Anda di halaman 1dari 17

Imunologi Kehamilan

PROGRAM DIV GIZI PPOLTEKKES


MAKASSAR
Nursalim
2017
PENDAHULUAN
Sistem imun mengeliminasi benda asing
atau sel abnormal yang potensial
berbahaya.

Sistem imun mengenali dan


menghancurkan atau menetralisasi benda-
benda di dalam tubuh yang dianggap asing
oleh “tubuh normal”.
Dalam kehamilan, janin yang merupakan
antigen asing bertumbuh didalam ibunya
selama 9 bulan, tidak terancam oleh sistem
imun ibu.

Adaptasi imun harus terjadi pada


kehamilan yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup janin sambil
mempertahankan kemampuan ibu untuk
melawan infeksi.
Konsep Imun KEHAMILAN

Konsep ini diungkapkan untuk menjawab


pertanyaan bagaimana janin dapat bertahan
hidup di dalam kandungan ibunya tanpa memicu
suatu reaksi penolakan sama sekali dari tubuh
ibunya, meskipun janin tersebut memiliki
antigen yang berasal dari ayahnya. 
Janin memiliki genom yang berasal sebagian
dari ayah dan sebagian dari ibu sehingga
janin akan mempresentasikan antigen yang
terdapat pada ayah dan ibu (semi-alogenik).

Ekspresi antigen paternal janin di dalam tubuh


ibu tentu dapat memicu reaksi penolakan sistem
imun maternal berdasarkan hukum
transplantasi.
Keberhasilan transplantasi organ padat akan sangat
ditentukan oleh reaksi penolakan sistem imun
resipien terhadap aloantigen yang diekspresikan oleh
jaringan donor.
Namun, dengan perkembangan teknologi di dalam
bidang kedokteran reaksi penolakan sistem imun
resipien terhadap aloantigen jaringan donor saat ini
dapat dicegah dengan pemberian obat-obatan
imunosupresi.
Janin adalah suatu jaringan yang bersifat alogenik
dan berada di dalam tubuh seorang ibu yang
memiliki imunokompeten untuk menimbulkan suatu
reaksi penolakan.
Beberapa hipotesis yang menjelaskan mengapa
sistem imun maternal tidak bereaksi terhadap janin
yang bersifat semialogenik, sebagai berikut; 
1) Hipotesis mengenai pemisahan secara
anatomis antara maternal dan janin;
2) Hipotesis mengenai
imunogenisitas( kemampuan menghasilkan
kekebalan) dari janin yang rendah karena masih
bersifat imatur;
3) Hipotesis mengenai kelambanan atau
kemalasan sistem imun maternal untuk
bereaksi terhadap antigen-antigen dari
janin. 
Sistem imun maternal menunjukkan toleransi terhadap antigen-
antigen yang terdapat pada jaringan janin, karena sirkulasi
keduanya tetap terpisah selama masa kehamilan. 

Hanya jaringan plasenta dan membran janin sajalah yang


langsung mengadakan kontak dengan sirkulasi maternal. Hal
ini menimbulkan dugaan bahwa terdapat karakteristik-
karakteristik tertentu yang bersifat spesifik dari jaringan
plasenta dan membran janin yang dapat memicu toleransi
sistem imun maternal pada jaringan janin.

Selain pada sisi janin, diduga pula bahwa terjadi perubahan


pada sistem imun maternal selama kehamilan sehingga akan
memicu reaksi toleransi terhadap jaringan janin.
RESPON IMUN DALAM KEHAMILAN
Kehamilan ditandai oleh toleransi maternal dari paternal
major histocompatibility antigens sambil mempertahankan
kompetensi imunitas terhadap infeksi.
beberapa mekanisme: 
fetal trophoblastic evasion of maternal immune detection 
(kegagalan untuk mengeluarkan molekul antigen
histocompatibilitas mayor kelas I atau II);
pengeluaran ligand Fas trofoblast (FasL memiliki peran dalam
toleransi kekebalan ibu ke janin);
pengeluaran complement regulatory protein CD46, CD55, dan
CD59 (yang memiliki efek perlindungan);
Sel sitotrofoblas ekstravilli (Trofoblas ekstravili tumbuh dari
plasenta dan menembus ke dalam rahim )yang mengeluarkan gen
histokompatibilitas mayor non-klasik yang mengkodekan HLA-G
(menurunkan fungsi sel natural killer)
Biasanya, kehamilan dari sudut pandang
imunologi, telah dilihat sebagai sebuah konflik
antara janin semiallogenik dan ibu dimana
kelangsungan hidup janin bergantung pada
penekanan respon imun maternal.

Fungsi limfosit (sel-sel imun) mengalami


perubahan pada saat kehamilan, tidak terdapat
penekanan respon imun maternal yang meluas.

Perhatian berpusat pada keterkaitan antara sel


natural killer dan kegagalan reproduktif.
Sel natural killer merupakan limfosit yang menjadi bagian dari
sistem imun bawaan.
Sel NK dapat dibagi menjadi:
Sel yang ditemukan pada darah perifer
Dan yang terdapat pada uterus.
Terdapat perbedaan fenotip dan fungsional yang penting pada kedua
tempat ini.
Tidak seperti sel NK darah perifer, sel NK uterus memiliki
kemampuan membunuh yang kecil.
Analisis micro-assay yang dikombinasikan
dengan flow cytometric dan penelitian RT-PCR telah memperlihatkan
bahwa fenotip sel NK uterus berbeda dari sel NK dalam darah
perifer.
Dapat disimpulkan bahwa sistem imun secara signifikan berubah
pada saat kehamilan dan perubahan-perubahan ini penting untuk
mendukung plasentasi yang normal dan agar kehamilan dapat
berjalan normal dan sehat.
MEKANISME TOLERANSI FETAL
Kehamilan adalah sebuah fenomena imunologis
yang unik, dimana penolakan imun normal
terhadap jaringan asing tidak terjadi.

Plasenta bukanlah pembatas antara sel maternal


dan janin, dan sel-sel ini mengalami kontak
langsung pada beberapa lokasi, yang
mencerminkan hubungan maternal-fetal.
Toleransi melalui antigen leukosit manusia
(HLA)/MHC
Trofoblas janin dan sel dalam membrane plasenta
berkontak langsung dengan sel dan darah maternal, dan
seharusnya beresiko mengalami penolakan imunologis.
Dari berbagai macam bentuk trofoblas plasenta, hanya sel
trofoblas ekstravilli yang mengeluarkan molekul MHC kelas
I (HLA-C, -E, dan -G). HLA-G berfungsi sebagai ligan bagi
killer inhibitory receptor (KIR) bagi sel Natural Killer(NK).

Karena distribusinya yang unik pada jaringan trofoblastik


janin, HLA-G diperkirakan menjadi komponen yang penting
dalam toleransi janin. HLA-G melindungi sitotrofoblast
invasif agar tidak dibunuh oleh sel NK-uterus.

HLA-G, yang berinteraksi dengan sel NK-U, kemungkinan


berperan pada pemeliharaan toleransi imun pada
penghubung maternal-fetal dan kehamilan yang normal.
Toleransi melalui sel Th maternal
Sel T maternal berada dalam keadaan toleransi transien untuk
alloantigen paternal tertentu.
Hal ini telah diperlihatkan pada tikus betina yang disensitisasi untuk
mengenali antigen paternal sebelum hamil. Tikus betina menjadi
toleran terhadap antigen paternal yang sama yang dikeluarkan oleh
janin
Sel Th menekan respon imun terhadap antigen tertentu dan
meningkat dalam sirkulasi maternal pada wanita dan tikus betina
pada saat hamil.
Sel Th (CD4+ CD25+) terutama berperan untuk mencegah respon
autoimun yang terjadi jika sel T self-reactive keluar dari timus
pada saat perkembangan sel yang normal. Mekanisme penekanan
sel T pengatur pada respon sel T masih belum diketahui tetapi
mungkin melibatkan kontak sel secara langsung atau
menghasilkan sitokin anti-peradangan.
Cara lain untuk menekan sel T maternal pada penghubung
maternal-fetal melibatkan penghilangan triptofan oleh
indoleamine 2,3 dioxygenase (IDO), sebuah enzim yang
mengkatabolisasikan triptofan. IDO membuat sel T menjadi
kurang responsive pada saat hamil, karena triptofan adalah
sebuah asam amino esensial untuk fungsi sel T.

Anda mungkin juga menyukai