Anda di halaman 1dari 14

PEMOTONGAN DAN PELUKAAN GENITALIA

PEREMPUAN(P2PG)

ARISTYA DIAN FITRASARI

P3.73.24.1.20.141

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA III

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG SARJANA TERAPAN DAN PROFESI


KEBIDANAN TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkah dan karuniaNya, maka
penyusunan Leaflet Pencegahan Praktik Pemotongan dan Pelukaan Genitalia Perempuan
(P2GP). Telah selesai disusun.

Kami menyadari bahwa leaflet ini masih perlu untuk disempurnakan sesuai dengan
program dan ilmu kesehatan. Oleh karena itu segala masukan dalam rangka perbaikan leaflet
ini sangat kami hargai dan kami harapkan.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


PEMOTONGAN DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP)
A. Latar Belakang
Sejarah asal mula praktik PG2P atau istilah yang saat ini digunakan di Indonesia yaitu
pemotongan dan Pelukaan Genitalia perempuan, sebenarnya tidak diketahui secara pasti.
Beberapa ahli percaya bahwa Praktik ini sudah berlangsung sejak Zaman Kuno di Mesir,
Ethiopia dan Yunani. Di Mesir percaya bahwa pada Zaman dahulu, praktik P2GP Berawal
pada masa perdagangan budak dimana budak wanita berkulit hitam memasuki komunitas
Arab. Ada juga yang mengatakan praktik ini berawal dari kedatangan islam di beberapa
bagian dari Afrika di sub sahara atau praktik ini dilakukan secara mandiri oleh beberapa
kelompok etnis di daerah sub sahara Afrika sebagai bagian dari tradisi menjelang
Pubertas. Secara keseluruhan menurut sejarahnya, praktik PG2P dipercaya untuk menjaga
Keperawanan wanita dengan mengurangi hasrat seksual wanita.

Konfrensi Internasional mengenai Praktik P2GP Pertama kali diselenggarakan pada


Tahun 1979 di Sudan. Disinilah World Health Organization (WHO) pertama kali
menyatakan penolakannya terhadap medikalisasi praktik P2GP. Penolakan medikalisasi
praktik P2GP juga dilakukan oleh World Medical Association pada tahun 1993, yang
kemudian diikuti oleh beberapa organisaai internasional termasuk International
Federation of Gynaecology and Obstetrics (FIGO). Serta organisasi pemerintah serta
Organisasi pemerintah lainnya. Majelis WHO berhasil melahirkan revolusi mengenai
praktik penghapusan P2GP serta menekankan perlunya tindakan bersama dari semua
sector yakni kesehatan, pendidikan, Keuangan keadilan dan urusan perempuan

A. Tujuan Umum
Sebaiknya tidak dilakukan dalam bentuk atau tipe apapun, karena dapat
membahayakan perempuan hingga berujung kematian.
B. Tujuan Khusus
1. Masyarakat mengerti tentang P2GP bahwa sunat pada perempuan tidak
bermanfaat

C. Materi (Terlampir)

D. Sasaran
Pasien yang datang untuk imunisasi
E. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat penyuluhan adalah sebagai berikut:
Waktu : Senin, 21 November 2020
Pukul : 09.00-09.30
Tempat : Ruang tunggu poli KIA PKM Kebon Bawang

F. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

G. MEDIA
1. Leaflet
H. Kriteria Evaluasi

Struktural
1. Peserta hadir di tempat penyuluhan
2. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di ruang tunggu poli KIA
3. Persiapan penyelenggaraan penyuluhan dilakukan 1 hari sebelumnya (Satuan
Acara Penyuluhan)
4. Tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum penyuluhan
selesai
a. Proses
1) Peserta memperhatikan terhadap materi penyuluhan
2) Peserta bertanya tentang materi penyuluhan
3) Peserta antusis mengikuti rangkaian kegiatan sampai selesai
4) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
b. Hasil
1. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan mengertii dan
memahami tentang:
1) P2GP
2) Tujuan P2GP
3) Macam-macam imunisasi dan efek samping
2. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta dapat mengikuti
imunsasi dengan teratur sesuai jadwal imunisasi
I. Kegiatan Penyuluhan
No Tahapan Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta
1. Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Menjelaskan maksud dan 3. Mendengarkan dan
tujuan penyuluhan memperhatikan
4. Membuat kontrak waktu 4. Meyetujui kontrak
waktu
5. Menggali pengetahuan 5. Mengutarakan
audiens tentang imunisasi pengetahuan
tentang imunisasi
6. Memberikan apresiasi 6. Mendengarkan
kepada audiens yang
telah menjawab
pertanyaan
2. Pelaksanaan 10 menit Menjelaskan tentang: Mendengarkan dan
a. Pen memperhatikan
a. Penyajian
gertian imunisasi penjelasan penyuluh
b. Tuju
an imunisasi
c. Mac
am-macam imunisasi
dan efek samping
b. Diskusi 5 menit a. 1.Menanyakan materi
kesempatan audiens yang belum di
untuk bertanya mengerti
tentang materi 2. Mendengrkan
penyuluhan yang 3.Mendengarkan dan
belum di mengerti memperhatikan
b.
kepada audiens yang
bertanya
c.
yang diajukan oleh
audiens
c. Kesimpulan 5 menit Menyimpulkan materi Mendengarkan
yang sudah di
sampaikan kepada
peserta
c. Evaluasi 5 menit 1. Memberika 1. Menjawab
n pertanyaan kepada pertanyaan yang
audiens tentang apa diberikan penyuluh
yang sudah dijelaskan
2. Memberika 2. Mendengarkan
n apresiasi kepada
audiens yang telah
mampu mejawab
pertanyaan
3. Penutup 5 1. Menyimpulkan materi 1. Mendengarkan
penyuluhan kepada 2. Menjawab salam
audiens tentang apa
yang sudah dijelaskan
2. Menutup penyuluhan
dengan mengucapkan
terima kasih dan salam
3. Memberikan absen
peserta
4. Membagikan leaflet
Materi

Pemotongan Dan Perlukaan Genetalia Perempuan

Pemotongan Dan Pelukaan Genitalia Perempuan (P2gp) Merupakan Masalah global


yang sangat ditentang karena termasuk masalah perusakan alat kelamin perempuan yang
melanggar HAM dan dianggap sebagai kekerasan terhadap perempuan. Secara global sekitar
180 negara telah berkomitmen menghapus segala bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap
perempuan pada convetion on the elimination of all forms of discriminations agains women
(CEDAW) tahun 1979. Di Indonesia sendiri kebijakan mengenai larangan prsktik P2GP di
Indonesia pertama kali dikeluarkan melalui surat edaran (SE) Dirjen bina kesehatan
masyarakat no.HK.00.07.1.3.1047 tentang larangan mendikalisasi P2GP bagi petugas
kesehatan. kemenkes akhirnya mengeluarkan permenkes no. 6/2014 tentang pencabutan
peraturan menteri kesehatan nomor.

1636/MENKES/PER/XII/2010 tentang sunat perempuan.


A. ANATOMI GENITALIA EKSTERNA PEREMPUAN

Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia eksterna dan organ genitalia
interna. Organ genitslia eksterna adalah bagian dari alat kelamin perempuan yang tampak
dari luar dan berperan dalam hubungan seksual sedangkan organ genitalia interna adalah
bagian darikelamin perempuan untuk ovulasi, tempat pembuahan sel telur, transportasi
balktokis, implantasi, dan tumbuh kembang janin. Organ reproduksi genital eksterna
perempuan yang juga dikenal dengan istilah vulva atau pudendum terdiri atas mons
pubis,labia mayor, labia minor, klitoris selaput dara ( hymen ) ,vestibulum vagina , muara
uretra, berbagai kelenjar dan struktur vascular. Klitoris merupakan organ genitalia
perempuan yang paling sensitif terhadap rangsangan seksual. Klitoris memiliki bagian bagian
seperti glans, krus, dan preputium. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat
mengembang serta berisi banyak ujung saraf sehingga sangat sensitive . di Indonesia banyak
istilah daerah yang digunakan untuk menyebutkan istilah P2GP seperti mandi
lemon(gorontalo), suci/murni ( Lombok ) , basunat ( banjar), masuna ( sulbar ) , capitan
( banten ), selam ( babel). Menurut WHO 2018 pemotongan atau perlukaan genitalia
perempuan (P2GP) di defenisikan sebagai seluruh bentuk pemotongan alat kelamin
perempuan baik sebagian atau seluruh bentuk pemotongan alat kelamin perempuan dengan
alasan diluar kepentingan pengobatan. Dalam pemahaman internasional , memotong jaringan
kelamin perempuan bagian luar digambarkan dalam bentuk istilah seperti penyunatan pada
wanita, mutilasi alat kelamin perempuan, pemotongan genital perempuan, dan mutilasi/
pemotongan alat kelamin perempuan . berdasarkan WHO, P2GP dikelompokan menjadi
beberapa tipe yakni
B .Metode Sunat Perempuan Menurut WHO

 Clitoridectomy, yaitu insisi (sayatan) kulit di sekitar klitoris (kulup), dengan atau
tanpa mengiris/menggores bagian atau seluruh klitoris atau khitan secara simboleis.
 Eksisi, berupa pemotongan klitoris disertai pemotongan sebagian atau seluruh bibir
kecil kemaluan (labia minora).
 Infibulation, berupa pemotongan bagian atau seluruh alat kelamin luar disertai
penjahitan/penyempitan lubang vagina (infibulasi).
 Segala macam prosedur yang dilakukan pada genital untuk tujuan non-medis,
penusukkan, perlubangan, atau pengirisan/penggoresan terhadap klitoris.

C.Efek sunat bagi perempuan

Efek Jangka Pendek Sunat Pada Perempuan  

 yang mengakibatkan syok atau kematian


 Infeksi pada seluruh organ panggul yang mengarah pada sepsis
 Tetanus yang menyebabkan kematian
 Gangrene yang dapat menyebabkan kematian
 Sakit kepala yang luar biasa mengakibatkan syok
 Retensi urine karena pembengkakan dan sumbatan pada uretra. 

Efek Jangka Panjang Sunat Pada Perempuan 


 Rasa sakit berkepanjangan pada saat berhubungan seks
 Penis tidak dapat masuk dalam vagina sehingga memerlukan tindakan operasi
 Disfungsi seksual (tidak dapat mencapai orgasme pada saat berhubungan seks)
 Disfungsi haid yang mengakibatkan hematocolpos (akumulasi darah haid dalam
vagina), hematometra (akumulasi darah haid dalam rahim),
dan hematosalpinx (akumulasi darah haid dalam saluran tuba)
 Infeksi saluran kemih kronis
 Inkontinensi urine (tidak dapat menahan buang air kecil)
 Bisa terjadi abses, kista dermoid, dan keloid (jaringan parut mengeras).
 Gangguan psikis dan trauma pada wanita.

D. komplikasi P2GP

Dari segi medis, tidak ada manfaat yang ditemukan dari P2GP bahkan anak
perempuan serta perempuan yang menjadi korban P2GP MEMILIKI resiko tinggi terhadap
komplikasi P2GP Sepanjang hidupnya. Digolongkan menjadi 2 komplikasi P2GP Yaitu:

#.komplikasi segera

 Nyeri hebat
 Perdarahan hebat
 Pembengkakan jaringan genitalia
 Demam, infeksi
 Masalah berkemih
 Masalah penyembuhan luka
 Perlukaan pada jaringan sekitar genitalia
 Syok, hingga kematian.

#. Kompilkasi jangka panjang


 Kerusakan jaringan genitalia (nyeri kronis pada klitoris dan vulva, infeksi kronis
organ genitalia)
 Masalah system reproduksi ( infeksi, nyeri panggul kronis)
 Jaringan parut dan keloid
 Masalah seksual ( nyeri, berkurangnya kepuasan seksual)
 Peningkatan resiko bayi lahir dengan komplikasi (kelahiran sulit, perdarahan
berlebihan) hingga kematian bayi
 Perlunya operasi berulang
 Masalah psikologis ( depresi, ansietas, post traumatic stress disorder, Dll).

E. Strategi komunikasi pencegahan p2gp pada tenaga kesehatan dan masyarakat

Beberapa strategi yang bisa dilakukan dalam mengkomunikasikan pencegahan


praktik sunat perempuan adalah melalui:

 Penyuluhan perorangan dengan menggunakan lembar balik


 Komunikasi tatap muka dalam percakapan sehari hari
 Mengembangkan lembar informasi seperti leaflet untuk diberikan kepada
masyarakat
 Menggunakan media poster
 Menyampaikan pesan melalui sarana melalui media social seperti facebook ,
twitter, dan sebagainya
 Membuat tulisan di situs internet
 Membuat pesan kunci pencegahan P2GP terutama bahaya P2GP
PENUTUP

Dalam praktiknya P2GP masih banyak dilakukan terutama di Negara Afrika


dan Asia. Di Indonesia praktik P2GP ini ternyata sudah berlangsung lama dan
dilakukan sebagai bagian dari tradisi dan agama dipraktekan dari generasi ke generasi
dan dianggap sebagai nilai yang melekat tanpa dipertanyakan. Namun setelah
banyaknya studi yang menunjukan bahwa P2GP Tidak memiliki manfaat bahkan
lebih banyak kerugiannya dan banyak tokoh agama yang tidak mendukung praktik
P2GP saat ini. Dari segi medis praktik P2GP adalah tindakan yang invasive secara
fisik, merusak secara emosional dan dapat menyebabkan kompilkasi yang serius bagi
kesehatan system reproduksi perempuan serta meningkatkan resiko kematian bayi.
Dalam praktiknya P2GP yang dilakukan secara tradisional maupun yang
dimedikalisasi ( dilakukan oleh medis) tetap memberikan komplikasi jangka panjang
yang membahayakan perempuan oleh karena itu sebaiknya P2GP tidak boleh
dilakukan dalam bentuk apapun karena dapat menyebabkan bahaya bagi perempuan
hingga berujung kematian.

Pedoman bagi tenaga kesehatan dalam pencegahan praktik pemotongan dan


pelukaan genitalia perempuan (P2GP) Atau sunat perempuan dilengkapi dengan
lembar balik yang diperuntukkan sebagai pegangan tenaga kesehatan dalam
mengedukasi masyarakat mengenai P2GP . Diharapkan dengan adanya pedoman dan
lembar balik ini masyarakat memiliki pengetahuan dan informasi yang benar
mengenai sunat perempuan dilihat dari sisi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan (Kemenkes RI 2018)

Anda mungkin juga menyukai