Anda di halaman 1dari 35

DASAR-

DASAR
KONSEPSI
BUATAN

Oktalia Damar P
PENDAHULUAN

– Paling tidak 10% pasangan mengalami kesulitan untuk mendapatkan keturunan.


– Pada penelitian di Inggris, disimpulkan bahwa paling tidak 1 dari 6 pasangan
akan mencari pertolongan ke dokter spesialis untuk masalah infertilitas, baik
yang bersifat primer (ketidakmampuan untuk hamil), maupun yang bersifat
sekunder (ketidakmampuan menambah jumlah anak).
– Perubahan social di masyarakat saat ini menimbulkan kecenderungan wanita
menikah pada usia yang lebih tua jika dibandingkan dengan masa-masa
sebelumnya, hal ini mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah pasangan
yang memiliki masalah fertilitas.
– Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) atau sering juga disebut
sebagai Konsepsi Buatan merupakan salah satu tehnik penanganan
masalah infertilitas.
– TRB ialah penganan terhadap gamet (sel telur, spermatozoa) atau
embrio sebagai upaya untuk memperoleh kehamilan dari
pasangan suami istri, apabila cara-cara alami atau tehnik
kedokteran konvensional tidak memperoleh hasil.
Penyebab Infertilitas

Faktor Pria

Faktor Wanita
1. Gangguan Ovulasi Faktor
(25%) INFERTILITAS Kombinasi Pria
2. Kerusakan Tuba dan Wanita
(15%)
3. Endometriosis
(10%)

Faktor tidak diketahui


Jenis-jenis TRB:

– Fertilisasai in Vitro dan pemindahan embrio.


– Gamete Intra Fallopian Trasfer (GIFT).
– Zygote Intra Fallopian Transfer (ZIFT).
– Cryopreservation dan Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI).

Penyelenggaran TRB harus memegang prinsip


beneficence, nonmaleficene, autonomy, dan justice.
FERTILISASI INVITRO (FIV)

S Pasangan suami istri yang akan mengikuti program FIV harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
Y 1. Telah dilakukan pengelolaan infertilitas selengkapnya.

A 2. Terdapat indikasi yang jelas.


3. Memahami seluk beluk konsepsi buatan secara umum.
R 4. Mampu memberikan ijin atas dasar pengertian (informed consent).
A 5. Mampu membiayai prosedur ini. Jika berhasil, pasangan harus mampu
membiayai persalinan serta membesarkan bayinya.
T
Prosedur FIV

Kultur Transfer
Persiapan
Embrio Embrio

Stimulasi
Inseminasi
Ovarium

Pengambilan Pengambilan
Sel Telur Sperma
P Indikasi/ Kriteria:
E
R
1. Infertilitas disebabkan oleh faktor pria yang tidak dapat dikoreksi
S dengan tindakan operatif/ medikamentosa atau tidak dapat
I diatasi dengan tindakan inseminasi intrauterine.
2. Infertilitas disebabkan oleh faktor tuba yang tidak dapat dikoreksi
A atau setelah dilakukan operasi rekonstruksi dalam waktu 1 tahun
P tidak terjadi kehamilan.
A 3. Infertilitas disebabkan oleh endometriosis yang tidak dapat
dikoreksi atau setelah dikoreksi dengan tindakan operasi dan
N inseminasi intrauterine tetapi tidak terjadi kehamilan.
4. Infertilitas yang tidak terjelaskan dalam waktu 3 tahun
dan tindakan medikamentosa ataupun inseminasi
intrauterine tidak menghasilkan kehamilan.
5. Kegagalan fungsi ovarium karena proses kanker dimana
sebelumnya sel telur atau embrio telah dibekukan.
6. Adanya penyakit yang diturunkan secara genetic (singel
gene disease).
Tahap stimulasi ovarium

Selama proses
stimulasi,
dilakukan
Long protocol Short Protocol
moitoring Dilakukan penekanan terhadap fungsi Pemberian GnRH agonis dilakukan
untuk
hipofisis dan ovarium sejak fase pada hari kedua haid bersamaan
memantau
jumlah dan midluteal sampai kadar dengan pemberian gonadotropin.
pertumbuhan estradiol<50pg/ml. setelah tercapai
folikel melalui kondisi tersebut, baru distimulasi
ultrasonografi dengan menggunakan gonadotropin.
dan hormone
estradiol
Long Protocol memiliki angka kehamilan lebih tinggi disbanding dengan short protocol.
Tahap Pengambalian Sel
Telur/Oosit
– Pengambilan sel telur dilakukan bila telah dijumpai
minimal 3 buah folikel berdiameter 20mm.
– Dilakukan secara transvaginal dengan panduan
ultrasonography.
Tahap pengambilan sperma
(Sperm Recovery)
Pada kasus sperma tidak bisa Beberapa tindakan operatif yang dapat
didapatkan dari ejakulasi, dilakukan:
pengambilan sperma akan – Percutaneus epididymal sperm
dilakukan melalui epididymis aspiration (PESA).
atau testis.
– Testicular sperm aspiration (TESA).
Biasanya dilakukan pada
kondisi: azoospermia, disfungsi – Testicular sperm extraction (TESE).
ereksi, atau kegagalan – Microsurgical epididymal sperm
ejakulasi. aspiration (MESA)
Tahap Inseminasi
(Intracytoplasmic Sperm Injection /ICSI)

– Ditemukan pada tahun 1992 oleh Palermo, dkk.


– Indikasi: oligozoospermia, azoospermia, kualitas semen yang buruk, kegagalan
FIV berulang, kegagalan fertilisasi.

Kultur Embrio dan Trasfer Embrio


Transfer gamet intrafallopian
(GIFT)
Teknologi Reproduksi Terbantu
menggunakan beberapa telur yang
dikumpulkan dari ovarium. Telur
ditempatkan ke dalam tabung
fleksibel tipis (kateter) bersama
dengan sperma yang akan digunakan.
Gamet (baik telur dan sperma)
kemudian disuntikkan ke tuba falopi
menggunakan prosedur bedah yang
disebut laparoskopi. Dokter akan
menggunakan anestesi umum.
Transfer intrafallopian Zygote
(ZIFT)
Transfer intrafallopian Zygote (ZIFT)
menggabungkan fertilisasi in vitro (IVF)
dan GIFT. Telur dirangsang dan
dikumpulkan menggunakan metode IVF.
Kemudian telur-telur tersebut dicampur
dengan sperma di laboratorium. Telur
yang telah dibuahi (zigot) kemudian
secara laparoskopi dikembalikan ke
saluran tuba di mana mereka akan
dibawa ke dalam rahim. Tujuannya
adalah agar zigot ditanam dalam rahim
dan berkembang menjadi janin.
Intracytoplasmic Sperm
Injection (ICSI)
Merupakan teknik reproduksi terbantu
yang termasuk dalam perawatan
fertilisasi in vitro (IVF). Ini telah
memungkinkan kehamilan dicapai
dengan sukses pada pasangan yang
didiagnosis dengan infertilitas faktor
pria yang parah. Pria itu harus
memberikan sampel air mani atau harus
menjalani biopsi testis - jika perlu -
untuk mengekstraksi dan memilih
spermatozoa terbaik yang akan
digunakan untuk membuahi oosit.
IMUNOLOGI
DALAM
OBSTETRIC
Pendahuluan

Bagaimana janin dapat bertahan hidup di dalam kandungan ibu


tanpa mengalami reaksi penolakan dari system imun maternal??

Hipotesis tentang
Hipotesis mengenai Hipotesis mengenai
kelambanan/ kemalasan
pemisahan secara imunogenitas janin
system imun maternal
anatomis antara yang rendah Karena
untuk bereaksi terhadap
maternal dan janin. imatur.
antigen janin.
System imun adalah suatu
organisasi yang terdiri atas sel-
sel dan molekul-molekul yang
memiliki peranan khusus dalam
menciptakan suatu system
pertahanan tubuh terhadap
infeksi atau benda asing.
Jenis respon imun:

– Bersifat Innate (alami/nonspesifik), respon imun – Bersifat adaptif (didapat/spesifik), akan


tersebut akan selalu sama seberapapun seringnya terjadi perubahan respon imun menjadi
antigen tersebut masuk ke dalam tubuh. Sel yang lebih adekuat seiring dengan semakin
digunakan adalah : seringnya antigen tersebut masuk ke
– Fagositik, seperti neutrophil, monosit, dan dalam tubuh. Melibatkan:
makrofag. – Sel Limfosit B  menghasilkan anti bodi.

– Sel-sel yang menghilangkan mediator inflamasi, – Sel Limfosit T  membunuh pathogen


seperti basophil, sel mast, eosinophil. intraseluler dengan mengaktifkan
makrofag atau membunuh secara langsung
– Sel Natural Killer (NK). sel-sel yang terinfeksi virus.
– Molekul-molekul yang terlibat: komplemen,
protein fase akut, dan sitokinin.
Reseptor Innate mampu mengenali mikroorganisme yang telah mutasi,
karena:

– Reseptor tersebut hanya akan mengenali pola-pola molekul tertentu yang


dimiliki sebagian besar mikroorganisme tertentu.
– Pola-pola molekul tersebut harus merupakan suatu produk yang akan
mempengaruhi pathogenesis serta survival dari mikroorganisme tersebut,
sehingga akan selalu dikonversi dan jarang mengalami mutasi.
– Struktur-struktur yang akan dikenali tersebut harus berbeda dengan self
antigen.
– Molekul-molekul yang dikenali tersebut harus merupakan petanda dari
patogenesitas (Pathogen Associated Molecular Patterns = PAMPs).
Redundancy

Merupakan sifat system Imun yang berupa suatu


mekanisme yang satu akan selalu dilapisi oleh mekanisme
yang lain, sehingga infeksi virus (misalnya) dapat dikenali
oleh Innate dengan cara mengenali perubahan yang terjadi
pada membrane sel yang terinfeksi atau mendeteksi
terjadinya perubahan pada petanda self antigen yaitu
Human Leukocyte Antigen (HLA).
Hipotesis mengenai Ekspresi
HLA-G di sel-sel trofoblas.
Hipotesis mengenai ekspresi
HLA-G di sel-sel trofoblas

– HLA-G adalah HLA Nonklasik yang diekspresikan oleh


Sinsisiotrofoblas.
– HLA-G berinteraksi dengan KIR menekan aktivitas
sitotositas sel NK.
– Inhibisi terhadap sel NK memicu toleransi system imun
maternal pada embrio.
– HLA-G bersifat monoformik menunjukkan bahwa inhibisi
terhadap sel NK tidak terkait dengan genom paternalnya.
Hipotesis mengenai Leukimia
Inhibitor Factor (LIF) dan reseptor
– Leukimia Inhibitor Factor (LIF) merupakan molekul yang
bersifat hidrosoluber selama siklus haid., LIF Reseptor
dihasilkan juga oleh blastokista.
– Selama periode implantasi lapisan desidua bersama dengan
limfosit-limfosit Th2 akan menghasilkan LIF, dan sel-sel
sinsiotrofoblas akan menghasilkan reseptor LIF.
– Diperkirakan ekspresi LIF pada desidua san reseptor LIF pada
blastokista akan memfasilitasi proses implantasi. Selain itu,
interaksi antara LIF dan reseptornya juga terbukti dapat
memicu pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel trofoblas
Hipotesisi mengenai Indoleamine
2,3-dioksigenase (IDO)

– IDO adalah suatu protein enzimatik yang


berfungsi untuk katabolisme tripofan.
– IDO yang dihasilkan oleh sel-sel
sinsiotrofoblas akan merusak triptofan pada
lapisan desidua yang dibutuhkan oleh
proliferasi sel-sel imun di lapisan desidua 
dapat memicu toleransi dari sel-sel imun
maternal terhadap embrio.
Hipoteis mengenai
keseimbangan Th1-Th2

Dominasi sitokin-sitokin proinflamasi yang dihasilkan oleh


Th1 akan berkolerasi dengan peningkatan
kejadian keguguran. Oleh karena itu, yang dianggap sebagai
sitokin yang akan mempertahankan kehamilan adalah
sitokin-sitokin yang dihasilkan oleh Th2, yang dihasilkan
oleh sel imun dan sel trofoblas.
Hipotesis Mengenai Makrofag
Supresor
– Terdapat makrofag yang telah dikenal secara klasik akan
teraktivasi setelah terstimulasi oleh IFN atau lipoposakarida
(LPS), dan kemudian akan menghasilkan sitokin-sitokin
proinflamasi disebut makrofag supresor.
– Makrofag supresor ini diperkirakan akan menjaga rahim tetap
sebagai tempat yang bersifat immuno-privileged, dengan cara
menghasilkan sitokin-sitokin yang bersifat non-imflamasi seperti
IL-10 atau antagonis reseptor IL-1 dan juga menghasilkan
turunan oksigen bebas yang minimal atau tidak sama sekali.
Hipotesis Mengenai Hormon

– Hormon yang cukup penting yang dihasilkan oleh plasenta adalah


progesterone.
Beberapa penelitian menunjukkan progesteron terbukti akan memicu produ
ksi LIF pada endometrium, dan juga akan memodulasi sistem imun maternal
sehingga keseimbangan Th1dan Th2 akan bergerak ke arah dominasi Th2.
– Dalam masa kehamilan plasenta akan menghasilkan Placental Growth Hormo
ne (pGH) yang memiliki perbedaan 13 asam amino dibandingkan dengan
Growth Hormone (GH) yang dihasilkan oleh hipofisis. pGH akan
menggantikan GH dalam sirkulasi maternal pada trimester kedua dan
diperkirakan dapat pula memodulasi sistem imun maternal.
HIPOTESIS MENGENAI CD95
DAN LIGANNYA (CD95L)
– Interaksi antara CD95L dan ligannya yaitu CD95.
– Telah lama dikenal dalam bidang imunologi yang berperan untuk memicu reaksi
apoptosis. Mekanisme interaksi CD95-CD95L umumnya digunakan untuk
menjelaskan pengaturan pergantian sel, pemusnahan selsel tumor, respons
antiviral, dan yang terpenting adalah untuk melindungi organ organtertentu dari
aktifitas sel sel imun , contohnya pada organ organ yang harus dilindungi
sepertimata dan testis(organ organ yang bersifat immune privileged).
– Mekanismenya adalah sel sel imun memiliki ekspresi CD95, sehungga apabila
sel sel imun mengadakan kontak akanterjadi interaksi CD95-CD95L yang akan
memicu apoptosis sel sel imun tersebut sehinggaorgan organ tersebut akan
dilindungi.
– Dalam penelitian penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa
sel seltrofoblas Mampu menghasilkan CD95 dan dalam medium
kultur mampu memicu apoptosis pada sel sel limfosit T yang
mengekspresikan CD95L.
Oleh karena itu, dapat diambilkesimpulan bahwa sel sel trofoblas
mampu memicu apoptosis sel sel imun maternal apabilasel sel imun
mencoba untuk melakukan kontak dengan sel sel trofoblas.
HIPOTESIS MENGENAI
ANEKSIN II
Aneksin II adalah anggota keluarga dari glikoprotein yang dapat
berikatan dengan fosfolipid bermuatan negatif. Aneksin adalah
membrane associated protein yang umum yang dihasilkan baik oleh
sel sel normal maupun sel sel tumor. Namun, telah dibuktikan
plasenta juga mampu untuk menhasilkan aneksin.
Dalam suatu penelitian telah dibuktikan bahwaaneksinII dapat
menghambat poliferasi sel sel limfosit dan juga menghambat
produksiantibody IgG ataupun IgM oleh sel sel imun maternal.Oleh
karena itu, molekul ini ditengarai juga memiliki peran dalam hal
memicu toleransi system imun maternal pada embrio.
HIPOTESIS
MENGENAI RENDAHNYA
AKTIFITAS KOMPLEMEN
– Dalam system imun innate, komplemen memegang peranan yang cukup penting dalam
menghasilkan sel sel tumor atau asing dengan cara bekerjasama dengan antibodi.
Antibodi akan mengenali antigen asing pada permukaan sel tersebut dan
selanjutnyaantibody akan bergabung dengan komplemen untuk menghasilkan
– Membrane AttackComplex (MAC) yang mampu melubangi permukaan sel yang memiliki
antigen asingtersebut sehingga sel tersebut akan mengalami kehancuran. Namun,
terdapat beberapa factor yang dapat menghambat mekanisme penghancuran tersebut,
diantaranya adalah MembraneComplement Protein (MCP) yang akan menduduki tempat
berikatannya antibody dengan komplemen sehingga tidak dapat terjadi interaksi antara
antibodi dan komplemen atauterdapatnya peningkatan Decary Accelerating Factor (DAF),
Dimana factor tersebut dapat meningkatkan tingkat penghancuran complement.
HIPOTESIS MENGENAI
PENYEMBUNYIAN ANTIGEN
TROFOBLAS
Hipotesis ini masih bersifat spekulatif. Diperkirakan antigen
antigen paternal pada permukaan sel trofoblas dikamuflase oleh
suatu blocking antibody dan materi materi fibrinatau lapisan
sialomusin.
Selain itu ada pula teori mengenai antigen paternal pada sel
seltrofoblas, sehingga antibody tersebut tidak dapat mengaktivasi
system imun lainnya. Hal tersebut diatas akan menyembunyikan
ekspresi antigen paternal pada janin sehingga dapat memicu reaksi
toleransi dari system imun maternal.

Anda mungkin juga menyukai