan

rahmat serta hidayah-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah mata kuliah trend

dan issue ini.

Salah satu tujuan pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi nilai mata kuliah trend

dan issue. Tujuan lain dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang definisi,

waktu pemberian, pasien yang memerlukan, persiapan dan keuntungan metode paternal

leukocyte immunization.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh

karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan

makalah ini di masa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan Mahasiswi Program D4

Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju dan siapapun yang berkesempatan

membaca makalah ini.

Jakarta, Januari 2010

4
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................. 1

DAFTAR ISI ....................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 3

A. LATAR BELAKANG ................................................................. 3

B. TUJUAN ....................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 5

A. DEFINISI ............................................................................ 5

B. WAKTU PEMBERIAN ................................................................. 6

C. PASIEN YANG MEMERLUKAN ...................................................... 7

D. PERRSIAPAN ............................................................................ 7

E. KEUNTUNGAN ................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 10

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Imunisasi dengan leukosit suami (paternal leukocyte immunization atau PLI)

merupakan salah satu pilihan pengobatan imunologis (imunoterapi) yang diberikan pada

pasangan suami istri (pasutri) yang menginginkan anak (infertil).

Pada wanita (jika belum hamil), baik spermatozoa (sel mani) maupun janin (hasil

pembuahan) akan bersifat sebgai benda asing (antigen) di dalam organ kandungan, sehingga

dapat ditolak. Akibatnya, seorang ibu hamil perlu melindungi janinnya dengan cara

membentuk zat penolak (antibodi) untuk menghambat reaksi tersebut (blocking antibody)

atau antibodi penghambat.

Pada keadaan normal, dalam tubuh ibu hamil terbentuk atibodi penghambat untuk

melindungi janin, terutama pada triwulan pertama kehamilan (12 minggu). Namun

demikian, pembentukkan antibodi penghambat tersebut pada keadaan tertentu sangat rendah,

sehingga dapat terjadi keguguran (abortus) berulang, cacat jani, hambatan perkembangan

janin atau bahkan sama sekali tidak tumbuh yang lazim disebut hamil nir-mudigah (blighted

ovum). Pembentukkan antibodi penghambat tersebut dapat dipicu dengan memberikan sel

darah putih (leukosit) suami ke istri melalui imunisasi. Tindakan ini disebut sebagai ILS atau

PLI.

6
Selai itu, pada wanita yang memiliki antibodi antispermatozoa (AAS) atau antisperm

antibody (ASA) yang sangat tinggi dapat terjadi reaksi penolakan di dalam tubuhnya

terhadap spermatozoa suaminya, karena spermatozoa dianggap sebagai benda asing. Dalam

hal ini, ILS dapat melindungi tubuhnya dari antibodi antispermatozoa tersebut.

B. TUJUAN

Terapi PLI diharapkan dapat menuurunkan kadar ASA (Anti Sperm Antibody)

dengan cara pemberian sel darah putih suamike tubuh istri atau istilah awamnya imunisasi

kepada istri agar berkenalan dengan benda asing dari tubuh suami. PLI ini dapat

menginduksi terbentuknya blocking antibody yang dapat menekan pembentukkan

antibody antisperma lebih awal, spesifik dan selektif sehingga tidak menurunkan sistem

imunitas tubuh secara keseluruhan. Jadi PLI hanya menurunkan kadar atau tingkat antibody

antisperma terhadap sperma suami

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI PATERNAL LEUKOCYTE IMMUNIZATION

PLI ( Pateral Leukocyte Immunization ) merupakan salah satu terapi bagi pasangan

dengan keadaan :

1. Infertil (Mandul) walaupun pemeriksaan istri tidak ditemukan kelainan secara organik

dan pemeriksaan analisa sperma suami Baik (Cukup untuk Membuahi)

2. Keguguran Berulang yang mana tidak diketahui penyebab lainnya, terutama pada

kehamilan < 20 minggu ( 5 Bulan ).

3. Janin tidak berkembang yang disebabkan oleh penyakit autoimun sehingga aliran darah

ke janin dari ibu mengalami hambatan.

Sperma dan janin didalam kandungan merupakan benda asing (antigen) bagi istri /

ibu. Oleh karena itu tubuh istri harus memberikan perlindungan terhadap janin dengan

membentuk Blocking Antibody

Pada Keadaan normal ditubuh istri terbentuk Blocking Antibody yang

melindungi janin dan menginduksi pertumbuhan placenta pada trimester pertama kehamilan

( 12 Minggu ). Makin tinggi kadar Blocking Antibody semakin baik bagi janin untuk

berkembang.

8
Sedang pada keadaan tertentu pembentukan Blocking Antibody sangat rendah

sehingga menyebabkan keguguran, cacat janin atau janin tidak berkembang karena :

Berkurangnya perlindungan terhadap janin pada trimester I

Tidak berkembangnya placenta

Penolakan tubuh istri terhadap unsur suami yaitu sperma dan janin yang berada dalam

kandungan istri.

Pembentukan Blocking Antibody dapat diinduksi dengan pemberian sel darah

putih suami melalui imunisasi kepada istri yang di sebut PLI . Pada pasien dengan ASA (

Anti Sperma Anti Bodi ) yang sangat tinggi, terjadi reaksi penolakan didalam tubuh istri

karena sperma suami dianggap benda asing oleh tubuh istri. Dalam hal ini PLI dapat

memberi perlindungan pada istri dari pembentukan ASA lebih tinggi.

B. WAKTU PEMBERIAN PATERNAL LEUKOCYTE IMMUNIZATION

Waktu pemberian Paternal Leukocyte Immunization, yaitu :

Sebelum terjadi konsepsi ( Pembuahan )

Setelah terjadi Konsepsi ( Pembuahan ) sampai kehamilan 12 minggu.

Pelaksanaan dapat dilakukan kapan saja dan tidak tergantung siklus haid. Terapi

diberikan minimal 3 kali dan maksimal 6 kali pemberian, dengan waktu pemberian :

PLI diberikan minimal 3x dengan jarak 3 4 minggu dan 2 minggu setelah PLI ketiga,

Pasien disarankan untuk uji evaluasi imunoandrologis.

9
PLI dapat diteruskan 3x lagi sampai PLI ke 6 (Jika diperlukan sesuai rekomendasi

dokter)

C. PASIEN MEMERLUKAN METODE PATERNAL LEUKOCYTE IMMUNIZATION

Yang memerlukan metode ini adalah :

Pasangan yang sulit mempunyai anak.

Pasangan yang mempunyai riwayat keguguran berulang ( 2 Kali atau lebih )

Pasangan yang mempunyai riwayat kehamilan tidak berkembang.

Pasangan yang telah mempunyai anak namun sulit untuk mendapatkan anak berikutnya.

D. PERSIAPAN METODE PATERNAL LEUKOCYTE IMMUNIZATION

Pasangan yang akan menjalankan terapi PLI harus melakukan :

Konsultasi : Bagi Pasangan.

Pemeriksaan Laboratorium bagi suami untuk mengetahui keberadaan penyakit tertentu.

Pasangan Suami Istri datang ke laboratorium dan darah suami diambil untuk

dilakukan pemisahan seluler lebih kurang 60 90 menit kemudian dilakukan imunisasi istri.

Prosesnya bertahap. Sebelum pasangan menjalani proses terapi ini, suami harus

melakukan uji pra-PLI, yaitu melakukan pengambilan contoh darah yang hasilnya sudah

dapat diketahui dalam 3 hari. Apabila darah suami memenuhi syarat, maka terapi dapat

dilakukan. Caranya :

10
1. Darah suami diambil sebanyak 15 ml untuk diproses dan dipisahkan antara sel darah

putih dan sel darah merah. Sekitar 10 juta sel darah putih yang berhasil dipisahkan,

selanjutnya disuntikkan ke tubuh istri secara subkutan (di bawah permukaan kulit).

Proses ini dilakukan sebanyak 3 kali dengan jarak 3 4 minggu.

2. Dua minggu setelah suntikan ke-3, dilakukan evaluasi laboratorium terhadap kadar

ASA di dalam tubuh istri. Apabila kadar ASA istri termasuk dalam kisaran normal,

pasangan tersebut disarankan untuk melakukan hubungan intim karena proses

pembuahan masih mungkin terjadi. Diharapkan bila terjadi proses pembuahan, dapat

berlanjut hingga proses kehamilan normal.

3. Untuk menjaga agar kadar ASA tetap dalam kadar normal, biasanya terapi terus

dilakukan hingga usia kehamilan mencapai 12 minggu. Dengan begitu, diharapkan

proses implantasi embrio ke dalam dinding rahim dapat berlangsung normal. Proses

kehamilan pun dapat berlanjut hingga 9 blan penuh.

Setiap kali berhubungan seks, tubuh wanita akan memroduksi ASA. Hasil

pemeriksaan laboratorium dapat menunjukkan ASA Anda tergolong normal atau tidak.

Normal: bila titernya 1: 4 hingga 1 : 64.

Rendah: bila titernya 1 : >256 hingga 1 : 1.024.

Menengah: bila titernya 1 : 2.048 hingga 1 : 16.384.

Tinggi: bila titernya 1 : 32.768 hingga 1 : 262.304.

11
E. KEUNTUNGAN METODE PATERNAL LEUKOCYTE IMMUNIZATION

PLI dapat menginduksi terbentuknya Blocking Antibody yang dapat menekan

pembentukan antibody anti sperma lebih awal, Spesifik dan selektif karena tidak

menurunkan system imun tubuh secara keseluruhan, tetapi hanya menurunkan kadar /

tingkat antibody antisperma terhadap sperma suami.

12
DAFTAR PUSTAKA

Makalah Dr. Indrra. G. Mansyur. 2010. Rumah Sakit Budhi Jaya

Terapi PLI untuk ibu tolak anti sperma suami. 2010. www.ayahbunda.co.id

Paternal Leukocyte immunization. 2008.

www.senandungcintaku.wordpress.com

13

Anda mungkin juga menyukai