Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PRE OPERASI BEDAH JANTUNG

Disusunoleh : KELOMPOK 3 S15B

1. Alga fitrianiratnaningsih S15049


2. Arlinawidiyaningrum S15053
3. Christinselyanaputri S15056
4. Desyanggraini S15057
5. Devi setyaoktaviana S15058
6. Endangyuliningsih S15061
7. Nenibudipurwaningsih S15077
8. Septiaradevioliviane S15089

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PokokBahasan : Persiapan pre operasi bedah jantung

Sub PokokBahasan : Menyiapkan mental dan fisik pasien pre operasi

Sasaran : Pasien pre op bedah jantung & keluarga

Tempat : RuangRawatmawar I

Waktu : 09.00 – 09.30 WIB (30 Menit)

A. LatarBelakang
Anak-anak mempunyai kondisi berbeda dengan orang dewasa pada saat pra
bedah sebelum masuk ke kamar operasi. Salah satu kondisi tersebut berupa
kecemasan. Kecemasan merupakan salah satu faktor stres emosional anak
yang perlu diperhatikan sebelum masuk ke kamar operasi akibat pisah dengan
orang tua. Berdasarkan data pada tahun 2010, prevalensi anak-anak yang
menjalani operasi di Afrika Barat sekitar 34 pasien anak dari 625 pasien setiap
bulannya dan di Gambia sekitar 11,3%. Keadaan sebelum masuk ke kamar
operasi dapat memberikan ketidaknyamanan dan rasa cemas pada anak-anak
yang berpengaruh terhadap mental anak.Hal ini akan berpengaruh terhadap
respon tubuh untuk melepaskan katekolamin sehinggadapat mengakibatkan
peningkatan laju jantung, kontraksi otot jantung, vasokonstriksi arteri,
peningkatan kadar gula darah dan lain-lain. keadaan tersebut dapat
memperberat kondisi anak sebelum masuk ke kamar operasi. Tingkat
kecemasan anak pada usia tersebut sangat tinggi sebelum masuk kamar
operasi sekitar 50 –70 %maka diperlukan cara untuk mencegah stres
emosional pada anak, baik dengan persiapan psikologis pada saat preoperatif
(sehari sebelum operasi) dimana anak dan orang tua diberikan penjelasan
mengenai teknik anestesi dan pembedahan yang akan dijalani keesokan
harinya.
B. TujuanInstruksionalUmum ( TIU )
Setelahdiberikanpenyuluhanselama 30
menitdiharapkankliendankeluargadapatmengetahuidanmemahamipersiapan
pre operasibedahjantung
C. TujuanInstruksionalKhusus ( TIK )
Setelahdiberikanpenyuluhandiharapkandapat :
1. Pasienkooperatifsebelumdansesudahoperasi
2. Pesiapan mental danfisik yang optimal
3. Bahanpertimbanganpradanpascabedah
D. Metode
Metode yang digunakanadalahceramah, Tanyajawab, dandemonstrasi
E. MEDIA PENYULUHAN
Media Penyuluhan yang digunakan:
1. Lembar balik / leaflet
2. Laptop
3. LCD
F. PelaksanaanKegiatan

UraianKegiatan
No Kegiatan
Penyuluh Peserta

1 Pembuka 1. Membuka/ 1. Menjawabsalam


an memulaikegiatandengan 2. Mendengarkan
mengucapkansalam 3. Mendengarkan
  7 Menit
2. Memperkenalkandiri 4. Mendengarkandan
3. Menjelaskantujuandaripe memperhatikan
nyuluhan
4. Menyebutkanmateridarip
enyuluhan
5. Bertanyapadapesertaapak
ahsudahmengetahuitenta
ngpersiapanoperasi :

a. Apakah bapak /
ibu sudah
mengetahuai apa 5. Menjawabpertanya
itu operasi bedah an
jantung?
b. Apakah bapak /
ibu mengetahui
persiapan apa saja
yang harus
dilakuakan
sebelum
dilakukannya
operasi ?

2 Penyuluh Menyampaikanmateri 1. Menyimakpenjelas


an an
1. Menjelaskanpengertiante
2. Pesertamendengark
15 ntangpersiapan pre
an
e operasi
3. Pesertamenyimak
 
2. Menjelaskantentangpersi
4. Pesertamenyimak
apan pre operasimeliputi:
a. Persiapanadminis
trasi
b. Persiapanfisik
c. Persiapanmental
d. Pemeriksaanpenu
njang
e. Konsul
f. Persiapandarah 5. Pesertabertanya
3. Menjelaskan Hal – hal
yang harus diperhatikan
padamasaprabedah
4. Menjelaskanpersiapanhar
ioperasi
5. Memberikesempatanpada
kliendankeluargauntukbe
rtanya

3 Penutup Evaluasi 1. Menjawabpertanya


an
10 en 1. Menanyakankepadapeser
2. Mendengarkan
it  tatentangmateri yang
3. Menjawabsalam
telahdiberikandan
reinforcement
kepadapeserta yang
dapatmenjawab.
2. Mengucapkanterimakasi
hatasperansertanyadalam
penyuluhankesehatan.
3. Mengucapkansalampenut
up

G. PENGORGANISASIAN
1. Moderator : Alga fitriani ratnaningsih
2. Penyaji : Neni budi purwaningsih
3. Observer : Endang yuliningsih
Devi setya oktaviana
4. Operator : Arlinawidiyaningrum
5. Fasilitator : Christin selyana putri
Septiara devi oliviane
Desy anggraini

H. SETTING TEMPAT

Keterangan :
: LCD : Operator
: Peserta : Moderatot
: Penyaji : Fasilitator
: Observer
I. KRITERIA EVALUASI
1. EvaluasiStruktur :
a. 80% pesertahadir di tempatpenyuluhan
b. 100% peyelenggaraanpenyuluhan di laksanakan di
RuangMawar I
c. 100%
pengorganisasianpenyelenggaraanpenyuluhandilakukansebelu
mnya
2. Evaluasiproses :
a. 80% Pesertaantusiasterhadapmateripenyuluhan
b. Tidakadapeserta yang meninggalkantempatpenyuluhan
c. 50%
Pesertamengajukanpertanyaandanmenjawabpertanyaansecarab
enar
3. EvaluasiHasil :
a. 60% pesertamengetahuitentang pre operasibedahjantung
b. Jumlahhadirpesertadalampenyuluhan minimal 10 orang
J. MATERI
Terlampir
LAMPIRAN MATERI

PRE OPERASI BEDAH JANTUNG

A. Konsep Keperawatan Pre Operasi


1. Definisi
Fase pre operasi dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan
intervensi bedahdan diakhir ketika pasien dikirim kemeja operasi.
Lingkup aktivitas keperawatanselama waktu tersebut dapat mencakup
penetapan pengkajian dasar pasienditatanan klinik ataupun rumah,
wawancara pre operasi dan menyiapkan pasienuntuk anastesi yang
akan pembedahan (Rondhianto, 2009).
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien bedah disebut
asuhankeperawatan perioperatif. Asuhan keperawatan perioperatif
meliputi asuhankeperawatan yang dilakukan sebelum operasi (pre
operasi), selama operasiberlangsung di kamar operasi (intra operasi)
dan sesudah proses operasi selesaidilakukan (Cunningham, 2010).
2. Persiapan Preoperasi
a. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami pasien dibagi dalam 2
tahapan,yaitu persipan di unit perawatan dan perawatan di
ruang operasi. Berbagaipersiapan fisik yang harus dilakukan
terhadap pasien sebelum dilakukantindakan operasi menurut
Majid (2011), yaitu:
1) Pemasangan pemasangan infus, puasa, pencukuran
daerah operasi,pemasangan kateter, anestesi, latihan
nafas, penyuntikan, pemberian obat-obatandan latihan
batuk post operasi
2) Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan
pemeriksaan statuskesehatahan secara umum, meliputi
identitas klien penyakit sepertikesehatan masa lalu,
riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisiklengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler,
statuspernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi
endokrin, fungsi imunologidan lain-lain.
3) Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan beratbadan, lipat kulit trisep, lingkar lengan
atas, kadar protei darah(albumin dan globulin) dan
keseimbangan nitrogen. Segala bentukdefisiensi nutrisi
harus dikoreksi sebelum pembedahan
untukmemeberikan protein yang cukup untuk perbaikan
jaringan. Kondisigizi buruk dapat mengakibatkan
pasien mengalami berbagai komplikasipasca operasi
dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat
dirumah sakit. Komplikasi lain yang sering terjadi
adalah infeksi pascaoperasi, dehisiensi (terlepasnya
jahitan sehingga luka tidak bisamenyatu), demam dan
penyembuhan luka operasi yang lama. Padakondisi
yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang
bisamengakibatkan kematian.
b. Persiapan Psikis
Peranan perawat dalam mempersiapkan mental pasien pre
operasi menurutTaylor (2010), adalah dengan cara:
1) Membantu pasien mengetahui tentang prosedur
tindakan yang akan dialami pasien sebelum operasi,
memberikan informasi pasien tentang waktuoperasi,
hal-hal yang akan dialami pasien selama proses
operasi,menunjukkan kepada pasien kamar operasi dan
lain-lain.
2) Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi
maka diharapkanpasien menjadi lebih siap menghadapi
operasi, meskipun demikian adakeluarga yang tidak
menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai
halyang terkait dengan operasi yang akan dialami
pasien.
3) Memberikan penjelasan terlebih dahulu prosedur
tindakan setiap sebelumtindakan persiapan pre operasi.
Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas.Hal ini
diharapkan dengan pemberian penjelasan prosedur yang
lengkapdapat menurunkan kecemasan pasien sebelum
operasi dilakukan.
4) Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
untuk menanyakantentang segala prosedur yang ada.
5) Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga
untuk berdoabersama-sama sebelum pasien di antar ke
kamar operasi. Keluarga jugadiberikan kesempatan
untuk mengantar pasien sampai kebatas kamaroperasi
dan menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan
ruangoperasi.
3. Dampak Jika Persiapan Pre Operasi Dilakukan Kurang Optimal
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal keperawatan
perioperatif.Kesuksesan tindakan secara keseluruhan sangat
tergantung pada fase ini. Hal inidisebabkan karena fase ini merupakan
awalan yang menjadi alasan untukkesuksesan tahapan-tahapan
berikutnya. Pengkajian secara integral dari fungsipasien meliputi
fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan
untukkeberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.Persiapan pra bedah
sangat penting sekali untuk memperkecil resiko operasi,karena hasil
akhir suatu pembedahan sangat tergantung pada penilaian
keadaanpenderita dan persiapan pra bedah. Apabila suatu persiapan
pra bedah dilakukankurang optimal akan menyebabkan pasien merasa
cemas, tekanan darah meningkat, proses operasi akan tertunda dan
menghambat proses pemulihansetelah operasi(Barbara C.Long, 2010).
B. Konsep Kecemasan
1. Definisi
Cemas menggambarkan keadaan kuatir, kegelisahan atau reaksi tidak
perasaantentram yang terkadang di sertai berbagai keluhan fisik.
Kecemasan merupakanstresor yang dapat menyebabkan pelepasan
epinefrin dari adrenal sehinggaterjadi hiperaktivitas saraf otonom dan
menyebabkan gejala fisik berupatakikardi, nyeri kepala, diare dan
palpitasi (kaplan&sadock, 2010).
Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan
terjadidengan penyebab yang tidak jelas dihubungkan dengan perasaan
tidak menentudan tidak berdaya (Suliswati, et al, 2011).
2. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
a. Tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode tertentu
sehingga orangmemperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara
bertingkah laku yang sesuaidengan kebutuhan. Sedangkan
sebagian orang mengaitkan pendidkan denganpengajaran atau
proses belajar mengajar. Pendidikan dengan pengajaransecara
formal maupun non formal. Dalam Dictionary of
Psychologypendidkan berarti tahapan kegiatan yang bersifat
kelembagaan (sekolah) yangdapat dipergunakan untuk
menyempurnakan perkembangan individu dalammenguasai
pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Dengan
demikianproses pendidikan akan berpengaruh terhadap
pengetahuan sikap dan tingkahlaku seseorang (Syah, 2010).
Pendidikan bagi seseorang individu merupakan pengaruh
dinamis dalamperkembangan jasmani, jiwa dan perasaan.
Sehingga tingkat pendidikan yangberbeda akan memberikan
jenis pengalaman serta nilai-nilai hidup yangberbeda pula.
Masalah ini dianggap sebagai tekanan yang dapat
menyebabkankrisis dan akan mengalami kecemasan (Damaraji,
2011).
WHO (WorldHealth Organization) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa tingkatpendidikan menengah kebawah
cenderung mengalami kecemasan dari padatingkat pendidikan
menengah keatas, hal ini dikarenakan responden
yangberpendidikan menengah keatas berpikir lebih objektif
dan berwawasan luas,serta lebih mampu memikirkan
penyelesaian terhadap masalahnya.
b. Faktor Usia
Syarifudin (2010) menspesifikasikan umur ke dalam tiga
kategori, yaitukurang dari 20 tahun (tergolong muda), umur
20-30 tahun (tergolongmenengah) dan lebih dari 30 tahun
(tergolong tua). Dalam kurun reproduksisehat dikenal bahwa
usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia20-30
tahun, atau mengandung resiko yang rendah. Menurut Hayles
(2005) menyatakan bahwa usia ikut menentukan kecemasan.
Kecemasan cenderungterjadi di usia muda.
c. Faktor Proses Persalinan
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu masa kestabilan
dan keteganganemosional, serta suatu masa yang
membahagiakan. Hal utama yang merekatakutkan menjelanh
persalinan adalah rasa sakit saat melahirkan, berapa
lamaberlangsungnya, komplikasi penyulit, operasi seksio
saesarea, perdarahan, bayi cacat dan kematian
d. Faktor Penolong dan Tempat Persalinan
Menurut Brice perasaan yang sering dialami pasien adalah
kecurigaanterhadap tenaga kesehatan. Mereka dipercaya
sekaligus dicurigai. Apakahmereka baik, bijaksana, membantu
dan mau mengerti, atau apakah merekakurang peduli atau
kurang pengetahuan. Karena persalinan ini berlangsung
dirumah sakit, maka ada kecemasan dengan berada diluar
rumah. Dalam suatutempat yang asing dan dalam tangan-
tangan orang asing, karena rumah sakitadalah suatu tempat
yang asing dan membingungkan bagi orang yang belumbiasa.
e. Pandangan Interpersonal
Salah satu faktor yang memepengaruhi kecemasan adalah
pandanganinterpersonal yang beranggapan adanya ancaman
terhadap integritas fisikmeliputi disabilitas fisiologi yang akan
terjadiatau penurunan kemampuanuntuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari (Stuart, 2009).
f. Kurangnya Informasi tentang prosedur tindakan
Kurangnya informasi yang diberikan oleh tenaga medis pada
saat sebelumoperasi tentang kenapa harus dilakukan operasi
seksio, mengapa harusdilakukan persiapan fisik dan lain-lain
dapat menambah kecemasan pasiendalam menjalani operasi
(ingram, 2011).
g. Pekerjaan / status ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun
kebutuhan sekunder,keluarga dengan status ekonomi baik akan
lebih mudah tercukupidibandingkan keluarga dengan status
ekonomi rendah. Hal ini akanmempengaruhi pemenuhan
kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkanbahwa ekonomi
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentangberbagai
hal.
h. Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa
diperoleh darilingkungan kehidupan dalam proses
perkembangannya, misalnya seringmengikuti kegiatan.
Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasidapat
memperluas jangkauan pengalamannya,karena dari berbagai
kegiatantersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.
3. Klasifikasi Cemas
Kecemasan mempunyai beberapa tingkatan (Peplau, 2011)
menggolongkansebagai berikut :
a. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari,
pada tahap iniindividu akan berhati-hati secara waspada,
individu terdorong untuk belajaryang akan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.
b. Kecemasan Sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun,
individu tidakmampu berfikir berat lagi dan membutuhkan
banyak pengarahan atautuntunan.
c. Kecemasan Berat
Kecemasan ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorangcenderung memikirkan hal kecil saja dan
mengabaikan hal yang lain. Individutidak mampu berfikir lagi
dan membutuhkan banyak pengarahan.
4. Tanda Dan Gejala Kecemasan
Tanda dan gejala menurut (Hamid, 2012), yaitu:
a. Kecemasan ringan
1) Respon fisiologis: sekali nafas pendek,nadi dan tekanan
darah menjaditidak teratur, gejala ringan pada lambung,
muka berkerut dan bibirbergetar.
2) Respon kognitif : lapang persepsi meluas, mampu
menerima rangsanganyang komplek, konsentrasi pada
masalah, menyelesaikan masalah secaraefektif.
3) Respon perilaku dan cemas : tidak dapat duduk tenang,
tremor halus padatangan, suara kadang-kadang
meninggi.
b. Kecemasan Sedang
1) Respon fisiologis: sering terjadi nafas pendek, nadi
(ekstra sistol) dantekanan darah naik, mulut kering,
anoreksia, diare konstipasi.
2) Respon kognitif : gerakan serentak-serentak, meremas-
remas tangan,bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur
3) Respon perilaku dan cemas : gelisah, lapang persefsi
menyempit,rangsangan luar tidak mampu diterima,
berfosus pada apa yang menjadipermasalahannya.
c. Kecemasan Berat
1) Respon fisiologis : nafas pendek, nadi dan tekanan
darah menjadi tidakteratur, berkeringat dan sakit
kepala,penglihatan kabur dan tegang.
5. Pengukuran Kecemasan
Instrumen untuk pengukuran tingkat kecemasan dapat menggunakan
beberapacara pengukuran yaitu Taylor Manifestation Anciety Scale
(T-MAS). T-MASmerupakan alat ukur tingkat kecemasan yang
diadaptasi dari barat dan telahbanyak dipakai di Indonesia. Penelitian
yang dilakukan menggunakan alat ukurkecemasan T-MAS yang sudah
dimodifikasi dan dikombinasi dengan kuesionerAPAIS. Kuesioner
berisi tentang 25 butir pertanyaan dengan skala likertdanresponden
mengisinya dengan cara memberi tanda chek sesuai keadaan
yangdialami pasien dalam menjawab masing-masing butir pertanyaan.
6. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut (Stuart&Sundeen, 2008) menyatakan penatalaksanaan
kecemasandilakukan dengan menekankan pada prinsip elektik-
holistik. Penderita dilihatsebagai manusia seutuhnya, baik dari segi
psikis, organobiologik, maupun segihubungan interpersonalnya
sebagai bagian dari masyarakat dan lingkunganhidup (bio-psiko-
sosial), oleh karena itu tidak ada metode tunggal untukpenatalaksanaan
kecemasan karena manusia sangat berbeda secara individual.Awal dari
penatalaksanaan selalu berupa evaluasi yang teliti dan
menyeluruhtentang sebab-sebab kecemasan. Penatalaksanaan
selanjutnya yang dianjurkanadalah psikoterapi (psychotherapy), terapi
tingkah laku (behaviour therapy) danfarmakoterapi
(pharmachotherapy).
a. Psikoterapi(psychotherapy)
Menurut Hagerty (Sunaryo, 2012) penatalaksanaan kecemasan
dapatdilakukan dengan cara mengarahkan klien supaya mampu
menelaah diri sendiri untuk mencapai wawasan yang lebih baik
untuk mengatasipermasalahannya, dan mampu mengatasi
konflik interpersonal danintrapsikisnya, dengan demikian akan
mengurangi kecemasan yang terjadi.
Psikoterapi juga dapat dilakukan dengan cara mempersiapkan
klien secaraintelektual, fisik dan emosi, atau dapat pula
dilakukan dengan memberikandukungan kepada klien untuk
mengatakan permasalahannya, denganmemberikan kesempatan
kepada klien untuk mencurahkan isi hatinya, sertamemberikan
pengertian tentang ketakutan yang tidak realistis dan
diberikeyakinan bahwa ia mampu mengatasi yang dapat
menimbulkan kecemasan.Psikoterapi yang digunakan untuk
gangguan kecemasan merupakanpsikoterapi berorientasi
insight, terapi perilaku, terapi kognitif ataupsikoterapi
provokasi kecemasan jangka pendek (Romadhon, 2012).
MenurutHamid (2010) menurunkan stresor yang dapat
memperberat kecemasandilakukan dengan beberapa cara
sebagai berikut :
1) Menurunkan kecemasan dengan teknik distraksi yang
memblok persepsinyeri dalam korteks serebral.
2) Relaksasi dapat menurunkan respon kecemasan, rasa
takut, tegang dannyeri. Teknik relaksasi terdapat dalam
berbagai jenis yaitu latihan nafasdalam, visualisasi dan
guide imagery, biofeedback, meditasi, teknikrelaksasi
autogenik, relaksasi otot progresif dan sebagainya.
3) Pendidikan kesehatan membantu pasien dengan
gangguan kecemasanuntuk mempertahankan kontrol
diri dan membantu membangun sikappositif sehingga
mampu menurunkan ketergantungan terhadap
medikasi.
4) Memberikan bimbingan pada klien dengan gangguan
kecemasan untukmembuat pilihan perawatan diri
sehingga memungkinkan klien terlibatdalam aktivitas
pengalihan. Bimbingan yang diberikan dapat
berupabimbingan fisik maupun mental.
5) Dukungan keluarga meningkatkan mekanisme koping
dalammenurunkan stres dan kecemasan.
b. Farmakoterapi(Pharmachotherapy)
Metode ini dilakukan dengan menggunakan obat-obatan untuk
mengurangikecemasan. Penatalaksanaan kecemasan dengan
menggunakan obat-obatanwalaupun sangat penting tetapi
penggunaannya harus diketahui danhabituatif, serta toleransi
dan efek samping dari obat. Penatalaksanaankecemasan yang
utama adalah supaya menghilahkan permasalahan, baik
yangmenyangkut fungsi interpersonal maupun intrapsikis
karena terapi tidakbertujuan menyelesaikan masalah (Hagerty,
2009).
7. Persiapan Preoperasi yang Dapat Menurunkan Kecemasan
Menurut Majid (2011), salah satu persiapan yang dapat menurunkan
kecemasanpasien ialah dengan memberikan penjelasan prosedur
tindakan keperawatanpersiapan fisik, mempersiapkan mental pasien
dengan memberikan segalainformasi dan menjelaskan prosedur
tindakan yang akan dilakukan,menghadirkan suami dan kerabat
terdekat untuk mendampingi pasien sebelumoperasi, memberikan
kesempatan kepada keluarga dan pasien untukmenanyakan tentang
prosedur yang ada dan memberi kesempatan pasien dankeluargauntuk
berdoa bersama-sama sebelum pasien diantar ke kamar operasi.
Sedangkan menurut potter & perry (2005) tindakan keperawatan
untukmengurangi kecemasan pasien pre operasi juga dapat dengan
membinahubungan yang efektif dan mendengarkan keluhan pasien
secara aktif.Harapannya pasien dapat bekerjasama dengan baik dan
berpartisipasi dalamperawatan jika perawat memberikan informasi pre
operasi, pada saat operasi danpost operasi.Penyuluhan pre operasi
dilakukan untuk mengurangi rasa cemas akibat ketidaktahuan pasien
dan keluarga serta mengurangi penggunaan (Potter&Perry, 2005).
Penatalaksanaan keperawatan mandiri berdasarkan Nursing
InterventionClassification (NIC) yang dianjurkan untuk tindakan
menurunkan kecemasanyaitu: penurunan kecemasan, teknik
menenagkan, perluasan mekanisme koping,pendampingan pasien,
kehadiran perawat, pendidikan kesehatan dan kunjungantenaga
kesehatan (McCloskey & Bulechek, 2010).

C. Peran Keluarga
Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk strategi koping yang dapat
digunakan untuk mengatasi kecemasan bagi anak karena dengan dukungan
keluarga anak dapat mengidentifikasi, mengekspresikan, serta
mengungkapkan rasa takut dan cemasnya sehingga kecemasan dapat
berkurang (Stuart, 2006). Dukungan tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk
dukungan emosional melalui rasa empati, dukungan penghargaan melalui
dorongan maju dukungan instrumental melalui bantuan langsung baik harta
ataupun benda, serta dukungan informatif melalui pemberian nasehat, saran
maupun petunjuk. Keluarga merupakan unsur terpenting dalam perawatan
anak karena anak bagian dari keluarga (Supartini, 2004).
Perawatan di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan
yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya dan
menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol juga terjadi akibat dirawat di
rumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas. Kehilangan kontrol tersebut
berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok
sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial,
perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta : EGC

Carpenito.(2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik


Klinis, Ed.6, Jakarta:ECG

Doenges, Marilynn, dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan,


Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta : EGC

Kozier, Barbara, dkk, (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :


Konsep, Proses & Praktik, Edisi 7, Volume 2. EGC : Jakarta

www.docstoc.com/docs/76029917/Bedah-jantung

Anda mungkin juga menyukai