Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Prosedur dilatase dan kuretase merupakan tindakan yang dilakukan

terhadap rahim. Dilatase yaitu melebarkan jalan lahir dan kuretase yaitu

membersihkan jaringan atau mengambil sampel sebagian jaringan rahim

dengan menggunaka sendok kuret atau instrumen tajam. Tindakan ini

cukup aman dilakukan baik di rumah sakit maupun di klinik bersalin.

Tindakan ini dilakukan baik sebagai terapi keadaan tertentu misalnya pada

kehamilan mola ( hamil anggur ), keguguran sebagian ( abortus inkomplit ),

penebalan dinding rahim ( hyperplasia endometrium ), maupun untuk

pengambilan sampel rahim.

Tindakan dilatase dan kuretase sering dilakukan pada keadaan

wanita dengan pendarahan menstruasi yang banyak dan lama,

pendarahan pasca manopouse, menstruasi yang tidak teratur, deteksi dini

kanker rahim dan polip endometrium.

Pada pasien dengan keguguran sebagian ( incomplite abortion ),

jaringan janin atau jaringan plasenta sebagian masih tertinggal didalam

rahim sehingga dapat terjadi pendarahan yang biasa membahayakan jiwa

pasien. Dalam keadaan ini tindakan kuretse merupakan tindakan

terapeutik untuk pasien.


Salah satu penyebab dilakukannya kuretase adalah molahidatidosa

dimana prevalensi molahidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika dan Amerika

Latin dibandingkan dengan negara-negara barat. Di negara-negara barat

dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan. Di negara-negara berkembang

1:100 atau 600 kehamilan. Soejoenoer dkk. (1967) melaporkan 1:85

kehamilan ; RSCM jakarta 1:31 persalinan dan 1;49 kehamilan. Luat A.

Siregar (Medan) tahun 1982, 11-16 per 1000 kehamilan; Soetomo

(Surabaya), 1-80 persalinan; Rjamhoer Martaadi Soebrata (Bandung) 9-21

per 1000 kehamilan. Biasanya dijumpai lebihsering pada umur reproduktif

(15-45 tahun); dan pada multipara. Jadi, dengan meningkatnya paritas

kemungkinan akan menderita mola akan lebih besar ( Mochtar,1998 ).

Kasus ( keguguran / keguguran kandungan ) dapat terjadi dimana

jasa dan kapan saja, baik di negara yang sudah maju maupun di negara

yang sedang berkembang, abortus dapat terjadi secara spontan, dapat

pula tejadi karena dibuat / disengaja ( abortus provocatus ).

Abortus berdasarkan defenisi medis adalah ancaman atau

pengeluaran hasil keonsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.

Anak mungkin baru hidup diluar kandungan kalau beratnya telah mencapa

1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.ada yang mengambil batas

anortus bila berat anak kurang dari 500 gram, setara dengan umur

kehamilan 22 minggu. Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada


tentang usia / berat lahir janin mencapai berat 500 gram atau usia

kehamilan 20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu).

Kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya mencapai 106 kasus, rata-

rata umum selama 24 tahun mulai dari tahun 1918 sampai1924, namun

selama 19 tahun mulai dari tahun 1918 sampai 1936, rata-rata

pertahunnya mencapai 115 kasus, dan selama 5 tahun mulai dari 1937

sampai 1942 rata-rata pertahunnya adalah 65 kasus. Berikut adalah

beberapa tipe aborsi yang terjadi : kriminal oleh aborsionis, 23 persen ;

aborsi kriminal yang dilakuan sendiri 16 % ; spontan, 22 %; kondisi-kondisi

lain, 39 % ; beberapa kasus dinyatakan sebagai tindakan terapeutik.

Dalam semua probabilitas, kondisi lainnya serta kasus-kasus spontan

merupakan tindakan kriminal, namun bukti-bukti yang ada kurang kuat

untuk memasukkan kasus tersebut dalam kategori ini. Tiga insiden abortus

sekitar 25 % yaitu satu kejadian dari setiap 4-5 kalahiran, 80 % kasus

abortus terjadi pada kehamilan bulan ke-2 sampai ke-4. World Health

Organization (WHO) menyatakan ada 4,2 juta aborsi yang dilakukan

pertahun, 750.000 - 1,5 juta dilakukan di Indonesia, 2500 orang

diantaranya berakhir dengan kematian. Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) tahun 1995, aborsi berkonstribusi 11,1 % terhadap angka

kematian ibu ( Wijono, 2000 ).


Klasifikasi abortus menurut macam-macamnya terbagi atas, abortus

spontan ( terjadi dengan sendiri ), abortus provokatus ( disengaja ), abortus

provokatus terapitekus ( dengan alasan membahayakan ibu atau janin

cacat ), dan abortus provokatus kriminalis ( tanpa alasan medis yang sah ).

Klasifikasi abortus menurut derajatnya yaitu abortus iminens, abortus

insipiens, abortus incompletus, missed abortus dan abortus habitualis.

Perubahan patologi dimulai dari perubahan pada desiduabalis yang

menyebabkan lukrosis dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian atau

seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan

benda asing bagi rahim sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi

ekspulsi.bila ketuban pecah terlihat janin maserasi bercampur dengan air

ketuban. Seringkali feus tak nampak dan ini disebut ‘blighted ovum’ yang

juga merupakan salah satu penyebab dilakukannya kuretase (International

Federation of Gynecology and Obsetric, 2000).

Berdasarkan hasil data yang diperoleh pada rekan medik di RSUD

Syekh Yusuf, Gowa didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan angka

kuretase. Pengambilan data ini dilakukan pada Februari tahun 2010.

Dimana kejadian pada tahun 2009 terdapat sekitar 201 orang yang

dilakukan tindakan kuretase. Beberapa penyebab dilakukannya kuretase

tersebut bermacam-macam, diantaranya yaitu abortus incomplit sekitar 79

orang, pendarahan pervaginaan sekitar 46 orang, abortus incomplit


provocatus sekitar 9 orang, blighted ovum sekitar 9 orang, rest plasenta 8

orang, dan masih banyak penyebab lainnya seperti PUA, abortus insipiens,

mised abortion, molahidatidosa, KJDR, dll. Sedangkan pada tahun 2008,

tindakan kuretase terjadi pada 197 orang dengan penyebab yang berbeda-

beda pula. Dengan terjadinya peningkatan angka kejadian kuretase di

RSUD Syekh Yusuf, Gowa merupakan salah satu alasan peneliti

mengangkat judul “ Gambaran Angka Kejadian Kuretase Tahun 2009 “

dengan lokasi penelitian ini dilakukan di RSUD Syekh Yusuf, Gowa karena

merupakan pusat rujukanyang ada di daerah Gowa dan merupakan

Rumah Sakit Umum Daerah yang memiliki fasilitas yang cukup lengkap

dan mudah dijangkau oleh asyarakat sekitar.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran angka kejadian kuretase berdasarkan

abortus inkomplit di RSUD Syekh Yusuf, Gowa tahun 2009?

2. Bagaimana gambaran angka kejadian kuretase berdasarkan

pendarahan pervaginaan di RSUD Syekh Yusuf, Gowa tahun

2009?
3. Bagaimana gambaran angka kejadian kuretase berdasarkan

abortus inkomplit provokatus di RSUD Syekh Yusuf, Gowa tahun

2009 ?

4. Bagaimana gambaran angka kejadian kuretase berdasarkan

molahidatidosa di RSUD Syekh Yusuf, Gowa tahun 2009 ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran angka kejadian kanker serviks di

RSUD Syekh Yusuf, Gowa tahun 2009.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran angka kejadian kuretase yang

disebabkan oleh abortus inkomplit.

b. Diketahuinya gambaran angka kejadian kuretase yang

disebabkan oleh pendarhan pervaginaan.

c. Diketahuinya gambaran angka kejadian kuretase yang

disebabkan oleh abortus inkomplit provokatus.

d. Diketahuinya gambaran angka kejadian kuretase yang

disebabkan oleh molahidatidosa.

MANFAAT PENELITIAN

3. Sebagai tambahan pengetahuan dalam mengaplikasikan

ilmu yang diperoleh selama masa pendidikan


4. Sebagai masukan bagi institusi Akademi Kebidanan

Muhammadyah dalam rangka menigkatkan mutu kerja bidan dan

meningkatkan pengetahuan tentang kuretase.

5. Memberikan masukan kepada instansi kesehatan

khususnya di RSUD. Syekh Yusuf Gowa.

Anda mungkin juga menyukai