Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TENTANG PRE OPERASI

KELOMPOK 3

ANGGOTA :

1. Lailatul Syahadah Zailani (1914201067)


2. Lara Sagita (1914201068)
3. Lara Susila Putri (1914201069)
4. Leonardi (1914201070)
5. Melisa Erliana Putri (1914201072)
6. Milenia Febriani (1914201073)
7. Mirda Wati Putri (1914201074)
8. Mutia Insani (1914201075)
9. Nela Putri (1914201076)
10. Nolla Okta Dinasti (1914201077)

Dosen : Dra. Hj. Wirda Bachtiar, M.Biomed

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Alifah Padang

Tahun Ajaran 2020/2021


SATUAN ACARA PENYULUHAN
AKPER KESDAM VI MULAWARMAN

BANJARMASIN

Topic                           : Penyuluhan Pelayanan Kesehatan Bagaimana Penkes persiapan


Tindakan Operatif pada Gangguan Sistem Imunitas
Hari / Tanggal             : Senin,
Waktu                         : 30 Menit
Tempat                        : Akper padang katib sulaiman
Kegiatan                      : Proses Belajar Mengajar
Penyuluh                     : kelompok

A. Latar Belakang
Keperawatan preoperatif merupakan sebuah tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Preoperatif dimulai ketika keputusan untuk melakukan intervensi pembedahan.
Kecemasan adalah salah satu respon adaptif yang normal terhadap stress karena akan
dilakukannya pembedahan. Kecemasan biasanya akan mulai timbul pada tahap preoperatif
ketika pasien mengantisipasi pembedahannya, perubahan pada citra tubuh dan fungsi tubuh,
menggantungkan diri pada orang lain, kehilangan kendali, perubahan pada pola hidup, dan
masalah finansial (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2009). Tindakan operasi menggunakan 2
macam anestesi, yaitu general anestesi dan spinal anestesi. Jumlah tindakan anestesi
diseluruh dunia setiap tahunnya dapat mencapai 240 juta tindakan, 10% tindakan tersebut
dilakukan pada pasien dengan risiko tinggi dengan angka mortalitas mencapai 80%. Jumlah
pasien dengan risiko moderat mencapai 40%, dan jumlah komplikasi minor mencapai 40%
dimana komplikasi minor ini akan meningkatkan biaya dari suatu pembedahan.
Dengan adanya efek samping yang akan muncul pada pasien dengan spinal anestesi
serta adanya ancaman gangguan fisik dapat menjadi stressor sehingga timbul stress dan
kecemasan. Kecemasan dapat menyebabkan perubahan fisik maupun psikologis yang
ditandai dengan bertambahnya detak jantung, naiknya tekanan darah, frekuensi nafas cepat
dan secara umum dapat mengurangi tingkat energi pada klien, sehingga akan merugikan
individu itu sendiri (Purwaningsih, 2012). Prevalensi gangguan kecemasan berkisar pada 6-
7% dari populasi umum. Penelitian dengan menggunakan HARS, menunjukkan prevalensi
gangguan kecemasan sebesar 8-12% (Ibrahim,2002).

B. Tujuan acara Penyuluhan


1. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit diharapkan para
masyarakat dapat mengetahui dan memahami pre dan post tindakan operasiserta
mengetahui dan mengerti dengan jelas akibat nantinya setelah dilakukan operasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan para masyarakat dapat
mengetahui dan memahami tentang : Dapat mengetahui apa itu pre dan post operasi serta
dampak dari operasi.

C. Materi (terlampir)
1. Pengertian
2. Tindakan Pre Operatif
3. Tindakan Post Operatif

D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya Jawab

E. Media dan Alat


1. Laptop dan LCD Proyektor
2. Leaflet tentang Tindakan Operatif pada Gangguan Sistem Imunitas

F. Kegiatan penyuluhan

No WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA

  1. 7 Menit Pembukaan


1. Membuka/memulai 1. Menjawab salam.
kegiatan dengan 2. Mendengarkan.
mengucapkan salam. 3. Mendengarkan.
2. Memperkenalkan diri. 4. Mendengarkan dan
3. Menjelaskan tujuan dari memperhatikan
penyuluhan. 5. Menjawab pertanyaan.
4. Menyebutkan materi dari
penyuluhan.
5. Bertanya pada peserta
apakah sudah mengetahui
tentang pre operasi
  2. 15 Menit Pelaksanaan
1. Menyampaikan materi
2. Menjelaskan pengertian 1. Mendengarkan.
tentang materi 2. Mendengarkan.
3. Menjelaskan tentang 3. Mendengarkan.
tindakan pre operasi 4. Mendengarkan
4. Menjelaskan tentang 5. Menjawab pertanyaan
tindakan post operasi
5. Menjelaskan penanganan
secara sederhana
6. Memberi kesempatan
pada peserta untuk
bertanya
  3. 10 enit Evaluasi
1. Menanyakan kepada Menjawab pertanyaan
peserta tentang materi
yang telah diberikan dan
reinforcement kepada
peserta yang dapat
menjawab.
  4. 5  Menit Terminasi 1. Mendengarkan
1. Mengucapkan terima 2. Menjawab salam
kasih atas peran sertanya
dalam penyukuhan
kesehatan.
2. Mengucapkan salam
penutup

Pengorganisasian
1. Moderator : Leonardi (1914201070)
2. Penyaji :
3. Notulen :
4. Fasilitator :
5. Probandus :
G. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan.
b. Penyelenggaraan penyuluhan di ruang Tanjung ( PDW ) RSUD M. Jamil padang
c. Pengorganisasian penyelenggaraan dilakukan setelah peserta penyuluhan diseleksi.
2. Evaluasi proses
a. Peserta antusias terhadap penyuluhan.
b. Peserta mengikuti penyuluhan sampai selesai.
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang diberikan secara
benar.
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga dapat memahami tentang tindakan pre operatif.
b. Keluarga dapat memahami tentang tindakan post operatif.
c. Keluarga mengetahui resiko dan komlpikasi yang terjadi pada operasi.

H. Sumber Referensi

Effendy, Christantie, 2002, Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah : Preoperatif


Nursing, Tidak dipublikasikan, Yogyakarta.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti, 2005, Kiat Sukses menghadapi Operasi,
Sahabat Setia, Yogyakarta.
Shodiq, Abror, 2004, Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito Yogyakarta,
Tidak dipublikasikan, Yogyakarta.
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong, 1998, Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi, EGC, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah:?
Brunner Suddarth, Vol. 1, EGC, Jakarta
Wibowo, Soetamto, dkk, 2001, Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University
Press, Surabaya.

Lampiran Materi
A. Tindakan Operasi
Tindakan Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif
dengan membuka atau menampilkan tubuh yang akan ditangani.Tindakan operasi atau
pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai
kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak
heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan
dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait
dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman
terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan
pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan
pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Tahapan tindakan
operasi:
1. Pre Operasi
Fase awal dari perioperatif yang dimulai sejak mengambil keputusan untuk
tindakan pembedahan dibuat sampai pasen dipindahkan ketempat kamar bedah.
Fase pra operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi
bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas
keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar
pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara pra operatif dan menyiapkan
pasien untuk anstesi yang diberikan dan pembedahan.
2. Intra Operasi
Fase sejak pasien dipindahkan  ke dan dari kompleks ruang operasi.
Keperawatan intra operatif merupakan bagian dari tahapan keperawatan
perioperatif. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam
aktivitas yang dilakukan oleh perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi
oleh perawat difokuskan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk
perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah-masalah fisik yang mengganggu
pasien. Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan
baik fisiologis maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra
operatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien
selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang
dihadapi oleh pasien.Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan outcome berupa
asuhan keperawatan yang terintegrasi.
Perawat intra operatif bertanggung jawab terhadap keselamatan dan
kesejahteraan (well being) pasien. Untuk itu perawat intra operatif perlu
mengadakan koordinasi petugas ruang operasi dan pelaksanaan perawat scrub dan
pengaturan aktivitas selama pembedahan. Peran lain perawat di ruang operasi
adalah sebagai RNFA (Registered Nurse First Assitant).
3. Post Operasi
Suatu fase akhir dari perioperatif  yang dimulai sejak pasien masuk perawatan
PACU (Postoperative Anesthesi Care Unit) sampai pasien sembuh total dari
pembedahan.Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan
perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan
kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri
dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera
membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan
nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah
masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan
yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang
memperlama perawatan di rumah sakit atau membayakan diri pasien.
Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan post operatif sama pentingnya dengan
prosedur pembedahan itu sendiri.

B. Pre Operatif
Pasien preoperasi akan mengalami reaksi emosional berupa kecemasan.Berbagai
alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi
pembedahan antara lain :
1. Takut nyeri setelah pembedahan.
2. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal
(body image).
3. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti).
4. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai
penyakit yang sama.
5. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
6. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
7. Takut operasi gagal.

Syarat Dilaksanakannya tindakan pre operatif yaitu :


1. Ijin dilaksanakan operasi oleh ahli bedah. Akibat penyakit yang diderita. 
2. Penderita atau keluarga pasien mengetahui dan mengerti dengan jelas akibat
nantinya setelah dilaksankan pembedahan.
3. Penderita atau keluarga pasien tidak akan menuntut dimuka pengadilan bila terjadi
sesuatu setelah operasi/pembedahan dilaksanakan. Harus ditandatangi oleh
penderita dengan membubuhkan nama terang dan tanda tangan penderita. 
4. Informed concent atau surat ijin operasi dilakukannya tindakan bedah mempunyai
fungsi yang sangat penting terutama bagi tim bedah agar dalam pelaksanaan
tindakan bedah dapat merasa tenang dalam melaksanakan operasi untuk mengatasi
gangguan, penyakit yang diderita oleh penderita/pasien.

     Sebagai informasi tambahan bagi anda para pasien/keluarga pasien, berikut ini
adalah beberapa hal yang mungkin perlu anda ketahui tentang hal-hal yang terkait dalam
tindakan operasi yang biasanya dilaksanakan oleh ahli bedah dalam melaksanakan
tindakan operasi : 
1. Penderita sebelum masukke kamar bedah untuk menjalani operasi, penderita
akan diterima oleh petugas ahli Anestesi (ahli pembiusan), kemudian
dilaksanakan pemeriksaan tanda-tanda vital penderita yang biasanya meliputi
tekanan darah, menghitung jumlah nadi (pulse jantung) dan kemudian
dilakukan tindakan pembiusan.
2. Dan kemudian penderita masuk ke kamar bedah.
3. Semua tim ahli bedah harus mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik lain
dan dengan sikat yang tujuannya adalah untuk membersihkan dan mensterilkan
tangan dari kuman atau bakteri sehingga nantinya adalah untuk mencegah
terjadinya infeksi pada luka pasca operasi.
4. Setelah cuci tangan, para tim ahli bedah masuk ke kamar bedah dan memakai
sarung tangan steril sehingga bagian luar tangan tertutup oleh sarung tangan
steril dengan benar dan memakai jas/pakaian operasi khusus. 
5. Daerah / bagian tubuh pasien yang akan dioperasi dibersihkan terlebih dahulu
dengan alkohol yang sudah disiapkan, kemudian ditutup dengan dook steril
sehingga bagian tubuh yang tampak adalah bagian yang akan dioperasi saja.
6. Kamar operasi haru dalam kondisi tenang.
7. Asisten operasi harus membantu ahli bedah dalam melaksanakan tindakan
operasi.
8. Salah seorang yang bertugas sebagai instrumen alat operasi harus menyediakan
alat-alat yang dibutuhkan oleh ahli bedah dalam melaksanakan tindakan bedah.
9. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :
a. Latihan nafas dalam .
b. Latihan batuk efektif .
c. Latihan gerak sendi .

C. Post Operatif
1. Perawatan post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :
a. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery
room).
b. Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room).
c. Transportasi pasien ke ruang rawat.
d. Perawatan di ruang rawat .
2. Pemindahan Pasien dari Kamar Operasi ke ruang pemulihan
Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan atau unit
perawatan pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit) memerlukan
pertimbangan pertimbangan khusus.
Pertimbangan itu diantaranya adalah letak incisi bedah, perubahan vaskuler
dan pemajanan. Letak incisi bedah harus selalu dipertimbangkan setiap kali pasien
pasca operatif dipidahkan. Banyak luka ditutup dengan tegangan yang cukup tinggi,
dan setiap upaya dilakukan untuk mencegah regangan sutura lebih lanjut. Selain itu
pasien diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang menyumbat drain dan
selang drainase.
Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari satu
posisi ke posisi lainnya. Seperti posisi litotomi ke posisi horizontal atau dari posisi
lateral ke posisi terlentang. Bahkan memindahkan pasien yang telah dianastesi ke
brankard dapat menimbulkan masalah gangguan vaskuler juga. Untuk itu pasien harus
dipindahkan secara perlahan dan cermat. Segera setelah pasien dipindahkan ke
barankard atau tempat tidur, gaun pasin yang basah (karena darah atau cairan
lainnnya) harus segera diganti dengan gaun yang kering untuk menghindari
kontaminasi. Selama perjalanan transportasi tersebut pasien diselimuti dan diberikan
pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus dipasang untuk mencegah terjadi
resiko injury.
Selain hal tersebut diatas untuk mempertahankan keamanan dan kenyamanan
pasien. Selang dan peralatan drainase harus ditangani dengan cermat agar dapat
berfungsi dengan optimal.
3. Perawatan Post Anastesi di Ruang Pemulihan (Recovery Room)
Setelah selesai tindakan pembedahan, paseien harus dirawat sementara di
ruang pulih sadar (recovery room : RR) sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami
komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan
(bangsal perawatan).  PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang
operasi.
4. Tujuan Perawatan Pasien di PACU
a. Mempertahankan jalan nafas, Dengan mengatur posisi, memasang suction dan
pemasangan mayo/gudel.
b. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian
bantuan nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul.
c. Mempertahakan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian caiaran plasma
ekspander .
d. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase untuk mengetahui
keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan
mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau kondisi
vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan obeservasi terkait
dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.
e. Balance cairan harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran
klien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi
akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru menjadi beban bagi
jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi eleminasi pasien.
f. Mempertahanakn kenyamanan dan mencegah resiko injury pasien post anastesi
biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh.
Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri
biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat
juga kolaborasi dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya.
5. Komplikasi Post Operasi
a. Syok
Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya berupa syok hipovolemik, syok
nerogenik jarang terjadi. Tanda-tanda syok secara klasik adalah sebagai berikut :
1) Pucat,Kulit dingin, basah, Pernafasan cepat.
2) Sianosis pada bibir, gusi dan lidah,Nadi cepat, lemah dan bergetar .
3) Penurunan tekanan darah danUrine pekat.

Anda mungkin juga menyukai