Anda di halaman 1dari 16

TELAAH KASUS PELAYANAN KLINIK INFERTILITAS:

“PERMATA HATI” RSUP Dr. SARDJITO

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1

ASRI DEISMAWARANTI I1A020018


SALMA RAIHANA AISYAH I1A020029
DHIYA SARY NADHIFA I1A020034
MUTIARA CITRA PRAMESWARY S I1A020095
SILA OLIFIA RUMBRAWER I1A020103

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infertilitas merupakan ketidakmampuan untuk mengandung hingga
melahirkan bayi hidup setelah satu tahun melakukan hubungan seksual
teratur tanpa alat kontrasepsi apapun (CDC, 2023). Infertilitas dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu infertilitas primer dan sekunder. Infertilitas primer
terjadi ketika pasangan tidak pernah sama memiliki anak atau tidak terjadi
kehamilan sama sekali. Sementara infertilitas sekunder adalah ketika
pasangan suami istri yang sudah memiliki anak namun kesulitan untuk bisa
hamil kembali atau mendapatkan anak yang berikutnya (WHO, 2020). Data
menyebutkan sekitar 48 juta pasangan di dunia mengalami permasalahan
infertilitas (WHO, 2020). Indonesia melaporkan kejadian infertilitas sebesar
10-15% atau 4-6 juta pasangan dari 39,8 juta pasangan usia subur
(Kemenkes, 2022).
Kejadian infertilitas dapat disebabkan oleh kedua pihak pasangan.
Pria dan wanita memiliki kemungkinan untuk memiliki masalah yang
memicu kejadian infertilitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas
adalah faktor penyakit, stres, genetik, berat badan, dan lingkungan
(Harsimayanti). Menurut WHO, infertilitas pada wanita dapat disebabkan
oleh kelainan tuba dengan adanya sumbatan pada tuba akibat Infeksi
Menular Seksual (IMS), komplikasi setelah melakukan aborsi, dan sepsis
postpartum. Selain itu kelainan rahim akibat infeksi misalnya
endometriosis, kelainan ovarium akibat Polycystic Ovarian Syndrome
(PCOS), dan ketidakseimbangan hormon. Sementara kejadian infertilitas
pada pria dapat disebabkan oleh obstruksi saluran reproduksi, kelainan
hormon, kesalahan testis dalam memproduksi sel sperma, serta
ketidaknormalan sperma dari fungsi dan kualitasnya. Pada kondisi tersebut
pasangan memerlukan penanganan untuk memperoleh keturunan.
Penanganan pada pasangan yang mengalami infertilitas semakin
berkembang dengan bantuan canggihnya teknologi. Metode ini sering
disebut sebagai Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB). Layanan TRB telah
tersedia pada klinik infertilitas secara khusus atau terintegrasi dengan
fasilitas kesehatan lain. Klinik infertilitas membantu pasangan
mengidentifikasi penyebab infertilitas dan memberikan solusi untuk
mendapatkan keturunan. Klinik Infertilitas Permata Hati merupakan klinik
infertilitas yang bertempat di RSUP Dr. Sardjito. Klinik tersebut menjadi
pusat rujukan bayi tabung nasional. Oleh karena karena itu, pada paper ini
akan dibahas seputar Klinik Infertilitas Permata Hati.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui jenis layanan inseminasi buatan yang terdapat di
Klinik Infertilitas Permata Hati.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jenis layanan inseminasi buatan yang terdapat
di Klinik Infertilitas Permata Hati.
2. Untuk mengetahui jenis layanan endoskopi dalam kedokteran
reproduksi yang terdapat di Klinik Infertilitas Permata Hati.
3. Untuk mengetahui jenis layanan IVF yang terdapat di Klinik
Infertilitas Permata Hati.
4. Untuk mengetahui jenis layanan ICSI yang terdapat di Klinik
Infertilitas Permata Hati.
5. Untuk mengetahui jenis layanan simpanan beku embrio yang
terdapat di Klinik Infertilitas Permata Hati.
6. Untuk mengetahui jenis layanan FET yang terdapat di Klinik
Infertilitas Permata Hati.
7. Untuk mengetahui jenis layanan assisted hatching yang terdapat di
Klinik Infertilitas Permata Hati.
8. Untuk mengidentifikasi jurnal penelitian terkait infertilitas yang
terdapat di Klinik Infertilitas Permata Hati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Overview kasus
Permata Hati yang merupakan singkatan dari “Persiapan Melahirkan
Anak Tabung harapan Suami Istri” yang merupakan program khusus tim
infertilitas RSUP Dr. Sardjito/ FK UGM. Program ini bertujuan untuk
mengelola pasangan kurang subur dari metode yang paling sederhana sampai
ke metode yang paling canggih yang tersedia saat ini. Produk layanan di
Klinik Permata Hati bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasangan infertil
pada indikasi antara lain terdapat sumbatan tuba fallopi, kelainan pada pelvis,
serta infertilitas yang belum diketahui penyebabnya dan kegagalan
manajemen infertilitas sebelumnya. Banyaknya pasangan infertil di Indonesia
dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak
mempunyai anak yang masih hidup, maka menurut Sensus Penduduk terdapat
12% baik di desa maupun di kota, atau kira-kira 3 juta pasangan infertil di
seluruh Indonesia.
Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi infertilitas pasangan
sangat bergantung pada keadaan lokal, populasi yang diinvestigasi, dan
prosedur rujukan. Analisis yang dilaporkan oleh beberapa klinik yang
meliputi jumlah pasien yang banyak adalah faktor laki-laki (30-40%), faktor
ovulasi (5-25%), faktor tuba atau uterus (15-25%), dan faktor
serviks/imunologik (5-10%). Anamnesis masih merupakan cara yang baik
untuk mencari penyebab infertilitas pada wanita. Banyak faktor-faktor
penting yang berkaitan dengan infertilitas dapat ditanyakan kepada pasien.
Usia pasien sangat penting diketahui, karena dengan meningkatnya usia,
makin sulit pula untuk mendapatkan anak. Usia 20-24 tahun fertilitas wanita
dan laki-laki mencapai 100%. Usia 30-34 tahun, fertilitas wanita 85%,
sedangkan laki-laki masih 100%. Usia wanita 35-39 tahun, fertilitas wanita
tinggal 60%, laki-laki masih tetap tinggi yaitu 95%. Pada usia 40-44 tahun,
fertilitas wanita tinggal 25%, sedangkan laki-laki 85%. Pada usia 50-59
tahun, fertilitas wanita sudah 0%, namun laki-laki masih tetap tinggi, yaitu
75%-50%. Sulit mendapat anak tersebut bukan karena si wanita tersebut telah
menjadi tua, namun lebih disebabkan oleh berkurangnya kualitas sel telur
wanita tersebut. Bila dilakukan egg donation misalnya pada seorang wanita
menopause, maka wanita tersebut dapat hamil dan kehamilannya berlangsung
dengan baik.
B. Jenis pelayanan
1. Inseminasi buatan
Inseminasi buatan adalah teknik reproduksi bantuan yang
bertujuan untuk membantu sperma mencapai rahim/saluran indung
telur dengan cara memasukkan sperma langsung ke dalam
rahim/saluran indung telur pada masa ovulasi wanita, melalui kateter
kecil, sehingga membantu terjadinya pembuahan yang berujung
dengan kehamilan. Sekitar 2 minggu sesudah dilakukan inseminasi,
maka akan dilakukan tes kehamilan untuk mengetahui keberhasilan
inseminasi.
Angka keberhasilan inseminasi intra uterine (IIU) berkisar
antara 8-12% per siklus. Sebuah penelitian melaporkan bahwa angka
kehamilan pada IIU per pasien adalah 10-20%, dimana angka
terendah adalah 5%. Menurut penelitian lain, tingkat keberhasilan
kehamilan menggunakan terapi inseminasi buatan dapat mencapai
37,9 persen. Hal tersebut persentasenya sudah cukup besar dan
banyak wanita yang berhasil hamil dengan teknik inseminasi tersebut.
Tetapi, hal ini tidak sama antara satu wanita dengan yang lainnya.
Keberhasilan kehamilan dengan teknik inseminasi buatan bervariasi
tergantung kepada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilannya antara lain; usia pasien, jenis masalah kesuburan
yang dimiliki pasien, kualitas sperma yang digunakan, penggunaan
obat kesuburan, dan faktor lainnya.
2. Endoskopi dalam kedokteran reproduksi
Endoskopi adalah prosedur medis yang dilakukan dengan
endoskop, yaitu alat berbentuk selang yang dilengkapi dengan kamera
dan senter pada bagian ujungnya. Kamera pada endoskop tersambung
ke monitor yang akan menunjukkan gambar atau yang ditangkap oleh
kamera tersebut di dalam tubuh. Endoskop memiliki bentuk tabung
kecil panjang dengan kamera pada ujungnya. Tabung ini sangat lentur
dan mudah digerakkan di dalam organ tubuh. Dokter akan
memasukkan endoskop ke dalam tubuh secara perlahan. Tergantung
bagian tubuh yang diperiksa, alat ini dapat dimasukkan melalui mulut,
anus, saluran kemih, atau sayatan kecil yang dibuat dekat persendian.
Selama prosedur berlangsung, dokter akan menggerakkan endoskop
untuk mengamati bagian dalam organ dan mencari sumber gejala.
Bila biopsi diperlukan, dokter akan menggerakkan penjepit kecil pada
ujung endoskop untuk mengambil sampel jaringan. Endoskopi
biasanya berlangsung selama 15 sampai 45 menit. Prosedur ini
umumnya tidak terasa sakit, namun kemungkinan merasa sedikit tidak
nyaman Setelah seluruh prosedur selesai
3. IVF
In-vitro fertilization (IVT) atau sering dikenal dengan istilah bayi
tabung merupakan teknologi memperoleh kehamilan dengan cara
mengambil sel telur dari calon ibu kemudian membuahinya dengan
sperma suami yang sudah siap di Laboratorium. Setelah ada proses
pembuahan, maka embrio yang terbentuk dipindahkan kembali ke
rahim ibu. Keduanya memiliki faktor keberhasilan di bawah 50%
dengan tingkat keberhasilan lebih tinggi bayi tabung dibandingkan
inseminasi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dan
keberhasilan program inseminasi maupun bayi tabung, di antaranya:
a. Usia
b. Kualitas sel telur,
c. kualitas sperma,
d. respon terhadap obat,
e. riwayat reproduksi calon ibu dan calon ayah,
f. kesuburan calon ibu dan calon ayah,
g. gaya hidup
4. ICSI
ICSI merupakan salah satu metode teknologi reproduksi dan
infertilitas yang membantu pasangan untuk mendapatkan anak dengan
metode fokus pada pria yang tidak subur. ICSI atau Intracytoplasmic
sperm injection (Injeksi Sperma Intra-sitoplasma). Dimana sel sperma
yang sudah dipilih dengan mutu yang paling bagus akan disuntikkan
ke dalam sitoplasma sel ovum atau sel telur, selanjutnya sel telur dan
sperma yang sudah pembuahan akan disuntikkan kembali ke rahim
wanita untuk perkembangan embrio secara alami. Mekanisme ini
hampir sama seperti bayi tabung atau In Vitro Fertilization. ICSI
termasuk pada bagian bayi tabung atau IVF. memiliki perbedaan
dengan IVF, ICSI hanya membutuhkan satu sel sperma terbaik untuk
disuntikkan ke ovum, IVF membutuhkan sel sperma 50.000-100.000
yang dikumpulkan pada satu cawan petri dan sel sperma tersebut akan
datang ke sel ovum untuk adanya pembuahan.
Mekanisme ICSI termasuk rumit dan perlu ketelitian dengan
tingkat tinggi. Sel sperma yang akan digunakan akan dilumpuhkan
terlebih dahulu Sel telur diletakkan di tempat dan sperma disuntikkan
ke dalam sel telur dengan membuat lubang kecil di zona pellucida dari
telur dengan menggunakan jarum suntik mikro. Jarum akan masuk
melalui lubang ini dan mengantar sperma ke dalam sitoplasma.
Lubang kecil akan menutup dan membaik dengan sendirinya.
5. Simpanan beku embrio, sel ovum, dan sel sperma
Tidak hanya berfokus pada kelainan kesehatan reproduksi
dengan fokus tidak bisa pembuahan alami, ada pula teknologi untuk
menyimpan sel telur, sel sperma, dan sel embrio pada penderita
kanker baik kanker rahim ataupun kanker testis. Trend kesuburan
yang meningkat juga diikuti dengan trend kanker sistem reproduksi.
Pada saat kemoterapi pada penderita kanker dan dapat menyebabkan
kemandulan pada alasan medis atau medical reason. Terdapat alasan
lainnya untuk penyimpanan sel ovum yaitu ketika adanya pasien
wanita yang ingin menunda kehamilan maka sel ovum dapat
dibekukan. Namun beberapa negara melarang adanya simpan beku sel
ovum, sel sperma, dan sel embrio.
Terdapat dua cara dalam pembukan sel reproduksi, slowing
freezing dan vitrifikasi. Slowing freezing Pembekuan lambat adalah
pembekuan dengan thermal arrest time lebih dari dua jam pada sel
oosit atau spermatosit. Teknik ini memakan waktu yang lama dalam
penyimpanannya, membutuhkan banyak biaya, kemungkinan oosit
hidup setelah proses beku-pemanasan rendah. Lalu teknik vitrifikasi
adalah metode kriopreservasi yang semakin populer dalam bidang
reproduksi untuk memecahkan berbagai masalah biologis baik dasar
maupun terapan melalui proses kriopreservasi yang lebih sederhana
daripada metode pembekuan konvensional. Vitrifikasi memerlukan
alat yang lebih sederhana, membutuhkan waktu dalam proses nya
yang cepat, dan kemungkinan sel oosit hidup setelah proses beku-
pemanasan lebih tinggi.
6. FET
FET atau Frozen Embrio Transfer merupakan pengembalian
embrio hasil pembuahan sel telur dan sel sperma ke endometrium
dengan sebelumnya sel embrio dihangatkan terlebih dahulu. Hal ini
memiliki tujuan untuk meningkatkan keberhasilan kehamilan. Embrio
yang akan dimasukan harus sudah melewati proses penghangatan atau
(warming). Keunggulannya endometrium yang akan digunakan dapat
dilakukan pembersihan dengan cara klinis sebelum embrio
ditempelkan pada dinding endometrium.
7. Assisted hatching
Assisted Hatching merupakan cara untuk membantu embrio
keluar atau menetas dari zona pellucida atau zona lapisan protein yang
mengelilingi embrio yang nantinya dapat terjadi pembuahan dalam
tindak lanjut. Sebelum sel sperma menjadi embrio, zona pelusida akan
menyatu (fusi) dengan sel sperma. Penyatuan ini merupakan awal dari
proses pembuahan. Setelah satu sel sperma menembus cangkang dan
membuahi sel telur, zona pelusida akan mengeras. Hal ini bertujuan
mencegah lebih banyak sel sperma membuahi sel telur. Cangkang
yang mengeras juga membantu mencegah embrio berimplantasi
secara prematur di tuba fallopi, yang dapat menyebabkan kehamilan
ektopik (di luar kandungan).
Pada sel telur yang telah dibuahi (zigot), ketebalan zona
pelusida berkisar antara 0,015-0,020 mm di hari-hari pertama
perkembangan. Pada saat ini, sel-sel pada zigot mulai berlipat ganda
namun ukurannya belum membesar. Saat bergerak di tuba falopii dan
berkembang menjadi tahap blastokista (sekarang disebut embrio),
zona pelusida melebar dan mulai menipis hingga akhirnya rusak
karena sel-sel di dalamnya semakin banyak dan tidak muat lagi.
Sekitar hari keempat hingga keenam dari waktu pembuahan, zona
pelusida akan retak dan terbuka. Blastokista (embrio) keluar dan
meninggalkan cangkang protein yang tipis tersebut. Inilah yang
disebut dengan proses penetasan embrio (embryo hatching process).
Terdapat beberapa metode assisted hatching yaitu mechanical
hatching, ekspansi mekanik pada cangkang, chemical hatching, dan
laser assisted hatching, angka keberhasilan assisted hatching dapat
dikatakan rendah dengan penelitian tidak lebih dari 13%. Namun
tidak menutup kemungkinan banyak hasil pembuahan melalui
assisted hatching yang berhasil. Assisted hatching memiliki risiko
kegagalan pembuahan, tidak berhasilnya sel embrio menetas atau
keluar dari zona pellucida, dan efek samping obat dikarenakan banyak
obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien wanita.
C. Tinjauan Jurnal
a. Jurnal I
1) Identitas Jurnal
a) Judul : Gambaran Resiliensi Pada Wanita Infertile Program
IVF (Program Bayi Tabung) Klinik Permata Hati RSUP dr.
Sardjito Yogyakarta Di Masa Pandemic Covid 19.
b) Penulis : Yulia Tri Nugrahaini.
c) Tahun : 2021
d) Jurnal : Prosiding Seminar Nasional Unimus
e) Volume :4
f) Nomor :1
g) Halaman : 958 - 970
2) Pendahuluan
Pertengahan Maret 2020, kasus corona di Indonesia kian
bertambah. COVID-19 (Coronavirus disease 2019) telah ditetapkan
Pemerintah sebagai bencana nasional non alam hal ini menyebabkan
banyak pembatasan hampir ke semua layanan rutin, termasuk
pembatasan dalam pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. RSUP
dr. Sardjito sebagai rumah sakit pusat rujukan kasus Covid-19 juga
melakukan berbagai pembatasan pelayanan, hal ini berimbas pada
kebijakan operasional klinik permata hati. Klinik Permata hati
merupakan salah satu rumah sakit pemerintah yang memberikan
layanan program bayi tabung / infertilitas. Pasangan yang tengah
menjalani program bayi tabung di klinik Permata Hati pasti tengah
merasakan dampak psikologi di tengah pandemic Covid-19, di satu
sisi mereka harus rutin menjalani pemeriksaan guna mengetahui
perkembangan embrio dan kesuburan masing-masing pasangan.
Namun di sisi lain mereka takut pergi ke instalasi kesehatan tersebut
karena takut terpapar wabah virus corona, dikarenakan kasus positif
covid di Yogyakarta sangat mengkhawatirkan. Hal ini pulalah yang
menyebabkan tingkat stress yang dialami wanita infertil tersebut
menjadi bertambah. Oleh karena itu, kemampuan resiliensi sebagai
benteng ketahanan diri untuk bertahan di tengah kondisi pandemi
global dan untuk keberhasilan program IVF.
3) Metode
Metode yang digunakan untuk pengambilan data adalah in
depth interview. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi
sebagai pendekatannya. Teknik yang digunakan untuk menguji
keabsahan data adalah triangulasi data. Kriteria informan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wanita infertil yang melakukan
program bayi tabung dan sudah mempunyai embrio beku yang
tersimpan di klinik Permata Hati RSUP dr. Sardjito usia 30-36 tahun.
Proses pengumpulan subjek menggunakan teknik Purposive
Sampling. Penelitian dilakukan kurang lebih selama dua bulan.
4) Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan analisis data penelitian yang telah dilakukan
maka didapatkan kesimpulan bahwa gambaran resiliensi dari kedua
subjek cukup baik. Meskipun kedua subjek masih mengalami
beberapa trauma yang menyisakan ingatan buruk, seperti kecemasan,
ketakutan serta gejala-gejala psikosomatis. Kedua subjek
diwawancara mengenai 5 sub tema, yaitu equanimity, perseverance,
self reliance, meaningfulness, dan existential aloneless. Hasil yang
didapatkan menunjukkan kedua subjek mampu berisilien dengan
baik. Oleh karena itu, meningkatkan tingkat resiliensi wanita infertil
program IVF (bayi tabung) mungkin bermanfaat untuk pencegahan
stres psikologis dan dapat berkontribusi pada kesehatan mental,
terutama dalam hal kecemasan dan depresi. Selain itu hal ini mampu
berkontribusi pada keberhasilan program IVF (bayi tabung) tersebut.
Pentingnya menjaga kesehatan mental wanita infertile pada saat
melakukan program IVF (bayi tabung) mampu mempengaruhi
keberhasilan pembuahan maka disarankan untuk memberikan
pendampingan psikologis dari tahap program kesuburan, penanaman
embrio hingga proses melahirkan
b. Jurnal II
1) Identitas Jurnal
a) Judul : Evaluasi Key Performance Indicator Program In
Vitro Fertilization (IVF) di Klinik Permata Hati RSUP Dr.
Sardjito pada Tahun 2019-2020
b) Penulis : Bayu Rizky Prabowo, Shofwal Widad, Addin
Trirahmanto.
c) Tahun : 2022
d) Jurnal : Jurnal Kesehatan Reproduksi
e) Volume :9
f) Nomor :1
g) Halaman : 41-46
2) Pendahuluan
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah suatu kondisi dimana
pasangan suami istri tidak mampu memiliki anak walaupun telah
melakukan hubungan seksual 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu
setahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) memperkirakan
adanya kasus infertil pada 8%-10% pasangan, jika dari gambaran
global populasi maka sekitar 50- 80 juta pasangan (1 dari 7 pasangan)
atau sekitar 2 juta pasangan infertil baru setiap tahun dan jumlah ini
terus meningkat. Untuk Indonesia, berdasarkan data Riskesdas,
prevalensi pasangan infertil adalah 15-25% dari seluruh pasangan
yang ada. Penyebab infertilitas ini kira-kira 40% karena kelainan pada
pria, 15% karena kelainan pada leher rahim, 10% karena kelainan
pada rahim, 30% karena kelainan pada saluran telur dan kelainan
peritoneal, 20% kelainan pada ovarium, dan 5% karena hal lain-lain,
dan kejadian totalnya melebihi 100%, karena pada kira-kira 35% pada
suami istri terdapat kelainan yang multiple.
3) Metode
Penelitian ini merupakan observasional deskriptif.
Pengambilan data dilakukan khususnya di bagian rekam medik yang
dilaksanakan pada bulan Januari 2019 – Januari 2020. Kriteria inklusi
meliputi Pasien klinik Permata Hati di RSUP Dr. Sardjito yang
mengikuti prosedur program bayi tabung pertama kali secara
keseluruhan proses. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini
dengan menggunakan rata-rata nilai klinis variabel KPI setiap pasien
4) Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan umur grup subyek penelitian, sebagian besar
subyek berada pada rentang usia <35 tahun. Mayoritas subyek
memiliki IMT ideal dalam rentang 18,5-25 kg/m2. Sebanyak 59,59%
subyek memiliki kadar Anti Mullerian Hormon (AMH) normal yaitu
1,2-5 mg/mL. 162 subyek tidak menunjukkan kehamilan secara klinis
dan 31 subyek dengan hasil positif kehamilan secara klinis. Subyek
penelitian yang menjalani prosedur endometriosis hanya 39 subyek.
Terdapat 5 subyek dengan PCOS. Pada diagnosis subyek pria
didapatkan paling banyak dengan diagnosis asthenospermia
(65,28%), diikuti oleh oligospermia (33,16%) dan teratospermia
(32,12%). Pada diagnosis subyek wanita, persentase terbanyak yaitu
pada subyek dengan riwayat operasi ovarium (83,42%). Faktor
pasangan suami didapatkan sebanyak 43,52%, diikuti oleh nilai AMH
rendah (39,90%), faktor tuba (27,46%), endometriosis (21,76%), dan
diminished ovarian reserve (8,81%). Disfungsi ovulasi dan polikistik
ovarium memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 5,70%.
Nilai rerata persentase indikator komponen KPI untuk tingkat
kerusakan ICSI dari keseluruhan subjek penelitian ini (176 subyek)
adalah 10,56%, nilai ini menunjukkan bahwa komponen kerusakan
ICSI tidak memenuhi nilai referensi. Nilai rerata KPI untuk tingkat
fertilisasi normal yaitu 47,88%, nilai ini tidak memenuhi standar nilai
kompetensi. Komponen keberhasilan IVF normal juga tidak
memenuhi standar nilai kompetensi dengan nilai rerata 47,88%.
Rerata tingkat kegagalan fertilisasi IVF masih cukup tinggi pada
21,76%, melebihi standar nilai kompetensi dan nilai tolak ukur.
Tingkat perkembangan embrio hari ke-3 dengan nilai rerata 85,65%
memenuhi standar nilai kompetensi dan tolak ukur, sedangkan tingkat
perkembangan blastokista dengan rerata 55,48% memenuhi standar
nilai kompetensi namun tidak memenuhi nilai tolak ukur. Hal serupa
juga terjadi pada tingkat implantasi stadium blastokista dengan rerata
sebesar 39,58%. Angka tersebut memenuhi standar nilai kompetensi
namun tidak memenuhi nilai tolak ukur sebesar. Nilai rerata indikator
tingkat cryosurvival blastokista (81,60%) dan tingkat implantasi
(stadium pembelahan) (9,37%) tidak memenuhi standar nilai
kompetensi maupun nilai tolak ukur.
Dari hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat
perkembangan embrio hari ke-3, tingkat perkembangan blastokista,
dan tingkat implantasi (stadium blastokista) memenuhi key
performance indicator. Variabel tingkat kerusakan ICSI, tingkat
fertilisasi ICSI normal, tingkat keberhasilan IVF normal, tingkat
kegagalan fertilisasi IVF, tingkat cryosurvival blastokista, dan tingkat
implantasi (stadium pembelahan) belum dapat memenuhi key
performance indicator. Performa Klinik Permata Hati RSUP Dr.
Sardjito masih berada di bawah performa kompetensi dan aspirasional
berdasarkan key performance indicator.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infertilitas dapat terjadi baik kepada wanita maupun pria dengan
berbagai macam penyebab seperti ketidakseimbangan hormon dan
endometriosis. Klinik infertilitas merupakan salah satu pilihan yang dapat
menjadi solusi bagi pasangan yang infertilitas. Klinik Infertilitas Permata
Hati adalah klinik infertilitas yang bertempat di RSUP Dr. Sardjito. Permata
Hati merupakan singkatan dari “Persiapan Melahirkan Anak Tabung harapan
Suami Istri”. Di Klinik Permata Hati terdapat beberapa jenis pelayanan
diantaranya yaitu, inseminasi buatan, endoskopi, IVF, ICSI, Simpanan Beku
Embrio, FET, dan Assisted Hatching. Dengan berbagai pelayanan tersebut
para pasangan yang infertil diharapkan dapat memiliki kesempatan untuk
memiliki anak.
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Fiona (2022), “Bisakah Assisted Hatching Tingkatkan Keberhasilan


Implantasi Embrio?”, Bocah Indonesia,
https://bocahindonesia.com/assisted-hatching-tingkatkan-implantasi-
embrio/. (diakses: 29 Maret 2023).

CDC (2023) Infertility. Tersedia di:


https://www.cdc.gov/reproductivehealth/infertility/index.htm (diakses: 30
Maret 2023).

Harismayanti (2017) ‘Faktor Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infertilitas


pada Pasangan Suami Istri di Desa Duwangan Kecamatan Dungaliyo
Kabupaten Gorontalo’, Jurnal Zaitun, 3(2). Tersedia di:
https://journal.umgo.ac.id/index.php/Zaitun/article/download/1249/780.

Indonesia, Bocah (2021), “Frozen Embryo Transfer, Salah Satu Teknologi dalam
Program Bayi Tabung”, Website Bocah Indonesia,
https://bocahindonesia.com/frozen-embryo-transfer-dalam-bayi-tabung/.
(diakses: 29 Maret 2023).

Kemenkes RI (2022) Kemandulan (Infertil): Stigma Negatif pada Wanita


Indonesia. Tersedia di:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/12/kemandulan-infertil-stigma-
negatif-pada-wanita-indonesia#:~:text=Di Indonesia kejadian infertilitas
yaitu,untuk akhirnya bisa mendapatkan keturunan (diakses: 30 Maret 2023).

Manuaba, IGB Fajar (2017), “Optimisasi Pengawetan Simpan Beku Sel Telur/Oosit
Manusia dengan Sistem Vitrifikasi”, Power Point, Fakultas Kedokteran :
Universitas Udayana, (diakses: 29 Maret 2023).

Pamungkas, F.A. (2010) ‘Pemanfaatan Metode Vitrifikasi Untuk Kriopreservasi’,


WARTAZOA, 20(3), pp. 112–118.

Saili, T. et al. (2005) ‘Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) sebagai Teknik


Reproduksi Bantuan Unggulan’, J. Sain Vet., 23(1), pp. 53–59.

WHO (2020) Infertility. Tersedia di:


https://www.cdc.gov/reproductivehealth/infertility/index.htm (diakses: 30
Maret 2023).

Anda mungkin juga menyukai