Disusun oleh:
Kelompok B1 - 6
paling umum yang menduduki peringkat ke sepuluh dan penyebab utama kelima
dari kematian akibat kanker, setelah kanker paru dan bronkus, payudara,
daripada kanker lain pada sistem reproduksi wanita, tetapi hanya menyumbang
sekitar 3% dari semua kanker pada wanita. Pada tahun 2014, sebanyak 21.161
hidup lima tahun paling rendah dibandingkan kanker ginekologi lainnya di dunia
karena diagnosis dini yang sulit dilakukan, sehingga diagnosis dini bergantung
pada pengetahuan tentang profil pasien kanker ovarium di suatu daerah (Ayu &
Budiana 2017).
Menurut data dari Center for Disease Control and Prevention (2017)
five year survival rate terendah dari kanker ginekologi di dunia, yaitu sebesar
1
2
43%. Hal ini disebabkan oleh gejala kasus yang tidak spesifik dan beragam, serta
tidak tersedianya alat screening dengan spesifisitas, sensitivitas, dan harga yang
sesuai. Dua per tiga pasien saat ini terdiagnosis saat telah mencapai stadium III
atau IV (Curley et al. 2011). Padahal, apabila 75% kasus kanker ovarium
Lebih dari 60% kasus baru dan sekitar 70% kematian akibat kanker di dunia
setiap tahunnya terjadi di Afrika, Asia dan Amerika Tengah dan Selatan.
Diperkirakan kasus kanker tahunan akan meningkat dari 14 juta pada 2012
Data dan Informasi Kesehatan 2015). Pada penelitian yang pernah dilakukan di
Indonesia didapatkan bahwa prevalensi tertinggi jenis kanker yang dialami oleh
Ketika kanker ovarium ditemukan pada tahap awal, pengobatan bekerja paling
baik (CDC 2017). Kanker ovarium pada stase dini menyebabkan gejala minimal,
nonspesifik, atau tidak ada gejala. Pasien mungkin merasakan massa perut.
Sebagian besar kasus didiagnosis pada stadium lanjut. Kanker ovarium epitelial
hadir dengan berbagai macam gejala yang tidak jelas dan tidak spesifik, seperti
kemih dan rektum, sembelit, perdarahan pada vagina, gangguan pencernaan dan
acid reflux, sesak napas, kelelahan, berat badan turun, nyeri panggul dan perut.
Gejala yang terkait dengan penyakit stadium akhir termasuk gejala gastrointestinal
seperti mual dan muntah, konstipasi, dan diare. Presentasi dengan pembengkakan
3
kaki karena trombosis vena tidak jarang terjadi. Sindrom paraneoplastik karena
Pemeriksaan dini, saat ini hanya dilakukan pada pasien dengan risiko tinggi,
karena pemeriksaan pada pasien dengan risiko sedang dinilai tidak praktis dan
tentang profil pasien kanker ovarium di suatu daerah menjadi sangat penting
untuk diketahui agar pemeriksaan dilakukan pada populasi yang tepat (Buys et al.
2011) Padahal, profil pasien kanker ovarium suatu daerah dapat mengalami
perbedaan akibat perbedaan budaya dan lingkungan yang dimiliki (Fuh et al.
2015). Beberapa penelitian menyatakan umur tua, indeks masa tubuh tinggi,
beberapa faktor yang mempengaruhi risiko kanker ovarium (Tsilidis et al. 2011)
Selain itu, setiap tipe histopatologi dan stadium kanker ovarium memiliki pilihan
mengetahui profil tipe histopatologi dan stadium dapat membantu klinisi dalam
menentukan pemeriksaan dan pengobatan yang lebih baik (Ayu & Budiana 2017).
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana konsep teori mengenai Kanker Ovarium yang meliputi definisi,
Ovarium
1.3. Tujuan
4
Evaluasi.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
1) Korteks ovarii
5
6
2) Medula ovarii
Fisiologi Ovarium
bulanan sekresi hormone-hormon wanita dan perubahan fisik pada ovarium serta
organ-organ seksual lainnya, perubahan ritmis ini dikenal dengan siklus bulanan
wnaita. Terdapat dua hasil yang bermakna dari siklus wanita ini yakni, pertama
hanya satu ovum matang normal yang dikeluarkan dari ovum setiap bulan, kedua,
halnya pada masa anak-anak, dimana hamper tidak ada hormone gonadotropik
yang disekresikan. Pada siklus seksual wanita, sel target ovarium aka dirangsang
oleh FSH dan LH dengan cara bergabung dengan reseptor FSH dan LH yang
sangat spesifik pada membrane sel ovarium sel target. Selanjutnya reseptor yang
diaktifkan akan meningkatkan laju kecepatan sekresi dari sel-sel ini biasanya
sekaligus meningkatkan proliferasi sel. FSH pada siklus wanita, berperan dalam
folikel ovarium dan sekresi hormone estrogen dari folikel-folikel tersebut. Selain
7
itu, juga berperan dalma ovulasi , awal pemebntukan korpus luteum dan sekresi
sistem second messenger siklus adenosine monofosfat dalam sitoplasma sel yang
Siklus Ovarium
Sejak saat lahir, terdapat banyak folikel primordial di bawah kapsul ovarium.
oleh selapis sel-sel granulose . Pada masa anak-anak ovum akan tetap
hal ini di yakini sebagai akibat dari sel-sel granulose yang menyelubungi ovum
tersebut, dimana dengan adanya sel-sel granulose ini akan memberikankan asupan
untuk ovum dan ada faktor yang disekresikan sebagai faktor penghambat
pematangan oosit.
menyekresikan FSH dan LH dalam jumlah yang cukup, seluruh ovarium bersama
peningkatan diameter ukuran ovum dua sampai tiga kali lipat dan diikuti dengan
Folikel-folikel ini dikenal sebagai folikel primer. (Pada permulaan setiap siklus)
Selama siklus bulanan wanita, khususnya beberapa hari pertama akan terjadi
Hal ini terjadi karena adanya peningkatan konsentrasi FSH dan LH yang
8
peningatan FSH sedikit lebih besar dari LH dan lebih awal beberapa hari.
beberapa lapisan di luar sel granulose, membentuk massa sel kedua yang disebut
dengan teka.
Pertumbuhan awal folikel primer menjadi tahap antral dirangsang oleh FSH
granulose membentuk reseptor FSH dalam jumlah yang banyak; keadaan ini
menyebabkan umpan balik positif karena estrogen membuat sel-sel granulose jadi
2. FSH dari hipofisi dan estrogen bergabung untuk memacu reseptor LH sel sel
terhadap rangsangan oleh FSH dan membentuk peningkatan sekresi folikular yang
lebih cepat.
Sekali folikel antral mulai tumbuh, pertumbuhan folikel folllikel tersebut terjadi
sangat cepat. diameter ovum juga membesar tiga samapai empat kali lipat lagi,
peningkatan massa 100 kali lipat. Ketika folikel membesar ovum sndiri tetep
tertanam didalam massa sel granulose yang terletak pada sebuah kutub folikel.
sel-sel granulose sehingga berlangsung dengan cepat (Guyton & Hall 2014).
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (organ yang berfungsi
dalam produksi sel telur). Kanker ini merupakan 3 – 4 % dari seluruh jenis kanker
pada wanita. Secara umum, kanker ovarium adalah penyakit pada wanita post-
2008).
2.2.2. Klasifikasi
besar sesuai dengan jaringan asal tumor dan kemudian masing-masing kelompok
dan sebagian besar 85 % kanker ovarium berasal dari golongan ini. Lebih dari
80% kanker ovarium epitel ditemukan pada wanita pascamenopause di mana pada
usia 62 tahun adalah usia kanker ovarium epitel paling sering ditemui.
1. Karsinoma Serosa
Mudah tersebar di kavum abdomen dan pelvis, irisan penampang tumor sebagai
kistik solid. Tumor jenis ini di bawah mikroskop menurut diferensiasi sel kanker
11
rapat, terlihat mitosis, sel nampak anaplastik berat, terdapat invasi intersisial jelas,
badan psamoma relatif banyak. Pada kanker diferensiasi sedang (borderline) dan
buruk (maligna) memiliki lebih banyak area padat, papil sedikit atau tidak ada,
2. Karsinoma Musinosa
Sebagian besar tumor multilokular, padat dan sebagian kistik, di dalam kista berisi
musin gelatinosa, jarang sekali tumbuh papila eksofitik, area solid berwarna putih
susu atau merah jambu, struktur rapat dan konsistensi rapuh. Tumor jenis ini di
bawah mikroskop dibagi menjadi tiga gradasi, di mana yang berdiferensiasi baik
dan sedang memiliki struktur grandular jelas, percabangan papila epitel rapat,
terdpat dinding bersama grandular, atipia inti sel jelas, terdapat invasi intersisial.
Pada kanker diferensiasi buruk struktur grandular tidak jelas, mitosis atipikal
3. Karsinoma Endometroid
Tumor ini berasal dari duktus muleri. Pada umumnya berbentuk solid,
histopatologi terdiri dari kelenjar solid dengan bagian papiler. Sitoplasma sel
jernih dan sering dijumpai hopnail appearance yaitu inti yang terletak di ujung sel
5. Tumor Brenner
Tumor ini diduga berasal dari folikel. Biasanya solid dan berukuran 5-10 cm
dan hampir bersifat jinak. Tumor ini sering dijumpai insidentil pada waktu
dilakukan histerektomi.
Tumor ini lebih banyak pada wanita umur di bawah 30 tahun. Di antaranya :
1. Disgerminoma
Adalah tumor ganas sel germinal yang paling sering ditemukan, ukuran
diameter 5-15 cm, berlobus-lobus, solid, potongan tumor berwarna abu-abu putih
sampai abu-abu cokelat dengan potongan mirip ikan tongkol. Kelompok sel yang
satu dengan yang lain dipisahkan oleh jaringan ikat tipis dengan infiltrasi sel
radang limfosit. Gambaran histopatologi mirip dengan seminoma testis pada laki-
laki. Neoplasma ini sensitif terhadap radiasi. Tumor marker untuk disgerminoma
(PLAP).
Berasal dari tumor sakus vitelinus/yock sac dari embrio. Usia rata-rata
kuningan dengan area perdarahan, nekrosis, degenerasi gelatin dan kistik. Khas
untuk tumor sinus endodermal ini adalah keluhan nyeri perut dan pelvis yang
dialami oleh 75% penderita. Tumor marker untuk tomor sinus endodermal adalah
3. Teratoma Immatur
besar dan unilateral, penampang irisan bersifat padat dan kistik, berwarna-warni,
metastasis tinggi, tapi tumor rekuren dapat bertransformasi dan immatur ke arah
marker untuk teratoma immatur adalah alfa fetoprotein (AFP) dan chorionic
gonadotropin (HCG).
4. Teratokarsinoma
Sangat ganas, sering disertai sel germinal lain, AFP dan HCG serum dapat
positif. Massa tumor relatif besar, berkapsul, sering ditemukan nekrosis berdarah.
C. Kanker Berasal dari Stroma Korda Seks Ovarium (Sex Cord Stromal)
Tumor yang berasal dari sex cord stromal adalah tumor yang tumbuh dari satu
jenis. Kira-kira 10% dari tumor ganas ovarium berasal dari kelompok ini. Pada
penderita tumor sel granulosa, umur muda atau pubertas terdapat keluhan
membesar dengan kolostrum, pertumbuhan rambut pada ketiak dan pubis yang
Kira-kira 60% dari tumor ini terjangkit pada wanita post menopause,
selebihnya pada anak-anak dan dewasa. Tumor ini dikenal juga sebagai feminizing
2. Androblastoma
3. Ginandroblatoma
sangat jarang.
4. Fibroma
2.2.3. Etiologi
a. Genetic
b. 7 % wanita dengan ca ovarium di sebabka karena faktor genetic
c. Hormonal
d. Hormone estrogen dan progesterone dapat menjadi faktor predisposisi kanker
mengurangi risiko ca. ovarium. Sebliknya wanita yang tidak memberikan ASI
resiko ca ovarium.
l. Hormone Replacement Therapy
m. Faktor Antropometri
n. Diet dan Nutrisi
o. Olah raga dan latihan fisik
p. Gaya Hidup : merokok, alcohol, asbestos
2.2.4. Patofisiologi
Keberadaan sel kanker pada seseorang tidak hanya berasal dari efek
karsinogen seseorang, baik yang didapat dari luar ataupun dari dalam tubuh
manusia itu sendiri. Manusia pada dasarnya memiliki zat karsinogen atau zat
pemicu kanker pada tubuh. Efek karsinogen akan semakin meningkat apabila
16
mendapat penyebab kanker dari luar. Zat karsinogen juga berpotensi untuk
terhadap efek karsinogen. Buah dan sayuran yang segar memiliki enzim aktif
yang dapat memelihara dan meningkatkan pertumbuhan sel yang sehat (Corwin
2009).
Kanker epitel ovarium atau yang biasa kita sebut kanker indung telur atau
kanker ovarium adalah kanker yang terbentuk di sel epitel di ovarium sebagai
hasil dari perkembangan tumor ganas pada ovarium. Kanker ovarium dapat
getah bening ke area panggul dan perut dan dapat menyebar hingga ke hati dan
ovarium meliputi konsep yang dimulai dengan diferensiasi dari sel-sel yang
Penyebab kanker ovarium sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
pertumbuhan yang cepat, tahapan awal biasanya tidak bergejala, dan ditemukan
secara kebetulan pada pemeriksaan rutin, umumnya lebih dari 60% penderita
didiagnosis setelah berada dalam keadaan lanjut. Gejala dan tanda klinis yang
biasa dijumpai adalah pembesaran perut, terdapat massa di dalam rongga perut
17
atau pelvis, gejala gangguan pencernaan makanan (dispepsia), gangguan buang air
kecil dan besar, gangguan haid, gejala penekanan rongga perut berupa: rasa mual,
muntah, hilang nafsu makan, nyeri perut (Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi
saja. Sel tumor tumbuh di sepanjang selaput rongga peritonium, dan mesenterium
mutasi gen P53 dan mutasi dari proto-onkogen, BRAF (v-raf sarkoma murine
onkogen virus homolog B1), dan KRAS. Sel kanker yang terkelupas secara tidak
sengaja akan ikut mengalir dalam sirkulasi cairan peritonel secara alami, sel
Hal inilah yang membuat hati dan diafragma peritonium memiliki kemungkinan
terbesar untuk terjadi implantasi tumor disana. Pola penyebaran awal kanker
ovarium bisa menyebar dengan ekstensi lokal, imfasi limfatik, implantasi intra
peritonial adalah karakteristik yang paling umum dari kanker ovarium. Sel-sel
ganas dapat menempel dimana saja dalam rongga peritonial, tapi lebih cenderung
Obstetrics (FIGO) pada tahun 2014 mengklasifikasikan stadium dari kanker ovarium
dilakukan dengan :
mengenai sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada) yang akan
b. Pemeriksaan USG untuk dapat membedakan lesi/tumor yang solid dan kristik.
c. Tes laboratorium
Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes laboratorium di
mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu atau kanker
d. Penanda tumor (tumor marker) Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien
tubuh. Sel-sel kanker (yang berkembang lebih cepat daripada sel hidup) akan
abnormalitas pada bagian pelvis atau daerah lain dengan merekam pola suara yang
2.2.6. Penatalaksanaan
A. Tindakan Bedah
Prosedur operasi biasanya meliputi pengangkatan kedua ovarium, tuba falopi,
rahim, serta omentum (jaringan lemak dalam perut). Operasi ini juga bisa
melibatkan pengangkatan kelenjar getah bening pada panggul dan rongga perut
untuk mencegah dan mencari tahu jika ada penyebaran kanker. Dengan
pengangkatan kedua ovarium dan rahim, penderita tidak lagi dapat memiliki
keturunan. Namun lain halnya dengan kanker ovarium yang terdeteksi pada
salah satu ovarium dan tuba falopi sehingga kemungkinan untuk memiliki
membunuh sel-sel kanker yang tersisa. Selama menjalani kemoterapi, dokter akan
obat dan respons tubuh terhadap obat. Kemoterapi juga dapat diberikan sebelum
operasi pada penderita kanker ovarium stadium lanjut, dengan tujuan mengecilkan
adalah tidak nafsu makan, mual, muntah, lemas, rambut rontok, serta
Carboplatin -
Cisplatin Platinol®
Siklofosfamid -
Docetaxel Taxotere®
Doxorubicin adriamycin®
Doxorubicin, liposom injeksi Doksorubisin®
Etoposid, lisan -
Gemcitabine Gemzar®
Ifosfamida -
Irinotecan Camptosar®
Melphalan Alkeran®
Oxaliplatin Eloxatin®
Paclitaxel Taxol®
Paclitaxel, albumin-terikat Abraxane®
Pemetrexed Alimta®
Topotecan Hycamtin®
Vinorelbine Navelbine
C. Radioterapi
Di samping operasi dan kemoterapi, radioterapi merupakan tindakan lain yang
radiasi dari sinar X. Sama seperti kemoterapi, radioterapi dapat diberikan baik
sebagai awal pengobatan untuk kanker ovarium. Tapi, itu dapat digunakanuntuk
kanker ovarium yang telah kembali setelah perawatan lainnya. Estrogen dan
tumbuh. Estrogen sebagian besar dibuat oleh ovarium dan dibuat dalam jumlah
kecil oleh kelenjar adrenal, hati, dan lemak tubuh. Progesterone juga sebagian
besar dibuat oleh indung telur. Memblokir hormon ini dari bekerja atau
25
lambat. Berbagai jenis obat terapi hormon bekerja dengan cara yang berbeda.
progesteron. Obat ini di kelas obat yang disebut LHRH (luteinizing hormone-
2.2.7. Komplikasi
a. Asites
penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga
panggul.
b. Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe
menuju pleura.
organ)
e. obstruksi usus
26
f. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin
A. Pemeriksaan Fisik
ovarium. Pada pemeriksaan fisik, tanda paling penting adanya kanker ovarium
adalah ditemukannya massa tumor di pelvis. Bila tumor tersebut padat, bentuknya
bagian atas abdomen ditemukan juga massa dan disertai asites, keganasan hampir
dapat dipastikan. Cairan asites ini diyakini hasil dari peningkatan produksi cairan
2013)
Akan tetapi, pemeriksaan fisik pelvis tidak efisien dalam membedakan lesi
bahwa sensitivitas dan spesifisitas dalam mendeteksi massa pada pelvis yang
90%, dimana sensitivitas dan spesifisitas tersebut masih berada di bawah kriteria
juga penting karena pasien dengan efusi pleura ganas mungkin tidak ada gejala
yang jelas. Selain itu, palpasi pada kelenjar limfe perifer harus dilakukan untuk
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi
adalah bilateral, multiloculated, padat atau echogenik, besar (>5 cm), dan
memiliki septa tebal dengan daerah nodularitas. Fitur lain termasuk proyeksi
presumtif model telah dijelaskan dalam upaya untuk membedakan massa jinak
pada pelvis memiliki sensitivitas 84% dan spesifisitas 78%. Namun USG
transvaginal memiliki nilai prediktif positif yang buruk apabila digunakan dalam
penelitian skrining dari National Ovarian Cancer Early Detection Program, 4526
perempuan yang memiliki resiko tinggi kanker ovarium diskrining dengan USG
karsinoma ovarium, karsinoma peritonium primer dan karsinoma tuba fallopi pada
wanita dengan stadium III yang asimptomatik. Yang terbaru yaitu penelitian
berumur 50 tahun atau lebih yang asimptomatik, wanita berumur 25 tahun atau
yang diperiksa skrining USG setiap tahunnya, dengan rata-rata follow-up yaitu 5,8
tahun. Ditemukan total 47 kasus epitelial ovarian cancer (EOC) dan 15 tumor
invasive epithelial cancers adalah : stage I, 47%; stage II, 23%; stage III, 30%;
dan stage IV, 0%. Penetili mendapatkan spesifisitas 98,5% dan nilai prediktif
positif 8,9%. Survival rate dalam 5 tahun untuk wanita dengan EOC invasif yang
metode yang lebih tepat dalam membedakan tumor ovarium jinak atau ganas.
sangat sulit untuk membedakan massa yang besar yang mencakupi uterus,
adneksa dan struktur sekitarnya. Asites, jika ada akan mudah terdeteksi.
2. Tumor Marker
Cancer Antigen-125.
paling sering digunakan untuk tumor ovarium epitelial, yaitu 85-90% dari seluruh
yang sebelumnya telah didiagnosis kanker ovarium dan bukan untuk skrining. CA
125 hanya meningkat pada 47% wanita dengan kanker ovarium stadium dini,
sedangkan pada stadium lanjut level CA 125 meningkat pada 80-90% wanita.
Oleh karena level CA 125 meningkat pada beberapa kondisi yang benign pada
Berdasarkan nilai CA 125, klinis dan data demografi pada 3692 wanita
skrining kanker ovarium pada wanita beresiko tinggi, batas nilai CA 125 harus
surveillance wanita yang terdiagnosis kanker ovarium. Akan tetapi, sebagai salah
satu biomarker yang terbaik untuk karsinoma ovarium, CA-125 juga sering
spesifisitas yang lebih baik. Indeks resiko keganasan diperoleh melalui skor level
serum CA 125 untuk hasil temuan yang spesifik pada USG pelvis dan skor status
spesifisitas 89% dalam menentukan keganasan pada kasus massa pada pelvis.
normal (negatif palsu). Sebaliknya, nilai tinggi (positif palsu) dapat dikaitkan
bahkan mentruasi.
musinous, Cancer Antigen 19-9 (CA 19-9) dan Carcinoembryonic Antigen (CEA)
meningkat pada pasien dengan kanker ovarium tipe musinosa ataupun kanker
konsentrasi CEA hanya 14%. Walaupin CEA bukanlah marker untuk diagnosis
dini oleh karena sensitivitasnya yang rendah, CEA dapat sangat bermanfaat dalam
Alfa-Fetoprotein (AFP)
yolk sac fetus, hepar dan saluran cerna bagian atas. Peningkatan AFP dapat
ditemukan pada kehamilan dan penyakit hati. Kadar serum AFP meningkat pada
pasien dengan tumor hepar, dan beberapa keganasan seperti gaster, pankreas,
kolon dan bronkus. Pada wanita dengan tumor sinus endodermaldan keganasan
embrional, AFP digunakan dalam memonitor respon terapi dan mendeteksi dini
rekurensi penyakit. AFP secara akurat dapat memprediksi elemen yolk sac pada
hCG secara normal diproduksi oleh trofoblas dan secara klinis (serum
hCG dalam serum dan urin (urinary b-core fragment, hCGbcf) memberikan
gambaran prognosis kanker ovarium. Pada kadar serum hCG normal, 5-year
survival rate dapat mencapai 80%, namun pada kadar hCG meningkat hanya
22%. Pada pasien dengan stadium III, IV dan penyakit residual, 5-year survival
dideteksi melalui urin pada 84% pasien kanker ovarium. Walaupun kemampuan
pembedahan, aplikasi klinis hCG dan subunit B bebasnya (B-hCG) masih sangat
terbatas untuk skrining dan diagnosis. hCG sering digunakan sebagai petanda
Inhibin
yang terdiri dari subunit a yang identik dan antara subunit bA atay bB yang
berkaitan dengan ikatan disulfida. Inhibin diproduksi oleh gonad dan berfungsi
sebagai regulator sekresi FSH. Inhibin berhubungan dengan tumor sel granulosa
melalui ELISA dengan CA 125 digunakan untuk mendeteksi sebagian besar tipe
CA125 (IU/ml) (CA125), status menopause (M), dan skor USG (U). Rumusnya
adalah:
RMI = U x M x CA125
multilokular, area padat, metastasis, ascites, dan lesi bilateral. U=0 (untuk skor
USG 0), U=1 (untuk skor USG 1), dan U=3 (untuk skor USG 2-5).
Status menopause memiliki skor 1= premenopause dan 3= postmenopause.
Klasifikasi postmenopause adalah wanita yang sudah tidak mendapatkan haid
selama lebih dari 1 tahun atau wanita berusia > 50 tahun yang telah menjalani
histerektomi.
Kadar serum CA125 diukur dalam IU/ml dan dapat bervariasi dari 0 hingga
Hitung skor risk of malignancy index (RMI ) dan rujuk semua pasien dengan
- Kelemahan / keletihan
nyeri,ansietas,keringat malam
stress tinggi
j. Integritas ego
35
36
k. Eliminasi
- Pada kanker Ovarium terdapat tanda haid tidak teratur, sering berkemih,
- Dispepsia, rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar abdomen yang terus
meningkat.
- Adanya nyeri, derajat bervariasi dari nyeri tingkat ringan s/d berat
n. Keamanan
Tanda : Demam,ulserasi
o. Seksualitas
p. Interaksi sosial
berhubungan dengan faktor biologis efek kanker ovarium pada traktus gastro
intestinal.
3.1.3. Intervensi
NOC:
Kontrol nyeri
NIC:
NOC:
NIC:
Dorong klien dan orang dekat untuk berkomunikasi satu sama lain
NOC:
Endurance:
NIC:
Kaji respon klien terhadap aktivitas, catat frekuensi nadi yang lebih cepat > 20
mmHg atau diastolik meningkat > 20 mmHg), selama dan setelah aktivitas,
Ajarkan klien teknik penghematan energi (duduk saat menyisir rambut atau
berhubungan dengan faktor biologis efek kanker ovarium pada traktus gastro
intestinal.
NOC:
Status nyeri:
Menunjukkan berat badan stabil atau kenaikan yang progresif sesuai tujuan
NIC:
Kaji berat badan, usia, masa tubuh, kekuatan dan tingkat aktifitas serta
istirahat
Dorong klien untuk makan makanan yang sehat dan bervariasi sebanyak
mungkin
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan yang dilakukan
pada Ny P dengan kanker ovarium di Ruang Merak Irna Obgyn RSUD Dr.
Soetomo Surabaya. Pengkajian dilakukan pada hari Kamis tanggal 16 Mei 2018.
Ditemukan data subjektif, klien mengatakan sesak dan nyeri perut, disertai
perut membesar, nyeri seperti ditusuk-tusuk. Nyeri bertambah jika posisi miring
ke kiri, nyeri berkurang dengan posisi setengah duduk. Sebelum MRS klien juga
mengeluh mual, muntah, sesak. Sesak bertambah berat sejak 2 hari yang lalu
menyeringai, nadi 100x/ menit, akral dingin, adanya nyeri tekan pada seluruh area
abdomen.
55
56
c. Ansietas
d. Azotemia
e. Perubahan tekanan darah
f. Perubahan status mental
g. Perubahan pola pernapasan
h. Penurunan hematrokrit
i. Penurunan hemoglobin
j. Dispnea
k. Edema
l. Peningkatan tekanan vena sentral
m. Asupan melebihi haluaran
n. Distensi vena jugularis
o. Oliguria
p. Ortopnea
q. Efusi pleura
r. Refleksi hepatojugular positif
s. Perubahan tekanan arteri pulmonal
t. Kongesti pulmonal
u. Gelisah
v. Perubahan berat jenis urin
w. Bunyi jantung S3
x. Penambahan berat badan dalam waktu sangat singkat
Hasil evaluasi yang dicapai setelah 7 implementasi pada hari terakhir yakni
hari ketiga Sabtu tanggal 19 Mei 2018 ialah keadaan umum klien lemah, GCS
ekstrimitas bawah, total intake cairan 2.150 cc/24 jam total output 2.100 cc/24
jam pembatasan minum pasien 1-1,5 L/24 jam, vital sign TD: 120/80 mmHg
pasien untuk makan porsi makannya dalam keadaan hangat sedikit-sedikit tapi
57
Daily Allowance)
c. Membran mukosa dan konjungtiva pucat
d. Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah
e. Luka, inflamasi pada rongga mulut
f. Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
g. Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
h. Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
i. Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
j. Miskonsepsi
k. Kehilangan BB dengan makanan cukup
l. Keengganan untuk makan
m. Kram pada abdomen
n. Tonus otot jelek
o. Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
p. Kurang berminat terhadap makanan
q. Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
r. Diare dan atau steatorrhea
s. Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
t. Suara usus hiperaktif
u. Kurangnya informasi, misinformasi
Hasil evaluasi yang dicapai setelah 7 implementasi pada hari terakhir yakni
hari ketiga Sabtu tanggal 19 Mei 2018 ialah data subyektif klien mengatakan
sudah tidak merasa mual, sudah tidak muntah makan habis ¼ porsi. Data
turgor kulit menurun, kulit kering, rambut tipis, kering dan rontok, mukosa
mulut lembab, tidak ada sariawan, perut ascites, nyeri tekan perut, porsi
3. Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang timbul dari kerusakan jaringan aktual atau potensial atau
Rasa Sakit); onset yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas apapun dari ringan
sampai berat, konstan atau berulang tanpa akhir yang diantisipasi atau dapat
pada daerah yang nyeri (perutnya), serta menganjurkan pasien lebih banyak
istirahat. Apabila masalah tersebut tidak teratasi maka keluhan nyeri yang
hari ketiga Sabtu tanggal 19 Mei 2018 ialah data subyektif klien mengatakan tidak
nyeri, hasil pengkajian nyeri P: perut membesar (adanya air) Q: hilang timbul R:
lemah, kesadaran compos mentis, perut ascites, nyeri tekan perut, pasien
menunjukkan lokasi nyeri, secara verbal mengeluhkan nyeri, serta ekspresi wajah
Masalah keperawatan yang ada dalam teori tetapi tidak muncul dalam pengelolaan
1. Ansietas
2. Intoleransi aktivitas
59
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang menyerang pada organ
ovarium (organ yang berfungsi dalam produksi sel telur). Pada penyakit kanker
ovarium faktor resiko yang dapat terjadi pada pasien dapat bermacam-macam,
Therapy, faktor antropometri, diet dan asupan nutrisi, olah raga dan latihan fisik,
serta gaya hidup yang tidak sehat (merokok, alkohol, dan asbestos). Pemeriksaan
abdomen serta tes laboratorium. Jika seseorang telah diketahui menderita penyakit
tindakan pembedahan dan radioterapi. Komplikasi yang dapat timbul pada pasien
kanker ovarium yaitu berupa asites, efusi pleura, penyebaran ke organ lain, fungsi
progresif hilangnya berbagai organ, obstruksi usus, kelainan letak janin jika
pasien sedang hamil, serta pada persalinan dapat menyebabkan obstruksi bagi
lahirnya anak yang dapat menyebabkan ruptur uteri. Sedangkan komplikasi yang
60
61
dapat timbul pada pasien kanker ovarium saat pengobatan berupa mual, muntah,
seperti ditusuk-tusuk, dan perut membesar. Nyeri yang dirasakan klien dirasakan
dapat bertambah jika posisi klien miring ke sebelah kiri, tetapi nyeri dapat
berkurang jika posisi klien setengah duduk (semi fowler). Saat pengkajian
akral dingin, serta adanya nyeri tekan pada seluruh area abdomen klien. Setelah
Masalah keperawatan yang timbul pada Ny. P masih belum teratasi sepenuhnya,
karena berdasarkan hasil evaluasi selama 7 kali implementasi klien masih dirasa
5.2 Saran
Pada semua wanita diharapkan dapat menjaga dirinya sendiri, berperilaku
sehat dalam reproduksi, pola gaya hidup sehat serta melakukan upaya pencegahan
sedini mungin agar terhindar dari penyakit kanker ovarium. Jika upaya - upaya
tersebut telah dilakukan, maka kita dapat mengurangi resiko terjadinya kanker.
63
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, I.D. & Budiana, I.N.G., 2017. PROFIL PASIEN KANKER OVARIUM DI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR – BALI
PERIODE JULI 2013 – JUNI 2014. e-Jurnal Medika, 6(3), pp.1–9.
Buys, S.S. et al., 2011. Effect of Screening on Ovarian Cancer Mortality. JAMA,
305(22), p.2295. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21642681 [Accessed May 27, 2018].
Curley, M.D. et al., 2011. Evidence for cancer stem cells contributing to the
pathogenesis of ovarian cancer. Frontiers in bioscience (Landmark edition),
16, pp.368–92. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21196176
[Accessed May 27, 2018].
Fuh, K.C. et al., 2015. Survival differences of Asian and Caucasian epithelial
ovarian cancer patients in the United States. Gynecologic Oncology, 136(3),
pp.491–497. Available at:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0090825814013699
[Accessed May 27, 2018].
Guyton A.C, dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Penerjemah : Ermita I, Ibrahim I. Singapura: Elsevier
Jelovac, D. & Armstrong, D.K., 2011. Recent Progress in the Diagnosis and
64
Oemiati, R., Rahajeng, E. & Kristanto, A.Y., 2011. Di Indonesia penyakit. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan Indonesia,
39(4), pp.190–204.
Rossing, M.A. et al., 2010. Predictive Value of Symptoms for Early Detection of
Ovarian Cancer. JNCI Journal of the National Cancer Institute, 102(4),
pp.222–229. Available at: https://academic.oup.com/jnci/article-
lookup/doi/10.1093/jnci/djp500 [Accessed May 27, 2018].
Sarwono, P., 2008. Ilmu Kandungan 2nd ed., Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Tsilidis, K.K. et al., 2011. Oral contraceptive use and reproductive factors and risk
of ovarian cancer in the European Prospective Investigation into Cancer and
Nutrition. British Journal of Cancer, 105(9), pp.1436–1442.