Anda di halaman 1dari 20

TEKNOLOGI REPRODUKSI

BERBANTU (TRB): IVF


MK EMBRIOLOGI
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta

09 Mei 2020
Avianty Argi Pertiwi, S. Si
Embryologist
PENDAHULUAN
Pada dasarnya proses konsepsi alami yang terjadi di dalam
rahim manusia melalui cara yang alami pula. Namun, pada
kondisi tertentu konsepsi alami ini terkadang tidak terwujud
karena adanya gangguan infertiltas pada pasangan
sehingga tidak mendatangkan keturunan.

Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) merupakan bagian


dari pengobatan infertilitas. Teknologi ini memberi
kesempatan pada pasutri untuk memiliki keturunan
TRB
• Merupakan metode penanganan terhadap sel gamet serta
hasil konsepsi sebagai upaya mendapatkan kehamilan di
luar cara alamiah tanpa melalui proses hubungan suami
istri (sanggama) apabila cara alami tidak memperoleh
hasil, dengan mempertemukan spermatozoa suami dan
sel ovum istri di dalam tabung. (Sesuai dengan PMK No.
43 Tahun 2015)
• Beberapa teknik TRB:
1. In Vitro Fertilization (IVF) dan Embryo Transfer (ET)
2. Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI)
3. Zygote Intrafallopian Transfer (ZIPT)
4. Gamete Intrafallopian Transfer (GIFT)
In Vitro Fertilization (IVF) dan Embryo Transfer (ET)

• Merupakan prosedur konsepsi ovum dan spermatozoa di


laboratorium yang kemudian dilanjutkan dengan
pemindahan embrio ke dalam uterus (rahim)
Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI)
• Sebuah metode yang dikembangkan untuk membantu pasangan
infertilitas di pihak pria. Metode ini dilakukan dengan cara
menyuntikkan spermatozoa tunggal ke dalam satu ovum yang
matang dengan menggunakan bantuan pipet/jarum khusus yang
kemudian ditransplantasikan ke dalam rahim. Metode ini
meningkatkan kemungkinan terjadinya konsepsi.
Perbedaan IVF dan ICSI
IVF ICSI

IVF Konvensional -> sperma yg ICSI -> menyuntikkan sperma


sudah dipreparasi dan ovum tunggal ke dalam ovum matang
disatukan dalam petri dengan media menggunakan mikroskop
khusus. Diinkubasi selama 16-18 manipulator dengan bantuan pipet
jam khusus. Kmd diinkubasi di dalam
media selama 16-18 jam
Skema Pelayanan TRB:IVF
Persiapan Program TRB
• Perlu diperhatikan 3 hal sebelum memulai program:
1. Sperma
2. Sel Ovum
3. Uterus
• Pada umumnya pasien akan menjalani beberapa tes:
1. Laki-laki: Analisa Sperma; hormon FSH, Testosteron,
Prolaktin; Antibodi Antisperma; HBsAg, HIV
2. Perempuan: Histeroskopi; hormon FSH, LH, Estradiol,
Prolaktin, AMH (Anti Mullerian Hormon); HSG; HBsAg, HIV
• Tujuan: untuk mendapatkan sperma, ovum dan embrio yang
berkualitas baik sehingga dapat meningkatkan keberhasilan
program TRB.
• Pemeriksaan hormon (FSH, LH, dan Estradiol) dilakukan
pada hari ke 3 haid untuk menentukan respon terhadap
stimulasi ovarium. Pemeriksaan AMH untuk mengetahui
cadangan ovum dalam ovarium (biasanya dilihat dari
umur perempuan juga)
• Pemeriksaan HSG untuk mengetahui ada atau tidaknya
sumbatan pada tuba falopii
• Pemeriksaan Analisa Sperma dilakukan untuk
merencanakan tindakan fertilisasi apakah secara IVF
(konvensional) atau teknik ICSI
Kriteria Pasien TRB
• Infertilitas disebabkan oleh faktor laki-laki (kualitas
sperma), tidak dapat diatasi dengan tindakan inseminasi
intra uterin
• Infertilitas disebabkan faktor tuba
• Infertilitas disebabkan endometriosis
• Infertilitas yang tidak terjalaskan (Unexplained) dalam
waktu 3 tahun
• Kegagalan fungsi ovarium karena kanker -> sperma/ovum
sudah dibekukan sebelumnya
• Single gene disease
Tahapan Program TRB
1. STIMULASI OVARIUM
Penggunaan obat stimulasi (FSH dan/atau LH rekombinan)
pada ovarium dengan protokol khusus dengan harapann
dapat menghasilkan ovum yang lebih banyak diabndingkan
siklus natural. Efek samping: terjadinya ovarian
hyperstimulation syndrome (OHSS).
Selama stimulasi dilakukan monitoring untuk memantau
jumlah dan pertumbuhan folikel melalui USG Transvaginal.
Penentuan waktu panen ovum (Ovum Pick UP -> OPU)
tergantung dari monitoring ini.
Contoh stimulasi ovarium:
2. Ovum Pick Up (OPU)

• Tindakan dilakukan apabila telah dijumpai minimal 3


folikel berdiameter 20 mm. OPU umumnya dilakukan
dengan metode USG transvaginal dengan pemberian
anesthesi local.
• Pengumpulan cairan folikel (berisi ovum) dengan
menggunakan needle khsusu beserta probe USG yang
dimasukkan melalui vagina. Kemudian cairan folikel di
ovarium diaspirasi dan ditampung dalam tube steril dalam
keadaan hangat. Memerlukan waktu ±10-30 menit.
3. Sperm recovery (Sperm Preparation)
• Pada kasus tertentu, sperma tidak
dapat diejakulasi amaka
pengambilan sperma akan
dilakuakn melalui testis atau
epdidimis langsung (prosedur
bedah).
• Pada kasus sperma dapat
diejakulasikan (normal), suami
melakukan masturbasi untuk
mendapatka cairan ejakulat yang
nantinya akan diproses dengan
metode gradien dan sentrifugasi
untuk mendapatkan sperma dengan
kualitas dan kuantitas terbaik.
• Hanya sperma normal, dengan
gerakan terbaik dan jumlah yang
cukup yang akan digunakan.
4. Inseminasi dan Kultur Embrio
• Inseminasi dilakukan dengan
menyatukan spermatozoa post
prparasi dan ovum post OPU untuk
mendapatkan konsepsi/fertilisasi.
Inseminasi dapat dilakukan dengan
cara IVF konvensional dan ICSI.
Keputusan tersebut diputuskan oleh
embriolog dan dilakukan di dalam Prosedur inseminasi (ICSI)
laboratorium.
• Setelah inseminasi maka
selanjutnya adalah melakukan
observasi setiap 24 jam untuk
memastikan dan menilai
perkembangan dan kualitas embrio
sebelum dilakukan Embrio Transfer.

Mikroskop manipulator
Laboratorium IVF

Kultur dan observasi embrio


5. Embryo Transfer (ET)
• Tindakan memindahkan
embrio post kultur pada hari
tertentu menuju uterus dengan
catheter khusus tanpa
prosedur anesthesi.
• Pada umumnya ET dilakukan
pada embrio hari ke 3. namun
dapat dilakukan pada hari ke
2,4 atau 5 tergantung kondisi
pasien.
• Obsgyn dan embriolog
memberikan informasi terkait
embrio kepada pasien dengan
jelas.
6. Simpan Beku Embrio
• Jika terdapat lebih dari 1 atau 2
embrio dengan kualitas baik,
setelah dilakukan ET masih
terdapat embrio sisa, maka dapat
dilakukan prosedur simpan beku
embrio dengan teknik vitrifikasi.
• Embrio disimpan dalam straw
khusus menggunakan media
khsuus dan diletakkan dalam cane
kemudian disimpan didalam tanki
berisi Liquid Nitrogen.
• Suhu liquid nitrogen adalah -196 oC
atau -321 oF.
• Embrio simpan beku dapat
digunakan untuk siklus selanjutnya
-> Frozen Embryo Transfer (FET)
Tanki Nitrogen
7. Tes Kehamilan (βhCG) post ET
• Setelah dilakukan ET, pasien diberika obat penunjang
fase lutheal berupa hormon progesteron yang dapat
meningkatkan keberhasilan kehamilan pasca program.
• Tes kehamilan biasanya menggunakan sampel darah ->
βhCG pada hari ke 15 atau 12 hari setelah dilakukannya
ET.
• Nilai tes βhCG yang menunjukkan kehamilan adalah >1,2
mIU/mL

Anda mungkin juga menyukai