Anda di halaman 1dari 16

JURNAL BAYI TABUNG

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

SRI GUSLINAWATI
(2101032059)

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN


INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2022
Apa dan bagaimana fertilisasi dengan bantuan

What and how is the assisted fertilization


BambangWasitodanTaufiqHidayat
ResearchandDevelopmentCenterofHealthService,Surabaya

ART,GIFT,ZIFT,IVGET,ICSI,Infertility

Infertility is condition where pregnancy was never took place after 12 months of
KEY coituswithout contraception. This is a problem of a spouse, since husband and wife has
theirown contribution in the rate of success of fertility potency of the spouse. Assisted
WORDSABSTR Reproduktive Technology (ART) is medical techniques to help reproductive process
inover coming the the impediment of the meeting of a sperm and an ovum that leads to
ACT aconceptionor fertilization. Artificial Insemination techniqueusing
husband’sspermhasa long record in helping infertile couple, but its rate of success is
merely around 5%.Other technique is GIFT or Gamete Intra-Follopian Transfer, ZIFT
or Zygote Intra Follopian Transferand IVFET or InVitro Fertilization-
EmbryoTransfer. Theimplementation of ART technique with micro manipulation gives
hope to improve the rateof succsess, particularly to the infertileco uplewhere husband
has poor spermcondition. In 1992 is the milestone where the first pregnancy using IC
SIor Intra Cytoplasmic Sperm Injection was published. From that time on, the rate of
success issignificantly improving The ICSI technique uses only one spermatozoon to
fertilize anovum.

Salah satu misi Pembangunan kesehatan faktor iatrogenik, faktor sistemik, faktor infeksi
Nasional untuk menuju Indonesia Sehat 2010 kelenjar sek sasesori, factor endokrin, factor
adalah memelihara dan meningkatkan keseha-tan oligozoo spermiaidiopatik ,factor asthenozoo
keluarga. Hal ini merupakan alasan pelayanan spermia idiopatik, faktor terato zoo spermia
kesehatan terhadap pasangan suami-istri yang ideopatik, faktor azoospermia obstruktif, factor
belum dikaruniai anak adalah sama dengan azoospermia ideopatik Untuk mengatasi faktor-
pasangan yang ingin menjarangkan atau faktor penyebab infertilitas yang begitu banyak
membatasi jumlah anaknya. Angka infertilitas baik pada wanita maupun pria, maka tujuan
yang sebenarnya di Indonesia belum diketahui utama agar proses reproduksi dapat berlang-sung
secara pasti, namun dari hasil-hasil sensus sampai terjadinya kehamilan dan persa-linan pada
penduduk diperkirakan berkisar antara 12 %– pasangan wanita, maka dikembang-kan teknik
15%. teknik reproduksi (Hinting1996). Teknik-teknik
Dari segi Ginekologis, factor penyebeb tersebut dapat berupa teknik yang sederhana
infertilitas antara lain: fakto rovulasi, factor tuba sampai dengan teknik yang canggih dan mutahir
dan pelvik, factor serviks, dan uterus, factor antara lain : pengaturan
vagina ,factor imunologik, serta factor nutrisi dan
metabolik. Sedang dari segi Andrologi penyebab
infertilitas antara lain: factor disfungsi seksual Correspondence:
dan atau ejakulasi, factor varikokel, factor Dr. Bambang Wasito, MS,SpAnd, Research and Development
Centerof Health Service Surabaya, Jalan Indrapura No. 17, Surabaya
imunologik, factor sebab tak dapat dipertunjukan, 60176,Telephone031-3522952,3528748Facsimile:3528749.
factor kelainan plasmasemen,
saat sanggama yang tepat, pemberian obat- prekoks, erhasil pula dengan aspirasi sperma dari
obatan, operasi rekonstruktif, dan “Assisted epidemis pria dengan pembuntuan saluran deferen,
Reproductive Techniques“. Secara harfiah “Assisted mereka juga berhasil mendapatkan keberhasilan dari
Reproductive Techniques” (ART) adalah: teknik- embrio yang telah dibekukan.
teknik reproduksi yang dibantu atau dengan bantuan
WHO memakai istilah “Medically Assisted APA YANG DIMAKSUD DENGAN“ BAYI
Conception” bantuan yang dimaksud adalah bantuan TABUNG” FERTILISASI IN VITRO-
secara medik. Karena yang dibantu tidak hanya EMBRIOTRASFER (FIV-ET)
konsepsi atau fertilitasnya saja, juga implantasi atau
proses- proses lainnya, mungkin istilah yang lebih Pengambilan sel telur dari folikel matang didalam rahim,
tepat adalah “Medically Assisted Reproduction”. kemudian mempertemukannya dengan sel sperma dengan medium
Yang dimaksud dengan “Assisted Reproductive kultul diluar tubuh. Setelah terjadi pembuahan dan berkembang
Techniques” adalah: teknik-teknik reproduksi tanpa sampai stadium morula, embrio tersebut dipindahkan kedalam
rahim. Teknik ini lebih dikenal di Indonesia dengan istilah “Bayi
melakukan senggama tetapi dengan bantuan secara
Tabung” atau Fertilisasi In Vitrio-Embrio Trasfer (FIV-ET)
medik. Menurut tempat fertilisasinya, ART dibagi
menjadi dua jenis, yakni teknik dengan fertilisasi In INDIKASI “BAYI TABUNG”
Vivo dan dengan fertilisasi In Vitro (Ekstra
Korporeal). Pembagian ini penting karena teknik- “Bayi Tabung” merupakan salah satu
teknik fertilisasi In Vivo memerlukan persyaratan alternatif saja untuk menolong pasangan infertil,
salah satu tuba harus paten dan normal. Termasuk mengingat bahwa teknik “Bayi Tabung” ini
ART In Vivo adalah: Intra Uterine Insemination memerlukan penanganan dan laboratoriumkhusus
(IUI) , Gamete Intra Fallopian Transfer (GIFT), dengan biaya yang masih relatif lebih mahal. Oleh
sedang ART dengan fertilisasi In Vitro adalah : karena itu sebelum diputuskan bahwa pasangan
”Invitro Fertilisation Embryo Transfer (IVFET) tersebut memang perlu ditolong dengan “Bayi
dikenal dengan istilah Bayi Tabung, dan “Zygote Tabung” perlu pertimbangan yang masak baik oleh
Intra Fallopian Transfer” (ZIFT). Sebenarnya telah dokter yang merawat maupun oleh pasangan yang
dimulai kurang lebih satu abad percobaan-percobaan bersangkutan. Indikasi “Bayi Tabung” ini antara lain
ke arah fertili- sasi di luar tubuh telah banyak dicoba. (Hadi, 1991):
Pada tahun 1971 Steptoe dan Purdy berhasil mem- 1. Faktor istri a. Kelainan tuba Merupakan indikasi
buahi sel telur manusia mencapai stadium blastokis utama dari “Bayi Tabung” FIV-ET, faktor tuba
setelah fertilisasi invitro. Setelah kelahiran bayi ini merupa- kan faktor penyebab infertilitas
tabung tahun 1978 maka tim- bullah senter-senter yang paling sering dijumpai meliputi kurang
bayi tabung yang tersebar di seluruh dunia dan lebih 25-50% (Sumapradja, 1980), se- dangkan
banyak percobaan- percobaan untuk memperbaiki WHO mencatat untuk tuba buntu koleteral
teknik yang sudah ada. Banyak kemajuan yang telah 11.2%, dan kelainan tuba yang lain 9.2%,
dicapai terutama dari kelompok Trouson dan Wood perlekatan pelvis 11.0%dan endometriosis 4.5%.
dari Australia, salah satu diantaranya adalah Kelainan tuba ini pada umumnya disebabkan
keberhasilannya dalam menggunakan stimulasi ovum karena infeksi atau endometriosis. Santoso dan
(super induksi ovulasi) sehingga bisa didapatkan Hadi selama 7 tahun (1979-1986) dari 669 yang
lebih dari satu oosit dalam satu siklus, yang sampai dikerjakan laporoskopi terdapat
sakarang masih tetap digunakan di senter-senter lain
diseluruh dunia. Disamping itu mereka berhasil
mengupayakan donasi oosit pada wanita dengan
menopouse
243 kasus didapatkan kelainan tuba yang - Normal laparoskopi diagnostik, genetalia
diusulkan untuk dikerjakannya rekonstruksi. interna tampak normal tidak ada
Perawatan pasangan infertil dengan tuba ini sedikitpun perlekatan atau tanda-tanda
ada dua pilihan, FIV-ET atau rekronstruksi endometriosis.
dengan teknik bedah mikro.
b. Endometriosis Endometriosis merupakan - Normal frekuensi koitus, sedikitnya dua
prolema yang sangat tua dan cukup pelik kali seminggu atau paling tidak koitus
dibidang ginekologi terutama dibidang repro- pada saat yang tepat sekitar ovulasi yang
duksi. Endometriosis dapat menyebab- kan diketahui dengan keadaan mukus servik
Infertilitas. Diduga melalui beberapa dan atau dengan adanya lonjakan LH.
mekanisme antara lain :1. Pembuntuan tuba, Lain lagi dengan Welner (1988) yang
2. Perlekatan/faktor peritonium, 3. Merusak memberi batas ferti-litas idiopatik bila
jaringan (ovarium), 4. Kadar prostaglandin didapatkan: normal temperatur badan basal
yang meningkat sehingga peristaltik tuba atau normal pada hasil pemerik- saan
terganggu, 5. Faktor Imunologik. Dampak histopatologi biopsi endometriumpada akhir
lain dari endometriosis adalah adanya angka fase luteal; uji paska sang- gama dengan
kejadian abortus yang meningkat, sekitar lendir servik jernih dan terdapat > 5 sperma
34%- 46%. motil per lapang pandang besar; analisa
c. Faktor servik Bila faktor servik saja sedangkan semen dengan jumlah. 20 juta/ml, 50%
faktor lainnya baik maka pemikiran pertama bentuk normal; foto HSG paling tidak satu
adalah intra uteri inseminasi suami. Baru bila tuba paten; dan pada laparoskopi minimal
gagal dapat dipikirkan GIFT atau ZIFT. satu tuba normal
d. Interfertilitas idiopatik Diagnosa infertilitas e. Faktor imunologik Faktor imunologik ini
dimaksudkan bila didalam serum istri
idiopatik tentunya tergantung pada sarana
pemeriksaan dari klinik tersebut, oleh karena dijumpai anti body (isoimun) sedangkan
untuk anti sperma antibody yang berada pada
itu sulit untuk dibuat definisi yang baku.
Moghissi dan Wallach (1983), membuat semen (autoimun) akan dibicarakan pada
faktor suami.
batasan dasar dari infertilitas idiopatik ini.
Yaitu bila pada pemeriksaan didapatkan : f. Anovulasi Pasangan-pasangan yang tidak
- Siklus menstruasi normal dengan interval memberi hasil dengan obat-obat induksi
rata-rata 21-35 hari; defek fase luteal ovulasi, dapat dicoba dengan induksi ovulasi
jarang terjadi dalam jangka waktu yang memakai protokol FIV misalnya dengan
cukup lama walaupun pada infertilitas memakai FSH murni.
idiopatik, oleh karena itu evaluasi ini 2. Faktor suami
sebaiknya dikerjakan selama 6 siklus. Banyak parameter yang digunakan untuk menilai
- Normal uji pasca sanggama paling tidak kesuburan suami antara lain konsentrasi,
terdapat satu spermatozoa yang aktif motilitas, morfologi dan lebih jauh bila perlu
bergerak maju pada setiap lapangan dinilai pula faktor imunologik. Untuk teknik
pandang besar mikroskop 12 jam sesudah pembantu reproduksi dengan indi- kasi faktor
koitus suami ini Hinting (1996) mem- buat pegangan,
bila terdapat 1. Faktor imunologik tes MAR >
40%, maka sebaiknya dikerjakan FIV 2. Bila
tidak terdapat faktor imunologik maka dilihat
konsentrasinya, bila konsentrasi > 20 juta/ml
maka sebaik
nya juga FIV. Tetapi bila konsentrasi > 1. Pemeriksaan Persiapan Setelah memutuskan akan
20juta/ml maka dilihat motilitas serta morfo- melakukan tin- dakan FIV, biasanya dokter melakukan
loginya. 3. Pada motilitas yang kurang baik persiapan guna mendukung penanganan FIV agar lebih baik,
(motilitasgradea<25%) dipikirkan GIFT seperti:
(Gamete Intra Fallopian Trasfer) atau FIV.  Meninjau kembali data pasien
Selain mempunyai arti terapi sebenar-nya FIV Seperti riwayat perkawinan, kehamilan, haid
atau ZIFT (Zygote Intra Fallopian Trasfer) ini 6 bulan terakhir, dan pengobatan
dari bidan gandrologi juga mempunyai arti
 Pemeriksaan ginekologi
diagnostik. Semua parame-ter diatas, yang
serta penanganan yang pernah dilaku- kan.
biasa dipakai pada pemerik-saan analisas
Untuk mengetahui keadaan organ genitalia
permarutin, sebenarnya belum menggambarkan
dalam dan luar, seperti keadaan vagina,
keadaan sebenarnya apa-kah spermatozoa
indung telur, leher rahim, rahim,
tersebut mampu mem-buahi ovum atau tidak.
Apabila sel sperma dalam ejakulasi ber-jumlah  Pemeriksaan USG dan arah rahim.
sedikit dianjurkan FIV dengan teknik I CSI Pemeriksaan USG transvaginal untuk
(Intra Cytoplasmic Sperm Injection), apabila menilai besar, bentuk, arah, posisi atau
tidak ada sel sperma sama sekali pada kelainan rahim, seperti myoma, serta ukuran
ejakulasi, untuk mendapatkan sel sperma akan dan letak indung telur, jumlah dan ukuran
dilakukan TESE (Testicular Sperm Extraction), folikel dan kemungkinan
PESA (Percutaneous Epididymal SpermA  Pemeriksaan hormonal adanya penyakit
spiration) atau MESA (Microsurgical kista. Untuk mengetahui kadar FSH, LH,
Epididymal SpermA spira-tion). E2, PRL dan P4 sehingga dapat dilihat fungsi
ovarium adakah kista indung telur,apakah sel
SYARAT-SYARAT MENGIKUTI PROGRAM telur dapat berkembang dan berovulasi,
“BAYI TABUNG” (FIV-ET) termasuk bagaimana kemungkinan respon
indung telur
 Perkawinan yang sah Sebaiknya usia isteri  Analisa sperma terhadap obat pemicu sel
kurang dari 40 tahun telur. Untuk melihat kuantitas dan kualitas
 Mengetahui resiko kegagalannya sel sperma sebelum dan sesudah pencucian
 Melakukan pemeriksaan lengkap sperma dan leukosit sebagai tanda infeksi
 Sudah dilakukan penanganan secara kon- Pemeriksaan serologiyang mengganggu
vensional,tetapi tidak juga berhasil hamil proses fertilisasi. Dilakukan pada pasangan
 Sebaiknya jumlah sel-sel sperma (5-20juta/cc), suami istri untuk mengetahui apakah ada
pergerakan dan bentuknya mencu- kupi. antibodi darah untuk melindungi tubuh dari
PROSEDURPELAKSANAAN  Pemeriksaan lainnya penyakit. Untuk
menghindari hambatan selama masa
Ada beberapa tahap proses, yaitu(Hadi,1991): pembuahan atau apabila terjadi kehamilan
1. Pemeriksaan persiapan maka dilakukan beberapa pemeriksaan
2. Pemberian obat untuk memicu sel telur pasangan suami istri yang menyangkut
3. Petik ovum(Ovum Pick Up:OPU) kesehatan tubuh pada umumnya dan
4. Persiapan sperma reproduksi sepert
5. Fertilisasi In Vitro(FIV)
6. Embrio Trasfer(Tandur Alih Mudigah)
deteksi : sifilis, TORCH-KM, hepatitis B Keuntungan dengan protokol
 Pemeriksaan Laparoskopi atau C,dan ini(Diedrich Kdkk.1988):
HIV/AIDS. Mengingat biayanya mahal 1. Hargarelatiflebihmurah
maka peme- riksaan ini dilakukan secara
2. Waktuyangtepatuntuklaparos-copy/
selektif pada pasien-pasien dengan dugaan
USG
endometriosis berat atau kista endometriosis
atau indung telur, hidrosalping (penimbunan 3. Didapatkan 4 Oocyte pada
cairan dalam saluran telur) dan posisi indung saatLaparoscopy
telur yang tidak menguntungkan untuk 4. Tidakdidapatkankasushyperstimu-
aspirasi transvaginal. lasiyangserius
Kerugian
2. Pemberian Obat-obatan Untuk Memicu Sel Telur 1. Pemeriksaan yang seksama
(Sukaputra,1990) Pemicuan/induksi ovulasi pada darisiklus(E2,LH,USG)
program ini berbeda dengan pemicuan ovulasi 2. Kemungkinan timbulnya
biasa (yang diberikan pada pasangan infertil LHendogen
biasa). Pemicuan disini diharapkan meng- 3. Populasi oocyte yang
hasilkan lebih dari satu folikel yang dominan, berlainan(tingkatmaturasiberbeda)
dan menghasilkan beberapa ovum yang DiklinikIVPRSUDDr.Soetomo:
matang/mature yang siap untuk Pada16kasusdicapaitotalfolikel119,denganrat
dibuahi/fertilisasi. Bermacam-macam metoda a-rata1528pg/ml
diperkenalkan oleh senter-senter FIV-ET diluar - StimulasidenganHMG+HCG
negeri dan mereka menyatakan keberhasilan yang HMGdiberikanmulaidari daur haidhari ke
dicapai, tapi sampai saat ini belum ditemukan 3, dengan dosis pertama 3
satu metode yang baku dengan hasil yang terbaik. ampuldandapatdinaikkansesuaikebutuhanhi
Setiap metode pemicuan ovulasi selalu ngga dihasilkan kadar E2 250
mempunyai semua kondisi penderita. Beberapa mg/mltiapfolikel,danlebihdari2
protokol pemicuan ovulasi pada program FIV-ET folikeldengandiameter1.8HCGdiberikan50
- Stimulasi dengan C.C + HMG + HCG C.C 00-
dimulai hari ketiga dosis 100 mg/hari selama 10.000I.M.apabilasyarattelahterpenuhi.OP
5 hari HMG disuntikkan I.M. mulai hari ke 6 Udikerjakan34-36jamkemudian
daur haid, siang hari dosis 2 ampul per hari, Keuntungan:
atau dapat dinaikka bergantung respon E2 1. Waktuyangtepat untuklaparoscopy
maupun besar folikel. Pemberian dihentikan 2. Dihasilkan6oocyteperlaparos-kopy/
apabila terdapat kadar E2 lebih dari 250 USG
pg/folikel, dengan lebih dari 2 folikel Kerugian:
berukuran 1,8 cm. HCG disuntikkan malam 1. Pemeriksaan yang seksama
hari, dosis 5000-10.000 I.V., bila syarat telah padasiklus(E2,LH,Prog)
terpenuhi. O.P.U. dilakukan kira-kira 34-36 2. Biayalebihmahal
jam setelah pemberian HCG. 3. Bahaya terjadinya
hiperstimulasiovarium
4. Kemungkinan terjadinya
“spare”embrio
DiRSUDDr.Soetomo:
Pada7kasusdicapaitotalfolikel30,dengan
rata-rata 4,28 folikel,oocyte 4,25/siklus, ET
1,5/siklus,kadar E2 rata-rata613,9pg/ml
- StimulasidenganFSHmurnidanHCG
FSH (metrodin R) diberikan pada hari ke 3 Pada saat daur haid hari pertama dipantau
daur haid I.M. 2 Amp (150 I.U). Dosis dapat keadaan ovarium adanya folikel maupun Rest
dinaikkan bila dibutuhkan hingga dihasilkan Folicle. Bersama dengan pemberian
2 folikel berukuran lebih dari 1,8 cm atau HMGmaupun HCG dikerjakan pemantauan
kadar estradiol 250 pg/per folikel perkambangan folikel hingga tampak folikel
Keuntungan Dapat diberikan pada keadaan de Graf dengan kumulus oophorus
hyperan- drogenisme, sindroma P.C.O. dan didalamnya, juga dilihat penebalan
kenai- kan ratio LH dibanding FSH. - endometrium dan adanya reaksi decidua.
Stimulasi dengan GnRH +HMG + HCG Pemantauan hormonal Dikerjakan secara
GnRH (Buserelin/Sprrefac R) dapat dibe- bertahap, dan dimulai dengan: Hari ke 1 :
rikan melalui Long protocol dimulai hari ke pemeriksaan kadar FSH, LH, Estradiol,
22 daur haid dosis GnRH 6 kali semprot progesteron Hari ke 6/7/8: Bersamaan
hidung (+ 100 ug) dengan selang waktu 3 dengan pem- berian HMG/FSH murni
jam. HMG mulai dari hari-hari 2-3 daur dilakukan pemantauan kadar E2,FSH Hari ke
haid,2 amp I.M. HCG diberikan bila terdapat 9 : bersamaan dengan pem- berian
2 folifel dengan ukuran 1,8 cm Keuntungan HMG/FSH murni, dilakukan pemantauan
yang dapat dikerjakan 1. Pada kasus kadar E2,FSH,LH bila perlu progestron Hari
kegagalan pertumbuhan folikel dengan CC + ke 11 dan seterusnya dilakukan pemantauan
HMG + HCG 2. Prematur LH surge kadar E2 dan LH dan ditunggu saat O.P.U.
(Progesteron meningkat >2mg/ml) dapat Pemantauan hormonal memegang pera- nan
dicegah 3. Endometriosis 4. Uterus penting dalam hal: 1. Peningkatan kadar E2
miomatosis 5. Derajat maturasi folikel sama melebihi 1000- 1500 mg/ml prognose baik 2.
6. Hyperstimulasi ovarium sangant jarang Kadar progesteron yang meningkat lebih
Kerugian 1. Biaya mahal 2. Efek supresi dini,melebihi 2 mg/ml, prognose menjadi
GnRH berkelanjutan Di RSUD Dr. Soetomo: jelek 3. Kadar LH yang meningkat
Pada 12 kasus dicapai total folikel 103, sebelumwaktunya (premature LH peak)
dengan rata-rata 8,6 folikel, oocyte prognosenya lebih jelek 4. Kadar E2 yang
5,3/siklus,ET 2,27/siklus, kadar E2 rata- rata justru menurun setelah pemberian HCG
214opg/ml - Pemantauan pada saat pemicuan (>30%) prognosenya jelek
Pemantauan penderita merupakan kunci
utama pada saat pemicuan ovulasi dan harus
dikerjakan secara teliti dan seksama demi
keberhasilan program FIV-ET. Pemantauan
dibagi menjadi dua cara : Ultrasonografi
Dapat dikerjakan secara bertahap dengan
transvaginal USG:
Skema Pemicuan& pemeriksaan Di Program BATAB
R.S.Dr.Soetomo

Bagan

Pemicuan

HCGJA
M220

SuntikHMG -OPU HCG


-SPERMA 2000IV
CC

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1920

-USG-HORMON ET - HORMON
- USG MRS CHECK
- HORMON FERTILI
HCG SASI

HCG
GnRH+ HMG

Hari
3. Petik Ovum (Soedarto.1990) Selama siklus 37c dan berisi oosit diletakkan dalam incubator untuk dieram.
pengobatan maka perkem- bangan folikel-folikel 4. Persiapan Sperma (WHO,1992) Tujuan metode
dipantau dengan menggunakan ultrasonografi persiapan sperma adalah memisahkan
dan juga pemeriksaan kadar 17-B estradiol spermatozoa motil dari plasma semen, dengan
didalam serum. Atas dasar hasil pemeriksaan hasil tuaian semaksimal mungkin dan kerusakan
tersebut maka dosis HMG yang diberikan pada sel spermatozoa seminimal mungkin. Selain
disesuaikan setiap hari Apabila sekurang- itu hasil persiapan harus sebersih mungkin dari
kurangnya terlihat 2 filokel yang cukup matang debris. Hal-hal ini yang mendasari pemilihan dari
(diameter kurang lebih 1,8 mm) dan kadar 17-B teknik persiapan sperma. Walaupun terdapat
estradiol mencapai sekurang-kurangnya banyak metoda persiapan sperma, saat ini
1000ng/L, maka akan diberikan suntikan human laboratorium ART memilih satu dari metoda
chorionic Gonadrotopin (HCG,Profasi *R) pencucian renang atas atau kolom bertingkat
10.000IU untuk mematangkan sel-sel telur Percoll atau teknik migrasi ke samping..
(OPU) biasanya dijadwalkan 36 jam setelah  Pencucian dan Renang Atas (“Washing and
pemberian HCG. Pengambilan sel-sel telur dapat Swim up”) Teknik ini meliputi pengenceran
dilakukan dengan bermacam-macam cara : sperma dengan medium inseminasi, dua atau
a. Teknik laparoskopi : membutuhkan tiga kali pemusingan dengan kekuatan
biuslocal rendah (300 sampai 400 g) untuk jangka
b. Bimbingan ultrasonografi: anesthesia local waktu singkat dalam 1-2 ml medium, atau
atau sedasi dilapisi diatasnya dengan 1-2 ml
_transabdorninal-trasversical medium,atau diletakkan dibawah 1-2 ml
_perurethal-transversical medium. Kemudian dieram selama 30-60
_trasvaginal menit dimana saat itu spermatozoa motil
Teknik terakhir ini yang sekarang berenang keatas dari lapisan bawah.
paling banyak digunakan karena Spermatozoa motil tersebut kemudian dituai
relatif mudah dan tidak mengandung dari lapisan atas medium. Teknik ini sejak
resiko tinggi. Kadang- kadang lama dianggap sebagai standart persiapan
diperlukan kombinasi dari sperma pada bebe- rapa laboratorium ART
teknikteknik tersebut diatas untuk (Assisted Repro- duction Technology).
dapat mencapai lokasi indung telur.  Kolom Bertingkat Perkoll (“Percoll gradient
Sel telur atau tepatnya oosit disedot Column”) Percoll adalah larutan yang
dari folikel kedalam tabung untuk mengan- dung partikel-partikel koloid silica
kemudian dibawa ke laboratorium, terlapis polyvinyl-pyrolidone (PVP) dan
oosit dicari dibawah mikroskop stereo, dapat dibuat dalam berbagai densitas dengan
dipisahkan dari cairan folikel, dicuci melarutkannya dalam medium. Kolom dibuat
dengan medium kultur dan dalam tabung reaksi dengan menempatkan
ditempatkan dalam tetes medium mulai dasar tabung keatas masing-masing
kultur, Pada saat ini juga dilakukan 100%, 90%, 70%, 60%, 40%. Ada juga yang
penilaian terhadap kematangan sel menyederhanan kolom dengan membuat
telur. Oosit dapat dinilai sebagai hanya kolom 80-90% dan 40-45% Percoll.
“mature” (metafase II), “intermediate” Sperma diletakkan diatas kolom dan
(metafase II), atau “immature”
(profase I) tergantung dari apa yang
terlihat dari morfologi komleks sel-
sel oosit, korona radiata dan kumulus
oophorus. Seluruh kegiatan
pengumpulan dikerjakan dimana oosit
berada pada lingkungan suhu
tabung kemudian dipusingkan dengan maka inseminasi dilaksanakan sekitar 3-6 jam
kekuatan 350 sampai 450 g selama 20 menit. setelah pengumpulan oosit. Konsentrasi
Spermatozoa akan terpidah pada tiap-tiap spermatozoa motil pada saat inseminasi adalah
lapisan dan spermatozoa yang terbaik akan sekitar 50.000 sampai 100.000 per ml. Maka
terletak dilapisan bawah (90 dan 100%). itu,untuk setiap oosit ditetes 50 mikroliter
Sperma dituai dari lapisan bawah, dicuci 1 diperlukan sekitar 2.500 sampai 5.000
atau 2 kali, kemudian dilarutkan dalam spermatozoa motil. Jumlah spermatozoa yang
medium. Beberapa laboratorium terlalu tinggi tidak dianjurkan oleh karena akan
menggunakan teknik ini secara rutin. Teknik meningkatkan kemungki- nan polispermi.
ini juga dapat menyingkirkan secara efektif Disamping itu, beberapa bahan hasil
mikroorganisme dan lekosit pada sperma metabolisme spermatozoa yang mengalami
yang tercemar. Saat ini, teknik ini degenerasi dapat mengganggu proses fertilisasi.
disederhanakan dengan mengguna- kan 2 Adanya fertilisasi dapat dinilai antara 12-18 jam
kolom Percoll, 45% dan 90% dan diterapkan setelah fertilisasi. Kejadian infertilisasi ini
dengan mudah di laborato- rium untuk IUI, sebenarnya mungkin telah terjadi dalamwaktu 3
IVF maupun ICSI baik pada sperma normal jam setelah inseminasi.Sekitar 18 jam setelah
maupun abnormal. inseminasi, pada umumnya sel- sel kumulus
- Teknik Migrasi Ke Samping (Side telah terlepas dan mengendap pada dasar tetes
Migration Technique) Teknik ini kultur sehingga oosit yang mungkin telah
digunakan terutama untuk ICSI pada difertilisasi dapat dilihat dengan hanya
sperma yang sangat sedikit. Disiapkan dikelilingi oleh sel-sel korona, Sel-sel ini
tetes-tetes medium pada piring petri kemudian dibersihkan dengan pemipetan
dimana terdapat satu tengah tetes kira- berulang dan fertilisasi dilihat dengan adanya
kira 200 ul dikelilingi oleh 6-20 tetes dua pronuklei (2PN). Penilaian pronulei ini
kecil masing-masing 10 ul kemudian sangat penting untuk mendeteksi adanya
dilapis dengan minyak mineral. Tetes kemungkinan poliploidi harus lebih dari 2
samping dihubungkan dengan tetes pronuklei. Pre-embrio dengan poliploidi harus
tengah melalui jembatan medium yang disingkirkan, oleh karena dapat menimbulkan
dibuat dengan ujung pipet kecil. Sperma kelainan pada embrio dan meningkatkan
yang telah dicuci 2 kali disesuaikan kejadian abortus spontan. Selanjutnya, pre-
dalam medium kemudian diteteskan ke embrio dipindahkan ke dalam tetes medium
dalam tetes tengah. Setelah sekitar 10 kultur segar untuk dieram lagi. Setelah sekitar 24
sampai 60 menit, sperma motil akan jam, dilaku- kan penilaian dari perkembangan
bermigrasi ke tetes samping, sedangkan embrio. Pada saat ini, embrio telah mencapai
stadium 2 atau 4 sel, atau bahkan kadang-
debris, sel-sel lain dan sperma mati tetap
kadang lebih. Dilakukan pula penilaian terhadap
ditetes tengah. Dengan menggunakan
derajad kualitas embrio berdasar- kan kesamaan
pipet spermatozoa motil pada tetes
ukuran blastomer dan adanya fragmentasi dari
samping kemudian dituai. blastomer. Embrio dapat diberi derajad 1 yang
5. Fertilisasi In Vitro (FIV) Setelah pengambilan, terbaik sampai 3 yang terjelek. Pada fase ini
oosit dieram dan diinseminasi pada tetes dilakukan embrio trasfer (ET) dari maksimal 3
medium terpisah untuk memungkinkan embrio terbaik
pemeriksaan dan penilaian secara sendiri- .
sendiri. Jangka waktu antara pengumpulan oosit
dan inseminasi tergantung dari derajad
kematangan oosit pada saat pengambilan. Secara
praktis, jika stimulasi ovariumnya optimal,
5. Embrio Trasfer (Tandur Alih Mudigah) Untuk Faktor Penyebab Kegagalan FIV-ET Seperti disebutkan
trasfer embrio, penderita tidak dipuasakan karena
diatas, ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab
tidak memakai anestesi. Setelah penderita
kegagalan FIV-ET . Dan penyebab sebenarnya juga masih
diletakkan pada posisi lithotomi, vagina dicuci
dengan cairan media. Sebaiknya, pada saat-saat menjadi penelitian sampai sekarang. Sebenarnya,
kontrol di poliklinik, telah diketahui terlebih keberhasilan kehamilan programFIV-ET sekitar 20-30%
dahulu posisi rahim (ante atau retrofleksi) dan sama dengan presentase kehamilan alami. Artinya dalam
berapa panjang rongga rahim dengan melakukan keadaan normal, pasangan suami istri memiliki
sondase. Di pasang spekulum Grave (cocor kemungkinan 20-30% terjadi kehamilan pada setiap kali
bebek) atau spekulum sim dengan tarikan pada sanggama pada masa subur. Namun karena FIV-ET
bibir depan serviks memakai tenakulum, untuk memerlukan biaya besar dan penanganan yang rumit,
melihat ostium uteri. Kateter embrio bagian luar
maka angka keberhasilan tersebut dianggap kecil,
dimasukkan ke dalam rongga rahim melalui
sehingga perlu ditingkatkan lagi. Faktor-faktor dibawah
ostium uteri. Setelah mencapai fundus, ditarik
kembali sekitar 1 cm ; kemudian plunger yang ini yang diduga memberikan peranan terhadap faktor
berada di bagian dalam kateter luar tersebut kegagalan program FIV-ET, yaitu :
ditarik ke luar. Kateter yang berisi embrio yang 1. Kualitas dan Kuantitas sel telur Berikut ini beberapa
telah disiapkan dimasukkan ke rongga rahim penyebab yang bisa Hasil stimulasi obat yang
melalui kateter luar tersebut. Setelah semuanya diharapkan. Misalnya folikel yang berkembang
masuk, spuit disuntikkan, ditunggu beberapa  mempengaruhi. sedikit atau kualitasnya tidak
detik, kateter dalam diputar 180 derajad, baik. Dengan demikian, sel telur yang dihasilkan
kemudian bersama- sama kateter luar dikeluarkan sedikit, atau apabila sel telur kurang baik (belum
dari rongga rahim. Bila uterus antefleksi matang atau tidak normal) akan mengurangi
dianjurkan penderita berada dalam posisi terjadinya pambuahan dan kehamilan. Namun
telungkup untuk beberapa waktu, dan bila uterus dengan kemajuan ilmu pengetahuan, sekarang
retrofeksi penderita tetap dalam posisi terlentang. mulai bisa diatasi. Misalnya, dengan pilihan obat
Setelah berbaring 4 jam, penderita diperbolehkan pemicunya jenis recombinant FSH yang terbuat
pulang. Kateter embrio yang digunakan buatan dari rekayasa genetik. Jenis ini akan memberikan
Perancis merek TDT peluang lebih besar pada
 Keadaan hormonal atau kesehatan istri
Tingkat Keberhasilan perkembangan folikel menghambat
Keberhasilan proses pembuahan pro- gram perkembangan sel telur. Misalnya, kadar FSH
FIV cukup tinggi yaitu sekitar 80 %. Namun dan LH tinggi atau karena mempunyai riwayat
presentase ini juga tergantung beberapa sebab yaitu kista indung
kualitas sel telur, kualitas sel sperma, dan medium  Usia wanita mempengaruhi produksi telur.
kultur. Setelah di TAE (Embrio Trasfer) hasil indung telur dalam menghasilkan sel telur.
pembuahan ini menurun menjadi 20-30% untuk Termasuk dipengaruhi kualitas dan kuantitas sel
sampai terjadi kehamilan. Hal ini juga tergantung telur, embrio dan keadaan endromertium. Reaksi
berbagai hal yang sementara ini masih menjadi obat pemicu sel telur terhadap produksi folikel
misteri. dipengaruhi pula oleh usia
wanita. Memang kemampuan organ demikian dipilih tiga embrio yang dianggap
reproduksi wanita menurun memasuki usia berkualitas terbaik yang akan ditandur alih ke
30 th dan sudah sangat menurun mulai usia dalam rahim. Namun jika pembuahan yang
38 th angka keberhasilan bisa mencapai 40 berhasil dan menjadi embrio tidak jelas
%. Sedangkan, apabila usia wanita 30-38 th perbedaanya maka sangat sulit untuk melakukan
kemungkinan keberha- silan program proses seleksi embrio yang akan di TAE (Tandur
mencapai 20-25%. Namun, apabila usia Alih Embrio). Sehubungan dengan faktor emrio
wanita 38-42 th kemung- kinan haid hanya tadi, orang berusaha mengembangkan suatu cara
10%, sedangkan diatas usia 42 th hampir untuk mengurangi resiko kegagalan. Selama ini,
tidak ada yang berhasil hamil. embrio yang dipindahkan ke dalam
2. Kualitas dan kuantitas sel sperma Teknik bayi rahimmencapai tahap atau stadium morula yaitu
tabung konvensional biasanya kurang berhasil sekitar hari 2-3 setelah pembuahan. Kini sedang
apabila jumlah sel spermanya sedikit (kurang dari
dikembangkan pemindahan embroi pada stadium
sepuluh ribu perml air mani), bentuk dan
blastula (sekitar hari kelima setelah pembuahan)
pergerakannya rendah sehingga sulit untuk
secara alami,embrio dalam tahap morula
menembus sel telur. Berdasarkan penelitian,
dengan jumlah dan kualitas sperma yang kurang, sebenarnya belum siap dipindahkan kedalam
keberhasilan- nya dengan teknik bayi tabung rahim. Pemindahan ini membuat embrio stress
tidak lebih dari 20% dengan peluang kehamilan karena kondisi rahim terlalu asam baginya.
yang terjadi jumlahnya kurang dari 7%. Sebaliknya, apabila pemindahan embrio
Sementara dalam keadaan normal, artinya sel dilakukan pada stadium blastula maka telah
telur dan sel sperma baik, keberhasilan mendekati usia embrio yang tertanam di dinding
pembuahan proses bayi tabung mencapai 80% rahimdalam proses pembuahan alami.
dan peluang kehamilan mencapai 20- 30%.. Sayangnya, tidak semua hasil pembuahan mampu
3. Faktor Embrio Salah satu faktor yang bertahan sampai tahap blastula. Selain itu, biaya
menentukan keberhasilan teknik bayi tabung menjadi lebih mahal karena memerlukan waktu
adalah kemampuan embrio untuk berkembang yang lebih lama dan kultur yang berbeda Seperti
setelah ditanamkan dalam rahim. Sampai saat ini, penelitian yang diterbitkan jurnal Fertility and
kegagalan terbesar program FIV adalah pada Sterility,Agustus 1999 yang dilakukan oleh Jose
embrio yang dipindahkan ke rahim, yaitu gagal R. Cruz dan koleganya di George Washington
untuk menanamkan diri (implantasi). Memang University Medial Center membuktikan bahwa
sinkronisasi antara perkembangan embrio dan wanita yang menem- puh pemindahan pada tahap
keadaan endometrium sampai sekarang masih blastula pasca program FIV, 40% diantaranya
merupakan misteri. Untuk mengurangi kegagalan berhasil hamil. Namun hanya 9% yang berhasil
tersebut, pemantauan pembiakan embrio menjalani FIV biasa, yaitu pemindahan embrio
dilakukan lebih ketat. Biasanya embrio yang pada stadium morula (Bongso and Fong, 1995)
pembelahan selnya lebih cepat dari yang lain, Kendalanya memang pada medium kultur
akan memberikan kemungkinan lebih tinggi embrio. Selama ini dikembangkan bertahuntahun
terjadinya kehamilan. Oleh karena itu, pilihan sebagai medium kultur yang diguna- kan hanya
embrio seperti ini yang diutamakan untuk bisa mendukung pertumbuhan embrio hingga
dipindahkan kedalam rahim. Dengan stadium morula saja. Namun sejak ditemukan
medium kultur yang bisa mengembangkan
embrio sampai pada tahap blastula, beberapa
klinik bayii
tabung sudah mulai melakukan metode ini., tanpa Setelah konsepsi buatan terakhir yang
meninggalkan metode tahap morula atau disebut gagal sebanyak 3-5 kali.
sequence trasfer. Jadi sebagian embrio ditrasfer Bagaimana Memperbesar Kemungkinan
ketika embrio berusia 2 hari dan sebagian lainnya Keberhasilan ?
sudah memasuki tahap blastula, menyusul 1. Sebaiknya setelah melakukan pemeriksaan
kemudian. Metode ini hanya dilakukan apabila lengkap dan berobat teratur selama 1 tahun dan
hasil embrio lebih dari tiga. tidak berhasil, segera memutuskan untuk
4. Implantasi Seperti disebutkan diatas, sampai melakukan FIV-ET. Problemnya, pada saat
sekarang faktor kegagalan terbesar pada program sekarang adalah usia wanita untuk menikah dan
FIV-ET adalah implantasi. Penelitian juga belum hamil semakin meningkat, tambahnya lagi
bisa mengungkap misteri kegagalan tersebut. upaya pemeriksaan untuk hamil yang biasanya
Diduga, selain kualitas embrionya, juga kondisi membutuhkan waktu lama. Padahal, semakin
endomertiumnya, keadaan ideal untuk implantasi cepat keputusan untuk melakukan FIV semakin
adalah endometrium dengan ketebalan tertentu. baik. Mengingat faktor usia pasangan suami
Selain itu, belum diketahui juga kapan waktu istri memegang paranan terhadap keberhasilan
endometrium bisa menerima embrio. Hal-hal program FIV. Sayangnya karena
tersebut belum dapat diatasi dengan teknologi FIVmembutuhkan biaya yang tinggi sehingga
atau temuan yang dapat memanipulasi keadaan banyak pasangan suami istri menjadi ragu- ragu
endometrium, seperti halnya indung telur dengan atau justru menunda waktu yang tidak
obat pemicu sel telur. Beberapa dokter sudah ditentukan.
mencoba mengatasi hal ini dengan memberikan 2. Menggunakan medium kultur yang baik
aspirin atau aspilet pada saat pemberian obat 3. Menggunakan obat penyubur yang baik
semprot. Di Argentina, pemberian ini dapat 4. Mengelola stress dengan baik
meningkatkan angka kehamilan. Namun, dosis 5. Memohon ke Sang Pencipta, Allah SWT
pemberian obat yang tinggi malah justru
membuat endometrium tidak siap menerima KESIMPULAN
embrio. Pasangan suami istri yang dengan cara
5. Faktor Medium Kultur Medium yang dipakai konvensional, tidak memungkinkan untuk bisa
untuk pembiakan sel makin lama makin hamil, maka dengan adanya Program “Bayi
disempurnakan. Misalnya, medium biakan Tabung” (Fertilisasi In Vitro-Embrio Transfer :
Whitingham T-6 yang dibubuhi fetal colf serum
FIV-ET) ini, masih mempunyai harapan untuk bisa
yang sangat berhasil untuk membiakkan embrio
hamil,walaupun dengan persentase yang baru
sampai tahap morula dan blastula. Saat ini, juga
mencapai: 20-30%, padahal keberhasilan saat
sedang dicoba penelitian mengenai medium
dilakukan proses pembuahan sel telur oleh
tanpa glukosa yang dapat menghasilkan tingkat
spermatozoa denagn medium kultur diluar tubuh
pembelahan sel yang lebih baik.
(Fertilisasi I Vitro) cukup tinggi, yaitu :kurang
lebih 80 %, tetapi paling tidak dengan kejadian ini
KapanBoleh Mengulang programFIV-ET?
akan membangkitkan secercah harapan. Dengan
Sangattergantungdarikeuangandanemosipa
kemajuan teknologi kedokte- ran, sudah banyak
sangansuamiistri.Karenaitu,ke-
gangguan dalam bidang kesehatan reproduksi yang
putusannyasangatindividual.Padaumumnyapasanga
sudah dapat ditangani, sehingga harapan pasangan
nsuamiistribersediamengulangprosedurkonsepsibu
suami istri untuk mewujudkan keinginan
atansecepatnya3bulan
mendapat- kan anak biologis semakin besar hanya
saja memang keputusan terkhir dari upaya tangan.
manusia adalah pada sang Pencipta: Allah SWT, artinya manusia berusaha, Allah yang menentukan.
SARAN

Seperti telah diketahui bahwa kegagalan terbesar program “Bayi Tabung”(FIV-ET) adalah
embrio gagal menanamkan diri (implantasi) dan berkembang lebih lanjut didalam dan intensif
terhadap semua faktor yang mempenga- ruhi semua kondisi tersebut diatas, misal : kualitas sel telur,
kuantitas spermatozoa, tahap perkembangan embrio saat dilakukan transfer, pemakaian medium
kultur yang tepat, kesiapan endometrium saat menerima embrio agar dapat terjadi implantasi dan
berkembang lebih lanjut dengan baik, dan lain-lain. Untuk semua itu perlu kiranya pemilihan dan
penyaringan sper- matozoa dengan kualitas yang baik, stimulasi follicle yang tepat sehingga
dihasilkan ovum yang cukup dan kualitasnya baik, meningkat- kan kemampuan sumber daya
manusia baik dokter obgen, androlog maupun embriolognya Sehingga angka persentasi keberhasilan
program “Bayi Tabung” lebih meningkat lagi

KEPUSTAKAAN

Ahmadi A et all 1996. Methodology of Micromanipulation. Advanced Course on


Micromanipulation and Coculture, Singapore, 21 – 24 may: Department of Obstetrics &
Gynaecology Natinal University of Singapore.
Bongso A and Fong CY 1995. Blastocyst Transfer in ART: Use of Embryo Coculture.Second
Advanced Course on Micromanipulation ang Co – culture, Singapore, 21 – 24 may:
Department of Obstetrics & Gynaecology National University of Singapore.
Diedrich K et all 1988. Ovarium stimulation using pure FSH in an in-vitro fertilization programme.
Human Reprood Suppl 3:23-28.
Edward R G and Streptoe P C 1974. Control of Human Ovulation, Fertilization o and Implantation
Proc. R. Soc B iol Med 67; 932-936
Hadi 1991. Indikasi dan Seleksi Penderita Program Bayi Tabung, Surabaya:lab/UPF Obstertri dan
Ginekologi FK UNAIR .
Hinting 1996. Perkembangan Teknik Rekayasa Reproduksi, Surabaya : lab Biomedik FK UNAIR
…….. 1999. ART pada infertilitas pria, pelatihan penatalaksanaan infertilitas pria dan analisa
sperma, Surabaya, 21-23 Oktober: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan.
Kasdu D dan Januadi Judi JE 2001. Kiat Sukses Pasangan Memperoleh Keturunan. Jakarta : Puspa
swara ..
Moghissi, K.S and Wallach, E.E 1983. Unexplained infertility Fertil. Seteril 39:5.
Santoso B, Hadi S 1979 – 1986. Rekonstruksi Genitalia Interna pada Wanita Pasangan infertile
dengan Tehnik Bedah Mikro di RSUD Dr. SutomoSurabaya
Soedarto 1990. Pengambilan Ovum dan Transfer Embrio, Surabaya: lab/ UPF Obstertri dan
Ginekologi FK UNAIR.
Sumapraja S 1980. Beberapa Penelitian Klinik Pasangan Infertil. Tesis Jakarta
Sukaputra 1990. Stimulasi Ovulasi dalam Program FIV-ET , Surabaya: lab/UPF Obstetri dan
Ginekologi FK UNAIR .
………….. 1991. Induksi Ovulasi, Surabaya: lab.UPF Obstetri dan Ginekologi FK UNAIR
Trounson AO, Wood JFL, Weeb J and Wood J 1981. Transfer in The Controlled Ovulatory Cycle,
Science 212; 681-682.
Welner S et all 1988. Human Menopousal Gonodotropins: A Justifiable Therapy in Ovulatory
Women With Long Standing Idiophatic Infertility. Am Jobstet Gynecol 158: 112 – 117
Wisanto A et all 1991. Fertilisasi In Vitro dan Trasfer Embrio, Jakarta: Unit Melati RSAB Harapan
Kita.
World Health Organization 1992. WHO Laboratory manual for the examination of human semen
and sperm- cervical mucus interaction.
KESIMPULAN

Bayi tabung adalah proses pembuahan sel telur dan sperma di luar tubuh wanita,
dalam istilah ilmiahnya in vitro vertilization (IVF). Dalam proses bayi tabung atau IVF, sel
telur yang sudah matang diambil dari indung telur lalu dibuahi dengan sperma di dalam
sebuah medium cairan. Setelah berhasil, embrio kecil yang terjadi dimasukkan ke dalam
rahim dengan harapan dapat berkembang menjadi bayi. Proses bayi tabung ini, kemungkinan
keberhasilannya hanya 30-40 persen. Apabila sepasang suami istri ingin menjalankan proses
bayi tabung, mereka harus melakukan pemeriksaan serta konsultasi terlebih dahulu. Karena
bayi tabung merupakan sebuah proses yang tidak alami dan biasanya sesuatu yang tidak
alami itu pasti ada efek sampingnya.
Pasangan suami istri yang dengan cara konvensional, tidak memungkinkan untuk bisa
hamil, maka dengan adanya Program “Bayi Tabung” (Fertilisasi In Vitro-Embrio Transfer :
FIV-ET) ini, masih mempunyai harapan untuk bisa hamil,walaupun dengan persentase yang
baru mencapai: 20-30%, padahal keberhasilan saat dilakukan proses pembuahan sel telur oleh
spermatozoa denagn medium kultur diluar tubuh (Fertilisasi I Vitro) cukup tinggi,
yaitu :kurang lebih 80 %, tetapi paling tidak dengan kejadian ini akan membangkitkan
secercah harapan.
Dengan kemajuan teknologi kedokte- ran, sudah banyak gangguan dalam bidang
kesehatan reproduksi yang sudah dapat ditangani, sehingga harapan pasangan suami istri
untuk mewujudkan keinginan mendapat- kan anak biologis semakin besar hanya saja
memang keputusan terkhir dari upaya tangan manusia adalah pada sang Pencipta: Allah
SWT, artinya manusia berusaha, Allah yang menentukan.

Anda mungkin juga menyukai