Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan

Menurut Basuki (2008), indera peraba mencakup tekanan, temperatur dan rasa sakit.
Fungsi dari indera peraba adalah mengubah tekanan mekanis atau perubahan temperatur menjadi
rangsangan syaraf yang dikirim ke otak untuk diproses.

Menurut Pinel (2012), sensasi-sensasi dari badan


disebut somatosensations (somatosensori). Sistem somatosensori pada kenyataannya adalah tiga
sistem yang terpisah tetapi saling berinterkasi yakni sebuah sistem ekstereseptif (yang
mengindera stimuli eksternal yang diterapkan pada kulit), sebuah sistem proprioseptif (yang
memonitor informasi tentang posisi tubuh yang datang dari reseptor-reseptor di otot, sendi, dan
organ-organ keseimbangan), dan sebuah sistem interoseptif (yang memberikan informasi umum
tentang kondisi-kondisi dalam tubuh). Diskusi ini secara nyaris secara eksklusif berbicara
tentang sistemeksteroseptif yang terdiri atas tiga devisi yang berbeda yaitu sebuah divisi untuk
mempersepsi stimuli mekanik (perabaan), sebuah divisi untuk stimuli thermal (temperatur), dan
sebuah devisi untuk stimuli nosiseptif (rasa sakit).

Menurut Puspitawati dkk (2014), kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh
permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan tersebar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya
sekitar 16% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9
meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm bergantung pada letak,
umur dan jenis kelamin. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan subkulit.

Kulit yang paling luar merupakan film tipis dari sel mati yang tidak memiliki sel
penerima. Persis di bawah lapisan mati terdapat penerima pertama yang kelihatan seperti
kumpulan benang. Di bagian tengah yang merupakan lapisan tebal dari kulit terdapat berbagai
penerima (receptor) dengan fungsi dan bentuk yang berbeda. Reseptor-reseptor di kulit
(reseptor kutanase) terdiri dari banyak macamnya. Ada empat macam reseptor utama, sebagai
berikut :

a.       Freee nerve endings (ujung-ujung saraf bebas), merupakan reseptor kutaneus paling


sederhana, ujung-ujung sarafnya tanpa struktur yang khusus dan sangat sensitif terhadap
perubahan suhu dan rasa sakit.
b.      Pacinian corpuscles (korpuskel pacinian), bentuknya seperti bawang, merupakan reseptor
terbesar dan terdalam, mudah beradaptasi dengan cepat, mereka dapat merespons perubahan
mendadak pada kulit.

c.       Merkel’s disks, merespons paling kuat indensasi gradual kulit dan peregangan gradual
kulit. Beradaptasi dengan lambat.

d.      Ruffini endings, respons dan adaptasinya sama dengan reseptor Merkel’s disk.

Struktur dan fisik masing-masing tipe reseptor somatosensori terspesialisasi sehingga reseptor
tersebut akan sensitif terhadap stimuli taktual tertentu. Namun, secara umum memiliki fungsi
yang sama yaitu stimuli yang masuk ke kulit akan mengubah kimia reseptor tersebut dan
berfungsi mengubah permeabilitas membran sel reseptor.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sobur, A. (2003). Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.

2. Wilarso, J., & Zaipudin. (2009). Biologi. Klaten: Sinar Abad.

Anda mungkin juga menyukai