Anda di halaman 1dari 24

PREPLANNING

LOKAKARYA MINI I
di RUANG I RUMAH SAKIT TENTARA BUKITTINGGI

Disusun oleh:

KELOMPOK 1
ARFIAN JEFRI ARDIANTO, S. KEP.
CICI YULIANA VITRI, S. KEP.
DESI ROFIQO KHOIROTUN N, S. KEP.
IIN GUSTIRA, S. KEP.
SITI NURSUTA, S. KEP.
SITI NURKHASANAH, S. KEP.
VEVIOLA FITRI, S. KEP.
GANI MUTIARA, S. KEP.
HENDRIAN APRILEO V, S. KEP.
NOPRIA YEDI, S. KEP.
RISKA MARNETRIYANI, S. KEP.

PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2021
PRE PLANNING
ROLE PLAY & RIVIEW PRE, POST CONFERENCE SERTA OVERAN
DI RUANGAN 1 RUMAH SAKIT TENTARA BUITTINGGI

Topik : Pre dan post conference, Overan.


Sasaran : M ahas isw a dan Semua perawat yang dinas aktif
di Ruangan I RST Bukittinggi
Hari / Tanggal : Jumat, 12 November 2021
Waktu : 08.00 WIB – Selesai
Tempat : Ruangan 1 Rumah Sakit Tentara Bukittinggi

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan adalah upaya untuk membantu individu baik
yang sakit maupun sehat, dari lahir sampai meninggal dalam bentuk
pengetahuan, kemauan, dan kemampuan yang dimiliki. Sehingga individu
tersebut dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dan optimal.
Sedangkan pelayanan keperawatan professional dilaksanakan di berbagai
tatanan pelayanan kesehatan, menjangkau seluruh golongan dan lapisan
masyarakat yang memerlukan, baik di tatanan pelayanan kesehatan di
masyarakat, maupun di tatanan pelayanan rumah sakit (Kusnanto, 2009).
Manajemen merupakan kekuatan utama dalam organisasi untuk
mengelola dan mengkoordinasi sumberdaya manusia dan material, dan para
manajer bertanggung jawab untuk pelaksanaan organisasinya, baik untuk
hasil sekarang maupun untuk potensi masa mendatang. Manajemen
memasukkan unsur kepemimpinan di samping penerapan berbagai keahlian
teknis seperti keterampilan pengambilan keputusan dan perencanaan. Dalam
konteks lingkungan luar subsistem organisasi, para manajer melaksanakan
fungsi-fungsi dasar dan mempertahankan keseimbangan dinamis
(Siswanto,2005).
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu
keperawatan. Pelayanan tersebut berupa pelayanan yang komprehensif ,bio-
psiko-sosio-spiritual ditujukan kepada perorangan, dan masyarakat yang
mencakup seluruh proses manusia (WHO,2000).
Manajemen keperawatan merupakan suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada
baik sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. Sehingga manajemen sangat penting dalam pelayanan
keperawatan di rumah sakit, karena tanpa adanya manajemen yang baik maka
pelayanan tidak dapat dijalankan secara optimal. Karena itu dibutuhkan
seorang manajer agar tujuan dan kepentingan tiap perawat didalamnya sesuai
dengan visi dan misi yang dituju (Kusnanto,2009).
Manajemen keperawatan di Indonesia dimasa depan perlu mendapat
prioritas utama dalam mengembangkan proses keperawatan. Pengembangan
dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling
mempengaruhi, dan berkesinambungan. Oleh karena itu manajemen
keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan
yang nyata, yaitu di Rumah Sakit dan komunitas masyarakat sehingga
perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya. Manajemen keperawatan di
Indonesia jika diperhatikan pelayanan keperawatan sebagai mana yang
berlangsung dibanyak rumah sakit di Indonesia saat ini, secara jujur haruslah
diakui bahwa manajemen keperawatan sebagai suatu pelayanan profesi yang
mandiri, 70% belum dilakukan sepenuh hati. Dari pengamatan dari banyak
rumah sakit, dapat kesan bahwa perawat belum diberi kesempatan
menegakkan diagnosis keperawatan sendiri. Pada saat ini pengelolaan
pelayanan keperawatan medis, dan oleh karena itu tidak mengerankan jika
otonomi pelayanan keperawatan belum ditemukan.
Rumah Sakit Tk IV 01.07.05 Bukittinggi adalah sebuah rumah sakit
pemerintah yang dikelola oleh TNI AD terletak pada Jl. Jenderal Sudirman
No. 37, Bukittinggi, provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah sakit ini
berdiri pada kawasan cagar budaya yang sebelumnya merupakan bangunan
peninggalan zaman Belanda. Rumah Sakit Tk IV 01.07.05 Bukittinggi
disusun berdasarkan surat perintah Kasad Nomor : Sprin / 124 / V / 2006
tanggal 9 Mei 2006 dan surat perintah Pangdam I/BB Nomor : Sprin / 1030 /
VI / 2006 tanggal 23 Juni 2006 serta izin operasional berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 02/BUK/DKK/XII/2013 tanggal 31 Desember
2013 tentang pemberian izin penyelenggaraan kepada Markas besar TNI-AD
Jln. Merdeka No. 2 Jakarta Pusat untuk menyelenggarakan. Rumah sakit
umum dengan nama “Rumkit Tk IV Bukittinggi” Jln. Sudirman No. 37
Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat. Rumah Sakit Tk IV 01.07.05
Bukittinggi merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang memiliki
manajemen sendiri dibawah pengawasan Detasemen Kesehatan wilayah
01.04.04 Padang dan Kesdam I/BB sesuai dengan izin operasional tetap
berdasarkan keputusan Kadinkes Kota Bukittinggi Nomor : 445 – 53 / K / II /
2015 tanggal 18 Februari 2015 selama 5 Tahun.
Rumah sakit tentara bukittinggi terdiri dari beberapa ruangan, salah
satunya yaitu ruangan 1 yang merupakan ruangan rawat inap untuk pasien
interne dan bedah. Masalah manajemen keperawatan yang di dapatkan di
ruangan ini berdasaran pengkajian yang terdiri dari pembagian kusioner,
observasi dan wawancara didapatan kesimpuan bahwa pre dan post coference
tidak dilakukan dengan optimal, begitu juga untuk overan ke ruangn pasien
tidak di lakukan, hal ini terjadi dikarenakan tugas dan kegiatan yang di emban
perawat tumpang tindih yang tidak sebanding dengan jumlah perawat
ruangan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengelola dan mengaplikasikan fungsi manajemen dipelayanan
keperawatan professional tingkat dasar dengan menerapkan system
menajemen keperawatan secara bertanggung jawab dan menunjukkan
sikap kepemimpinan yang profesional.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk membantu mengidentfikasi masalah-masalah pasien,
merencanakan evaluasi pada pasien, mempersiapkan hal-hal yang
akan ditemui dilapangan, memeberikan kesempatan untuk berdiskusi
tentang keadaan pasien, menganalisis masalah keperawatan secara
kritis dan menajabarkan alternatif penyelesaian masalah
b. Untuk membantu mengidentfikasi masalah-masalah pasien,
merencanakan evaluasi pada pasien, mempersiapkan hal-hal yang
akan ditemui dilapangan, memeberikan kesempatan untuk berdiskusi
tentang keadaan pasien, menganalisis masalah keperawatan secara
kritis dan menajabarkan alternatif penyelesaian masalah.
c. Untuk membantu perawat yang dinas selanjutnya dalam
menyampaikan kondisi dan keadaan pasien. Menyampaikan hal yang
sudah atau belum dilakukan dalam pemberian askep pada pasien,
menyusun rencana kerja untuk shift dinas berikutnya.
C. Metode
- Role play
- Diskusi
- Tanya jawab
D. Media dan Alat
leaflet
E. Waktu dan Tempat
Hari : Jum’at, 12 November 2021
Waktu : 08.00 WIB – Selesai
Tempat : Ruangan 1
G. Kegiatan
No tahap Kegiatan Kegiatan Peserta
1. pra a. Menyiapkan peralatan
b. Set ruangan
c. Menyiapkan daftar
hadir
2. Kegiatan a. Membuka dengan a. Menjawab
Pembuka salam, memperkenalkan salam,
diri dan kontrak waktu. mendengaran
b. Menjelasan tujuan dan
kegiatan memberikan
c. Menjelaskan cangkupan persetujuann
kegiatan yang akan di b. Mendengarkan
lakukan dan
d. Menjelaskan tentang memperhatikan
analisa data c. Mendengarkan
dan
memperhatikan
d. Mendengarkan
dan
memperhatikan
3. Kegiatan Review tentang pre, post
conference dan overan
a. Membagikan pre test Berpartisipasi
berakaitan dengan pre,
post conference dan
overan
b. Mengumpulkan kembali
pre test yang telah di
kerjakan
c. Membagikan leaflet
d. Menjelaskan mengenai
pre, post conference dan
overan
e. Membagikan soal post
test
f. Mengumpulkan kembali
soal post test yang telah
di isi
Role Play overan
a. Acara di pandu oleh karu Berpartisipasi
b. Katim A shift malam
menyampaikan kondisi
pasien nya
c. Dilanjut katim B shift
malam menyampaikan
kondisi pasien nya
d. Berdoa bersama di
pimpin oleh karu.
Kemudian lanjut overan
ke setiap ruangan pasien
Role play pre conference Berpartisipasi
a. Katim A maupaun
Katim B berkumpul
bersama perawat
pelaksananya masing-
masing.
b. Kemudian katim
membagi tugas serta
pasien ke perawat
pelaksananya
c. Katim memipin
diskusi tentang
keadaan pasien
d. Katim
mempersilahkan
perawat pelasana
untuk melakukan
asuhan keperawatan ke
pasien
Role Play Post Coference Berpartisipasi
a. Katim A maupun
katim B berumpul
bersama perawat
pelaksananya
b. Kemudian katim
mengevauasi askep
yang telah dilakukan
oleh perawat
pelaksana
c. Katim memimpin
diskusi tentang
keadaan pasien
d. Katim melakukan
pendokumentasian
askep pasien ke buku
laporan.

Penutup
a. Menyimpulkan hasil a. Bersama-sama
review dan roleplay menyimpulkan
b. Membuat kontrak hasil diskusi
selanjutnya untu terus b. Menyepakati
melakukan pre dan post kontrak
converence dan overan c. Menjawab
c. Mengucapkan salam salam

H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Laporan telah dikoordinasikan sesuai dengan perencanaan
b. 75% peserta menghadiri kegiatan
c. Tempat dan media serta alat sesuai dengan rencana
2. Evaluasi proses
a. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
b. Waktu yang direncanakan sesuai dengan pelaksanaan
c. 70% peserta aktif dalam kegiatan review serta role play tentang pre
post conference serta overan di ruangan 1.
d. 85% peserta tidak meninggalkan ruangan selama kegiatan
berlangsung.
3. Evaluasi
a. Perawat mempunyai persepsi yang sama terhadap permasalahan
yang ada
b. Perawat dapat menyepakati pemecahan masalah

LAMPIRAN
PRE DAN POST CONFRENCE
1. Confrence
a. Pengertian conference
Conference merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari, konfrensi
dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam
sesuai dengan jadwal dinas perawat pelaksana. Conference sebaiknya
dilakukan ditempat sendiri, sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar,
( Menurut Sain I, 2010).
Menurut Suarli dkk (2002), Conferencece adalah diskusi kelompok tentang
penyusunan asuhan keperawatan dengan tujuan untuk mempertahankan asuhan
keperawatan agar tetap terbaru dan dapat di pergunakan secara konstan.
b. Tujuan Conference
Tujuan conference Menurut (Suarli dkk, 2002) yaitu :
1) Merencanakan asuhan pasien secara individual. Conferencece akan
membahas bentuk asuhan klien secara individual dan komprehensif setiap
staf yang terlibat dapat memberikan masukan.
2) Mengkoordinasi semua pelayanan yang sesuai. Hal ini bertujuan agar
kelompok menjadi lebih mengerti tentang pelayanan yang di berikan kepada
pasien agar dapat di gunakan secara maksimal.
3) Meningkatkan semangat kooperatif. Selama Conferencece staf dapat
berkerja sama dan belajar lebih banyak serta terlibat dalam perencanaan dan
pemberian asuhan keperawatan. Hal ini bertujuan agar masing – masing
anggota mampu bekerja dengan baik sehingga akan meningkatkan semangat
kooperatif. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman staf keperawatan
dalam Conference semua hal tentang klien di diskusikan bersama sehingga
tergambar peran dari masing – masing komponen yang terlibat dalam
asuhan klien. Semua instruksi dan informasi serta etika dalam menjaga
kerahasiaan informasi tentang klien di bicarakan dalam conference.
c. Pedoman Confrence
1) Sebelum di mulai tujuan conference harus di jelaskan
2) Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
3) Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga focus diskusi tanpa
mendiminasi dan memberi umpan balik. Pemimpin harus merencanakan
topik yang penting secara periodic
4) Waktu yang di gunakan 20 – 30 menit
5) Ciptakan suasana diskusi yang mendukungperan serta, keinginan
mengambil tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang
berbeda.
6) Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
7) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi klien yang di lakukan oleh dinas malam.
8) Perawat primer mendiskusikan dan mengarahkan perawat pelaksana
tentang masalah yang terkait dengan keperawatan klien
9) Mengingatkan kembali standar prosedur yang di tetapkan
10) Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan
kemajuan masing – masing perawat pelaksana.
11) Membantu perawat pelaksana menyelesaikan masalah yang tidak dapat di
selesaika
12) Pada saat menyimpulkan Conference ringkasan di berikan oleh pimpinan
dan kesesuaiannya dengan situasi lapangan.
2. Pre Confrence
a. Pengertian
Menurut Modul MPKP (2006), Pre conference adalah komunikasi katim dan
perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift
tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang
dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi
preconference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan
rencana dari katim dan PJ tim. Sedangkan Post conference adalah komunikasi
katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan
sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap
perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut).
Pre conferencece yang di lakukan adalah :
1) Menentukan waktu Pre conference
2) Mendiskusikan persiapan yang di perlukan
3) Mendiskusikan pengenalan / penentuan masalah klien
4) Mendiskusikan rencana tindakan keperawatan
5) Merencanakan cara dan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
b. Tujuan Fre Confrence
1) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
c. Langkah-Langkah Fre conference
Waktu : setelah operan
Tempat : Meja masing–masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim atau penanggung jawab tim Kegiatan :
1) Ketua tim atau penanggung jawab tim membuka acara
2) Ketua tim atau penanggung jawab tim menanjakan rencana harian masing–
masing perawat pelaksana
3) Ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan masukan dan tindakan
lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu.
4) Ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan reinforcement.
5) Ketua tim atau penanggung jawab tim menutup acara.
3. Post Confrence
Pengertian Menurut Modul MPKP, (2016) Post conference adalah komunikasi
katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum
operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan
dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim
atau Pj tim. Menurut Carpenito & Duesphol 1985 dalam Keliat dkk., (2013)
kegiatan pre dan post Conference dilaksanakan oleh ketua TIM dan perawat
pelaksana dalam MPKP. Setiap perawat harus menyadari peran mereka sebagai
partisipan aktif, seperti mempertahankan pilihan intervensi keperawatan,
mengklarifikasi pendapat, menggali alternative pemecahan masalah, dan
mempraktikkan kemampuan pengambilan keputusan klinik.
a. Tujuan Post Confrence
Menurut Nursalam, (2002) Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan
penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai. Pre
conferencece yang di lakukan adalah :
1) Menentukan waktu post conference
2) Mendiskusikan mengenai penyelesaian masalah klien
3) Mendiskusikan kesenjangan yang di temukan antara perencanaan dan
pelaksanaan tindakan keperawatan
4) Mendiskusikan dan menetapkan rencana tindakan selanjutnya.
b. Langkah-Langkah pelaksanaan Pre conference
1) Waktu : Sebelum operan ke dinas berikutnya.
2) Tempat : Meja masing–masing tim.
3) Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.
2) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah
diberikan.
3) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien yang
harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
4) Ketua tim atau Pj menutup acara.
Kemamuan berkomunikasi dapat di lihat dari kualitas pre dan post
conference dan operan setiap pergantian sif. Pre dan post conference
merupakan kegiatan diskusi yang di lakukan oleh ketua tim dan perawat
pelaksana mengenai kegiatan selama sif sebelum di lakukan operan sif
berikutnya yang di pimpin oleh kepala ruangan. Kegian pre dan post
conference sangat di perlukan dalam pemberian pelayanan keperawatan
karena ketua tim dan anggotanya harus mampu mendiskusikan pengalaman
klinik yang baru di lakukan, menganalisis, mengidentifikasi keterkaitan
antara masalah dengan situasi yang ada, mengidentifikasi masalah,
menyampaikan dan membangun system pendukung antar perawat dalam
bentuk diskusi formal dan professional. Kegiatan pre dan post conference
berpengaruh terhadap operan, Apabila pre dan post conference dilakukan
dengan tidak baik maka informasi yang di berikan akan tidak baik, maka
informasi yang di berikan pada saat operan tidak akan efektif.
4. Syarat Pre Dan Post Confrence
Syarat pre dan post confrence menurut Somantri (2011) yaitu :
a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post
conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10-15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan dan data-data yang perlu ditambahkan
d. Jumlah anggota harus cukup
e. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim
5. Tuntutan Yang Harus Dipenuhi Dalam Pelaksana Pre Dan Post Confrence
Tuntutan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pre dan post conference menurut
Swanburg (2012), yaitu :
a. Tujuan yang telah dibuat dalam conference seharusnya dikonfirmasikan
terlebih dahulu
b. Diskusikan yang dilakukan seharusnya merefleksikan prinsipprinsip kelompok
yang dinamis
c. Instruktur klinis memiliki peran dalam kelangsungan diskusi dengan berpegang
kepada fokus yang dibicarakan, tanpa mendomisilinya dan memberikan umpan
balik yang diperlukan secara tepat
d. Instruktur klinis harus memberikan penekanan-penekanan pada poin-poin
penting selama diskusi berlangsung
e. Suasana diskusi seharusnya mendukung agar kelompok partisipasi aktif, mau
memberikan respon dan menerima pendapat atau pandangan yang berbeda agar
dapat disepakati bersama
f. Usahakan antara anggota kelompok dapat bertatapan langsung (face to face)
g. Pada kesimpulan akhir dari comfrence ringkasan dan kesimpulan seharusnya
berikan oleh instruktur klinis atau siswa dengan mengacu pada tujuan
pembelajaran dan sifat applicability pada situasi dan kondisi yang lain
6. Kegiatan Ketua Tim Pada Fse Pre Dan Post Confrence
Kegiatan ketua tim pada fase pre dan post conference menurut Somantri (2011)
yaitu :
a. Fase pre conference
1) Ketua tim atau pj tim membuka acara
2) Ketua tim atau pj tim menanyakan rencana harian masing-masing perawat
pelaksanaan
3) Ketua tim atau pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait
dengan asuhan yang diberikan saat itu
4) Ketua tim atau pj tim memberikan reinforcement
5) Ketua tim atau pj tim menutup acara
b. Fase post conference
1) Ketua tim atau pj tim membuka acara
2) Ketua tim atau pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah
diberikan
3) Ketua tim atau pj tim yang menanyakan tindak lanjut asuhan klien yang
harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya
4) Ketua tim atau pj tim menutup acara
7. Hal – Hal Yang Disampaikan Ketua Tim
Hal-Hal yang disampaikan oleh ketua tim menurut Somantri (2011) yaitu
a. Ketua tim mendiskusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang masalah
yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
1) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan
2) Ketepatan pemberian infuse
3) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan
4) Ketepatan pemberian obat/injeksi
5) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
6) Ketepatan dokumentasian
7) Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
b. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan
masing-masing perawat asosiet
c. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan
Hal-Hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana dalam conference Somantri
(2011), yaitu :
a. Data utama klien
b. Keluhan klien
c. TTV dan kesadaran
d. Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnostik terbaru
e. Masalah keperawatan
f. Perubahan keadaan terapi medis
g. Rencana medis

Overan

1. Pengertian Overan

Operan dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah handover, dalam istilah
lain operan/timbang terima memiliki beberpa istilah yaitu handover, handoffs, shift
report, signout, signover, cross coverage,overhand, report nursing,(Triwibowo,
2013; Nursalam, 2015; Putra, 2016).
Handover merupakan suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien, Triwibowo (2013). Handover
merupakan pengalihan tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk
beberapa atau semua aspek perawatan pasien, atau kelompok Pasien, kepada orang
lain atau kelompok profesioanl secara sementara atau permanen (AMA, 2006)
dalam Triwibowo, 2013).
2. Tujuan Overan
Operan memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi tentang
tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk kesinambungan
dalam keselamatan pasien dan keefektifan dalam bekerja (Putra,2016).
Sedangkan menurut Nursalam (2015) Secara umum tujuan timbang terima
yaitu mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang
penting.
Sedangkan tujuan khusus timbang terima yaitu:
a. Menyampaikan kondisi dan data keadaan pasien (datafokus).
b. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien.
c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat dinas
berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
3. Manfaat Overan
Manfaat operan bagiperawat yaitu : Meningkatkan kemampuan komunikasi
antarperawat, Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat,
Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien dilaksanakan secara
berkesinambungan, Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara
paripurna. Sedangkan manfaat bagi pasien yaitu : pasien dapat menyampaikan
masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap(Nursalam, 2015).
Manfaat lain operan yaitu:
a. Kunci dari operan (handove)yaitu kualitas asuhan keperawatan selanjutnya.
Misalnya penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya kesalahan yang
dapat membahayakan kondisi pasien.
b. Selain mentransfer informasi pasien, operan (handover) juga merupakan
sebuah ritual atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat. Handover
mengandung unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan kebiasaan. Selain itu
handover juga sebagai dukungan terhadap teman sejawat dalam melakukan
tindakan asuhan keperawatan selanjutnya.
c. Operan (Handover) juga memberikan manfaat katarsis, karena perawat yang
mengalami kelelahan emosional akibat asuhan keperawatan yang dilakukan
bisa diberikan kepada perawat berikutnya pada pergantian shift dan tidak
dibawa pulang. Dengan kata lain, proses handoverdapat mengurangi
kecemasan yang terjadi pada perawat.
d. Operan (Handover) memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu
memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi untuk
membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya
(pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan),
meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin suatu hubungan
kerjasama dan bertanggungjawab antar perawat, dan perawat dapat mengikuti
perkembangan pasien secara komprehensif.
e. Selain itu, operan (handover) memiliki manfaat bagi pasien diantaranya, pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan dapat menyampaikan
masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap. Bagi rumah sakit,
handover dapat meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara
komprehensif (Australian Healthcare dan Hospitals As-sociation atau AHHA,
2009).
4. Fungsi Operan
Sekecil apapun kegiatan yang akan dilakukan pasti memiliki tujuan dan fungsi
maupun kegunaan, begitu juga operan/timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi
utama yaitu:
a. Sebagai forum untuk bertukar pendapat dan mengekspersikan perasaan
perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan
dan tindakan keperawatan (Putra, 2016).
5. Langkah-Langkah Dalam Operan
Melaksanakan suatu kegiatan tentunya memiliki beberapa langkah yang harus
dilewati agar kegiatan yang dilakukan bisa terlaksana secara sistematis, adapun
langkah dalam pelaksanaanoperan/timbang terima (handover) menurut (Nursalam,
2011) yaitu :
a. Kedua kelompok shiftdalam keadaan sudah siap.
b. Shiftyang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal
apa yang akan disampaiakan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada penanggungjawab shift yang
selanjutnya meliputi:
1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
4) Penyampaian operan harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru.
5) Perawat primer dan anggota kedua shift bersama secara langsung melihat
keadaan pasien.
6. Prosedur Operan
Kegiatan operan (handover) yang dilaksanakan dengan baik dan benar tentunya
memerlukan sebuah prosedur yang jelas agar tercapai tujuan yang diharapkan
sesuai dengan rencana, dengan adanya prosedur yang jelas sehingga tidak
menyalahi aturan yang sudah ada dalam pelaksanaannya, adapun prosedur
operan/timbang terima (handover) menurut (Nursalam, 2002 dalam Putra, 2016)
yaitu:
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang bertugas menyiapkan buku catatan.
c. Dalam penerapannya dilakukan timbang terima kepada masing - masing
penanggung jawab:
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
2) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan
serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat yang berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:
a) Identitas klien dan diagnosa medis
b) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
d) ntervensi kolaborasi dan dependen
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau
prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
f) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi
atau tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang
jelas penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.
g) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat.
7. Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Operan
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam melakukan sebuah tindakan
keperawatan, dalam hal ini salah satunya adalah operan, agaroperandapat berjalan
dengan baik alangkah baiknya perlu diperhatikan hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan dalam operan/timbang terima, hal-hal tersebut yaitu:
a. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift. Operan dilaksanakan tepat
pada waktu pergantian sif,yang berarti bahwa operan yang dilaksanakan
perawat di ruang rawat harus sesuai dengan jam yang telah ditentukan dan
operan dapat dilaksanakan tepat waktu sehingga tidak mengganggu jam pulang
perawat yang berdinas di shift sebelumnya serta operan yang diserahkanpun
terkesan tidak terburu-buru dan mengurangi kesalahan dalam operan.
b. Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab pasien (PP). Pelaksanakan
operan yang dilaksanakan pada shift pagi dipimpin oleh kepala ruang
sedangkan untuk yang berdinas siang dan malam operan dipimpin oleh perawat
penanggung jawab, dengan hal demikian perawat yang berdinas berperan
sesuai tugas dan tanggung jawabnya sehingga tidak tumpang tindih pembagian
tugas dalam pelaksanaan operan.
c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas. Operan yang
dilaksanakn dihadiri oleh semua perawat yang telah dan yang akan berdinas
sehingga operan yang dilakukan dapat berlangsung dengan baik karena dihadiri
oleh semuaa perawat dikedua belah pihak, dan perawat yang jaga di shift
selanjutnya juga dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal-hal yang telah dioperkan dan berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang kurang jelas. Oleh karena itu perawat yang berdinas
shift selanjutnya datang lebih awal sesuai waktu yang ditetapkan, dan perawat
yang dinas shift sebelumnyapun dilarang pulang lebih awal sebelum operan
selesai dilakukan secara bersama.
d. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
e. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien. Operan yang
dilakukan harus berorientasi pada permasalahan pasien sehingga perawat yang
jaga pada shift selanjutnya akan mengetahui hal apa saja yang harus
diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan, dan operan yang
dilakukan tidak memakan banyak waktu serta operan dapat berjalan dengan
baik, singkat dan efektif.
f. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang
cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia
bagi pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung di dekat pasien.
g. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station (Nursalam, 2015).
h. Alur OperanMenurut Nursalam (2015) alur timbang terima meliputi Situantion
(Kondisi terkini yang terjadi pada pasien), sebutkan nama pasien, umur,
tanggal masuk dan hari perawatan, serta dokter yang merawat dan sebutkan
diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah
teratasi/keluhan. Kemudian selanjutnya Background (Info penting yang
berhubungan dengan kondisi pasien terkini) dengan menjelaskan intervensi
yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap diagnosis keperawatan dan
menyebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif dan
obat-obatan termasuk cairan infus yang digunakan. Serta mejelaskan tentang
penyakit yang diderita kepadapasien dan keluarga terhadap diagnosis medis.
Selanjutnya Assesment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)
menjelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital,
skor nyeri, tingkat kesadaran, braden, restrain, risiko jatuh, pivas score, status
nutrisi, kemampuan eliminasi dan lain-lain serta menjelaskan informasi klinik
lain yang mendukung dan selanjutnya Recommendation yaitu
merekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan
(refer to nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien
dan keluarga.
8. Format Operan dengan SBAR
Handover memiliki beberapa panduan dalam hal penyampaian pelaporan pada
saat pergantian shift, salah satu yang dijabarkan disini adalah yang sudah
direkomendasikan WHO pada tahun 2007 adalah timbang terima dengan metode
SBAR, SBARmerupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang
memerlukan perhatian atau tindakan segera.
S : Situantion (Kondisi terkini yang terjadi pada pasien) meliputi : Sebutkan nama
pasien, umur, tanggal masuk dan hari perawatan, serta dokter yang merawat.
Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah
teratasi/keluhan.
B : Background (Info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini)
meliputi : Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap
diagnosis keperawatan. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan
alat invasif dan obat-obatan termasuk cairan infus yang digunakan.Jelaskan
pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis.
A: Assesment (hasil pengkajian dari kondisipasien saat ini) meliputi : Jelaskan
secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital, skor nyeri, tingkat
kesadaran, braden, restrain, risiko jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan
eliminasi dan lain – lain. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
R: Recommendation meliputi : Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah
dan perlu dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk discharge planningdan
edukasi pasien dan keluarga, Nursalam (2015).

NASKAH ROLE PLAY PRE DAN POST CONFERENCE

Pemeran pre post:


1. Kepala ruangan.
2. Ketua tim A.
3. Ketua tim B.
4. Perawat pelaksana A.
5. perawat pelaksana B.

PRE CONFERENCE
Waktu kegiatan : Setelah operan shift malam ke pagi
Tempat : Ruang 1 RST Bukittinggi
Penanggung jawab : Ketua tim
Kegiatan :

1. Kepala ruangan membuka acara.


2. Ketua tim menanyakan rencana harian masing-masing perawat pelaksana.
3. Ketua tim memberikan masukan dan tindak lanjut terkait dengan asuhan
yang diberikan saat itu.
4. Ketua tim menutup acara.

NARATOR : Setelah operan shift malam ke pagi di ruang 1 melakukan pre


conference. Kepala ruangan membuka acara pre conference.
Karu : “Assalamualaikum wr. Wb. Selamat pagi semua…….”
“Puji syukur kita ucapkan kepada Allah swt. Yang telah memberikan kesehatan kepada
kita sehingga kita masih bisa menjalankan tugas kita sebagai seorang Perawat. Baiklah
untuk memulai aktivitas kita awali dengan sama-sama membaca doa. Selanjutnya saya
serahkan kepada perawat Fransiskus selaku ketua tim, seperti biasanya untuk
memandu pre conference kita pada pagi hari ini.

Katim A: “ Terimakasih kepada bapak ...... selaku kepala ruangan, Assalamualikum wr.
Wb. Selamat pagi kepada rekan rekan semua, puji dan syukur kita semua masih diberi
kesehatan. “Ya pada kesempatan pre conference pagi ini tanggal 12 November 2021, di
ruang perawatan 1 dengan jumlah pasien 6 orang. Baik langsung saja kepada PPa dan PPb
silahkan untuk menyampaikan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
PPa : Selamat pagi, saya menangani pasien A dikamar 1a dengan keluahan BAB lebih
dari 5 kali dalam satu hari. Pada pagi ini tindakan yang dilakukan :
09.00 : Mengukur TTV dan pantau cairan (input output)
09.15 : Memberi Injeksi
09.30 : Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet.

PPb : Saya menangani pasien B dikamar 2 dengan keluhan demam terus menerus sejak 2
hari yang lalu. Tindakan yang akan dilakukan
09.00 : Mengukur suhu dan test darah
09.15 : Kompres hangat.

KATIM B : Ya, baiklah terima kasih kepada rekan-rekan yang sudah menyampaikan
tindakan yang akan dilakukan kepada seluruh pasien. Dilihat dari hasil laporan teman-
teman, semua pasien memerlukan penanganan lebih. Jadi diharapkan, untuk kerjasama
antara rekan-rekan. Baik, waktu saya kembalikan kepada pak ...... (karu).

KARU : Terima Kasih kepada Katim dan rekan-rekan semua atas laporannya. Langsung
saja kita semua melakukan tindakan-tindakan yang sudah direncanakan . sekali lagi
diharapkan, kerjasamanya dari semua rekan-rekan sekalian.

Narator : Semua perawat meninggalkan ruangan, dan melakukan tindakan yang


sudah direncanakan.
(Pada pukul 13.00 , sebelum operan jaga siang. Semua perawat kembali
berkumpul untuk melakukan Post Conference).

POST CONFERENCE
Pemeran post confrence:

1. Kepala ruangan.
2. Ketua tim.
3. Perawat pelaksana 1.
4. Perawat pelaksana 2.
5. Perawat pelaksana 3
Waktu kegiatan : Sebelum operan ke dinas sore.
Tempat : Ruang 1 RST Bukittinggi
Penanggung jawab : Ketua Tim
Kegiatan :

1. KARU membuka acara.


2. Katim menanyakan hasil asuhan masing-masing.
3. Katim menanyakan kendala dalam asuhan yang diberikan.
4. Katim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus dioperkan ke
shift berikutnya.
5. KARU menutup acara.

KARU : Assalamualaikum wr. Wb


Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur kehadirat Allah swt. Kita masih bertemu lagi dan
berkumpul di penghujung tugas kita. Seperti biasa kita akan melakukan post conference
sebelum di operkan ke shift berikutnya. Langsung saja saya serahkan kepada perawat .......
selaku ketua TIM.

KATIM : Baik terima kasih atas waktu yang diberikan. Baiklah langsung saja
bagaimana hasil tindakan yang telah dilaksanakan oleh rekan-rekan termasuk kendala
selama rekan_rekan melakukan tindakan. Dan untuk dapat dioperkan pada shift
berikutnya.

NARATOR : Perawat mulai melaporkan hasil tindakan yang telah dilakukan.

PP : Pasien A k/u lemah, sudah dilakukan injeksi, pasien BAB cair 3 kali, dan
pasien mendapat makanan lunak. Lanjutkan intervensi!

PP : Suhu 38°C, sudah diberikan kompres hangat, sudah dilakukan test


darah tetapi hasilnya masih ditunggu dari Lab. Lanjutkan intervensi!

PP : K/u lemah, sudah dilakukan medikasi, keadaan luka sudah berwarna


merah, sudah diberikan insulin 10 unit. Lanjutkan intervensi!
NARATOR : Masing-masing perawat telah menyampaikan hasil tindakan yang sudah
dilakukan. Kembali ke Katim.

KATIM : Baiklah terima kasih rekan-rekan atas laporan hasil tindakan yang telah
dilakukan. Kita telah melakukan semua rencana tindakan. Selanjutnya saya kembalikan
kepada kepala ruangan.

KARU : Iya, terimakasih kepada rekan-rekan, alhamdulillah intervensi yang telah


kita lakukan dari pagi sampai siang ini terlaksana dengan lancar dan sesuai prosedur.
Terima kasih atas kerja sama rekan-rekan sekalian, yang sudah bekerja dengan
semaksimal mungkin. Pertahankan terus kinerja rekan-rekan dan alangkah baiknya jika
bisa ditingkatkan lagi demi pencapaian kinerja yang lebih optimal.Untuk mengakhiri
tugas kita pada siang hari ini, marilah kita akhiri dengan berdoa bersama menurut
agama dan kepercayaan kita masing masing. Berdoa……. Mulai……. Selesai……Kita
akhiri post conference ini, Selamat Siang.

NARATOR : Sekian role plaay pre dan post conference dari kelompok. Terima kasih

DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2002. Manajemen keperawatan, aplikasi dalam praktik keperawatan
profesional. Penerbit : Salemba Medika.
Ratna Sitono, Yulia. 2006. Metode praktik keperawatan profesional di Rumah Sakit.
Jakarta : EGC
Russel C, Swanburg. 2000. Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan unutk
perawatan klinis. Jakarta : EGC
La Monika Elaine L ( 1998 ), Kepemimpinan   dan  manajemen  keperawatan,   EGC, 
Jakarta.
Swansburg, R.C (2000). Pengantar kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
Terjemahan. Jakarta . EGC
https://laorensia29cute.wordpress.com/2013/07/03/manajemen-keperawatan/
AHHA (Australian Healthcare & Hospitas Association). (2009). Clinical Handover:
System Cange, Leadership and Principles
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 3. Jakarta: PT Salemba Medika.
Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. (Edisi Pertama). Jakarta : salemba Medika.
Triwibowo, C. dkk. (2016).Studi Kualitatif : Peran Handover Dalam Meningkatkan
Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit. Jurnal Pena Medika. ISSN : 2086-843X.
Volume 6. Nomor 2. Desember 2016 : 72 -79. Tersedia dalam: ( diakses 30
September 2017).
Aidillah, Nabila. 2017. Timbang Terima dalam Manajemen Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai