Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undescended testis (UDT) atau cryptorchidism atau kriptorkismus

adalah salah satu kelainan yang paling sering terjadi pada bayi laki-laki.

Pada kelainan ini, testis tidak terletak di dalam skrotum. Sekitar 20% atau

lebih bayi prematur mengalami kelainan ini, mengingat tahap akhir dari

penurunan testis mencapai skrotum adalah pada minggu ke-25 sampai


(1)
minggu ke-35 usia kehamilan . Sekitar 4-5% bayi laki-laki mengalami

UDT saat lahir, tetapi pada setengah dari jumlah bayi laki-laki tersebut,

testis akan turun dalam 3 bulan pertama setelah mereka lahir. Sehingga

jumlah kejadian dari kelainan ini menjadi sekitar 1-2% pada bayi laki-laki

berumur 3 bulan (2).

Penelitian terhadap 1002 bayi laki-laki yang baru lahir di Malaysia,

menunjukkan bahwa kelahiran premature dan BBLR mempengaruhi

terjadinya UDT karena pada keadaan ini bisa terdapat pertumbuhan dalam

janin yang terhambat dan adanya fungsi plasenta yang terganggu. Selain

itu faktor-faktor penting lainnya seperti pre eklamsi, presentasi sungsang,

persalinan perabdominal (sectio caesarea), persalinan yang memiliki

komplikasi atau penyulit. Faktor ras juga disebutkan pada penelitian

Beckowitz dan Lapinski tahun 1996, bahwa ras Asia memiliki resiko

1
2

relatif untuk berkembangnya UDT. Dari faktor genetik, resiko UDT

dilaporkan pada penelitian Czeizel pada tahun 1981 bahwa faktor genetika

berpengaruh. Adanya riwayat kriptorkismus dalam keluarga menjadi

faktor resiko terjadinya kriptorkismus pada keturunan selanjutnya.

Kejadian UDT meningkat 1,5% sampai dengan 4 % pada hubungan ayah

dan sekitar 6,2% pada hubungan saudara laki-laki. Dan pada penelitian

terbaru menyatakan bahwa hampir 23 % dari indeks pasien dengan UDT

memiliki riwayat keluarga yang sama (baik pada orang tuanya, saudara

laki-laki, paman, sepupu, maupun kakeknya) (3).

Insidens terjadinya 3 – 6% pada bayi laki-laki yang lahir cukup

bulan dan meningkat menjadi 30% pada bayi prematur. Dua pertiga kasus

mengalami UDT unilateral dan UDT bilateral. Setelah 100 tahun

penelitian mengenai UDT, masih terdapat beberapa aspek yang menjadi

kontroversial. Faktor predisposisi terjadinya UDT adalah prematuritas,

berat bayi baru lahir yang rendah, kecil untuk masa kehamilan, kembar

dan pemberian estrogen pada trimester pertama (3).

Penelitian yang dilakukan oleh Docimo di Anerika Serikat

didapatkan prevalensi di dunia dari 4,3% - 4,9% pada saat lahir, 1% - 1,5%

pada umur 3 bulan, dan 0,8% - 2,5% pada umur 9 bulan. Sedangkan di

Amerika Serikat, prevalensi UDT sekitar 3,7% saat lahir dan 1,1% dari

umur 1 tahun sampai dewasa, di Inggris insidensinya meningkat lebih

dari 50% pada kurun waktu 1965 – 1985. di FKUI – RSUPCM kurun

waktu 1987 – 1993 terdapat 82 anak dengan UDT, sedang di FKUSU –


3

RSUP. Adam Malik Medan kurun waktu 1994 – 1999 terdapat 15 kasus

anak dengan UDT (4).

Di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum,

kasus UDT yang dilakukan tindakan orchidopexy merupakan kasus yang

jarang terjadi. Selama kurun waktu satu tahun yaitu 2017-2018 bulan

Februari, hanya ada 1 kasus UDT dengan orchidopexy, yaitu pada An. A

(2 tahun).

Diduga ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan testis

ke dalam skrotum antara lain 1) adanya tarikan dari gubernaculum testis

dan refleks kremaster, 2) perbedaan pertumbuhan gubernaculum dan

pertumbuhan badan, 3) dorongan dari tekanan intra abdominal, 4) faktor

hormonal. Oleh karena sesuatu hal proses desensus testis tidak berjalan

dengan baik sehingga testis tidak berada dalam kantong skrotum

(maldensensus). Dalam hal ini mungkin testis tidak mampu mencapai

skrotum tetapi masih berada dalam jalur yang normal, keadaan ini disebut

UDT, atau pada testis yang keluar jalur normal yang disebut sebagai

ektopik. Testis yang belum turun ke kantung skrotum dan masih berada

dijalurnya mungkin terletak di kanalis inguinalis atau di rongga abdomen,

yaitu terletak diantara fossa renalis dan annulus inguinalis internus. Testis

ektopik mungkin berada diperineal, di luar kanalis inguinalis yaitu diantara

aponeurosis oblikuseksternus dan jaringan subkutan, suprapubik, atau di

regio femoral (5).


4

Posisi testis memiliki keterlibatan yang signifikan pada kelanjutan

hidup penderita. Kelainan ini dapat mengakibatkan penurunan tingkat

kesuburan dan meningkatkan resiko timbulnya tumor testis pada usia

dewasa muda. Oleh karena itu, Esensi terapi rasional yang dianut hingga

saat ini adalah memperkecil terjadinya risiko komplikasi dengan

melakukan reposisi testis kedalam skrotum baik dengan menggunakan


(6)
terapi hormonal ataupun dengan cara pembedahan (orchiopexy) .

Orkidopeksi merupakan prosedur untuk memindahkan testis yang tidak

turun ke dalam skrotum. Keputusan untuk melakukan orkidopeksi harus

mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain teknis, risiko anastesi,

psikologis anak, dan risiko bila operasi tersebut ditunda (3).

Selama pelaksanaan praktik keperawatan elektif, penulis

menganalisa proses keperawatan yang dilaksanakan di ruang IBS RS

Pantiwilasa Citarum, terutama pada kasus An.A dengan tindakan

orchidopexy. Terdapat beberapa kesenjangan yang terjadi pada proses

keperawatannya, baik dari pengkajian yang belum melibatkan seluruh

pemeriksaan penunjang untuk mendukung tindakan medis yang akan

diberikan sampai pada tahap evaluasi, observasi kesiapan pasien untuk

pinda ke recovery room. Beberapa kesenjangan itulah yang

menitikberatkan keingintahuan penulis meningkat untuk menganalisa lebih

dalam mengenai “Pengelolaan Kasus Intraoperatif Undescended Testis

(UDT) pada An. A dengan Tindakan Orchidopexy di Ruang IBS RS Panti

Wilasa Citarum Semarang”.


5

B. Tujuan Praktek Kerja

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari karya tulis ilmiah ini adalah penulis mampu

memahami konsep penyakit UDT serta memberikan asuhan

keperawatan pada pasien UDT post operasi Orchidopexy.

2. Tujuan Khusus

Pada akhir Kegiatan Praktek Profesi Klinik Ners Stase Keperawatan

Komprehensif peserta didik diharapkan mampu:

a. Melakukan proses pengkajian pada An.A dengan UDT

b. Melakukan proses analisis masalah dan penentuan diagnosa

keperawatan yang muncul pada asuhan keperawatan intraoperatif

UDT pada An.A dengan tindakan orchidopexy

c. Melakukan proses penyusunan intervensi dan implementasi pada

asuhan keperawatan intraoperatif UDT pada An.A dengan

tindakan orchidopexy

d. Melakukan proses evaluasi dan dokumentasi asuhan keperawatan

intraoperatif UDT pada An.A dengan tindakan orchidopexy

e. Menganalisis kesenjangan asuhan keperawatan intraoperatif UDT

pada An.A dengan tindakan orchidopexy dari segi teori dengan

praktik dilapangan
6

C. Batasan Praktek Kerja

Praktek Klinik Profesi Ners Stase Keperawatan Komprehensif bertempat

di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum.

D. Gambaran Umum Lahan Praktek

Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum adalah sebuah rumah sakit

umum kelas madya (C) yang merupakan salah satu unit kerja dari Yayasan

Kristen Untuk Kesehatan Umum (YAKKUM), yaitu sebuah yayasan

kesehatan kristen yang berdiri sebagai hasil kerjasama antara Sinode Gereja

Kristen Jawa dan Sinode Gereja Kristen Indonesia.

Keberadaan Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum bermula dari

keberadaan Rumah Sakit Bersalin Panti Wilasa yang didirikan pada 19

Januari 1950 di Jl.Dr.Cipto No.50 Semarang. Pada tahun 1966, para

pengurus yayasan mencetuskan ide untuk membangun Rumah Sakit

Bersalin Panti Wilasa di lokasi lain karena tempat yang lama sudah tidak

memungkinkan dilakukan perluasan gedung baru. Setelah beberapa lama

mencari lokasi yang tepat, pada bulan Mei 1969 diperoleh sebidang tanah di

kelurahan Mlatiharjo, tepatnya di Jalan Citarum 98 Kelurahan Mlatiharjo,

Kecamatan Semarang Timur.

Rumah Sakit Pantiwilasa Citarum mempunyai ruang Instalasi Bedah

Sentral yang terstandart HIPKABI sejak tahun 2011. Ruang Instalasi Bedah

terdapat tiga ruang kamar operasi dan satu ruang khusus untuk operasi
7

mata, satu ruang serah terima pasien, ruang recovery room, ruang

keperawatan, ruang farmasi, ruang ganti baju untuk laki-laki dan

perempuan, dan ruang istirahat dokter. Di setiap kamar operasi terdapat satu

mesin anastesi, satu meja mayo, satu set lampu operasi, satu bedsite

monitor, satu mesin pemasangan arde, satu troli untuk intubasi dan

ekstubasi, satu troli untuk persiapan perlangkapan operasi yang berisi spuit,

jelly, gunting, plaster, cairan infus dan alat untuk BHP. Di ruang instalasi

bedah sentral terdapat tiga tempat cuci tangan yang setiap satu tempat cuci

tangan terdiri dari empat keran otomatis dan sabun, satu apotik yang

menyediakan persiapan lengkap untuk operasi. Jenis operasi elektif yang

biasa dilakukan yaitu operasi bedah umum, bedah obsgyn, bedah THT,

bedah mata, orthopedi, bedah onkologi, bedah plastik dan rekonstruksi ,

bedah gigi dan mulut, bedah digestif, bedah saraf, bedah urologi, bedah

orthopedy, dan bedah gastroscopy.

Tenaga medis yang bekerja di ruang instalasi bedah sentral tersebut

sebanyak 25 orang, dengan jumlah perawat sebanyak 21 orang, dan bidan

sebanyak 4 orang. Tenaga non medis seperti farmasi sebanyak 2 orang,

pegawai administrasi sebanyak 1 orang, pramurukti sebanyak 3 orang, dan

cleaning servis sebanyak 2 orang. Rata-rata tenaga medis yang bekerja di

Ruang IBS lulusan pendidikan D3 Keperawatan dan D3 Kebidanan

sebanyak 22 orang, sedangkan lulusan Sarjana keperawatan sebanyak 3

orang. Pelatihan yang dimiliki yaitu pelatihan bedah dasar dan yang

memiliki sertifikat bedah dasar sebanyak 19 orang dan pelatihan khusus


8

seperti spesialis bedah mata 1 orang dan spesialis bedah urologi 1 orang.

Sedangkan 6 orang merupakan tenaga medis orientasi dan belum memiliki

pelatihan bedah dasar.

Instalasi bedah central di dukung oleh ruang ICU, ruang HCU, ruang

Peristi, Haemodialisa, Kamar Bersalin, pemeriksaan diagnostik dan ruang

pelayanan IGD.

E. Manfaat Praktek Kerja

Hasil karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat praktis dalam

keperawatan yaitu:

1. Bagi Perawat

Hasil pengelolaan kasus ini dapat digunakan sebagai masukan dalam

rangka meningkatkan pelayanan kesehatan untuk pengelolaan anak

dengan UDT yang menjalani prosedur pembedahan orchidopexy.

2. Bagi Penulis

Hasil pengelolaan kasus ini menambah pengetahuan dan wawasan

serta pengalaman penulis mengenai penatalaksanaan pada anak

dengan UDT yang menjalani prosedur pembedahan orchidopexy.

Hasil karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat praktis dalam

keperawatan yaitu:

1. Bagi Institusi pendidikan


9

Hasil pengelolaan kasus ini diharapkan dibaca, dipahami dan

dimengerti pembaca serta dapat menambah pengetahuan dan

informasi ilmiah mengenai penatalaksanaan pada anak dengan UDT

yang menjalani prosedur pembedahan orchidopexy.

2. Bagi Penulis Selanjutnya

Hasil pengelolaan kasus ini diharapkan menjadi data dasar dan

referensi dalam penatalaksanaan pada anak dengan UDT yang

menjalani prosedur pembedahan orchidopexy.

Anda mungkin juga menyukai