Anda di halaman 1dari 60

Infeksi Dalam Kehamilan

Pendahuluan
• Secara fisiologik  sistem imun pada ibu hamil menurun
• Toleransi sistem imun ibu terhadap bayi yang merupakan
jaringan semi-alogenik
• Sistem imun bayi  UK12 minggu  meningkat  UK 26
minggu  hampir sama dengan sistem imun pada ibu hamil
• Infeksi bisa disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasite
• Penularan: intrauterin, persalinan atau pascalahir
• Transmisi: transplasental, aliran darah atau cairan amnion
Infeksi TORCH
Infeksi TORCH
Pendahuluan

Infeksi Torch dalam kehamilan dapat mempengaruhi


tumbuh kembang dalam kandungan
Periode zigot  abortus
Periode embrio kelainan bawaan mayor
Periode fetal kelainan bawaan minor
TOXOPLASMOSIS

 Infeksi toxoplasma  toxoplasma gondii


 Hewan ke manusia, tu kucing, POE fecal oral
 Transmisi ke bayi  transplasenta
 Sporozoit masuk GIT masuk ke vaskularisasi ibu  tachyzoit terbentuk dan
memperbanyak diri tachyzoit ditransmisikan melelui placenta  janin terinfeksi
 Risiko infeksi janin
 1st- 15% (penyakit serius biasa terjadi, termasuk aborsi)
 2nd - 25%
 3rd - 65% (90% bayi baru lahir tanpa tanda klinis infeksi)
Menifestasi klinis pada Ibu

 Fatigue, demam, sakit kepala, nyeri otot,


maculopapular rash and limfadenopati servikal posterior
 Immunokompeten  infeksi pertama  imunitas dan
infeksi pre kehamilan hampir mengeleminasi berbagai
resiko transmisi secara vertikal
 Immunocompromised  berat dan reaktivasi dapat
menyebabkan encephalitis, retinochoroiditis, or lesi
massa
 Infeksi maternal  4x peningkatan persalianan preterm
Manifestasi klinis pada bayi

 BBLR, hepatosplenomegali, jaundice,


and anemia
 Intracranial calcifications dan dengan
hydrocephaly or microcephaly.
 Chorioretinitis
 Triad chorioretinitis, intracranial
calcifications, and hydrocephalus—
disertai konvulsi >>
Diagnosis pranatal

 Dx pranatal dilakukan pd uk 14-27 mgg:


Kordosentesis/amniosentesis (dengan USG)
Pembiakan darah janin ataupun cairan ketuban
dalam kultur sel fibroblas, ataupun diinokulasi ke
dalam ruang peritoneum tikus diikuti isolasi parasite 
PCR atau ELISA
Pemx tambahan berupa enzim liver, platelet, leukosit
(monosit dan eosinofil) dan limfosit khususnya rasio
CD4 dan CDS
 Dx toxoplasma kongenital :
Adanya IgM janin spesifik
Parasit pada kultur dan DNA dan T.gondii dgn PCR
darah janin
 Didahului skrining serologik maternal. Jika 1 dari 4 syarat
terpenuhi maka dilakukan kordosentesis/amniosentesis
1. Antibodi IgM +
2. Serokonveksi dgn interval waktu 2-3 mgg, Perubahan
dari seroneg menjadi seropos IgM dan IgG
3. Titer IgG yang tinggi ≥ 1/1024 (ELISA)
4. Aviditas IgG ≤ 200
Terapi dan pencegahan
 Kehamilan dgn inf akut
Spiramicin diberikan 2-4 gr/hari p.o dibagi dalam 4 dosis utk 3
mgg, diulangi set 2 mgg sampai kehamilan aterm
Piremitamin-sulfadiazine-asam folinik selama 21 hari. Dosis
piremitamin 1 mg/kg/hari p.o untuk 3 - 4 hari. Sulfadiazin 50 - 100
mg/kg/hari p.o dibagi 2 dosis. Asam folinik 2 kali 5 mg IM tiap
minggu selama pemakaian piremitamin.
 Toxoplasma kongenital
Sulfadiazin 50-100 mg/kg/hari dan piremitamin 0,5-1mg/kg
diberikan tiap 2-4 selama 20 hari. IM asam folat 5 mg tiap 2-4
hari. Pengobatan dihentikan anak usia 1 thn.
 Memakan semua sayuran dan daging yang dimasak
(90' C selama 30 detik, 80' C untuk 1 menit dan 70' C
untuk 2 menit)
 Tidak minum susu kecuali yang telah dipasteurisasi
 Hindari menyentuh mata dan mulut pada saat
mengolah daging mentah. Wajib cuci tangan dgn
sabun stelah mengolah daging mentah
 Hindari kontak dgn kotoran kucing misal saat berkebun
Rubela
 Rubela  RNA virus
 Penularan: inhalasi droplet yang berasal dari saluran
napas penderita
 Masa inkubasi 14-21 hari
Virus bersifat teratogenic  dapat melewati plasenta 
menyebabkan gangguan perkembangan janian dan
kematian sel
 Insiden
1st trimester- 50% major fetal anomalies
2nd trimester- 25%
3rd trimester- 10%
Abortus spontan terjadi pada 20% kasus dengan infeksi >20
minggu
Manifestasi klinis Ibu
 Demam ringan dengan maculopapular rash generalisata,
mulai dari wajah ke badan dan ekstremitas
 Athralgias or arthritis, limfadenopati kepala dan leher, dan
conjunctivitis.
 Infeksi pd TM I  defek pada jantung, katarak, retinitis,
dan ketulian
 Infeksi pada TM III  jarang berdampak defek kongenital
Manifestasi pada bayi
 Eye defects—cataracts and congenital glaucoma
 Congenital heart defects—patent ductus arteriosus and pulmonary
artery stenosis
 Sensorineural deafness
 Central nervous system defects—microcephaly, developmental
delay, mental retardation, and meningoencephalitis
 Pigmentary retinopathy
 Neonatal purpura
 Hepatosplenomegaly and jaundice
 Radiolucent bone disease
Diagnosis
 Konversi dari IgM negatif menjadi positif dan
meningkatnya IgG secara berrnakna
 Kadar IgM ini dapat pula dibuktikan dalam darahtali
pusat
 Sampel  urin, darah, nasopharynx, dan
cerebrospinal fluid sampai 2 minggu setelah rash after
rash onset
 Specific IgM antibody  enzyme-linked immunoassay
pd 4 - 5 hari setelah onset (max. 6 mgg setelah rash)
 Titer serum IgG antibody memuncak pada 1-2 mgg
setelah rash
Terapi dan pencegahan

 Penyakit rubella bersifat self  Vaksinasi tidak diberikan pada


limiting disease , tidak ada wanita hamil
pengobatan khusus yang  Penanganan khusus pada
dianjurkan. bayi dengan rubela
 Pengobatan yang diberikan kongenital sesuai dengan
simptomatis sesuai gejala deffect yang dialami
pada ibu  Bayi yang lahir dengan rubela
 Dianjurkan untuk melakukan kongenital menyebarkan virus
vaksinasi, terutama pada sehingga merupakan
wanita berusia subur. ancaman bagi bayi lain, serta
orang dewasa rentan yang
berkontak dengan bayi
tersebut
Cytomegalovirus (CMV)

 CMV virus herpes DNA


 CMV  pembengkakan sel yang karakteristik sehingga terlihat
sel membesar (sitomegali) dan tampak sebagai gambaran
mata burung hantu
 CMV  penyebab utama infeksi perinatal (0,5 - 2 % dari
seluruh bayi neonatal) di Amerika
 Penularan: horisontal, vertikal, dan hubungan seksual droplet
infection, kontak dengan air ludah dan air seni, transplasenta
Manifestasi pada Ibu

 Asymptomatic >>
 10-15%  demam, faringitis, limfadenopati, dan
polyarthritis
 Immunocompromised  myocarditis, pneumonitis,
hepatitis, retinitis, gastroenteritis, atau
meningoencephalitis
Manifestasi pada bayi

 Growth restriction
 Microcephaly, intracranial calcifications
 Chorio-retinitis
 Mental and motor retardation, sensorineural deficits
 Hepatosplenomegaly, jaundice, hemolytic anemia, and
thrombocytopenic purpura
DIAGNOSIS

Metode serologis  diagnosa infeksi maternal


primer dapat ditunjukkan dengan adanya
perubahan dari seronegatif menjadi seropositif
(tampak adanya IgM dan IgG anti CMV) 
serial 3 mgg
Metode virologis, viremia maternal dapat
ditegakkan dengan menggunakan uji immuno
fluoresen
DIAGNOSIS PRENATAL

 Diagnosis prenatal metode PCR dan isolasi virus pada cairan


ketuban yang diperoleh setelah amniosentesis pd uk 21-23 mgg
 USG  Oligohidramnion, polihidrarnnion, hidrops nonimun, asites
janin, gangguan pertumbuhan janin, mikrosefali, ventrikulomegali
serebral (hidrosefalus), kalsifikasi intrakranial, hepatosplenomegali,
dan kalsifikasi intrahepatik
TERAPI

 Saat ini terminasi kehamilan merupakan satu-satunya


terapi intervensi karena pengobatan dengan anti virus
(ganciclovir) tidak memberi hasil yang efektif serta
memuaskan
 Dengan demikian konseling, infeksi primer yang terjadi
pada umur kehamilan  20 minggu setelah
memperhatikan hasil diagnosis prenatal  dapat
dipertimbangkan terminasi kehamilan
Herpes Simpleks

Berdasarkan perbedaan imunologi dapat


dikenali 2 jenis herpes simpleks virus (HSV)
HSV tipe 1 (Non genital)
HSV tipe 2 (Genital) dan ditularkan melalui
hubungan seksual.
 Cara penularan
HSV tidak bisa menembus plasenta
HSV asymptomatik pada wanita hamil Bayi lahir
pervaginam kontak dengan dinding vagina dan servix
yang terinveksi  infeksikongenital HSV
Transmisi dari bawah ke daerah uterus  dapat
menginfeksi bayi bila membran ketubannya ruptur

 Faktor resiko
Hubungan seksual yang tidak sehat, sering berganti-ganti
pasangan
Hygine daerah genitalia buruk
MANIFESTASI PADA IBU

80 persen wanita yang terjangkit infeksi herpes


genitalis mengalami kekambuhan simtomatik
sebanyak 2-4 kali selama hamil
Kekambuhan klinis tampaknya sedikit lebih sering
pada kehamilan tahap lanjut.
Pada Janin dan Neonatus
 Janin hampir selalui terinfeksi oleh virus yang di keluarkan dari
serviks atau saluran genital bawah.
 Virus menginvasi uterus setelah selaput ketuban pecah atau
berkontak dengan janin saat persalinan.
Infeksi pada Neonatus

 Diseminata  keterlibatan organ-organ dalam mayor


 Lokalisata  Keterlibatan terbatas pada mata, kulit atau
mukosa
 Asimtomatik
TERAPI DAN PENCEGAHAN

Medikamentosa Valacyclovir 2X 500 mg,


Acyclovir 3X400mg
Seksio sesarea diindikasikan pada wanita
dengan lesi genital aktif
Dengan demikian seksio sesarea dilakukan
hanya apabila tampak lesi primer atau rekuren
saat mejelang persalinan atau saat selaput
ketuban pecah
Others
Hepatitis B

 Infeksi menular serius pada hati yang disebabkan oleh


virus hepatitis B
 Infeksi akut  terinfeksi pertama kalinya  beberapa
bulan  kronis
 Faktor Predisposisi
• Kontak lesi atau sekret dengan penderita Hepatitis B
• Transfusi darah
• Belum mendapat vaksinasi Hepatitis B
 Kehamilan  tidak memperberat infeksi virus hepatitis
 Infeksi akut pada kehamilan  hepatitis fulminan 
mortalitas tinggi pada ibu dan bayi
 Ibu abortus & HPP karena gangguan pembekuan
darah akibat gangguan fungsi hati
 Bayi  tidak terjadi pada masa neonatus, tetapi pada
masa dewasa  penularan vertikal VHB, 60 - 90 %
pengidap kronik VHB dan 30 % kanker hati atau sirosis
hati sekitar 40 tahun kemudian
37 Gejala Ibu
 6 bulan setelah terinfeksi
 Gejala:
 Kelelahan
 Nafsu makan menurun
 Mual muntah
 Kuning/ Ikterus/ Jaundice
 Nyeri perut
 Nyeri otot
 Tidak khas, dapat sembuh sendiri

 Asimptomatis >>
38 Gejala bayi
 Ikterus timbul setelah 6-8 minggu
 Hepato splenomegali
 Limfadenopati
 Letargi, anoreksia dan malaise
 Sindrom Gianotti-Crosti
39 Diagnosis
 “Pemeriksaan Universal” saat ANC,
pada kontrol pertama
 Pemeriksaan:
 Minimal HBsAg
 Anti-HBs atau HbsAb
 Anti-HBc atau HBcAb
40  Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) HBeAg
 Bagian Hep B , ada di darah ibu  Menunjukkan kondisi replikasi aktif
 Jika (+), artinya ada virus Hep B  Risiko perinatal transmisi
 Hepatitis B Surface Antibody (HBsAb meningkat jika (+)
atau anti-HBs)  Tanpa profilaksis, risiko transimisi:
 Dibentuk sbg respon thd infeksi Hep B  90% jika HBeAg (+)
 Jika (+), artinya ada kekebalan thd virus  30% jika HbeAg (-)
Hep B
 Perlindungan jangka panjang
 Hepatitis B Core Antibody (HBcAb atau
anti-HBc)
 Menunjukkan pernah terpapar virus
41
42
43 Tatalaksana
 Tatalaksana umum HbsAg (-)  bayi : vaksin hep
B 0,5 ml pada usia 0, 1bulan,
Ibu : pmx HbsAg pada
TM 1 dan 6 bulan.
 Tatalaksana khusus Bayi premature tidak ada
perbedaan pemberian HBIG
Ibu HbsAg +  beri
dan Vaksin Hep B 4x, 0,1,6
bayi inj. HBIG 0,5 m IM
segera setelah lahir dan 8 bulan
dan vaksin hep B do Tidak ada larangan
0,5 ml IM, lanjutkan pemberian ASI pada bayi
pemberian pada usia dgn IBU HbsAg (+)
1 bulan dan 6 bulan 
melindungi 90-95%
risiko infeksi
 Hepatitis fulminan persalinan pervaginam usahakan
dengan trauma sekecil mungkin dan rawat bersama
dengan spesialis Penyakit Dalam
 Viral Load tinggi  pertimbangkan pemberian HBIG
atau lamivudin pada 1 - 2 bulan sebelum persalinan
 SC  titer VHB tinggi (3,5 pglml), persalinan yang lebih
dari 16 jam pada pasien pengidap HBsAg (+)
45
46 Malaria
 Penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan
oleh protozoa genus Plasmodium, ditandai dengan demam,
anemia dan splenomegaly
 Morbiditas dan mortalitas ibu hamil tinggi (primigravida >>) 
anemia dan mortalitas perinatal
 Infeksi lebih berat jika P. Falsiparum dan P. Vivaks
 Faktor Predisposisi :
• Faktor lingkungan (endemis)
• Kontak dengan vektor malaria
47 Siklus hidup
48
49 Gejala ibu
Gejala Malaria berat
Tanpa komplikasi
 Penurunan kesadaran
 Demam
 Tidak dapat makan dan minum
 Menggigil
 Anemia berat
 Sakit kepala
 Demam sangat tinggi >40 C
 Nyeri otot dan sendi
 Kelemahan umum
 Anoreksia
 Ikterik
 Mual dan muntah
 Oliguria
 Diare
 Black waterfever
 Mulas seperti his palsu
 Pembesaran limfa
 Pembesaran hati
50 Gejala bayi

RISIKO PADA JANIN


MALARIA KONGENITAL
 Demam tinggi, insufisiensi plasental,
anemia, komplikasi lain efek ke janin  Gejala infeksi yang tidak khas

 Mortalitas perinatal dan neonatal 15-  Jarang terjadi, <5%


70%  Plasenta  barier  parasit
 Abortus spontan, kelahiran prematur, masuk ke sirkulasi darah janin
kematian janin dalam kandungan, apabila terdapat kerusakan
insufisiensi plasental, IUGR, BBLR, dan pada plasenta
fetal distress  Barier plasenta dan antibodi
 Infeksi yang menyebar transplasenta IgG maternal yang melewati
ke janin menimbulkan malaria plasenta dapat melindungi
kongenital. janin
51
52 Diagnosis

 Anamnesis  Untuk Malaria berat


 Pemeriksaan penunjang Hb dan Hct
Hapusan darah tepi Hitung jumlah Leukosit
RDT dan trombosit
Kimia Darah
UL
Tatalaksana Umum (M. Falciparum)

 UK<3 bulan:  UK> 3 bulan:


 Kina 3x2 tablet selama 7  DHP 1 x 3 tablet (BB 41-59
hari atau 3x10mg/kgBB kg) / 1x4 tablet (BB ≥ 60
selama 7 hari DITAMBAH kg) selama 3 hari ATAU
 Klindamisin 2x300mg atau  Artesunat 1 x 4 tablet
2x10mg/kgBB selama 7 dan amodiakuin 1 x 4
hari. tablet selama 3 hari
 Parasetamol 1 tablet tiap  PCT bila demam
6 jam bila demam.
Tatalaksana Umum (M. Vivax)

 UK <3 bulan:  UK > 3 bulan:


 Kina 3 x 2 tablet selama 7  DHP 1 x 3 tablet (BB 41-59
hari atau 3 x 10mg/kgBB kg) / 1x4 tablet (BB ≥ 60
selama 7 hari kg) selama 3 hari ATAU
 PCT bila demam  Artesunat 1 x 4 tablet
dan amodiakuin 1 x 4
tablet selama 3 hari
 PCT bila demam
Tatalaksana Umum (Anjuran)

 Minum obat sesudah makan atau perut tidak dalam


keadaan kosong
 Meneruskan minum tablet zat besi dan asam folat serta
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
 Menggunakan kelambu setiap malam di rumah atau di
kebun
 Semua obat yang diberikan dihabiskan, meskipun ibu
hamil sudah merasa mulai membaik.
Tatalaksana Khusus Malaria Berat

 Stabilisasi dan rujuk ibu segera


 Tentukan UK dan periksa TTV
 Lindungi ibu dari cedera, tetapi jangan mengekangnya
 Jika ibu tidak sadarkan diri, periksa jalan napasnya dan
posisikan ibu dalam keadaan miring kiri dengan 2 bantal
menyangga bagian punggungnya
Tatalaksana Khusus Malaria Berat

 Periksa adanya kaku kuduk.


 Jika ibu kejang: baringkan ibu dalam posisi miring untuk
mengurangi risiko aspirasi
 Rujuk ibu ke rumah sakit/fasilitas kesehatan yang lebih
lengkap.
 Sebelum merujuk, berikan satu dosis artemeter IM (untuk
ibu hamil trimester II – III) atau kina hidroklorida IM (untuk
ibu hamil trimester I).
Tatalaksana Khusus Malaria Berat

 Artemeter diberikan dengan dosis 3,2 mg/kgBB secara


IM. Jika tersedia dalam ampul yang berisi 80 mg
artemeter, maka untuk ibu dengan berat badan sekitar
50 kg berikan suntikan IM sejumlah 2 ampul.
 Kina hidroklorida IM diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB.
 Apabila rujukan tidak memungkinkan, pengobatan
dilanjutkan dengan pemberian dosis lengkap artemeter
IM
Tatalaksana Khusus Malaria Berat (TM II
dan III)
 Artesunat (AS) 2,4 mg/kgbb IV sebanyak 3 kali jam ke 0,
12, 24. Selanjutnya 2,4 mg/kgBB IV/hari sampai mampu
minum obat. Pengobatan dilanjutkan dengan regimen
dihydroartemisinin-piperakuin (ACT lainnya) + primakuin,
ATAU
 Artemeter 3,2 mg/kgBB IM, dilanjutkan pada hari
berikutnya 1,6 mg/kgBB IM 1x1 sampai mampu minum
obat. Pengobatan dilanjutkan dengan regimen
dihydroartemisinin-piperakuin ( ACT lainnya) + primakuin
Tatalaksana Khusus Malaria Berat (TM I)

 LD kina: 20 mg garam/kgBB dilarutkan dalam 500 ml dextrose 5% atau NaCl


0,9% diberikan selama 4 j I
 4 j III: Kina dengan dosis rumatan 10 mg/kgBB dalam larutan 500 ml
dekstrose 5 % atau NaCl
 4 j II & IV: cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%
 Bila dapat minum obat  kina tablet dengan dosis 10 mg/kgBB/kali
diberikan tiap 8 jam
 Kina oral diberikan bersama doksisiklin, tetrasiklin pada orang dewasa atau
klindamisin pada ibu hamil
 Dosis total kina selama 7 hari dihitung sejak pemberian kina per infus yang
pertama

Anda mungkin juga menyukai