Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ANTIBODI DAN ANTISPERMA


MK. GENETIKA DAN EMBRIOLOGI

Oleh:

1. Gusti Ayu Prasastya Nigrum (012)


2. Ni Putu Meri Santika (013)
3. Komang Dea Ardiani Putri (014)
4. Ni Komang Cyntia Suarta (015)
5. Ni Ketut Sumariani (016)
6. Dewa Ayu Agung Rezki Okandari (017)

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
DENPASAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Antibodi dan Antisel” tepat pada waktunya. Makalah ini adalah salah satu tugas

matakuliah Genetika dan Embriologi di Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Denpasar Prodi Profesi. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan dan saran atas penyusunan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan

baik pada teknis penulisan maupun materi, karena keterbatasan maupun

pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak

sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat menambah pengetahuan dan pengalaman baik bagi

penulis maupun para pembaca.

Denpasar, Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................iii

A. LATAR BELAKANG.......................................................................................iv

B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................v

C. TUJUAN............................................................................................................vi

BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................................vii

A. Pengertian Antibodi Antisperma ....................................................................x

B. Etiologi Antibodi Antisperma .......................................................................xii

C. PREVALANCE ..............................................................................................xiii

D. Pengaruh Pada Proses Reproduksi ..............................................................xv

E. PENGOBATAN ANTIBODI ANTISPERMA ...............................................xvi

BAB III PENUTUP.............................................................................................xvii

A. SIMPULAN ........................................................................................................1

B. SARAN...............................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah proses yang normal, alamiah yang diawali dengan

pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine dan dmulai sejak konsepsi

hingga persalinan (Dewi dan Sunarsih, 2011). Proses permulaan kehamilan ketika

bersatunya sel telur (ovum) dan sperma atau disebut fertilisasi. Beberapa hal yang

diperlukan di dalam proses fertilisasi adalah sel telur, sel sperma, tuba fallopi dan

rahim. Keempat hal tersebut adalah hal yang minimal harus ada agar bisa

fertilisasi bisa terjadi. Sel telur dan sel sperma haruslah sel yang sehat dan tidak

memiliki kekurangan untuk membuahi dan dibuahi. Salah satu kemungkinan

penyebab terhambatnya kehamilan adalah karena adanya antibodi calon ibu yang

berlebih terhadap sperma pasangannya.

Layaknya alergi pada tubuh manusia, setiap orang akan memiliki akibat

yang berbeda tergantung dari masing-masing individu. Tubuh perempuan yang

memiliki antibodi yang berlebih terhadap sperma akan bereaksi terhadap protein

sperma dan membuat sperma ditolak oleh tubuh calon ibu. Saat sel sperma

dianggap sebagai benda asing di dalam tubuh wanita, secara cepat reaksi

pembentukan antibodi antisperma (ASA) dalam jumlah tinggi, mencegah sel

sperma Hidden Content sel telur di dalam saluran telur sehingga terjadi

penggumpalan-penggumpalan pada si sperma. Berdasarkan hal tersebut pada

makalah ini menyampaikan mengenai pengertian antibodi antisperma, etiologi,

prevalence, pengaruh pada proses reproduksi dan pengobatan antibodi antisperma.


B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari antibodi antisperma?

2. Apakah etiologi dari antibodi antisperma?

3. Apakah terdapat prevalance dari antibodi antisperma?

4. Bagaimana pengaruh antibodi antisperma pada proses reproduksi?

5. Bagaimana pengobatan antibodi antisperma?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari antibodi antisperma.

2. Untuk mengetahui etiologi dari antibodi antisperma.

3. Untuk mengetahui prevalance dari antibodi antisperma.

4. Untuk mengetahui pengaruh antibodi antisperma pada proses reproduksi.

5. Untuk mengetahui pengobatan antibodi antisperma.


BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Antibodi Antisperma


Antibodi antisperma adalah sel-sel yang menyerang sperma normal. Jika
dalam tubuh terdapat antibody antisperma, maka sperma normal akan dianggap
sebagai benda asing sehingga sperma akan diserang dan dirusak. Pada umumnya
sperma terlindungi dari system imun dengan adanya lapisan pelindung yang
disebut blood-testes barrier. Barier ini berfungsi untuk mencegah sel-sel system
imun agar tidak bisa bercampur dengan sel-sel lainnya.

B. Etiologi Antibodi Antisperma


Terjadinya infertilitas pada suatu pasangan yang mempunyai antibodi
antisperma secara teoritis dikarenakan tingginya kadar antibodi antisperma pada
cairan vagina,serviks, uterus atau tuba. Pada beberapa wanita antigen sperma
menyebabkan timbulnya antibodi terhadap antigen spesifik atau permukaan pada
sperma dan menyebabkan infertilitas. Menurut Burnett, antigen jaringan yang
telah ada dalam tubuh sebelum sistem imunologik berfungsi dikenal sebagai self
antigen, sedangkan antigen jaringan yang timbul setelah sistem imunologik
berfungsi sebagai non self antigen. Spermatozoa dapat digolongkan self antigen
karena diproduksi jauh setelah sistem imunologik berfungsi, sehingga ia dianggap
sebagai antigen asing. Antigen tersebut dapat berasal dari spermatozoa sendiri,
atau dari plasma semen ( Mazumdar dan Levine, 1998).
Respon imun saluran reproduksi wanita terhadap antigen sperma dapat
melalui 2 jalur yaitu jalur aferen dan jalur eferen. Saluran reproduksi wanita
dibantu oleh sel-sel yang kompeten untuk menimbulkan respon imun. Sel-sel ini
memfagositosis spermatozoa dan memproses antigennya sehingga menimbulkan
pertahanan imun seseorang, Mekanisme ini dibantu oleh beberapa faktor yaitu :
1. Jumlah sperma yang sangat banyak/berlebihan
2. Sperma juga difagositosis oleh sel-sel somatik sebagaimana makrofag, dan
semen secara kemotatik mempengaruhi makrofag dan netropil
3. Antigen asing lain mempunyai efek ajuvans terhadap saluran reproduksi,
misalnya adanya infeksi vagina
4. Limfosit dalam semen berperanan menyebabkan sterilitas bagi wanita melalui
mekanisme histokompatibilitas
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon imun lainnya misalnya
prostaglandin E yang bersipat imunosupresif. Respon ini terhadap sperma
pada wanita dapat melalui pembentukan antibodi atau melalui sel-sel, yang
masing –masing lebih dominan bersipat lokal dibanding sistemik (Qushai,
2014)

C. Prevalance
ASA dapat timbul kapan saja sperma menemukan sistem kekebalan tubuh

(Kokcu, A. dkk. 2012).  ASA terjadi pada wanita dan pria, termasuk wanita atau

pria yang menerima seks anal dari pria atau yang melakukan seks oral pada pria

(Ulcova, dkk. 2017)

ASA telah dianggap sebagai penyebab infertilitas pada sekitar 10-30%

pasangan infertil, dan pada pria, sekitar 12-13% (20,4% dalam meta-analisis) dari

semua infertilitas yang didiagnosis terkait dengan alasan imunologis (Cui, D. dkk.

2015). Insidensi dapat menjadi lebih tinggi karena kontribusi terhadap infertilitas

idiopatik (31% dari semua kasus) masih tetap sulit dipahami. Namun, antibodi ini

juga ada pada sekitar 1-2,5% pria subur dan 4% wanita subur; Kehadiran ASA

dalam populasi subur menunjukkan bahwa tidak semua ASA menyebabkan

infertilitas (shetty, dkk. 2017).

Sementara sekitar 75% pria yang mengalami vasektomi yang mengalami

pembalikan proses dengan vasovasostomy memiliki kadar ASA yang tinggi dalam

darah mereka, antibodi yang bersirkulasi ini tidak mempengaruhi kesuburan pada

pria. Sekitar 40-45%  pekerja seks  dinyatakan positif memiliki antibodi


antisperma. Penelitian telah menunjukkan bahwa angka-angka ini meningkat bagi

mereka yang tidak menggunakan metode kontrasepsi (Selvaraj, dkk. 2014).

Penelitian Rajesh (2017) sedang berlangsung di beberapa bidang yang

berkaitan dengan ASA. Penelitian telah dilakukan, tetapi tidak diuji secara klinis,

untuk menggunakan antigen sperma atau ASA rekombinan sebagai vaksin

kontrasepsi untuk manusia, serta binatang buas dan liar. Mekanisme yang

melaluinya baik perempuan dan laki-laki mengembangkan ASA juga kurang

dipahami dan menjadi subjek penelitian. Sampai saat itu hanya ada sedikit

penelitian yang dilakukan pada metode fertilisasi in vitro termasuk inseminasi

buatan , dengan dan tanpa pretreatment untuk menghilangkan ASA, serta injeksi

sperma intracytoplasmic . 

D. Pengaruh Antibodi Antisperma Pada Proses Reproduksi

Baik pada pria maupun wanita, produksi ASA diarahkan terhadap antigen

permukaan pada sperma, yang dapat mengganggu motilitas dan transportasi

sperma melalui saluran reproduksi wanita, menghambat kapasitasi dan reaksi

akrosom , gangguan pemupukan , pengaruh pada proses implantasi, dan

gangguan pertumbuhan dan perkembangan dari embrio (Cui, D. dkk. 2015). 

E. Pengobatan Antibodi Antisperma


Beberapa strategi yang digunakan dalam upaya untuk meningkatkan efek
yang berpotensi merusak infertilitas antibody antisperma. Tiga strategi dasar
sebagai berikut: metode untuk menurunkan produksi antibody antisperma, metode
untuk menghilangkan antibodi antisperma sudah terikat sperma, dan ART
(Assisted reproductive technology). Setiap Strategi ini secara teoritis mengurangi
paparan gamet untuk antibody antisperma, sehingga meningkatkan fungsi gamet.
Dua metode yang digunakan untuk mengurangi produksi antibody antisperma
termasuk kondom dan atau pengobatan kortikosteroid sistemik. Secara teori,
beberapa paparan sperma ke betina hasil saluran reproduksi dalam pembentukan
antibody antisperma. Oleh karena itu, penggunaan kondom akan menurunkan
paparan sperma, mengakibatkan penurunan bersamaan dalam produksi antibodi
antisperma.
Organisme penyebab penyakit yang ditularkan secara seksual merupakan
initiator pembentukan antibodi antisperma melalui mekanisme proses radang dan
autoimun. Pembentukan antibodi antisperma pada wanita dapat terjadi pada
traktus genitalia wanita yang terpapar antigen sperma. Seorang wanita yang aktif
secara seksual akan terpapar triliunan speermatozoa selama hidupnya. Fertilitas
akan baik bila wanita tersebut memberikan reaksi imun yang kompromistik.
Proses imunisasi yang (akibat hubungan seksual) pada wanita terhadap sperma
dapat menurunkan fertilitas berdasarkan kemungkinan kombinasi efek antibodi
antisperma seperti aglutinasi sperma, menurunnya motilitas, gagalnya penetrasi
lendir serviks, fusi sperma telur yang tidak efisien, fagositosis sperma, dan
gagalnya kehamilan sebelum atau sesudah implantasi. Antibodi terhadap intrinsik
sperma yang dihasilkan saat maturasi dalam testis dan antigen kapsul sperma yang
muncul selama dalam epididimis dan saat bercampur dengan plasma semen
berhubungan dengan infertilitas yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya (unexplained infertility) (Alexander dan Enderson, 1987).
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, N.,J. dan Anderson D.,J. 1987. Immunology of Semen. Fertil Steril. 47
: 192-201
Cui, D; Han, G; Shang, Y; Liu, C; Xia, L; Li, L; Yi, S (15 April 2015). "Antibodi
antisperma pada pria infertil dan pengaruhnya terhadap parameter
semen: tinjauan sistematis dan meta-analisis". Clinica Chimica
Acta . 444 : 29–36. doi : 10.1016 / j.cca.2015.01.033 . PMID 25659295 .

Kokcu, A; Yavuz, E; Celik, H; Bildircin, D (November 2012)."Pandangan


panoramik untuk hubungan antara kegagalan reproduksi dan faktor
imunologis". Arsip ginekologi dan kebidanan . 286 (5):
1283–9. doi  : 10.1007 / s00404-012-2480-6  . PMID 22843034 .
Mansyur, I.,G. 2010. Antibodi Antisperma. Jakarta Selatan. RSU Budhi Jaya.

Mazumdar, S. dan Levine, A.,S. 1998. Antisperm Antibodies: Etiology,


Pathogenesis, Diagnosis, and Treatment. Fertility and Sterility Journal.
Vol 70 (5), 799-810

Naz, Rajesh K. (2017). "Bab 17: Vaksin Kontrasepsi Antisperma". Di Krause,


Walter KH; Naz, Rajesh K. (eds.).Infertilitas Imun: Dampak Reaksi Imun
terhadap Kesuburan Manusia (edisi ke-2). Peloncat. ISBN 978-3-319-
40788-3 .
Qushai. 2014. Spermatologi Infertil. Surabaya. Universitas Airlangga. Tersedia
dalam http://qushai-fkm13.web.unair.ac.id/artikel_detail-91551-
spermatologi-INFERTILITAS.html
Selvaraj, Kamala; Selvaraj, Priya (2014). "Bab 24: Imunologi dalam
Infertilitas". Di Rao, Kamini; Carp, Howard;Fischer, Robert
(eds.). Prinsip & Praktek Teknologi Reproduksi Terbantu, Volume 1 . JP
Medical Ltd. p. 311.  ISBN9789350907368 . OCLC 865062991 .
Shetty, Jagathpala; Sherman, Nicholas E.; Herr, John C. (2017)."Bab 2: Metode
Analisis Antigen Sperma Yang Terkait dengan Kesuburan". Di Krause,
Walter KH; Naz, Rajesh K. (eds.).Infertilitas Imun: Dampak Reaksi Imun
terhadap Kesuburan Manusia (edisi ke-2). Peloncat. ISBN 978-3-319-
40788-3 .
Ulcova-Gallova, Zdenka; Losan, Petr (2017). "Bab 14: Dampak pada Hasil
Kesuburan". Di Krause, Walter KH; Naz, Rajesh K. (eds.). Infertilitas
Imun: Dampak Reaksi Imun terhadap Kesuburan Manusia (edisi ke-
2). Peloncat. ISBN 978-3-319-40788-3 .

Anda mungkin juga menyukai