Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga untuk
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami adalah semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

1
KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

ABSTRAK 3

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG 4


1.2 RUMUSAN MASALAH 5
1.3 TUJUAN 5
1.4 MANFAAT 5

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 : DEFINISI EPIDEMIOLOGI KLINIK 6

2.2 : EPIDEMIOLOGI KLINIK NORMAL DAN ABNORMAL 7

2.3 : TES DIAGNOSTIK 8

2.4 : RIWAYAT ALAMIAH DAN PROGNOSIS 9

2.5 : EFEKTIFITAS PENGOBATAN 10

2.6 : PENCEGAHAN DI DALAM PRAKTEK KLINIK 10

2.7 : PERBEDAAN ANTARA FAKTOR RESIKO DAN FAKTOR 11

PROGNOSTIK

2.8 : ELEMEN-ELEMEN PADA STUDI PROGNOSIS 13

BAB 3 : PENUTUP

3.1 : KESIMPULAN 14

3.2 : SARAN 14

DAFTAR PUSTAKA 15

2
ABSTRAK

Epidemiologi Klinik adalah penerapan prinsip-prinsip dan metode-metode


epidemiologi ke dalam praktek kedokteran klinik. Epidemiologi klinik merupakan
salah satu dari ilmu-ilmu kedokteran dasar yang meliputi metode-metode yang
digunakan oleh para klinis didalam melakukan audit terhadap proses-proses dan
hasil-hasil dari pekerjaan mereka. Epidemiologi klinik masih merupakan sebuah
istilah yang kontradiktif yaitu bahwa epidemiologi itu berurusan dengan
populasi/komunitas, sementara kedokteran klinik itu berurusan dengan individu. Hal-
hal yang dipelajari dalam epidemiologi klinik mencakup antara lain :

• Definisi – definisi tentang normalitas dan abnormalitas,

• Riwayat penyakit dan prognosis penyakit,

• Efektifitas pengobatan,

• Tindakan pencegahan dalam praktek kedokteran klinis.

Keabsahan dari disiplin ilmu kedokteran klinik adalah bahwa pembuatan keputusan
klinik itu seyogyanya selalu didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah dan memerlukan
penelitian yang relevan dengan menggunakan dasar-dasar epidemiologi yang kuat.

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Epidemiologi Klinik adalah penerapan prinsip – prinsip dan metode – metode


epidemiologi ke dalam praktek kedokteran klinik.1

Epidemiologi klinik merupakan salah satu dari ilmu – ilmu kedokteran dasar yang
meliputi metode – metode yang digunakan oleh para klinisi didalam melakukan audit
terhadap proses – proses dan hasil – hasil dari pekerjaan mereka.1

Epidemiologi klinik masih merupakan sebuah istilah yang kondradiktif yaitu bahwa
epidemiologi itu berurusan dengan populasi atau komunitas, sementara kedokteran
klinik itu berurusan dengan individu.
Hal – hal yang dipelajari dalam epidemiologi klinik mencakup antara lain :
a. Definisi-definisi tentang normalitas dan abnormalitas
b. Akurasi uji-uji diagnosis
c. Riwayat penyakit dan prognosis penyakit
d. Efektifitas pengobatan
e. Tindakan pencegahan dalam praktek kedokteran klinis
Keabsahan dari disiplin ilmu kedokteran klinik adalah bahwa Pembuatan keputusan
klinik itu seyogyanya selalu didasarkan pada prinsip – prinsip ilmiah dan memerlukan
penelitian yang relevan dengan menggunakan dasar – dasar epidemiologi yang kuat.2

Dalam makalah ini aspek yang akan dibahas dalam epidemiologi klinik adalah
mengenai aspek prognosis. Prognosis merupakan prediksi tentang kelangsungan
sebuah penyakit yang mencerminkan sebagai probabilitas akan perkembangannya
pada masa/tahap selanjutnya. Prediksi – prediksi itu didasarkan kepada kelompok –
kelompok penderita tertentu dan hasilnya mungkin berbeda untuk penderita –
penderita tersebut secara individual. Pengetahuan tentang kecenderungan prognosis
ini sangat membantu untuk menentukan pengobatan yang tepat. Dalam hal ini,

4
informasi epidemiologis sangat diperlukan untuk melakukan prediksi – prediksi
tentang prognosis dan akibat penyakit. Hal ini disebabkan pengalaman klinis yang
hanya mengandalkan pada sejumlah penderita yang terbatas saja dan follow -up yang
tidak adekuat, tidak cukup memadai untuk melakukan prediksi tentang prognosis
penyakit.2

Prognosis dalam pengertian Mortalitas diukur sebagai tingkat Fatalitas Kasus (Case
Fatality Rate) atau Probabilitas Kelangsungan Hidup. Sedangkan Metode yang
digunakan untuk Mengukur Prognosis adalah Analisis Survival (Survival Analysis).2

1.2 Rumusan Masalah

Apakah yang dimaksudkan dengan epidemiologi klinis dan aspek prognosis.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk lebih mengerti dan
memahami tentang epidemiologi klinis pada studi prognosis.

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan


pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
umumnya agar dapat mengetahui dan memahami lebih dalam epidemiologi klinis
pada studi prognosis.

BAB II

5
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Epidemiologi Klinik

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab,


pengendalian, dan faktor-faktor yang memengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit,
kecacatan, dan kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi
pemberian ciri pada distribusi ststus kesehatan, penyakit, atau masalah kesehatan
masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan,
pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang, dan sebagainya.4
Epidemiologi klinik (clinical epidemiology) sudah dikenal 50 tahun yang lalu
ketika John R Paul mendefinisikan epidemiologi klinik “a marriage between
quantitative concepts used by epidemilogists to study disease in populations and
decision making in the individual case which is the daily fare of clinical medicine” ,
yang dapat didefiniskan epidemiologi klinik adalah perkawinan antara konsep
kuantitatif yang digunakan ahli epidemiologi untuk mempelajari penyakit pada
populasi dan pengambilan keputusan pada individu kasus yang merupakan kegiatan
sehari-hari kedokteran klinis. 3
Definisi tersebut mengisyaratkan, epidemiologi klinik merupakan ilmu yang
berasal dari dua disiplin induk, kedokteran klinis (clinical medicine) dan
epidemiologi (epidemiology). Disebut clinical karena epidemiologi klinik bertujuan
membantu klinisi untuk membuat keputusan klinis dengan lebih baik untuk
pelayanan pasien, menyangkut diagnosis, kausa, prognosis, terapi, maupun
pencegahan. Epidemiologi klinik disebut epidemiology karena semua prinsip,
konsep, dan metode yang digunakan untuk membuat keputusan klinis pasien
diadopsi dari prinsip, konsep dan metode kuantitatif epidemiologi populasi. 3
Epidemiologi klinik disebut epidemiology karena masalah klinis individu
pasien diamati, dikuantifikasi, dan dianalisis dalam konteks populasi yang melatari
pasien.
Studi prognostik bertujuan menyajikan kemungkinan suatu kejadian dalam
perjalanan klinis seorang pasien dengan profil tertentu; kemungkinan ini diestimasi
dari insidens empiris perjalanan klinis pada sekelompok pasien dengan profil yang

6
sama. Yang menjadi objek pada studi prognostik adalah insidens suatu
keadaan/kejadian sebagai fungsi dari faktor prognostik.6

2.2 Epidemiologi Klinik Normal dan Abnormal


Setiap Konsultasi dalam praktek kedokteran klinik bertujuan untuk
menentukan apakah benar bahwa gejala – gejala dan tanda serta hasil uji diagnostik
yang dialami oleh para penderita itu normal atau tidak. Hal ini perlu dipertimbangkan
dan dilakukan sebelum melakukan tindakan – tindakan lebih lanjut seperti investigasi,
pengobatan dan observasi. Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk membantu
para klinisi dalam menentukan batas – batas normal dan abnormalitas adalah
‘Normal’ adalah suatu keadaan yang pada umumnya terjadi (Normal adalah Umum)
Diasumsikan bahwa normal adalah segala sesuatu atau kedaan yang biasanya terjadi
dan sering terjadi sedangkan ‘Abnormal’ adalah hal – hal yang tidak lazim dan tidak
sering terjadi. Kelemahan akan hal ini adalah tidak adanya dasar biologis untuk
digunakan sebagai petunjuk baku ke arah abnormalitas.
Abnormalitas berassosiasi dengan penyakit, kriteria ini didasakan pada
distribusi dari pengamatan – pengamatan yang dilakukan terhadap orang – orang
sehat maupun orang yang sakit. Dalam hal ini erat kaitannya dengan sensitivitas dan
spesifitas dimana sensitivitas merupakan proporsi dari orang – orang yang benar –
benar sakit, yang kemudian dikategorikan sebagai keadaan Abnormal berdasarkan uji
atau tes. Sedangkan spesifitas merupakan proporsi dari orang – orang yang benar –
benar sehat atau Normal.
Abnormal sebagai keadaan yang dapat diobati. Dengan semakin
meningkatnya teknologi kedokteran, semakin memberikan peluang untuk dapat
meneliti berbagai masalah kesehatan atau penyakit yang pada akhirnya bertujuan
untuk dapat menemukan obat yang mutakhir, sehingga hamper semua penyakit dapat
diobati.

2.3 Tes Diagnostik

7
Tujuan dari melakukan uji diagnostic adalah Untuk membantu memastikan diagnosis
– diagnosis yang paling memungkinkan. Dalam pengertian ini, maka seharusnya
diagnosis itu merupakan sebuah proses ilmiah. Oleh karena itu, dalam setiap uji
diagnostic seharusnya dilakukan dengan prosedur – prosedur ilmiah seperti layaknya
sebuah penelitian. Namun hal ini tidak akan mungkin dapat dilakukan pada kasus –
kasus yang memang membutuhkan tindakan klinis segera. Berikut digambarkan
hubungan antara sebuah hasil uji diagnostic dengan keberadaan penyakit :

PENYAKIT JUMLAH
ADA TIDAK ADA
HASIL UJI POSITIF (a) (b) a+b
DIAGNOSTI Positif Sebenarnya Positif Palsu
K (True Positif) (False Positif)
NEGATIF (c) (d) c+d
Negatif Palsu Negatif
(False Negative) Sebenarnya
(Time Negatif)
JUMLAH a+c b+d a+b+c+d

• True Positif (a) : Menunjuk pada banyaknya kasus yang benar – benar
menderita penyakit dengan hasil test yang Positif.
• True Negatif (d) : Menunjuk pada banyaknya kasus yang tidak sakit dengan

hasil test yang Negatif.


b
• False Positif ( ) : Menunjuk pada banyaknya kasus yang sebenarnya tidak sakit
b+d

tetapi b + d test menunjukkan hasil yang positif. b

8
c
• False Negatif ( ) : Menunjuk pada banyaknya kasus yang sebenarnya menderita
a+c

penyakit tetapi hasil test Negatif. c a + c


a
• Sensitivitas ( ) : Probabilitas hasil Uji Positif pada orang-orang yg
a+c
menderita penyakit.
d
• Spesifisitas ( ) : Probabilitas hasil Uji Negatif pada orang-orang yg tidak
b+d
menderita penyakit.

2.4 Riwayat Alamiah dan Prognosis


Istilah riwayat penyakit itu menunjuk kepada tahap – tahap sebuah penyakit, yang
meliputi :
• Mulai timbulnya patologi penyakit,
• Tahap presimtomatis dari timbulnya perubahan – perubahan patologis dengan
munculnya gejala – gejala atau tanda – tanda.
• Tahap sebuah Penyakit; yang secara klinik benar – benar nyata dan mungkin dapat
mengalami perkembangan yang buruk bahkan menyebabkan kematian.

Prognosis: Merupakan prediksi tentang kelangsungan sebuah penyakit yang


mencerminkan sebagai probabilitas akan perkembangannya pada masa/tahap
selanjutnya.
Prediksi-prediksi itu didasarkan kepada kelompok-kelompok penderita
tertentu dan hasilnya mungkin berbeda untuk penderita – penderita tersebut secara
individual. Pengetahuan tentang kecenderungan prognosis ini sangat membantu untuk
menentukan pengobatan yang tepat. Dalam hal ini, informasi epidemiologis sangat
diperlukan untuk melakukan prediksi-prediksi tentang prognosis dan akibat penyakit.
Hal ini disebabkan pengalaman klinis yang hanya mengandalkan pada sejumlah
penderita yang terbatas saja dan follow -up yang tidak adekuat, tidak cukup memadai
untuk melakukan prediksi tentang prognosis penyakit. Prognosis dalam pengertian

9
Mortalitas diukur sebagai tingkat Fatalitas Kasus (Case Fatality Rate) atau
Probabilitas Kelangsungan Hidup. Sedangkan Metode yang digunakan untuk
Mengukur Prognosis adalah Analisis Survival (Survival Analysis).

2.5 Efektifitas Pengobatan


Beberapa pengobatan benar-benar menunjukkan kelebihan-kelebihan,
sehingga tidak membutuhkan penilaian secara formal. Tetapi hal ini jarang terjadi
dalam dunia kedokteran klinis. Biasanya efek-efek yang timbul dari pengobatan dan
perlakuan-perlakuan yang diberkan atau intervensi membutuhkan penelitian untuk
memastikan kegunaannya. Dalam penelitian-penelitian tentang efikasi atau
kemanjuran, maka sangat menguntungkan bila menggunakan para penderita yang
mempunyai kecenderungan untuk patuh dan taat. Kepatahu dan kataatan adalah di
mana suatu kedaan sejauh mana penderita itu menjalankan nasehat-nasehat medis
secara baik. Metode yang paling sesuai untuk mengetahui efikasi dan efektifitas
adalah Uji Coba Klinik Acak Terkendali (Randomized Controlled Trial).

2.6 Pencegahan di dalam praktek klinik


Pengetahuan-pengetahuan dibidang epidemiologi mendorong dilakukannya
praktek-praktek pencegahan di dalam konteks praktek klinik sehari-hari. Hampir
semua pencegahan-pencegahan itu dilakukan dalam tahap sekunder dan tersier, tetapi
pencegahan di tingkat primer juga dapat diterapkan dalam praktek sehari-hari.
Misalnya : imunisasi, screening pada anak-anak, penimbangan berat badan pada
anak- anak, penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS), perawatan antenatal.
Empat tingkat pencegahan dalam Epidemiologi yang disesuaikan denga fase
-fase yang berbeda-beda dari perkembangan penyakit dapat diidentifikasikan sebagai
berikut :
1. Pencegahan primordial
Menciptakan prakondisi dimana masyarakat merasa bahwa merokok itu
merupakan status kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat mampu bersikap
positif untuk tidak merokok.

10
2. Pencegahan Primer
• Promosi Kesehatan Masyarakat
• Pencegahan Khusus

3. Pencegahan Sekunder
• Diagnosis Dini : Screening.
• Pengobatan : Kemotherapi / Pembedahan.
4. Pencegahan Tersier.
• Rehabilitasi
Semua tingkat pencegahan tersebut diatas adalah penting dan saling melengkapi,
meskipun tindakan pencegahan primordial dan primer itu mempunyai kontribusi
terbesar bagi kesehatan dari populasi secara keseluruhan.

Tingkat Pencegahan Fase Penyakit Saranan


Primordial Kondisi yang mengarah pada Populasi Total dan kelompok-
penyebab penyakit kelompok terseleksi
Primer Faktor-faktor penyebab yang Populasi Total, kelompok-
spesifik kelompok yang terseleksi &
individu-individdu yang sehat
Sekunder Penyakit dalam tahap dini Penderita-penderita
Tersier Penyakit dalam tahap akhir Penderita-penderita
(Pengobatan, Rehabilitasi)

2.7 Perbedaan antara Faktor Resiko dan Faktor Prognostik


a. Pasien yang berbeda (Patients are different)
Studi dari faktor resiko biasanya berhubungan dengan orang-orang yang
sehat, sedangkan studi pada faktor prognostik merupakan hasil pada orang yang
sakit.7

b. Hasil yang berbeda (Outcomes are different)

11
Risiko dan prognosis menggambarkan fenomena yang berbeda. Pada risiko,
kejadian-kejadian yang dapat dihitung pada timbulnya suatu penyakit. Untuk
prognosis, berbagai konsekuensi penyakit yang dihitung, termasuk kematian,
kecacatan, dan juga penderitaan.7

c. Penilaian/Taksiran yang berbeda (Rates are different)


Faktor risiko biasanya untuk kejadian-kejadian yang memiliki probabilitas
yang rendah. Timbulnya berbagai penyakit yang berbeda setiap tahunnya berada pada
urutan 1/1000 sampai 1/100,000 atau kurang dari itu. Hal ini sebagai hasil, hubungan
antara paparan dan penyakit sulit untuk mengkonfirmasi dalam perjalanan kegiatan
sehari-hari. Lain halnya pada prognosis yang menggambarkan kejadian-kejadian yang
relatif sering terjadi pada suatu penyakit. Beberapa persen pasien dengan infark
miokard akut meninggal selama periode beberapa hari setelah onset. Seringnya,
dokter dapat membentuk perkiraan yang baik dari prognosis jangka pendek
berdasarkan dari pengalaman mereka sendiri. Mereka mungkin masih kurang
memilah-milah tanpa bantuan penelitian, berbagai faktor yang berkaitan dengan
prognosis jangka panjang merupakan cara yang rumit untuk mengkaji faktor-faktor
prognostik yang terkait satu dengan yang lainnya.7

12
2.8 Elemen-elemen pada Studi Prognosis7
a. Sampel pasien
Studi dalam prognosis sebaiknya dilakukan pada populasi sampel dengan
penyakit tertentu pada wilayah geografis tertentu. Dalam hal ini, penting
dilakukan penilaian karakteristik pasien (seperti usia, derajat dari penyakit,
dan komorbiditas).
b. Zero time
Penelitian prognostik dalam kohort harus dimulai dari titik waktu
dimulainya perjalanan suatu penyakit. Dengan kata lain, dapat didefinisikan
seperti pada saat timbulnya gejala, saat diagnosis, atau awal dari suatu
pengobatan.
c. Follow-up
Pasien harus diikuti untuk jangka waktu yang cukup lama, panjang jangka
waktu yang diamati tergantung dari penyakit yang dialami.

d. Akibat dari penyakit (Outcome of disease)


Deskripsi prognosis harus mencakup berbagai manifestasi dari penyakit
yang akan dianggap penting untuk suatu pasien. Hal ini bukan hanya
mengenai kematian dan penyakit, tetapi juga rasa sakit, penderitaan, dan
ketidakmampuan untuk merawat diri sendiri atau beraktivitas sehari-sehari.

13
BAB III
KESIMPULAN

Epidemiologi klinik merupakan ilmu yang berasal dari dua disiplin induk,
kedokteran klinis (clinical medicine) dan epidemiologi (epidemiology). Disebut
clinical karena epidemiologi klinik bertujuan membantu klinisi untuk membuat
keputusan klinis dengan lebih baik untuk pelayanan pasien, menyangkut diagnosis,
kausa, prognosis, terapi, maupun pencegahan. Epidemiologi klinik disebut
epidemiology karena semua prinsip, konsep, dan metode yang digunakan untuk
membuat keputusan klinis pasien diadopsi dari prinsip, konsep dan metode
kuantitatif epidemiologi populasi.

Studi prognostik bertujuan menyajikan kemungkinan suatu kejadian dalam


perjalanan klinis seorang pasien dengan profil tertentu; kemungkinan ini diestimasi
dari insidens empiris perjalanan klinis pada sekelompok pasien dengan profil yang
sama. Yang menjadi objek pada studi prognostik adalah insidens suatu
keadaan/kejadian sebagai fungsi dari faktor prognostik.

Dalam epidemiologi klinis studi prognosis biasa menggunakan penilitian


dalam bentuk cohort study, dan mempunyai elemen-elemen dasar yang terpenting,
seperti adanya sampel yang akan diteliti, sampel yang diteliti harus dimulai dari titik
awal timbulnya suatu penyakit (Zero time), kemudian sampel tersebut harus di
follow-up sampai tuntas, dan ada hasil yang diperoleh dari suatu kondisi penyakit
yang dialami.

SARAN

14
Kami sebagai penulis makalah ini menyarankan kepada para pembaca baik
individu, keluarga maupun masyarakat serta teman-teman agar kiranya dapat
memperhatikan kesehatan gigi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bhisma Murti (2003). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah
Mada University Press.

2. Eko Budiarto (2003). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, EGC.

3. Bhisma Murti (2005). Pengantar Evidence-Based Medicine, Yogyakarta, Gadjah


Mada University Press.

4. Timmreck, Thomas., Suatu Pengantar EPIDEMIOLOGI, Jakarta, EGC

5. Fletcher, Robert, dkk., 2005, CLINICAL EPIDEMIOLOGY The Essential, 4th


edition, London, Lippincott Williams & Wilkins.

15

Anda mungkin juga menyukai