Disusun Oleh :
1. Cicilia Puspita ST192005
2. Danar Fauzan Adi Prayitno ST192006
i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
rahmat dan pertolongan-Nya yang telah memberikan kemudahan pada kami sehingga
penyusunan makalah ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Ucapan terima
kasih dan penghargaan tak lupa pula kami sampaikan kepada dosen pembimbing mata
kuliah Teori Keperawatan Anak yang telah memberikan petunjuk dalam penyusunan
makalah ini.
Makalah ini kami susun dengan maksud menambah informasi dan pengetahuan
kita mengenai kasus keperawatan pada anak. Dengan demikian, jika kita telah terjun
dalam dunia pengajaran, kita dapat mengaplikasikan pengetahuan kita terhadap anak
didik yang menjadi tanggung jawab kita.
Akhir kata, kami menyampaikan permohonan maaf kepada segala pihak jika
dalam makalah ini terdapat kekeliruan atau ada kata yang tidak berkenan di hati
pembaca. Sebagai manusia biasa, penyusun tentu tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun penyusun
sangat harapkan untuk kesempurnaan penyusunan selanjutnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
A. PENGERTIAN..................................................................................................... 1
B. ETIOLOGI........................................................................................................... 2
C. MANIFESTASI KLINIS..................................................................................... 2
D. PATHWAY.......................................................................................................... 4
E. PATOFISIOLOGI................................................................................................ 4
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG......................................................................... 5
G. PENATALAKSANAAN..................................................................................... 5
H. KASUS................................................................................................................. 7
I. PEMBAHASAN.................................................................................................. 9
KESIMPULAN...............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14
iii
EKSTROFI KANDUNG KEMIH (BLADDER EXSTROPHY)
DAN PERMASALAHANNYA PADA ANAK
LAKI-LAKI UMUR 4 BULAN
A. PENGERTIAN
Ekstrofi kandung kemih adalah salah satu tipe kelainan bawaan dari sistem
abdomen. Kejadian ini paling sering terjadi pada bayi baru lahir. Ratio kejadian ini
antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Efek ekstrofi kandung kemih
menyebabkan berbagai risiko gangguan berkemih saat pre operatif maupun paska
penampilan genitalia external maupun internal yaitu mikropenis, dan masalah testis
yang tidak turun dalam kantung skrotum atau Cryptorchidism. Kelainan ekstrofi
kandung kemih pada bayi perempuan biasanya disertai dengan adanya klitoris dan
labia yang terpisah sedangkan orificium vagina akan bergeser ke anterior dan
stenotic.
Kasus ini sangat jarang terjadi dimana sekitar 1:30.000 kelahiran adalah
ratio dari kemungkinan menemui kasus tersebut. Berbagai disiplin ilmu terlibat
dalam kasus ini seperti bedah urologi, anak , dan endokrin. Dimana hal tersebut
untuk mencegah terjadinya gangguan seperti infertilitas, resiko gangguan ginjal dan
gangguan dalam fungsi sexual pada masa dewasa. Prognosis dari kasus ekstrofi
kandung kemih biasanya baik, tergantung dari segi penanganan yang sudah benar
1
B. ETIOLOGI
Penyebab ekstrofi kandung kemih tidak diketahui secara pasti dan tidak
bersifat herediter. Namun, ciri-ciri fisik yang terdapat pada kelainan ini adalah
akibat dari kelainan perkembangan yang terjadi pada saat pertumbuhan embrio.
C. MANIFESTASI KLINIS
2. Jumlah jaringan kolagen yang membangun tulang, gigi, sendi, otot dan kulit
4. Ukuran penis lebih kecil dari normal dan/atau testis belum turun ke kantong
kemaluan.
5. Muara vagina sempit, bibir vagina lebar, dan muara saluran kemih pendek.
2
Kelainan ini didapatkan pada dinding perut bawah adanya kandung kemih yang
terekspos, umbilicus yang rendah, jarak antara anus dan umbilicus yang pendek
karena cincin ingunalis yang lebar. Biasanya pada kelainan ini organ genital
b. Epispadia
Kelainan ini biasanya didapatkan phallus yang pendek dan luas, glans yang
datar serta terbuka , meatus uretra yang didapatkan di dorsal penis dan tepi
proksimal dari glans penis. Biasanya pada tulang simfisis pubis ditemukan lebar
c. Kloakal Ekstrofi
Kelainan ini biasanya didapatkan adanya kandung kemih yang terbuka dan
Kelainan ini dibagi menjadi dua varian yaitu supravesical fissure dan patent
terlihat berada didekat umbilicus dan genital eksterna yang normal sedangkan
infraumbilikal.
3
D. PATHWAY
E. PATOFISIOLOGI
4
kedalam, menyebabkan dinding abdomen tersisa di lateral dan posterior dinding
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
berada dalam kandungan, yakni melalui ultrasonografi (USG). Setelah bayi lahir,
sebelum bayi yang baru lahir meninggalkan rumah sakit. Apabila pembedahan
ditunda, pemeriksaan yang dilakukan sebagai persiapan adalah tes urine, tes darah,
G. PENATALAKSANAAN
kandung kemih, rekontruksi dinding perut, rekontruksi alat kelamin dan pada
Penatalaksaanan ini terdiri dari tiga fase. Fase I bertujuan untuk melindungi
saluran kencing bagian atas dan memudahkan rekontruksi pada tahap lanjut yang
dilakukan biasanya segera setelah bayi lahir. Penutupan awal kandung kemih
diharapkan dapat dilakukan dalam kurun waktu 72 jam setelah kelahiran. Jika
terlambat, maka diperlukan tindakan osteotomi yang bertujuan agar kandung kemih
5
struktur alat kelamin dan mendukung dari perkembangan kandung kemih untuk
meningkatkan tahanan saluran keluar. rekonstruksi awal uretra epispadi. Fase ini
biasanya dilakukan jika bayi sudah berumur 1 tahun. Fase III biasanya dilakukan
pada saat bayi berumur kira-kira 4 tahun. Fase ini bertujuan untuk mencapai
kontinensia dan mendukung kepercayaan diri. Pada fase ini dilakukan rekonstruksi
pada leher kandung kemih yang bertujuan untuk kontinensia urin dan perbaikan
refluks vesikoureteral.
berkualitas baik dan penis berukuran baik, penutupan kandung kemih dan
rekonstruksi penis dan uretra dapat dikombinasikan dalam satu operasi. Hal ini
secara teknis menuntut operasi dan hanya boleh dilakukan oleh ahli bedah ekstrofia
berpengalaman.
dapat dicapai sampai 90% kasus. Faktor yang paling penting dalam mencapai
tahanan adalah kualitas template kandung kemih dan penutupan kandung kemih
awal yang sukses pada bayi baru lahir. Tentu saja, ada kandung kemih pada saat
kelahiran dengan kualitas yang buruk dan tidak cocok dengan penutupan dalam
cara yang telah dijelaskan, dan manajemen yang berbeda pun diadopsi.
Menggunakan teknik bedah rekonstruksi modern, adalah sangat jarang bagi seorang
pasien untuk mencapai akhir masa remaja tanpa mencapai tahanan dan alat kelamin
eksternal yang dapat diterima secara kosmetik. Operasi kedua, operasi tulang
6
pelvis, dapat dilakukan bersama dengan perbaikan kandung kemih. Atau mungkin
H. KASUS
Kasus adalah anak laki-laki umur 4 bulan dengan kandung kemih yang
terbuka langsung ke dinding perut bawah. Bentuk genitalia externa abnormal yaitu
terdapat 2 penis, skrotum terpisah (scrotum bifida), tidak ditemukan testis, dengan
berikut:
a. X-Foto Pelvis tampak Os ilium dan os ischium tampak normal, os pelvis dengan
b. Pemeriksaan Foto Polos Abdomen tampak celah antara simfisis pubis sangat
lebar
c. Foto kontras saluran kemih ginjal kanan kiri bentuk, letak & ukuran normal,
ekskresi ginjal kanan kiri dalam batas normal, ureter dextra dan sinistra tak
homogen, tepi tajam, permukaan rata, vena porta tak melebar, vena hepatika tak
melebar, tak tampak nodul. Vesika felea tampak berukuran normal, vens lienalis
tak melebar. Duktus biliaris tampak tidak melebar. Ukuran lien tampak normal
dan vena lienalis tak melebar. Pankreas berukuran normal dan kalsifikasi (-).
7
PCS tidak melebar, dan batu (-). Ginjal kiri berukuran normal, stratum parenkim
normal, batas kortikomeduler normal, PCS tidak melebar, batu (-). Limfonodi
menebal, batu (-) dan massa (-). Gambaran hasil USG abdomen tersebut
mengesankan bahwa tak tampak kelainan pada organ abdomen secara sonografi,
e. Hasil USG testis menunjukkan regio inguinal dextra tampak testis, struktur
homogen ukuran 11,9x7,9x14,7 mm3 , kapsul utuh, kalsifikasi (-); regio inguinal
sinistra: tak tampak gambaran testis. Hal ini mengesankan testis dextra di regio
pemeriksaan kadar hormon reproduksi ini, antara lain: FSH 1,15 mIU/ml
testosteron sebelum tes HCG < 2 ng/dL, sesudah tes HCG kadar testosteron
meningkat banyak menjadi 36.1 ng/dL, respon testis pasien terhadap test HCG
sangat baik, sehingga hipogonadisme primer disingkirkan. Pada kasus ini sekresi
FSH, LH meskipun nampak rendah masih dalam variasi normal menurut umur.
Malformasi urogenital pada pasien tidak disertai defek fisik lain seperti
dismorfik wajah, mikrosefali, kelainan pada anggota gerak atau rajah tangan,
sampai umur 6 bulan secara umum sesuai umur. Hasil skrining Denver II pada
umur 10 bulan, semua aspek meliputi psikososial, bahasa, motorik kasar dan halus
sesuai umur.
8
Selama perawatan perioperatif di bagian bedah urologi tidak ada masalah
yang serius, keadaan umum anak cukup baik, tidak panas, berat badan naik,
lainnya. Pasca operasi pasien mengunakan kateter selama 1,5 bulan, karena kencing
lancar dicoba lepas kateter selama 2 bulan. Umur 9,5 bulan (2 minggu sebelum
kemerahan, nyeri tekan, setelah diinsisi ternyata abses, menurut dokter bedah
I. PEMBAHASAN
terbentuknya skrotum yang sempurna, diikuti dengan tidak turunnya testis ke lokasi
sedangkan testis kiri belum ditemukan. Pemeriksaan USG abdomen belum dapat
pemeriksaan CT scan atau MRI. Perlu dipastikan keberadaan testis kiri, sebelum
anak mencapai umur yang lebih besar. Hal ini sangat berkaitan dengan tindak lanjut
pada testis yang tidak turun, khususnya testis intra abdomen. Testis dalam rongga
abdomen memiliki risiko terjadinya keganasan 48 × lebih sering dari pada testis
Testis kanan sebaiknya diobservasi sampai umur setahun apabila tetap tidak
turun sampai umur > 1 tahun hampir dipastikan tidak pernah turun spontan (Dogra,
2004). Selanjutnya ada 2 pilihan pengelolaan pada testis letak rendah seperti pada
9
kasus, yaitu hormonal atau pembedahan. Pemberian hormon HCG menstimulasi
hormonal pada kasus undescended testes letak rendah (mendekati skrotum) sekitar
10-50%, untuk testis yang letaknya masih tinggi tidak efektif, tapi hati-hati testis
yang bisa turun dapat kembali naik bila terapi hormon terputus (Jawdeh & Akel,
2002). Pemberian hormon HCG atau GnRH pada testis yang teraba tinggi diatas
skrotum efikasinya < 20% (Dogra, 2004). Kasus termasuk testis letak rendah
diharapkan responnya baik terhadap HCG, sehingga testis bisa turun atau
bertambah besar, testis yang bertambah besar akan lebih mudah teraba sehingga
mudah dievalusi lebih lanjut. Pemberian HCG juga diharapkan dapat membantu
penemuan testis kiri yang mungkin sekarang ukurannya terlalu kecil sulit dideteksi
dengan USG. Pemberian HCG dipertimbangkan juga saat preoperatif, supaya testis
lebih besar dan mudah teraba saat pembedahan (Jawdeh & Akel, 2002).
masa 3 bulan diminta kontrol untuk melihat perkembangan testis (penurunan atau
lokasinya, ukuran testis dan juga penis). Sebaiknya dilakukan USG ulang untuk
melihat perkembangan testis pasca terapi hormonal. Bila terapi hormonal tidak
(Orchiopexy).
untuk harapan fertilitas yang lebih baik, tetapi risiko keganasan testis yang tidak
10
abnormalitas sel leydig, dan fibrosis peritubuler sudah mulai terjadi pada usia
sekitar setahun sampai 1,5 tahun (Cornell Physicians Pediatric Urology, 2007).
Orchiopexy merupakan pilihan terapi untuk anak umur 2-10 tahun, tetapi
risiko keganasan pada testis yang tidak turun mencapai 10% kasus, atau 48 × lebih
tinggi daripada testis letak normal. Maka sebaiknya orchiopexy dilakukan lebih
awal pada usia 1 sampai 1,5 tahun untuk meningktkan harapan fertilitas yang lebih
baik. Prosentase fertilitas dihubungkan dengan usia operasi orchiopexy antara lain:
1-2 th 90%, 2-3th 50%, 5-8th 40%, 9-12th 30%, >15 tahun 5% (Vogt, 2008).
efektif. Pada umur 1-2 tahun pasien harus dipastikan memerlukan tindakan
pembedahan atau tidak, pilihan bisa orchiopexy atau pengambilan testis bila lokasi
intraabdominal.
Pada kasus panjang penis dari pangkal ke ujungnya sekitar 1,4 cm, termasuk
yang kurang panjang, dan lebih sering disebakan oleh faktor defek anatomis
penjang penis < 2,5 SD di bawah panjang rata-rata penis normal. Sekitar 0,6% laki-
ukuran penis yang memanjang dari pangkal-ujungnya <1,9 cm. Mikropenis tidak
selalu berkaitan dengan defisiensi fungsi reproduksi laki-laki, penis kecil bisa saja
atau gagal merespon satu atau lebih androgen yang diproduksi secara normal
11
selama kehamilan. Mikropenis dapat diterapi dengan beberapa hormon seperti
skrining seperti stimulasi dengan HCG, LH-Rh, kromatin, jika anak pendek
diperiksa GH (Styne, 2002). Pada kasus kadar FSH dan LH dalam batas normal,
pituitari dianjurkan diberikan testosteron dan HCG pada usia 10-12 th (Pierson,
1991). Panjang penis yang kurang normal pada pasien belum dikelola secara
12
KESIMPULAN
Anak laki-laki umur 4 bulan dengan kandung kemih yang terbuka langsung ke
dinding perut bawah dan genitalia externa abnormal menunjukkan supravesica fissure,
salah satu varian dari ekstrofi kandung kemih. Pada hasil foto polos abdomen dan USG
menunjukkan adanya kelainan bladder ekstrofi. Defek anatomi saluran kemih bawah
dapat mempengaruhi fungsi organ lainnya, meskipun telah dilakukan bedah korektif,
masalah ke depan antara lain fungsi berkemih, fertilitas, mikropenis, dan risiko
keganasan testis karena testis letak tinggi/intraabdomen. Penemuan kasus ini masih
jarang, sehingga masih diperlukan pengkajian lebih dalam lagi dengan mengikuti
pertumbuhan dan perkembangan kasus ini lebih lanjut. Diharapkan dengan pantauan
jangka panjang akan memberikan pengalaman yang berharga dalam pencegahan infeksi
13
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth B Yerkes, MD, dkk. Exstrophy and Epispadias. Emedicine Medsacpe 2013
Gearhart, dkk. Pediatric Urology Second Edition. 2010. Elsevier. Page 386-415
Sri Priyantini, Asri. Bladder Extrophy and it’s problem. Volume 2. 2010.
Nyoman Gede Prayudi. Ekstrofi Kandung Kemih Pada Bayi Perempuaan Sebuah
Laporan Kasus. Volume 3 no 4 : e-jurnal medika udayana. 2014
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24