0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
89 tayangan17 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang imunologi kehamilan. Ada 3 mekanisme utama toleransi janin oleh sistem imun ibu, yaitu (1) ekspresi HLA-G oleh trofoblas janin yang menghambat aktivitas sel NK, (2) terjadinya toleransi sementara sel T ibu terhadap aloantigen janin, dan (3) penghilangan triptofan oleh enzim IDO untuk menekan respons sel T. Perubahan sistem imun ibu penting untuk mendukung plasentasi
Dokumen tersebut membahas tentang imunologi kehamilan. Ada 3 mekanisme utama toleransi janin oleh sistem imun ibu, yaitu (1) ekspresi HLA-G oleh trofoblas janin yang menghambat aktivitas sel NK, (2) terjadinya toleransi sementara sel T ibu terhadap aloantigen janin, dan (3) penghilangan triptofan oleh enzim IDO untuk menekan respons sel T. Perubahan sistem imun ibu penting untuk mendukung plasentasi
Dokumen tersebut membahas tentang imunologi kehamilan. Ada 3 mekanisme utama toleransi janin oleh sistem imun ibu, yaitu (1) ekspresi HLA-G oleh trofoblas janin yang menghambat aktivitas sel NK, (2) terjadinya toleransi sementara sel T ibu terhadap aloantigen janin, dan (3) penghilangan triptofan oleh enzim IDO untuk menekan respons sel T. Perubahan sistem imun ibu penting untuk mendukung plasentasi
MAKASSAR Nursalim 2017 PENDAHULUAN Sistem imun mengeliminasi benda asing atau sel abnormal yang potensial berbahaya.
Sistem imun mengenali dan
menghancurkan atau menetralisasi benda- benda di dalam tubuh yang dianggap asing oleh “tubuh normal”. Dalam kehamilan, janin yang merupakan antigen asing bertumbuh didalam ibunya selama 9 bulan, tidak terancam oleh sistem imun ibu.
Adaptasi imun harus terjadi pada
kehamilan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup janin sambil mempertahankan kemampuan ibu untuk melawan infeksi. Konsep Imun KEHAMILAN
Konsep ini diungkapkan untuk menjawab
pertanyaan bagaimana janin dapat bertahan hidup di dalam kandungan ibunya tanpa memicu suatu reaksi penolakan sama sekali dari tubuh ibunya, meskipun janin tersebut memiliki antigen yang berasal dari ayahnya. Janin memiliki genom yang berasal sebagian dari ayah dan sebagian dari ibu sehingga janin akan mempresentasikan antigen yang terdapat pada ayah dan ibu (semi-alogenik).
Ekspresi antigen paternal janin di dalam tubuh
ibu tentu dapat memicu reaksi penolakan sistem imun maternal berdasarkan hukum transplantasi. Keberhasilan transplantasi organ padat akan sangat ditentukan oleh reaksi penolakan sistem imun resipien terhadap aloantigen yang diekspresikan oleh jaringan donor. Namun, dengan perkembangan teknologi di dalam bidang kedokteran reaksi penolakan sistem imun resipien terhadap aloantigen jaringan donor saat ini dapat dicegah dengan pemberian obat-obatan imunosupresi. Janin adalah suatu jaringan yang bersifat alogenik dan berada di dalam tubuh seorang ibu yang memiliki imunokompeten untuk menimbulkan suatu reaksi penolakan. Beberapa hipotesis yang menjelaskan mengapa sistem imun maternal tidak bereaksi terhadap janin yang bersifat semialogenik, sebagai berikut; 1) Hipotesis mengenai pemisahan secara anatomis antara maternal dan janin; 2) Hipotesis mengenai imunogenisitas( kemampuan menghasilkan kekebalan) dari janin yang rendah karena masih bersifat imatur; 3) Hipotesis mengenai kelambanan atau kemalasan sistem imun maternal untuk bereaksi terhadap antigen-antigen dari janin. Sistem imun maternal menunjukkan toleransi terhadap antigen- antigen yang terdapat pada jaringan janin, karena sirkulasi keduanya tetap terpisah selama masa kehamilan.
Hanya jaringan plasenta dan membran janin sajalah yang
langsung mengadakan kontak dengan sirkulasi maternal. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa terdapat karakteristik- karakteristik tertentu yang bersifat spesifik dari jaringan plasenta dan membran janin yang dapat memicu toleransi sistem imun maternal pada jaringan janin.
Selain pada sisi janin, diduga pula bahwa terjadi perubahan
pada sistem imun maternal selama kehamilan sehingga akan memicu reaksi toleransi terhadap jaringan janin. RESPON IMUN DALAM KEHAMILAN Kehamilan ditandai oleh toleransi maternal dari paternal major histocompatibility antigens sambil mempertahankan kompetensi imunitas terhadap infeksi. beberapa mekanisme: fetal trophoblastic evasion of maternal immune detection (kegagalan untuk mengeluarkan molekul antigen histocompatibilitas mayor kelas I atau II); pengeluaran ligand Fas trofoblast (FasL memiliki peran dalam toleransi kekebalan ibu ke janin); pengeluaran complement regulatory protein CD46, CD55, dan CD59 (yang memiliki efek perlindungan); Sel sitotrofoblas ekstravilli (Trofoblas ekstravili tumbuh dari plasenta dan menembus ke dalam rahim )yang mengeluarkan gen histokompatibilitas mayor non-klasik yang mengkodekan HLA-G (menurunkan fungsi sel natural killer) Biasanya, kehamilan dari sudut pandang imunologi, telah dilihat sebagai sebuah konflik antara janin semiallogenik dan ibu dimana kelangsungan hidup janin bergantung pada penekanan respon imun maternal.
Fungsi limfosit (sel-sel imun) mengalami
perubahan pada saat kehamilan, tidak terdapat penekanan respon imun maternal yang meluas.
Perhatian berpusat pada keterkaitan antara sel
natural killer dan kegagalan reproduktif. Sel natural killer merupakan limfosit yang menjadi bagian dari sistem imun bawaan. Sel NK dapat dibagi menjadi: Sel yang ditemukan pada darah perifer Dan yang terdapat pada uterus. Terdapat perbedaan fenotip dan fungsional yang penting pada kedua tempat ini. Tidak seperti sel NK darah perifer, sel NK uterus memiliki kemampuan membunuh yang kecil. Analisis micro-assay yang dikombinasikan dengan flow cytometric dan penelitian RT-PCR telah memperlihatkan bahwa fenotip sel NK uterus berbeda dari sel NK dalam darah perifer. Dapat disimpulkan bahwa sistem imun secara signifikan berubah pada saat kehamilan dan perubahan-perubahan ini penting untuk mendukung plasentasi yang normal dan agar kehamilan dapat berjalan normal dan sehat. MEKANISME TOLERANSI FETAL Kehamilan adalah sebuah fenomena imunologis yang unik, dimana penolakan imun normal terhadap jaringan asing tidak terjadi.
Plasenta bukanlah pembatas antara sel maternal
dan janin, dan sel-sel ini mengalami kontak langsung pada beberapa lokasi, yang mencerminkan hubungan maternal-fetal. Toleransi melalui antigen leukosit manusia (HLA)/MHC Trofoblas janin dan sel dalam membrane plasenta berkontak langsung dengan sel dan darah maternal, dan seharusnya beresiko mengalami penolakan imunologis. Dari berbagai macam bentuk trofoblas plasenta, hanya sel trofoblas ekstravilli yang mengeluarkan molekul MHC kelas I (HLA-C, -E, dan -G). HLA-G berfungsi sebagai ligan bagi killer inhibitory receptor (KIR) bagi sel Natural Killer(NK).
Karena distribusinya yang unik pada jaringan trofoblastik
janin, HLA-G diperkirakan menjadi komponen yang penting dalam toleransi janin. HLA-G melindungi sitotrofoblast invasif agar tidak dibunuh oleh sel NK-uterus.
HLA-G, yang berinteraksi dengan sel NK-U, kemungkinan
berperan pada pemeliharaan toleransi imun pada penghubung maternal-fetal dan kehamilan yang normal. Toleransi melalui sel Th maternal Sel T maternal berada dalam keadaan toleransi transien untuk alloantigen paternal tertentu. Hal ini telah diperlihatkan pada tikus betina yang disensitisasi untuk mengenali antigen paternal sebelum hamil. Tikus betina menjadi toleran terhadap antigen paternal yang sama yang dikeluarkan oleh janin Sel Th menekan respon imun terhadap antigen tertentu dan meningkat dalam sirkulasi maternal pada wanita dan tikus betina pada saat hamil. Sel Th (CD4+ CD25+) terutama berperan untuk mencegah respon autoimun yang terjadi jika sel T self-reactive keluar dari timus pada saat perkembangan sel yang normal. Mekanisme penekanan sel T pengatur pada respon sel T masih belum diketahui tetapi mungkin melibatkan kontak sel secara langsung atau menghasilkan sitokin anti-peradangan. Cara lain untuk menekan sel T maternal pada penghubung maternal-fetal melibatkan penghilangan triptofan oleh indoleamine 2,3 dioxygenase (IDO), sebuah enzim yang mengkatabolisasikan triptofan. IDO membuat sel T menjadi kurang responsive pada saat hamil, karena triptofan adalah sebuah asam amino esensial untuk fungsi sel T.