Anda di halaman 1dari 32

ENDOKRINOLOGI REPRODUKSI

“Imunologi Reproduksi”

PERTEMUAN 15

FUJI RAHAYU HENAFI


1920332041

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. dr. Defrin, SpOG(K)

Fakultas Kedokteran Pascasarjana Ilmu


Kebidanan Universitas Andalas
 
PENGERTIAN IMUNOLOGI REPRODUKSI

 Sistem Imun adalah sel & molekul yang bertanggung


jawab atas imunitas. Respons Imun komponennya
secara bersama dan terkoordinasi
 Imunologi adalah ilmu yang dipelajari organ, sel,
dan molekul yang berperan dalam proses
pengenalan dan pembuangan (“sistem imun”)
 Imunologi reproduksi mengacu pada bidang
kedokteran yang mempelajari interaksi (atau tidak
adanya interaksi tersebut) antara sistem
kekebalan dan komponen yang terkait
dengan sistem reproduksi , seperti toleransi
kekebalan ibu terhadap janin, atau interaksi
imunologi melintasi penghalang darah-testis.
Aspek Imunologi Ibu
Fakta bahwa jaringan embrio Plasenta juga berperan penting dalam
setengah asing dan tidak melindungi embrio dari serangan imun
seperti transplantasi organ dari sistem ibu. Studi juga
yang tidak cocok , biasanya tidak mengusulkan bahwa protein dalam air
ditolak, menunjukkan bahwa mani dapat membantu sistem
sistem imunologi ibu memainkan kekebalan wanita mempersiapkan
peran penting dalam kehamilan. pembuahan dan kehamilan.

Mekanisme yang tepat yang terlibat Allograft janin harus dilindungi terhadap sel
efektor. Hal ini dapat terjadi dengan berbagai
dalam keberhasilan nyata dari janin mekanisme seperti, peraturan pengakuan ibu
sebagai allograft hanya sebagian dari allograft janin, rahim sebagai sebuah situs
dipahami. Beberapa hipotesis telah untuk reaktivitas imun, cabang alloantigen unit
fetoplasenta dan peran imunologi untuk
diusulkan, yang masing-masing
plasenta, pertukaran ibu janin komponen seluler
didukung oleh penyelidikan ilmiah dan humoral, konsekuensi imunologi dari
yang cukup besar. berbagai zat plasenta berlalu
Imunologi Pada Masa Kehamilan

Peristiwa imunologi pada masa


pembuahan.
 Spermatozoa mengandung berbagai macam antigen.
 Setiap kali berhubungan, seorang wanita akan menerima berjuta-juta
sperma dan berbagai macam protein plasma semen.
 Antibodi antisperma terdapat di serum dan di cairan traktus
reproduksi, terutama dibawakan oleh kelas Ig G.
 Adanya antibody antisperma didalam serum wanita normal telah
dilaporkan dapat menyebabkan wanita tersebut infertile
 Sperma motil akan teraglutinasi dalam berbagai corak/tipe head to
head, tail to tail maupun tail to head agglutination sehingga sperma
tidak dapat melanjutkan perjalanan ke tuba falopii
 Respons imun didaerah ini baru akan bangkit
apabila terdapat lesi patologis akibat kuman-
kuman penyakit.
 Pada keadaan normal, wanita seharusnya tetap
toleran terhadap spermatozoa dan plasma
sperma akibat sifat-sifat imunosupresif plasma
sperma itu sendiri.
 Dalam plasma sperma ditemukan juga fakto-
faktor anti komplemen yang dapat
menghambat aktivasi sistem komplemen.
Dengan demikian proses imobilisasi sperma
oleh antibodi tidak terjadi.
Peristiwa Imunologi Pada Masa Kehamilan

 Janin yang terjadi akibat pertemuan dua gamet yang


berlainan, satu dari fihak ayah dan yang lain dari fihak
ibu, sebenarnya merupakan benda asing bagi ibunya,
sehingga secara imunologis penolakan plasenta dan
janin oleh sistem imunitas ibu merupakan keadaan
yang seharusnya terjadi.
 Dengan adanya suatu mekanisme immune depression
pada tubuh ibu, yaitu suatu mekanisme tubuh yang
menekan sistem imun atau menahan repons imun yang
telah bangkit dan juga karena adanya mekanisme
blocking factor yang disebabkan oleh suatu faktor
plasma yang spesifik, maka antigen paternal pada
plasenta dan janin akan di blok, sehingga kehamilan
masih dapat berlangsung.
REGULASI RESPONS IMUN IBU
JANIN
Blokade respons imun diperkirakan terjadi
pada:
 Fase pengenalan (aferen).
 Fase generasi (sentral).
 Fase eferen (efektor).
 Blokade Aferen
 Tidak ada sensitisasi antigen pada trofoblas.
 Imunosupresi nonspesifik: Perubahan populasi
sel imun ; Faktor supresi (plasenta, serum,
desidua).
 Blokade Sentral
 Blocking Antibody (anti fetal HLA, anti Fc
reseptor, anti idiotropik).
 Fetal – spesific T – supressor cell.
 Peran T - helper 2 uterus.
 Blokade Eferen
 Tidak ada antigen target pada trofoblas.
 Blocking antibodies mask fetal antigens.
 Faktor supresi nonspesifik (plasenta, serum,
desidua).
 Antibodi sitotoksik anti fetal diserap oleh
plasenta.
 Faktor supresor janin.
 Plasenta Sebagai Organ Imunoendokrin
 Merupakan Organ Imunoendokrin
 menghasilkan hormon steroid, protein  mengatur
aktifitas fisiologis kehamilan.
 Sebagai; paru, ginjal, usus, hati bagi janin.
 Jaringan kompleks yg berfungsi sebagai imunologis.
IMUNOENDOKRINOLOGI IMPLANTASI
NORMAL
 Setelah fertilisasi berakhir  awal pembelahan mitosis
berhasil  Konseptus yg terbungkus zona pelusida
memerlukan waktu 6 hari untuk melintasi tuba falopii 
sampai ke uterus dalam bentuk blastosis pra-implantasi.
1 14-15 19 22 25 29 32 35

Haid Ovulasi- Masuk HCG (+) >10 USG (+) >400 > 1800
terakhir Fertilisasi kav.uter Nidasi mIU/ml mIU/ml mIU/ml
i
 Implantasi blastosis diatur oleh interaksi
rumit antara peptida hormon steroid
yang menyelaraskan persiapan
endometrium dengan perkembangan
embrio.
 Sebelum implantasi , zona pelusida harus
diluruhkan .
 Adanya sitokin faktor penghambat
leukimia (leukimia inhibitory
factor/LIF) uterus  untuk perlekatan
dan implantasi blastokis ke dalam
endometrium.
 Human chorionic gonadotropin / hCG disekresikan oleh
jaringan embrionik menjelang hari pertama setelah
implantasi  bertanggung jawab bagi pengubahan
korpus luteum siklus haid  korpus luteum kehamilan
 Sekresi progesteron oleh korpus luteum merupakan
komponen utama untuk pemeliharaan dan
perkembangan desidua.
Pertama dihasilkan oleh ovarium kemudian oleh plasenta.

Progestero
n
Fungsi untuk ketahanan hidup konseptus

Memelihara endometrium kehamilan yg disebut desidua.

Merupakan Organ Imunoendokrin


Plasenta
menghasilkan hormon steroid, protein  mengatur aktifitas fisiologis kehamilan.

Sebagai; paru, ginjal, usus, hati bagi janin.

Jaringan kompleks yg berfungsi sebagai imunologis.


TROFOBLAS
Lapisan sinsitiotrofoblas multinuklear plasenta
 “bungkus“ bagi janin sawar thd
mekanisme efektor imun maternal.

Sebagai makrofag, trofoblas menampilkan reseptor


LIF dalam kadar tinggi berkemampuan : fagositosis,
sinsitialisasi, menampilkan;FcR,CD4 dan CD14.
KEHAMILAN NORMAL
Produksi sitokin Th2 bertukar dg sejumlah besar
sitokin Th1 yang mencetuskan IL-10

IL-10 dihasilkan secara lokal pada unit fetoplasenta


oleh trofoblas.

IL-10  mengatur tampilan antigen leukosit manusia (HLA)-G dari


sitotrofoblast pada sawar fetomaternal sehingga melindungi janin dari
penolakan
THE TH1/TH2 BALANCE

HLA-G/sHLA-G???
FUNGSI HLA-G PADA PROSES IMPLANTASI
1) Menempelkan blastosis ke endometrium
• HLA-G ditemukan terlibat pada proses cellular adhesion
(Ødum et al 1991)

2) Membantu invasi Trofoblas pada jaringan uterus dan arteri spiralis maternal
• HLA-G diekspresikan oleh sel trofoblas endovaskular dan
mungkin sebagai modulator dari proses angiogenesis
(Le Bouteiller et al)

3) Membantu interakdi Trofoblast dengan sel efektor imun maternal


• HLA-G berinteraksi dengan reseptor di sel imun
FUNGSI HLA-G
 Beberapa studi in vitro  HLA-G menjaga sel
terhadap Natural Killer-mediated cell lysis
HLA-G EXPRESSION IN THE BLASTOCYST
 Ekspresi HLA-G sudah dapat dideteksi pada
blastosis

IVF = in vitro fertilization (= ”reagensglasbefrugtning”)


’preimplantation human embryos’ (or blastocysts)
Summary
Human Leucocyte Antigen (HLA) system
Major Histocompatibility Complex (MHC)
in reproduction

Fertilization
Mating preferences seem to be Weak evidence for
influenced by MHC/HLA diversity MHC/HLA-mediated
Early embryo development and implantation
effects on
HLA-G expression associated with cleavage
spermatogenesis
rate and implantation success
Heterozygote advantage
Heterozygotes at the
MHC/ HLA loci may provide a Maternal genome Paternal genome
broader immune response

Balance between foetal/paternal and maternal interests?


Some HLA-G/MHC polymorphisms may work in favour of the
foetus, others in favour of maternal interests?

Foetal growth and survival


Some evidence that HLA haplotypes
and HLA-G polymorphism are
associated with birth weight, risk of
abortion and immuneadaptation

Deficiency of MHC/HLA homozygotes in


isolated populations: frequency of MHC
heterozygotes in human populations higher
than expected
IMUNITAS MATERNAL
Imunisasi pasif pada janin dapat terjadi melalui
transfer antibodi atau sel imun dari ibu yang
imun kepada janin atau neonatus.

Imunitas Imunitas
maternal maternal melalui
melalui plasenta kolostrum

Antibodi dalam darah ibu  proteksi pasif
terhadap fetus.

Usia kehamilan 2 bulan  Ig G sudah masuk ke
Imunitas maternal dalam janin
melalui plasenta ●
Ig G  antitoksik, antivirus dan antibakteri.

Usia kehamilan 6 bulan  janin baru membuat
antibodi Ig M, kemudian disusul Ig A pada
waktu kehamilan aterm.

ASI mengandung berbagai komponen sistem
imun  enchancement growth factor untuk
bakteri yang diperlukan dalam usus atau faktor
Imunitas maternal yang justru dapat menghambat tumbuhnya
melalui kolostrum kuman tertentu (lisozim, laktoferin, interferon,
makrofag, sel T, sel B, granulosit).

Kadar antibodi lebih tinggi ditemukan dalam
kolostrum.

Proteksi antibodi dalam kelenjar susu
tergantung dari antigen dari lamina propria
usus ibu dan gerakan sel yang dirangsang
antigen dari lamina propria usus ibu ke
Imunitas maternal
melalui kolostrum
payudara.

Antibodi terhadap mikroorganisme yang
menempati usus ibu dapat ditemukan dalam
kolostrum  bayi mendapat proteksi terhadap
mikroorganisme yang masuk ke saluran cerna.
SEL SPERMA DALAM TUBUH PRIA

Kehadiran antibodi anti-sperma pada pria Antigen anti sperma telah


infertil pertama kali dilaporkan pada tahun
1954 oleh Rumke dan Wilson. Telah
digambarkan sebagai tiga
diketahui bahwa jumlah kasus autoimunitas isotop imunoglobulin (IgG, IgA,
sperma lebih tinggi pada populasi infertil IgM) yang masing-masing
yang mengarah pada gagasan bahwa
autoimunitas dapat menjadi penyebab menargetkan bagian
infertilitas. spermatozoa yang berbeda.

. Jika lebih dari 10% sperma terikat


pada antibodi anti-sperma (ASA),
maka dicurigai infertilitas. darah
testis barrier memisahkan sistem
kekebalan tubuh dan spermatozoa
berkembang.
VAKSIN IMUNOKONTRASEPSI
 Eksperimen sedang dilakukan untuk menguji efektivitas
vaksin imunokontrasepsi yang menghambat peleburan
spermatozoa ke zona pellucida . Vaksin ini saat ini
sedang diuji coba pada hewan dan diharapkan dapat
menjadi alat kontrasepsi yang efektif bagi manusia.
 Normalnya, spermatozoa menyatu dengan zona
pelusida yang mengelilingi oosit dewasa; reaksi
akrosom yang dihasilkan memecah lapisan keras telur
sehingga sperma dapat membuahi sel telur. Mekanisme
vaksinnya adalah injeksi dengan cDNA ZP kloning, oleh
karena itu vaksin ini merupakan vaksin berbasis DNA.
Hal ini menghasilkan produksi antibodi terhadap ZP,
yang menghentikan sperma mengikat zona pelusida
dan akhirnya membuahi sel telur.
Sistem Immun Bawaan

 Imunitas bawaan dipicu setelah invasi


mikroorganisme. Pengenalan imun bawaan
prinsipnya dimediasi oleh reseptor selular
yang dikenal sebagai patternrecognition
Receptor (PRR). Molekul tersebut mendeteksi
mikroorganisme virulen melalui pengenalan
protein pemicu yang dimiliki oleh
mikroorganisme yang disebut pathogen
associated molecular pattern (PAMP)
 System immune selular
 Sel-sel epitelial mengekspresikan sejumlah PRR
termasuk TLR (Toll-like receptor), nucleotide-
binding oligomerization domain (NOD)-like
receptor, komplemen serta reseptor
immunoglobulin
 Saat teraktivasi oleh patogen atau produknya,
sel-sel tersebut akan melepaskan beberapa
kemokin seperti IL-8, RANTES, MIP-1a dan ß,
serta SDF1, yang akan merekrut sel imun yang
lain untuk menuju daerah yang terinfeksi.
 System immune humoral
 Imunitas humoral dimediasi oleh antibodi yang diproduksi oleh
terminally differentiated antibody-secreting cells (ASCs) yang
dikenal sebagai sel plasma. Setelah terstimulasi antigen, sel B
yang berada di limfonodi dan lien, mengalami ekspansi klonal
dan diferensiasi menjadi sel B memori atau ASCs. IgA
terutama muncul pada jaringan mukosa limfoid dan lebih
menyukai kembali ke daerah efektor mukosa dimana IgG
bergerak ke sumsum tulang atau daerah inflamasi.
 Gambaran lalulintas ASC tergantung pada ekspresi reseptor
kemokin spesifik dan molekul adesi. Belum banyak diketahui
tentang mekanisme homing spesifik pada traktus genitalis.
ASC traktus genitalis menggunakan CCR10 yang banyak
dijumpai pada jaringan mukosa. Epitel traktus genital juga
mensekresi SDF-1, yang diduga bahwa reseptor kemokin
CXCR4 mungkin berperan pada target ASC di genital
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai