Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MOBILISASI DINI POST OPERASI


DIRUANGAN BEDAH PRIA RSUP DR. M DJAMIL PADANG TAHUN 2024

Oleh :

Kelompok 8
1. Afriyanti, S. Kep 2314901002
2. Cindy Claudya Putri S. Kep 2314901010
3. Lara Sagita, S. Kep 2314901036
4. Melisa Andora, S. Kep 2314901040
5. Mellani Fauzyah, S. Kep 2314901041
6. Pramita Dewi, S. Kep 2314901055
7. Putri Utami Wulandari, S. Kep 2314901058
8. Viona Halimahtusadiah, S. Kep 2314901086
9. Zulfia, S. Kep 2314901094

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Willady Rasyid, M. Kep, Sp. Kep. MB)

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TAHUN 2024
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Topik / masalah : Mobilisasi Dini Post Operasi


Hari/Tanggal :
Tempat : Ruangan Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang
Waktu : 10.00 - Selesai
Pembicara : Mahasiswa Profesi Ners Praktek Keperawatan Medikal Bedah
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien Dengan Post Operasi

A. Latar Belakang
Operasi atau pembedahan tidak lain adalah penanganan medis yang dilakukan secara
invasive untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri, hingga deformitas tubuh.
Pembedahan dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati suatu penyakit, cedera atau cacat,
serta mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-
obatan sederhana (Arif et al., 2021).
Data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2018 melaporkan bahwa sedikitnya terjadi
1,2 juta jiwa pasien melakukan tindakan bedah selama periode tahun 2013 sampai dengan
tahun 2018 di Indonesia (Kemenkes RI, 2018). Pembedahan dilaporkan menempati urutan ke
11 dari keseluruhan teknik penanganan atau pengobatatan di seluruh rumah sakit (Rikesdas,
2018).
Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan
melatih bagian-bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar berjalan. Mobilitas
pasca bedah juga sangat penting dilakukan, dengan mobilitas dini, maka akan meningkatkan
normalisasi fungsi organ (Ananda & Inayati, 2021).
Mobilisasi merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat penyembuhan atau
pemulihan luka pasca bedah serta optimalnya fungsi pernafasan. Banyak keuntungan yang
dapat diraih dari latihan naik turun tempat tidur dan berjalan pada periode dini pasca bedah,
diantaranya peningkatan kecepatan kedalaman pernapasan, peningkatan sirkulasi, peningkatan
berkemih dan metabolisme. Mobilisasi akan mencegah kekakuan otot dan sendi hingga juga
mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan
metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya
justru akan mempercepat penyembuhan luka. Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-
otot dan sendi pasca operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi dampak
negatif dari beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik juga terhadap pemulihan fisik
(Effect et al., 2021).
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang Mobilisasi Dini Post Operasi pada pasien
dan keluarga diharapkan mampu melakukan penanganan secara dini
b. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang Mobilisasi Dini Post Operasi pada pasien
dan keluarga dapat:
1. Menjelaskan pengertian mobilisasi dini post operasi
2. Menjelaskan tujuan mobilisasi dini post operasi
3. Menjelaskan rentang gerak dalam mobilisasi
4. Menjelaskan manfaat mobilisasi dini
5. Menjelaskan kerugian bila tidak melakukan mobilisasi
6. Menjelaskan indikasi dilakukannya mobilisasi dini post operasi
7. Menjelaskan kontraindikasi dilakukannya mobilisasi dini post operasi
8. Menjelaskan tahap-tahap mobilisasi dini post operasi
C. Kriteria Pemilihan Anggota
1. Pasien dan keluarga pasien dengan post operasi
2. Pasien dan keluarga pasien yang bersedia menjadi responden
D. Waktu dan Tempat
a. Waktu :
b. Jam : 10.00 - Selesai
c. Tempat : Ruangan Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang
E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Demonstrasi
F. Pengorganisasian
1. Moderator : Zulfia, S. Kep
2. Presenter : Viona Halimahtusadiah, S. Kep
3. Fasilitator : Afriyanti, S. Kep
Cindy Claudya Putri, S. Kep
Melisa Andora, S. Kep
Putri Utami Wulandari, S. Kep
Pramita Dewi, S. Kep
4. Obsever : Mellani Fauzyah, S. Kep
5. Dokumentasi : Lara Sagita, S. Kep
G. Pelaksanaan
1. Persiapan Alat
a) Infocus
b) Laptop
c) Leaflet
2. Langkah-Langkah Kegiatan
No ACARA METODE WAKTU
1 Pembukaan
a. Salam dan pembukaan Ceramah 10 Menit
b. Menjelaskan tujuan pertemuan
c. Kata sambutan dari dosen
pembimbing
2 Pelaksanaan Ceramah, Tanya jawab
a. Kegiatan penyuluhan tentang (diskusi) 25 Menit
Mobilisasi Dini
b. Tanya jawab
3 Penutup
a. Menyimpulkan hasil penyuluhan Ceramah 10
b. Salam penutup menit

Strategi pelaksanaan

No Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta


1. 10 Pembukaan :
Menit a. Mengucapkan salam Menjawab salam
b. Memperkenalkan mahasiswa profesi ners Memperhatikan
STIKes Alifah Padang
c. Memperkenalkan dosen pembimbing Memperhatikan
d. Menjelaskan tujuan Memperhatikassn
e. Menjelaskan kontrak waktu Memperhatikan
2. 25 Kegiatan Inti :
menit a. Memberikan penyuluhan tentang Memperhatikan
Mobilisasi Dini
b. Menggali persepsi peserta/keluarga terkait Mengemukakan
Mobilisasi Dini pendapat
c. Membuka pertanyaan/ diskusi dengan Mengemukakan
masyarakat pendapat
d. Memberikan reinforcement kepada Mendengarkan
peserta yang bertanya
e. Menjawab pertanyaan peserta/ masyarakat Mendengarkan
3. 10 Penutup
menit a. Menyimpulkan hasil penyuluhan Mendengarkan
b. Mengucapkan salam penutup Menjawab salam

H. Setting Tempat

I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. 1 hari sebelum melakukan penyuluhan pasien sudah mendapatkan informasi akan
dilakukannya penyuluhan
b. Mahasiswa berada pada posisi yang sudah direncanakan
c. Tempat dan media serta alat sesuai rencana
d. Mahasiswa dan sasaran menghadiri penyuluhan
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
c. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
d. Sasaran penyuluhan dan mahasiswa mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai
e. Sasaran penyuluhan dan mahasiswa berperan aktif selama kegiatan berjalan
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu :
a. … dari … orang peserta mampu menyebutkan pengertian mobilisasi dini post
operasi
b. … dari … orang peserta mampu menyebutkan tujuan mobilisasi dini post operasi
c. … dari … orang peserta mampu menyebutkan rentang gerak dalam mobilisasi
d. … dari … orang peserta mampu menyebutkan manfaatn mobilisasi dini
e. … dari … orang peserta mampu menyebutkan kerugian bila tidak melakukan
mobilisasi
f. … dari … orang peserta mampu menyebutkan indikasi dilakukannya mobilisasi
dini post operasi
g. … dari … orang peserta mampu menyebutkan kontraindikasi dilakukannya
mobilisasi dini post operasi
h. … dari … orang pesrta mampu menyebutkan tahap-tahap mobilisasi dini post
operasi
Lampiran Materi

MOBILISASI DINI POST OPERASI

A. Pengertian Mobilisasi Dini Post Operasi


Mobilisasi dini adalah suatu kegiatan atau pergerakan atau perpindahan posisi yang
dilakukan pasien setelah beberapa jam setelah operasi. Mobilisasi dini dapat dilakukan
diatas tempat tidur dengan melakukan gerakan sederhana (seperti miring kanan- miring
kiri dan latihan duduk) sampai dengan bisa turun dari tempat tidur, latihan berjalan
ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar (Banamtum, 2021).

B. Tujuan Mobilisasi Dini Post Operasi


Menurut Banamtum (2021) tujuan dari mobilisasi antara lain :
1) Mempertahankan fungsi tubuh.
2) Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka.
3) Membantu pernafasan menjadi lebih baik.
4) Mempertahankan tonus otot.
5) Memperlancar eliminasi alvi dan urin.
6) Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan atau
dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
7) Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.

C. Rentang Gerak Dalam Mobilisasi


1) Rentang Gerak Pasif
Rentang gerak ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerajan kaki pasien
2) Rentang Gerak Aktif
Untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan
otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakan kakinya
3) Rentang Gerak Fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
diperlukan misalnya belajar bangun dari tempat tidur
D. Manfaat Mobilisasi Dini
1) Penderita merasa lebih sehat dan kuat
Setelah bergerak, otot - otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga
otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan
demikian pasien merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat
kesembuhan.
2) Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan pasien segera untuk bisa
mandiri. Perubahan yang terjadi pada pasien pasca operasi akan cepat pulih,
dengan demikian pasien akan cepat merasa sehat
3) Hari rawat akan menjadi lebih pendek 2 hari mengurangi intensitas nyeri (Sabella,
2021).

E. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi


Sebagian besar pasien setelah operasi akan merasa keberatan jika dianjurkan untuk
mobilisasi dini dikarenakan masih takut dengan luka jahitannya, namun perlu diketahui
bahwa beberapa hal bisa terjadi apabila tidak segera melakukan mobilisasi dini
diantaranya (Sugiyono,2020) :
1) Penyembuhan luka menjadi lama
2) Kulit di bagian punggung menjadi lecet akibat terlalu lama berbaring
3) Badan menjadi mudah lelah dan terasa pegal akibat kurang gerak
4) Lama perawatan di rumah sakit bertambah

F. Indikasi Dilakukannya Mobilisasi Dini Post Operasi


Latihan mobilisasi biasanya diberikan pada pasien dengan :
1. Fraktur extremitas bawah yang telah diindikasikan untuk latihan mobilisasi
2. Post pengobatan kompresi lumbal,
3. Pasien post serangan stroke dengan kerusakan mobilitas fisik, serta
4. Pasien post operasi yang memerlukan latihan mobilisasi, seperti kolostomi atau
laparostomi.

G. Kontraindikasi Dilakukannya Mobilisasi Dini Post Operasi


Pada kasus tertentu istirahat di tempat tidur diperlukan dalam periode tidak terlalu lama
seperti pada pada kasus infark Miokard akut, Disritmia jantung, atau syok sepsis,
kontraindikasi lain dapat di temukan pada kelemahan umum dengan tingkat energi yang
kurang
H. Tahap-Tahap Mobilisasi Dini Post Operasi
Menurut Kasdu (2003) mobilisasi dini dilakukan secara bertahap berikut ini akan
dijelaskan tahap mobilisasi dini antara lain :
1. Setelah operasi, pada 6 jam pertama pasien harus tirah baring dahulu. Mobilisasi
dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan
ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan
otot betis serta menekuk dan menggeser kaki
2. Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan
mencegah trombosis dan trombo emboli
3. Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk
4. Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan pasien belajar berjalan.
Kebanyakan dari pasien masih mempunyai kekhawatiran kalau tubuh digerakkan pada
posisi tertentu post operasi akan mempengaruhi luka operasi yang masih belum sembuh yang
baru saja selesai dikerjakan. Padahal tidak sepenuhnya masalah ini perlu dikhawatirkan,
bahkan justru hampir semua jenis operasi membutuhkan mobilisasi atau pergerakan badan
sedini mungkin. Asalkan rasa nyeri dapat ditahan dan keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi
gangguan, dengan bergerak, masa pemulihan untuk mencapai level kondisi seperti pra
pembedahan dapat dipersingkat. Dan tentu ini akan mengurangi waktu rawat di rumah sakit,
menekan pembiayaan serta juga dapat mengurangi stress psikis.
Dengan bergerak, hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga
mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan
metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya
justru akan mempercepat penyembuhan luka. Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-
otot dan sendi post operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi dampak
negatif dari beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik juga terhadap pemulihan fisik.
Pengaruh latihan post pembedahan terhadap masa pulih ini, juga telah dibuktikan melalui
penelitian penelitian ilmiah. Mobilisasi sudah dapat dilakukan sejak 8 jam setelah
pembedahan, tentu setelah pasien sadar atau anggota gerak tubuh dapat digerakkan kembali
setelah dilakukan pembiusan regional.
Pada saat awal, pergerakan fisik bisa dilakukan di atas tempat tidur dengan
menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan, mengkontraksikan otot-otot
dalam keadaan statis maupun dinamis termasuk juga menggerakkan badan lainnya, miring ke
kiri atau ke kanan. Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi badan
sudah bisa diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak dan fase selanjutnya duduk di atas
tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau ditempatkan di lantai sambil digerak-gerakan.
Di hari kedua post operasi, rata-rata untuk pasien yang dirawat di kamar atau bangsal dan
tidak ada hambatan fisik untuk berjalan, semestinya memang sudah bisa berdiri dan berjalan
di sekitar kamar atau keluar kamar, misalnya berjalan sendiri ke toilet atau kamar mandi
dengan posisi infus yang tetap terjaga.
Bergerak post operasi selain dihambat oleh rasa nyeri terutama di sekitar luka operasi,
bisa juga oleh beberapa selang yang berhubungan dengan tubuh, seperti; infus, cateter, pipa
nasogastrik (NGT=nasogastric tube), drainage tube, kabel monitor dan lain-lain. Perangkat ini
pastilah berhubungan dengan jenis operasi yang dijalani. Namun paling tidak dokter bedah
akan mengintruksikan susternya untuk membuka atau melepas perangkat itu tahap demi tahap
seiring dengan perhitungan masa mobilisasi ini. Untuk operasi di daerah kepala, seperti
trepanasi, operasi terhadap tulang wajah, kasus THT, mata dan lain-lain, setelah sadar baik,
sudah harus bisa menggerakkan bagian badan lainnya. Akan diperhatikan masalah jalan nafas
dan kemampuan mengkonsumsi makanan jika daerah operasinya di sekitar rongga mulut,
hidung dan leher. Terhadap operasi yang dikerjakan di daerah dada, perhatian utama pada
pemulihan terhadap kemampuan otot-otot dada untuk tetap menjamin pergerakan menghirup
dan mengeluarkan nafas. Untuk operasi di perut, jika tidak ada perangkat tambahan yang
menyertai post operasi, tidak ada alasan untuk berlama- lama berbaring di tempat tidur. Perlu
diperhatikan kapan diit makanan mulai diberikan, terutama untuk jenis operasi yang
menyentuh saluran pencernaan. Yang luka operasinya berada di areal punggung, misalnya
pada pemasangan fiksasi pada tulang belakang, kemampuan untuk duduk sedini mungkin
akan menjadi target dokter bedahnya. Sedangkan operasi yang melibatkan saluran kemih
dengan pemasangan cateter dan atau pipa drainage sudah akan memberikan keleluasaan untuk
bergerak sejak dua kali 24 jam post operasi. Apalagi operasi yang hanya memperbaiki
anggota gerak, seperti operasi patah tulang, sudah menjadi kewajiban pasien untuk
menggerakkan otot dan persendian di sekitar areal luka operasinya secepat mungkin
Sekali lagi, penjelasan di atas diperuntukkan bagi penderita yang menjalani operasi yang
memerlukan rawat inap, sudah sadar baik, tidak terganggu keseimbangan cairan dan
elektrolitnya dan terlepas dari beban psikis atau subyektifitas rasa nyeri seseorang, beberapa
jam post operasi. Berbeda dengan pasien yang dirawat di ruang intensif yang memerlukan
monitoring ketat. Masa dan cara mobilisasinya tentu sudah diatur dan dikerjakan oleh tenaga
medis. Begitu juga sebaliknya, operasi dengan teknik minimal invasif akan memberikan
keunggulan dalam hal mobilsasi. Pasien akan bisa lebih cepat dan leluasa bergerak post
pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, A. R., & Inayati, A. (2021). 3 1,2,3. 1, 436–444.


Arif, M., Yuhelmi, Y., Resti, D., & Nanda, D. (2021). Pelaksanaan Mobilisasi Dini
Berpengaruh terhadap Proses Penyembuhan Luka Pasien Post Laparatomi. 4(2), 24–
29.
Banamtum.2021. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.Jakarta : Salemba
Effect, T. H. E., Early, O. F., On, M., Pain, R., In, L., & Patients, P. (2021). Pengaruh
pelaksanaan mobilisasi dini terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien pasca
operasi.
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehatan RI,
53(9), 1689–1699.
Sabella.2021. Buku Ajar Fumdamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Sugiyono.2020. Pengaruh latihan rom terhadap gerak sendi ekstremitas atas pada pasien
post operasi Laparatomi. Vol. VII, No. 02, September 2022.
http:/www.journal.stikeseub.ac.id.
DAFTAR HADIR PENYULUHAN
TENTANG MOBILISASI DINI POST OPERASI
DI RUANGAN BEDAH PRIA RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2024

Hari/Tanggal :

No Nama Peserta Tanda Tangan Keterangan

Anda mungkin juga menyukai