Anda di halaman 1dari 17

KASUS REPRODUKSI

1. Mengapa nyonya Alika memperoleh kehamilannya mesti melalui teknologi bayi tabung,
bagaimanakah teknologi bayi tabung itu dilakukan?
Jawab :
Nyonya Alika memperoleh kehalamilannya mesti melalu teknologi bayi tabung karena ada
kelainan pada suaminya dan hal itu bukan dikarenakan suaminya mengidap impotensia. Tetapi,
karena nyonya Alika juga sangat berharap cemas atas kehamilannya itu di usianya yang menjelang 40
tahun sudah terlalu tua baginya untuk mengalami kehamilan dan ditambah sebentar lagi dia akan
mengalami menopause sehingga nyonya Alika mengambil keputusan untuk menjalani program bayi
tabung.

Proses Teknologi Bayi Tabung


Proses bayi tabung atau yang bisa disebut dengan In Vitro Fertilization (IVF). Bayi tabung atau
IVF digunakan untuk mengatasi masalah kemandulan yang terutama disebabkan oleh kerusakan
maupun tersumbatnya saluran Fallopi karena penyakit, endometriosis atau sterilisasi.
Sebelum memulai proses bayi tabung, ada beberapa hal yang harus diketahui sebagai anamnesa
atau pemeriksaan awal. Misalnya seperti bagaimana dengan keadaan hubungan seksual (rutinitas
berhubungan suami istri), kesehatan pasangan (sudah pernah periksa ke mana saja, pemeriksaan apa
saja yang sudah dilakukan, hasilnya bagaimana), stabilitas hormone (siklus haid teratur atau tidak,
apa ada gangguan haid lain), keadaan fisik (riwayat pekerjaan sehari-hari, olahraga), keadaan psikis
(stress pekerjaan, stress urusan rumah tangga).
Adapun tahapan melakukan proses bayi tabung itu sendiri seperti penilaian hormon, penilaian
cadangan sel telur, penilaian organ kandungan, penilaian sistem imun, pencegahan terhadap infeksi
khusus, hingga penilaian kualitas sperma.
Berikut adalah beberapa proses bayi tabung (IVF) yang dijelaskan sebagai berikut :
1) Taham Pertama : Seleksi Pasien
Proses bayi tabung (IVF) sendiri diawali dengan konsultasi dan seleksi pasien (persiapan
pasien), dimana dilakukan konseling dan informed decision kepada pasien dan pasangannya.
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan secara detail dan lengkap, termasuk evaluasi status
fertilitas pasien, etiologi infertilitas, menentukan tatalaksana, dan dokumentasi seluruh
prosedur sampai dengan ada indikasi untuk mengikuti program bayi tabung. Jika memang
diindikasikan, baru bisa masuk dan mengikuti program bayi tabung.
2) Tahap Kedua : Pemeriksaan Analisis Sel telur dan Sperma
Tahap ini merupakan proses penyeleksian dan persiapan yang terdiri dari anamesis,
memeriksa sistem reproduksi wanita dengan ultrasonografi pemeriksaan hormonal, analisis
sperma, serta konseling seputar resiko dan keberhasilan terapi infertilitas.
Penunjang khusus yang biasa dilakukan sebelum ketahap pelaksanaan bayi tabung terlebih
dahulu melakukan penyeleksian atau pemeriksaan di laboratorium diantarnya sebagai
berikut :
a) Analisis Sperma
Suami memiliki peran sangat penting dalam proses terjadinya reproduksi. Peran
seorang laki-laki ditentukan oleh baik atau tidaknya kualitas spermanya. Sehingga perlu
dilakukan analisis sperma dalam pemeriksaan infertilitas.
Untuk memudahkan pembaca, berikut ini penulis sajikan tabel yang mengindikasikan
sperma dianggap standar baik yang telah ditetapkan oleh WHO, yaitu dari :

Page 1 of 17
KASUS REPRODUKSI

Dari pemaparan
kesimpulan hasil analisis sperma ini akan sangat berpengaruh pada penanganan
masalah infertilitas pasangan selanjutnya. Kemudian dokter akan menetukan tindakan
terapi infertilitas manakah yang diperlukan pasangan. Salah satu pilihannya adalah
melakukan inseminasi buatan atau bayi tabung.
b) Penilaian Fungsi Tuba
Salah satu pemeriksaan khusus yang sering dianjurkan dokter untuk menilai baik atau
tidaknya tuba adalah Histerosalfongografi. Kelaian yang ditemukan oleh dokter pada
fungsi tuba, akan ditindak lanjuti dengan terapi yang sesuai. Kemudian dilakukan
pemeriksaaan serologis. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasangan
suami istri terjangkit infeksi (yang pada umunya tidak dirasakan sama sekali) yang
berpotensi untuk mengganggu kehamilan ataupun cacat lahir pada bayi yang akan
dikandung sng istri nantinya.
3) Tahap Ketiga : Stimulasi atau Merangsang Induksi Ovulasi
Pada tahap ini dilakukan stimulasi pertumbuhan sel telur atau merangsang indung telur
sebanyak mungkin, termasuk injeksi hormon seperti pemberian Follicle Stimulating
Hormone (FSH). Saat ini, FSH telah dimurnikan dan diperbanyak dengan teknologi
rekombinasi DNA, misalnya nama dagang injeksi Gonal-f sehingga dapat digunakan untuk
membantu stimulasi pertumbuhan sel telur pada wanita yang kekurangan hormon FSH.
Pemberian obat ini diharapkan akan menghasilkan banyaknya sel (multiple telur) untuk
mengantisipasi adanya beberapa sel telur yang tidak berkembang atau menjadi tidak subur
setelah diambil. Pasien akan diminta untuk menyuntikkan 1-4 kali obat setiap hari selama 5-6
minggu sampai sel telur matang dan cukup untuk dibuahi.
Setelah dihasilkan cukup banyak sel telur, diberikan hormon human Chorionic
Gonadotropin (hCG)  untuk menstimulasi pelepasan sel telur yang matang. Seperti halnya
FSH, hCG juga telah diproduksi dengan teknologi rekombinasi DNA, misalnya Ovidrel
yang dapat diinjeksikan langsung ke jaringan di bawah kulit. Jika tidak terdapat sel telur yang
matang, maturasi satu atau lebih sel telur dapat dilakukan dengan menggunakan metode OS
(Ovarian Stimulation).
4) Tahap Keempat : Pemantauan Pertumbuhan Folikel (Cairan Berisi Sel Telur Di Indung
Telur)
Proses bayi tabung yang ketiga adalah pemantauan pertumbuhan folikel atau cairan berisi
sel telur di dalam indung telur. Selama stimulasi ovarium ini, dokter akan memantau
pertumbuhan dan perkembangan folikel dengan cara melakukan pemeriksaan ultrasonografi
transvaginal (USG) setiap beberapa hari dan melakukan tes darah. Sampel darah diambil
untuk mengukur kadar hormon, serta folikel-folikel ovarium diukur besar dan jumlahnya
dengan menggunakan USG.

Page 2 of 17
KASUS REPRODUKSI

Pemantauan sangat penting dilakukan untuk menentukan seberapa banyak dosis obat yang
dikonsumsi, apakah perlu ditingkatkan atau malah diturunkan. Jika folikel Moms sudah besar
kira-kira berukuran 16-18 mm, mungkin perlu dipantau setiap hari.
5) Tahap Kelima : Mematangkan Sel Telur
Langkah ini dilakukan dengan menyuntikkan hormon agar siap ‘dipanen.’ Suntikannya
cuma satu kali dan harus dilakukan pada waktu yang tepat. Mengapa? Jika terlalu cepat
dilakukan, maka telur bisa tidak cukup matang. Sedangkan, jika suntikan dilakukan terlalu
lama, telur akan terlalu tua dan tidak bisa berbuah dengan baik. Untuk melihat kapan waktu
yang tepat dalam melakukan suntikan, diperlukan USG lagi.
6) Tahap Keenam : Pengambilan Sel Telur/ Ovum Pick-Up (OPU)
Pada tahap ini dilakukan dengan operasi petik Ovum Pick-Up (OPU). Terdapat dua cara
untuk mengambil sel telur, yaitu dengan metode laparoskopi atau metode vaginal ultrasonik
dan ultrasonografus (USG). Dengan cara laparoskopi folikel akan tampak jelas dengan
leluasa kemudian indung telur dipegang menggunakan penjepit khusus dan dilakukan
persiapan. Selanjutnya cairan folikel yang berisi sel telur ditampung di dalam tabung. Cairan
itu akan dilihat melalui miskroskop agar memasktikan bahwa sel telur telah ditemukan.
Adapun cara kedua yaitu dengan ultrasonografus (USG). Pengambilan telur dilakukan
sekitar 34-36 jam setelah pasien disuntikkan hormone chorionic gonadotropin (hCG) untuk
memicu ovulasi. Proses ini akan melibatkan anestesi. Kemudian, sel-sel telur diambil dengan
menggunakan USG transvaginal sebagai pemandu. Folikel yang tampak pada layar
ultrasonografi transvaginal ditusuk dengan jarum yang akan menghisap folikel dalam
ovarium pasien melalui vagina kemudian dilakukan penghisapan folikel yang berisi sel telur
seperti cara pengisapan laparoskopi. Jumlah folikel yang diambil bisa berbeda-beda antar
individu. Oosi (telur) ini kemudian akan dibawa ke laboratorium embriologi untuk dilakukan
pembuahan dan dipindahkan ke dalam cawan petri yang telah berisi medium pertumbuhan.
7) Tahap Ketujuh : Pengambilan Sperma
Di hari dan saat yang bersamaan, pasangan pria diminta untuk memproduksi sampel
sperma segar. Pada tahap ini untuk mengeluarkan dan mengambil sperma suami terdapat
beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain: istimna (mastrubasi), Azl coitus interruptus
(senggama terputus), dihisap langsung dari testis, jima dengan memakai kondom, sperma
yang ditumpahkan ke dalam vagina yang dihisap dengan cepat dengan spuit, ataupun sperma
mimpi basah.
Dari beberapa cara di atas untuk keperluan inseminasi buatan, cara terbaik yang dipilih
ialah dengan mastrubasi atau dengan tindak operasi langsung dari testis jikalau karenakan
kesulitan untuk mengeluarkan sel sperma akibat tersumbat. Pada kasus cairan air mani tanpa
sperma, mungkin akibat penyumbatan atau gangguan saluran sperma, tindakan pengambilan
sperma yang bisa dilakukan dengan dua tekhnik, yaitu: Miscrosurgical Sperm Aspiration
(MESA) dan Testicular Sperm Extraction (TESA).
Jika suami tidak ada masalah, pengambilan dilakukan lewat masturbasi. Jika bermasalah,
pengambilan sperma langsung dari buah zakar melalu operasi.
8) Tahap Kedelapan : Pembuahan atau Fertilisasi Sel Telur
Tahap fertilisasi atau pembuahan pada tindakan bayi tabung (IVF) dilakukan di
laboratorium khusus yang bersih. Pada tahap ini, sel sperma motil yang telah diperoleh dari
metode swim-up (Henkel dan Schill, 2003). Selanjutnya akan dilakukan pemisahan untuk
pemurnian kandungan sperma dari bahan-bahan lainnya. Kurang lebih 20.000 sel sperma
ditempatkan secara bersamaan dengan 1 sel telur matang ke dalam cawan petri laboratorium,
kemudian disimpan di dalam inkubator.

Page 3 of 17
KASUS REPRODUKSI

Pemeriksaan gamet dilakukan pada interval waktu antara fertilisasi dan maturasi. Setelah
terjadi fertilisasi, embrio dibiarkan di dalam inkubator selama 3-5 hari. Dalam hal ini
diharapkan dapat terjadinya proses fertilisasi sel telur dan sperma dalam kurun waktu 17-20
jam setelah pengambilan sel telur dari ovarium. Sel telur yang berhasil dibuahi akan ditandai
dengan adanya dua sel inti yang segera membelah menjadi embrio. Baru setelah embrio
terbentuk, akan dilakukan proses transfer embrio kembali ke dalam rahim agar terjadi
kehamilan. Jika ada sisa embrio lebih, maka akan disimpan untuk proses kehamilan
berikutnya.
Pada beberapa kasus dimana terdapat probabilitas fertilisasi yang rendah maka akan
dilakukan injeksi sperma intrasitoplasmik atau ICSI. Melalui prosedur ini, sperma tunggal
disuntik langsung kedalam sel telur agar dapat terjadi fertilisasi.
9) Tahap Kesembilan : Pemindahan Embrio (Embryo Transfer)
Setelah telur dibuahi, telur akan disimpan selama 3-5 hari di tempat khusus sebelum
dipindahkan ke rahim. Dokter yang menangani dalam program bayi tabung ini akan
melakukan pengawasan khusus terhadap perembangan embrio. Embrio yang dilihat
berkembang dengan baik akan ditanamkan dalam rahim, biasanya embrio yang berkembang
baik akan terlihat dengan jumlah 8-10 sel pada saat akan ditanamkan dalam rahim.
Pemindahan telur yang sudah dibuahi (embrio) biasanya dilakukan pada hari kelima setelah
pembuahan, saat embrio sudah berada di fase blastosit. Embrio pada fase blastosit sudah
mampu menempel dengan baik pada rahim wanita. Embrio kemudian akan ditransfer ke
dalam rahim ibu. Selanjutnya, akan diberikan terapi obat penunjang kehamilan. Tujuannya
untuk mempersiapkan rahim agar dapat menerima implantasi embrio sehingga embrio bisa
berkembang baik.
Terdapat dua pilihan cara untuk embrio transfer, yaitu stadium cleavage dan
stadium blastocyst. Stadium cleavage terjadi sekitar 3-4 hari pada kultur embrio setelah
pembuahan. Risiko pada stadium ini adalah angka abortus yang lebih tinggi
daripada blastocyst transfer pada trimester pertama kehamilan, tapi hal ini secara umum
terjadi apabila terdapat abnormalitas kromosom.
Stadium blastocyst terjadi pada hari ke-5 kultur embrio setelah pembuahan. Bukti ilmiah
menunjukkan bahwa blastocyst transfer lebih menguntungkan dibandingkan
dengan cleavage transfer karena peluang kehamilan, implantation rate dan angka kelahiran
hidup secara signifikan lebih tinggi. Selain itu, kejadian kehamilan ektopik juga lebih rendah
daripada cleavage transfer. Walaupun demikian, juga terdapat risiko yang lebih tinggi
dibandingkan stadium cleavage, yaitu kelahiran prematur dan malformasi kongenital.
Sesuai dengan pilihan stadium transfer, embrio-embrio ini kemudian ditransfer ke dalam
uterus. Pelaksanaannya adalah dengan cara memasukkan embrio tersebut melalui Kateter
Teflon yang berisi cairan embrio atau tabung kecil ke dalam uterus. Jumlah embrio yang
dipindahkan tergantung pada kualitas embrio, biasanya hanya 2-5 embrio yang dipindahkan.
Setelah prosedur ini, Anda akan diminta untuk tetap berbaring selama beberapa jam. Bagi
kebanyakan pasien wanita, prosedur ini tidak nyeri, namun beberapa pasien mengeluhkan
kram perut ringan.
Apabila prosedur berhasil, maka implantasi secara tipikal akan terjadi, sekitar 6-10 hari
setelah pengambilan telur.
10) Tahap Kesepuluh : Pengamatan Terjadinya Kehamilan
Setelah implantasi embrio, maka tinggal menunggu apakah akan kehamilan terjadi.
Apabila 14 hari setelah pemindahan embrio tidak terjadi haid, maka dilakukan pemeriksaan

Page 4 of 17
KASUS REPRODUKSI

kencing untuk menentukan adanya kehamilan. Kehamilan baru dipastikan dengan


pemeriksaan USG seminggu kemudian.
Apabila semua tahapan itu sudah dilakukan oleh isteri dan ternyata terjadi kehamilan,
maka kita hanya menunggu proses kelahirannya, yang memerlukan waktu 9 bulan 10 hari.
Pada saat kehamilan itu sang isteri tidak diperkenankan untuk bekerja berat, karena
dikhawatirkan terjadi keguguran.
11) Tahap Kesebelas : Penunjang Fase Luteal
Proses terakhir adalah fase luteal untuk mempertahankan dinding Rahim dengan
memberikan Progesterone. Biasanya dokter akan memberi obat selama 15 hari pertama untuk
mempertahankan dinding rahim ibu agar terjadi kehamilan. Setelah itu, dilakukan
pemeriksaan apakah telah terjadi kehamilan atau belum, baik dengan pemeriksaan darah
maupun USG.

2. Mengapa dengan usia menjelang 40 tahun itu dia merasa cemas pada masa kehamilannya?
Apakah itu yang dimaksud dengan menopause?
Jawab :
Nyonya Alika merasa cemas pada masa kehamilannya dengan usia menjelang 4o tahun karena
memikirkan apakah anak yang dilahirkan dalam kondisi sehat atau dikhawatirkan mengalami
kekurangan karena risiko kesehatan yang bisa terjadi pada mereka atau bayinya bahkan khawatir akan
mengalami keguguran termasuk lahir mati.
Selain itu juga nyonya Alika khawatir akan risiko-risiko kesehatan lainnya atau mengalami
penyakit kronis seperti kelainan genetik pada bayi, penyakit Preeklamsia, penyakit diabetes
gestasional, penyakit hipertensi, tumor, kelahiran bayi premature, tekanan darah tinggi atau penyakit
tiroid dapat mempersulit kehamilan dan degenerative tulang belakang dan panggul,

Menopause
Menopause adalah berhentinya siklus haid atau menstruasi untuk selamanya bagi wanita
yang sebelumnya mengalami menstruasi terakhir pada wanita akibat hilangnya aktivitas
folikular ovarium yang juga sering diartikan sebagai berakhirnya fungsi reproduksi seorang
wanita. Menopause alami diketahui terjadi setelah 12 bulan berturut-turut amenore, dimana tidak
didapat penyebab patologis atau fisiologis lainnya.
Menopause disebabkan oleh perubahan hormon seks dalam tubuh yang umumnya terjadi saat
berusia tua. Menopause terjadi ketika ovarium (indung telur) berhenti untuk memproduksi hormon
esterogen dan tidak menghasilkan sel telur setiap bulan. Biasanya, menopause dimulai dengan siklus
menstruasi yang semakin jarang setiap bulannya hingga bertahun-tahun sebelum akhirnya tidak
mengalami siklus menstruasi sama sekali.

3. Bagaimanakah bioproses terjadinya menopause pada nyonya Alika?


Jawab :
Menopause terjadi dalam beberapa tahapan. Sebelum mengalami menopause, wanita akan
mengalami fase klimakterium yang dibagi dalam beberapa fase, yaitu :
1) Fase Premenopause
Premenopause merupakan peristiwa yang di alami oleh setiap wanita rentang usia 40
tahun dan memasuki fase klimakterik. Premenopause atau masa menjelang menopause adalah
suatu keadaan dimana terjadi keadaan perubahaan segala yang dirasakan oleh wanita sebelum
memasuki usia menopause.

Page 5 of 17
KASUS REPRODUKSI

Hal ini biasanya berlangsung selama 4-5 tahun. Terjadi pada usia antara 48- 55 tahun.
Kadang di tahap ini perempuan juga mulai marasakan berat badan yang bertambah, sering
sakit kepala, dan mudah lupa.
Pada fase ini estradiol yang biasanya dihasilkan oleh sel granulosa folikel yang
berkembang menjadi berkurang. Perubahan endrokrinologik yang terjadi adalah berupa fase
folikuler yang memendek, kadar esterogen dan dan sekitar 3-4 tahun sebelum premenopause
kadar FSH mulai meningkat dan produksi esterogen, inhibin dan progesteron ovarium
menurun setelah usia 40 tahun.
Dampak dari perubahan tersebut dapat menimbulkan meunculnya gejala yang sering
dikeluhkan wanita premenopause. Sekitar 80% - 90% wanita pra-menopause merasakan
adanya masalah, 10-30 % diantaranya mempunyai keluhan dan masalah yang berat dapat
mengganggu aktifitas sehari-hari sehingga membutuhkan pertolongan medis serta perawatan.
Pada fase ini seorang wanita akan mengalami berbagai keluhan klimakterik, penurunan
produksi hormon estrogen, siklus menstruasi anovulator meningkatsiklus haid yang tidak
teratur, terjadi perubahan psikologis atau kejiwaan, terjadi perubahan fisik, perdarahan haid
yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif banyak akibat penurunan hormon
estrogen. Hampir 80% wanita merasakan keluhan kesehatan berupa gejala sengatan panas (hot
flashes), berkeringat tiada hentinya, berdebar-debar, sakit kepala, insomnia, perubahan bentuk
tubuh, perubahan hubungan seksual, neuralgia atau gangguan/sakit syaraf, muncul gangguan-
gangguan vasomotoris berupa penyempitan atau pelebaran pada pembuluh-pembuluh darah
dan masalah psikologi yang perlu mendapat perhatian.
Selain itu fertilitas juga menurun secara drastis pada wanita saat memasuki usia 35 tahun
dan lebih cepat lagi setelah usia 40 tahun. Steroid seks sangat berperan terhadap fungsi
susunan saraf pusat yang berpengaruh terhadap perilaku, suasana hati fungsi kognitif dan
sensorik seseorang dengan demikian timbul perubahan psikis yang berat.
2) Perimenopause atau fase transisi
Perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. Fase
ini ditandai dengan siklus haid pada wanita >38 hari dan <18 hari. Perimenopause atau tahap
transisi ini dapat berlangsung dalam hitungan bulan atau 8 hingga 10 tahun bahkan dapat
berlangsung selama bertahun-tahun sebelum menopause, tergantung berapa jumlah sel telur
yang dimiliki seorang perempuan. Masa perimenopause adalah pelepasan sel-sel telur terakhir
yang dimiliki seorang perempuan.
Fase ini dimulai saat menurunnya fungsi indung telur, sehingga estrogen yang diproduksi
menjadi lebih sedikit. Biasanya terjadi pada wanita usia 35-40 tahun ke atas. Perimenopause
akan berlangsung hingga titik di mana ovarium benar-benar berhenti memproduksi sel telur,
atau masa menopause itu sendiri.
Sebanyak 40% wanita mengalami siklus haid anovulatorik yaitu siklus haid yang terjadi
tanpa adanya proses ovulasi (pelepasan sel telur dari kandung telur). Masa subur mulai
dihitung sejak terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur dari kandung telur) yang umumnya
terjadi pada hari ke-14 setelah haid hari pertama. Pada siklus haid anovulatorik, ovulasi tidak
terjadi sehingga masa subur akan sangat sulit atau bahkan tidak dapat ditentukan. Meskipun
terjadi ovulasi kadar progesterone tetap rendah, kadar FSH, LH dan esterogen yang bervariasi.
3) Menopause
Masa menopause menandakan haid terakhir. Fase inilah yang paling banyak dikenal.
Penentuan masa menopause hanya bisa dilakukan setelah seorang wanita tidak haid lagi
selama 1 tahun penuh atau tidak terjadi menstruasi selama lebih dari 12 bulan. Jumlah folikel

Page 6 of 17
KASUS REPRODUKSI

yang mengalami atresia semakin meningkat. Hingga pada suatu ketika tidak tersedia lagi
folikel yang cukup.
Produksi esterogen juga berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan
terjadinya menopause. Oleh karena itu menopause dapat disebut haid terakhir yang alami, dan
hal ini tidak terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal pada fase
perimonopause.
Perubahan dan keluhan psikologis dan fisik makin menonjol. Berlangsung sekitar 3-4
tahun. Pada usia antara 56-60 tahun. Diagnosa menopause merupakan diagnose retrospektif,
apabila wanita tidak mengalami haid selama 12 bulan. Diagnosis menopause dibuat setelah
terdapat amenorea sekurang-kurangnya 1 tahun. Kadar FSH serum yang tinggi (>35 mIU/ml)
dan kadar estradiol (<30 pg/ml) telah dapat dikatakan wanita telah mengalami menopause.
Untuk menentukan diagnosa ini perlu dilakukan penghentian pil kontrasepsi dan satu bulan
kemudian dilakukan pemeriksaan FSH dan estradiol. Setelah menopause, estrogen jenis estron
adalah yang paling banyak berada dalam sirkulasi dibandingkan estrogen lainnya.
Umur waktu terjadinya menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, dan pola
kehidupan. Ada kecenderungan dewasa ini untuk terjadinya menopause pada umur yang lebih
tua. Menopause juga ada hubungannya dengan menarche. Makin dini menarche terjadi, makin
lambat menopause timbul. Sebaliknya, makin lambat menarche terjadi, makin cepat
menopause timbul.
4) Postmenopause (Pasca menopause)
Postmenopause atau fase setelah seorang wanita dikatakan positif menopause adalah tahun-
tahun di mana wanita masih mengalami beberapa gejala akibat perubahan hormon setelah
terjadinya menopause seperti perubahan mood, hot flashes, dan insomnia masih sering terjadi
pada fase ini. Selain itu, wanita yang sudah memasuki fase ini juga menjadi rentan terhadap
berbagai penyakit yang cukup serius, seperti kanker ovarium, payudara, penyakit alzheimer,
stroke, mata kering, kanker usus besar, dan lain-lain. Ketiadaan estrogen juga menempatkan
seorang perempuan pada risiko osteoporosis dan penyakit kardiovaskular.
Lamanya durasi postmenopause berbeda pada setiap wanita. Fase ini dapat berlangsung
bertahun-tahun. Namun pada beberapa wanita, fase ini dapat berlangsung hanya dalam
hitungan bulan. Rata-rata durasi postmenopause adalah 4 tahun, namun sangat bervariasi pada
setiap wanita.
Pada fase ini ovarium tidak berfungsi sama sekali, kadar FSH dan LH sangat tinggi
(>35mIU) dan kadar estradiol sangat rendah (<30pg/ml), serta kadar gonadotropin yang
meningkat. Peningkatan hormon gonadotropin ini disebabkan oleh terhentinya produksi
Inhibin akibat tidak tersedianya folikel dalam jumlah yang cukup. Akibat rendahnya kadar
estradiol endometrium menjadi atropik dan tidak mungkin muncul haid lagi. Namun pada
wanita gemuk masih ditemui kadar estron yang tinggi dan akan diubah menjadi estradiol.
Masa ini adalah masa setelah haid terakhir seorang wanita. Dengan kata lain, pascamenopause
terjadi setelah masa menopause sampai senium yang dimulai setelah 12 bulan amenorea.
(Baziad, 2008, p.117).
5) Ooforopause
Ooforopause adalah masa ketika ovarium kehilangan sama sekali fungsi hormonalnya.
6) Senium
Seorang wanita dikatakan senium bila telah memasuki usia pascamenopause lanjut sampai
usia >65 tahun. (Ali baziad, 2008, p117).

Page 7 of 17
KASUS REPRODUKSI

4. Mengapa dia tidak memilih cara persalinan normal tapi melalui operasi caesar?
Bagaimanakah operasi caesar itu dilakukan?
Jawab :
Alasan nyonya Alika memilih cara persalinan dengan melalu operasi Caesar adalah nyonya Alika
merasa cemas pada masa kehamilannya dengan usia menjelang 40 tahun dikarenakan faktor usia,
ketidakmampuan sang ibu untuk mengeluarkan bayi yang sangat rawan, memikirkan apakah anak
yang dilahirkan dalam kondisi sehat atau dikhawatirkan mengalami kekurangan akibat dari risiko
kesehatan yang bisa saja terjadi pada mereka atau bayinya bahkan khawatir akan mengalami
keguguran dan sudah terlalu tua baginya untuk mengalami kehamilan ditambah sebentar lagi dia akan
mengalami menopause. Untuk mengeluarkan bayi dari perut dan rahim nyawa sang ibu nyawa yang
dipertaruhkan.
Selain itu, wanita yang berusia di atas 35-40 tahun saat hamil juga lebih rentan mengalami
gangguan selama persalinan seperti menderita komplikasi penyakit saat hamil, contohnya kondisi di
mana plasenta previa memblokir jalan lahir atau plasenta previa menghalangi leher rahim (serviks).

Proses Operasi Caesar


Ada beberapa prosedur yang harus dijalankan bagi ibu yang akan melakukan operasi sesar. Dokter
akan memberikan pemahaman tentang prosedur yang harus dilakukan sehingga beberapa hari
sebelum operasi, biasanya ibu sudah berada di rumah sakit untuk persiapan dan memberikan petunjuk
lengkap tentang apa yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko komplikasi dan menjalani
persalinan caesar dengan sukses. Saat ibu sudah berada di ruang operasi, maka tim medis akan mulai
melakukan proses operasi sesar. Adapun beberapa prosedur yang dijalankan adalah sebagai berikut :
1. Sebelum menjalani operasi caesar, pasien akan di kirim ke ruang persalinan dan diberikan
anestesi dan pasien akan ditidurkan pada meja operasi dengan posisi kepala yang sedikit
diangkat.
2. Dokter akan melakukan anestesi (pembiusan) epidural sehingga membuat daerah perut
menjadi mati rasa saat melakukan proses penyayatan di bagian bawah area perut. Meski
dilakukan dalam keadaan sadar, ada tirai pembatas yang membuat pasien tidak bisa melihat
dokter ketika menyayat perut kita. Dokter mungkin akan memberikan obat penenang untuk
membantu kita agar lebih rileks. Ada 3 jenis obat bius atau anestesi sebelum melahirkan
melalui operasi caesar, yaitu:
 Spinal block (anestesi tulang belakang), yaitu obat bius yang disuntikkan ke sumsum
tulang belakang sehingga bagian bawah tubuh akan mati rasa.
 Epidural, obat ibus yang disuntikkan ke punggung bawah di luar sumsum tulang
belakang.
 Umum, obat bius yang bisa membuat pasien tak sadarkan diri sepenuhnya.
3. Sebelum operasi cesar berlangsung, dokter akan membersihkan area perut dan mempersiapkan
pemberian cairan infus (IV). Pemberian infus akan memudahkan masuknya cairan maupun
segala jenis obat yang mungkin dibutuhkan selama operasi caesar berlangsung.
4. Selain itu, dokter juga dapat memasukkan kateter guna menjaga agar kandung kemih
senantiasa dalam keadaan kosong selama operasi caesar berlangsung.
5. Prosedur operasi ini dimulai ketika dokter membuat sayatan vertikal sepanjang 10 sampai 20
cm tepat di atas bagian rambut kemaluan pasien, mulai dari pusar hingga tulang kemaluan.
Perut pasien akan mulai disayat lapis demi lapis. Prosesnya memakan waktu sekitar 5 sampai
10 menit saja.
6. Kemudian, dokter akan membuka rongga perut dengan membuat sayatan satu persatu pada
setiap lapisan perut.

Page 8 of 17
KASUS REPRODUKSI

7. Setelah rongga perut terbuka, langkah selanjutnya yaitu dengan membuat sayatan horizontal di
bagian bawah rahim. Arah sayatan tersebut tidak mutlak, tergantung dari kondisi medis yang
pasien dan bayi alami.
8. Saat rahim terbuka, akan terlihat cairan ketuban yang melindungi sang bayi dari tekanan dan
infeksi. Kemudian, dokter akan menyedot cairan ketuban, lender, serta darah untuk
memudahkan mencari dan mengeluarkan sang bayi.
9. Lalu, dokter akan mencari posisi bayi untuk dikeluarkan dari rahim pasien. Bayi pasien
biasanya sudah berada dibagian panggul dengan posisi kepala mengarah ke bawah. Namun,
bisa juga dalm posisi sungsang. Dokter akan mengangkat bagian kepala bayi terlebih dahulu.
Pasien mungkin akan merasa sedikit mual pada proses ini akibat merasakan tekanan, tetapi ini
hanya berlangsung singkat.
10. Kepala dan bahu bayi mulai dikeluarkan. Dokter bedah mungkin perlu melakukan manuver
dengan membolak-balik posisi bayi agar ia mudah dikeluarkan. Pasien mungkin merasa ada
yang bergoyang-goyang di bawah sana. Begitu bagian kepala dan bahu berhasil dikeluarkan,
dokter akan dengan mudah mengeluarkan anggota tubuh yang lain.
11. Bagian badan ke bawah mulai dikeluarkan. Akan ada sedikit rasa tarikan ketika proses
berlangsung karena bayi akan ditarik keluar secara perlahan dan hati-hati dari perut.
12. Bayi dikeluarkna dan dibersihkan bagian mulut dan hidung karena bayi yang lahir biasanya
masih dipenuhi dengan cairan ketuban, lendir, serta darah di bagian mulut dan hidung.
13. Dokter dan tim medis akan membersihkan mulut dan hidung bayi terlebih dahulu, baru
kemudian melakukan pemotongan tali pusar plasenta.
14. Setelah selesai, dokter akan mengeluarkan plasenta dari rahim dan memberikan injeksi
oksitosin. Hormon ini akan merangsang kontraksi rahim dan menghentikan pendarahan.
15. Lalu, bayi akan dibersihkan dan dicek kesehatannya. Biasanya setelah bayi lahir, pasien bisa
melihat sebentar sebelum bayi dibersihkan dan dicek kondisinya. Jika tidak ada masalah
serius, pasien bisa meminta untuk skin-to-skin dengan bayi.
16. Setelah bayi sudah dibersihkan dan dilakukan pemeriksaan, sang bayi akan diantarkan ke
pelukan pasien.
17. Jika semua prosedur telah berhasil dilakukan dengan baik, sayatan demi sayatan di rahim dan
perut pasien akan ditutup kembali oleh dokter dengan jahitan. Prosedur operasi caesar ini akan
memakan waktu sekitar 40 sampai 50 menit sampai selesai.
18. Pasien akan diantarkan kembali ke kamar setelah proses selesai.

5. Apakah yang dimaksud dengan resiko kehamilan di usia 40 tahun bagi nyonya Alika?
Jawab :
Risiko kehamilan di usia 40 tahun bagi nyonya Alika adalah keadaan yang menggambarkan
kondisi aktual ibu (penuh resiko) berbeda jauh dengan yang diharapkan ibu. Kesenjangan antara
kenyataan dengan ketakutan realisasi harapan mudah memicu timbulnya kecemasan pada ibu hamil.
Perasaan takut, cemas atau tidak tenang yang sumbernya tidak jelas akan dapat mengancam
kepribadian seseorang baik secara fisik maupun secara psikologis. Ketakutan berlebihan yang
dirasakan oleh nyonya Alika bisa menimbulkan tekanan batin yang lebih tinggi. Kegelisahan nyonya
Alika di usia 40 tahun selama mengandung sering dipicu rentetan informasi tentang faktor risiko yang
bisa mengintai dirinya dan sang bayi. Oleh karena itu, kecemasan timbul sebagai respons terhadap
stres, baik stres fisiologis maupun psikologis.
WHO memberikan rekomendasi untuk usia yang dianggap paling aman menjalani kehamilan dan
persalinan adalah 20-35 tahun. Sedangkan usia di atas 35-40 tahun, sebagian wanita digolongkan

Page 9 of 17
KASUS REPRODUKSI

pada kehamilan berisiko tinggi terhadap kelainan bawaan dan adanya penyulit pada waktu persalinan.
Di kurun usia ini, angka kematian ibu melahirkan dan kematian bayi meningkat.
Selain masalah kesuburan, wanita yang hamil di atas usia 35-40 tahun lebih rentan mengalami
stres ketimbang wanita yang hamil di usia lebih muda.
Berikut adalah beberapa risiko yang dapat dialami wanita hamil yang usianya lebih dari 35 tahun
adalah :
 Kelainan genetik pada bayi
Berbagai riset menunjukkan bahwa ibu hamil yang berusia 35 tahun atau lebih berisiko
melahirkan bayi dengan kondisi cacat bawaan lahir atau kelainan genetik, seperti Down
Syndrome, penyakit jantung bawaan, polidaktili, dan bibir sumbing.
Syndrome Down di mana bayi menerima satu kromosom lebih banyak dari orang tuanya.
Alih-alih memiliki 46 kromosom, mereka mempunyai 47. Tambahan salinan kromosom 21 bisa
membuat anak mengalami cacat intelektual. Perbandingannya 1:100 untuk kelahiran anaknya
normal. Dimana ibu setelah usia 35 tahun hamil, cenderung anaknya mengalami Down
Syndrome.
Menurut beberapa penelitian, 90% kasus berasal dari ibu karena pembelahan sel yang kurang
tepat selama perkembangan telur. Makin tua seorang wanita, makin besar kemungkinan hal itu
terjadi. Risiko memiliki bayi dengan sindrom Down jika ibu hamil di usia 30 tahun sekitar 1 dari
1.000 bayi. Sedangkan, risiko meningkat menjadi 1 dari 400 saat hamil di usia 35 tahun dan 1
dari 100 saat ibu hamil di usia 40 tahun.
Kebanyakan janin dengan anomali kromosom akibat terhambatnya pematangan sel telur
sering tidak berhasil melewati minggu-minggu pertama kehamilan. Jika kondisi ini terjadi cukup
dini, ibu mungkin tidak tahu bahwa dirinya hamil. Peluang memiliki bayi normal sangat kecil
karena risiko ibu hamil memiliki bayi normal masih jauh lebih besar.
Sebab, sperma yang terjadi karena pembelahan sel, di usia tua pembelahan itu tak sempurna,
alau usia makin tua. Di atas 35-40 tahun pembelahan tak sempurna. Harusnya dua jadi empat,
malah jadi tiga. Sehingga kromosom tak normal dan berpotensi membuat anak lahir dengan
down syndrome.
 Penyakit diabetes gestasional
Wanita hamil di atas usia 35-40 tahun memiliki risiko terkena penyakit diabetes gestasional
yang lebih tinggi karena pengaruh hormon kehamilan. Diabetes gestasional terjadi hanya selama
kehamilan, dan lebih umum dialami perempuan yang hamil di usia tua. Diabetes mellitus
gestational pada ibu usia tua, karena kerusakan endotel vaskular progresif yang berhubungan
dengan proses penuaan.
Oleh karena itu, ibu hamil harus mengontrol kadar gula dalam darah melalui asupan makanan
yang sehat. Kontrol ketat gula darah melalui diet dan aktivitas fisik sangat penting untuk
mencegah penyakit tersebut memburuk. Beberapa kondisi mungkin mengharuskan ibu hamil
untuk mengonsumsi obat.
Jika tidak diobati, diabetes gestasional dapat menyebabkan bayi tumbuh secara signifikan
lebih besar dari rata-rata, yang meningkatkan risiko cedera selama persalinan. Diabetes
gestasional juga dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, tekanan darah tinggi selama
kehamilan, dan komplikasi pada bayi setelah dilahirkan.
 Penyakit hipertensi gestasional
Wanita hamil di atas usia 35 tahun juga rentan menderita hipertensi gestasional (tekanan
darah tinggi selama kehamilan). Hipertensi ditandai dengan peningkatan tekanan darah ≥140/90
mmHg. Kondisi ini biasanya baru muncul saat menginjak usia kehamilan 5 bulan atau lebih.
Hipertensi gestasional dapat mengurangi suplai darah ke plasenta. Periksakan selalu kehamilan
ke dokter secara rutin. Dokter akan selalu memantau tekanan darah ibu hamil, serta pertumbuhan
dan perkembangan janin.

Page 10 of 17
KASUS REPRODUKSI

Hipertensi saat hamil dapat membahayakan ibu dan janin bila tidak ditangani dengan baik.
Sang ibu dapat mengalami penurunan kesadaran dan kejang, sementara janin dapat mengalami
pertumbuhan yang terhambat, bayi berat lahir rendah, bahkan dapat meninggal di dalam
kandungan. Tekanan darah yang selalu dikontrol, makan makanan yang sehat, dan olahraga
teratur dapat mencegah tekanan darah tinggi semakin memburuk. Jika kondisinya semakin
buruk, mungkin diperlukannya mengonsumsi obat dengan resep dokter atau mungkin harus
melahirkan bayi yang sedang dikandung sebelum waktunya untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
 Penyakit Preeklamsia
Preeklamsia, peningkatan angka kejadian pada kelompok usia >40 tahun dibandingkan
kelompok usia <35 tahun. Preeklamsia ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan
kebocoran protein melalui urine. Sama halnya dengan hipertensi gestasional, kondisi ini
biasanya baru muncul saat menginjak usia kehamilan 5 bulan atau lebih. Preeklamsia saat hamil
dapat membahayakan ibu dan janin bila tidak ditangani dengan baik. Sang ibu dapat mengalami
penurunan kesadaran dan kejang, sementara janin dapat mengalami pertumbuhan yang
terhambat, bayi berat lahir rendah, bahkan dapat meninggal di dalam kandungan.
 Risiko keguguran lebih tinggi
Wanita yang hamil di usia 35 tahun atau lebih tua juga diketahui lebih rentan mengalami
keguguran. Beberapa riset menunjukkan bahwa wanita yang hamil usia tua lebih berisiko
mengalami keguguran hingga 20–35%, jika dibandingkan dengan wanita yang hamil di usia
lebih muda. Risiko keguguran atau bahkan kelahiran mati meningkat seiring bertambahnya usia
ibu hamil. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari kelainan genetik pada janin,
kondisi kesehatan ibu yang kurang baik atau riwayat keguguran sebelumnya.
Menurut studi dalam jurnal medis “The BMJ” yang terbit pada Maret 2019 lalu, risiko
keguguran ditemukan paling rendah pada wanita 25-29 (10 persen), lalu meningkat setelah usia
30 tahun, hingga mencapai 53 persen pada wanita usia 45 tahun ke atas.
Penelitian menunjukkan, penurunan kualitas sel telur ditambah peningkatan risiko kondisi
medis kronis dapat meningkatkan risiko keguguran. Untuk mencegah hal ini terjadi sebaiknya
periksakan kehamilan secara rutin, terutama selama minggu-minggu terakhir kehamilan.
 Cenderung hamil anak kembar
Wanita di atas 35-40 tahun mempunyai peluang yang lebih tinggi untuk hamil kembar atau
lebih. Kemungkinan memiliki anak kembar meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini karena
perubahan hormon dapat menyebabkan pelepasan banyak sel telur pada saat yang bersamaan.
Penggunaan teknologi reproduksi yang dibantu seperti fertilisasi In Vitro Fertilization (IVF) atau
bayi tabung juga dapat memainkan peran.
 Bisa mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan
Penelitian menunjukkan, tekanan darah tinggi yang berkembang selama kehamilan lebih
sering terjadi pada wanita yang lebih tua. Rutin kontrol ke dokter untuk selalu melakukan
pemantauan terhadap kehamilan bisa membantu menghindari komplikasi.
 Penyakit kronis
Ibu hamil di usia 40 tahun ke atas lebih berisiko terkena diabetes, tekanan darah tinggi,
penyakit tiroid atau munculnya masalah kesehatan kronis lainnya seperti hipertensi, tumor,
degenerative tulang belakang dan panggul. Beberapa penyakit kronis tersebut dapat
meningkatkan risiko keguguran, preeklamsia, dan bayi lahir prematur. Jika ibu hamil memiliki
penyakit kronis ini sebelum hamil, ada baiknya untuk berkonsultasi ke dokter dan memastikan
tubuh fit sebelum menjalani kehamilan.
 Kondisi fisik yang tak bugar
Risiko hamil di usia 35-40 tahun ke atas lainnya, yakni tingkat kebugaran umumnya di bawah
rata-rata wanita yang hamil di usia 20-30 tahunan. Wanita yang hamil saat usianya tidak lagi
muda juga cenderung merasakan mudah lelah, nyeri, atau rasa tidak nyaman selama kehamilan
yang lebih kentara. Namun, risiko ini umumnya tidak terjadi pada ibu hamil di atas usia 35-40

Page 11 of 17
KASUS REPRODUKSI

tahun yang rutin berolahraga dan aktif bergerak. Ibu hamil yang mengandung buah hatinya di
usia lanjut juga bisa tetap berolahraga dengan aman. Pilihannya bisa dengan jalan kaki, yoga,
atau berenang.
 Risiko melahirkan bayi prematur
Pada kehamilan di atas 40 tahun, risiko melahirkan bayi mengalami kelahiran prematur atau
lahir dengan berat badan rendah lebih tinggi sehingga bayi kemungkinan besar akan mempunyai
berat bayi lahir rendah terutama jika kehamilan terjadi dengan bantuan terapi kesuburan. Bayi
lahir prematur (sebelum usia kandungan 37 minggu) biasanya mengalami BBLR (Berat Badan
Bayi Rendah). Hal ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan bayi belum sempurna saat
dilahirkan.
Bayi yang lahir terlalu kecil dapat meningkatkan risiko bayi memiliki berbagai masalah
kesehatan pada usia selanjutnya, mulai dari gangguan pernapasan, daya tahan tubuh lemah
hingga terhambatnya tumbuh kembang.
Perlu diketahui bahwa bayi prematur mungkin memiliki masalah pernapasan akibat
perkembangan paru-paru yang belum memadai. Bayi pun lebih rentan mengalami infeksi,
pendarahan di otak, dan masalah dengan pengaturan suhu dan kadar glukosa.
Selain itu, bayi yang lahir prematur juga lebih mungkin untuk mengalami masalah pendengaran
dan penglihatan, begitu juga dengan cerebral palsy atau lumpuh otak, khususnya jika bayi
dilahirkan sebelum usia kehamilan 32 minggu.
 Proses melahirkan dengan operasi caesar
Wanita yang berusia di atas 35-40 tahun saat hamil juga lebih rentan mengalami gangguan
selama persalinan seperti menderita komplikasi penyakit saat hamil, contohnya kondisi di mana
plasenta previa memblokir jalan lahir atau plasenta previa menghalangi leher rahim (serviks).
Bayi prematur, terutama mereka yang lahir paling awal seringkali memiliki masalah medis
yang rumit sehingga bayi harus dilahirkan dengan operasi caesar. Selain itu, riwayat operasi
caesar sebelumnya juga bisa membuat wanita yang hamil di usia tua perlu melahirkan dengan
metode yang sama.
 Kehamilan ektopik
Wanita berusia di atas 35-40 tahun risikonya 4-8 kali lebih besar mengalami kehamilan
ektopik atau kehamilan di luar rahim dibandingkan dengan wanita berusia lebih muda.
Tingginya risiko kehamilan ektopik ini bisa merupakan akibat dari akumulasi faktor risiko
dari waktu ke waktu, seperti radang panggul dan gangguan di tuba falopi. Kondisi ini berpotensi
mengancam nyawa.
 Sindrom yang terjadi pasca melahirkan
Usai melahirkan, seringkali ibu mengalami baby blues syndrome hingga depresi. Hal
itu timbul pada ibu yang umumnya biasa bekerja keras sebelum punya anak. Sehingga
mereka merasa jenuh, khawatir tak bisa kembali bekerja karena sudah sibuk mengurus
anak. Di masa ini, perlu pendampingan suami, keluarga hingga dokter. Bahkan paling
tepat adalah sahabat. Banyak perempuan justru lebih percaya pada sahabatnya
ketimbang suami.

6. Apakah resiko reproduksi bagi bayi nyonya Alika?


Jawab :
Risiko reproduksi di usia tua memang sangat rentan terkena berbagai gangguan pada sistem
reproduksi. Kehamilan di usia lanjut atau dapat dikatakan dalam bahasa medisnya adalah geriatric
pregnancy sebenarnya tidaklah mutlak berbahaya. Namun, jika dilihat dalam sisi kesehatan
khususnya kesehatan reproduksi nyonya Alika di usia 35-40 tahun atas memiliki risiko cukup tinggi
untuk hamil.

Page 12 of 17
KASUS REPRODUKSI

Risiko kehamilan tersebut tidak hanya dialami oleh sang Ibu, tetapi juga bisa mengganggu
pertumbuhan bayi di dalam kandungan.
Berikut beberapa risiko dan gangguan reproduksi yang rentan dialami wanita yang berada di fase
kehamilan berisiko tinggi adalah sebagai berikut :
a) Gangguan mentruasi : Seiring dengan bertambahnya usia, setiap wanita pasti akan mengalami
menopause. Menopause didefinisikan sebagai berhentinya siklus menstruasi selama minimal 12
bulan dari haid terakhir. Menopause disebabkan oleh perubahan hormon seks dalam tubuh yang
umumnya terjadi saat berusia tua. Menopause biasanya terjadi saat wanita memasuki usia 45
hingga 55 tahun.
b) Kanker serviks : Keadaan di mana sel-sel abnormal tumbuh diseluruh lapisan epitel serviks.
Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus,oviduk,ovarium, sepertiga bagian atas
vagina dan kelenjar linfe panggul. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Setyarini (2009)
menemukan bahwa usia > 35 tahun beresiko untuk terkena kanker Rahim 4.23 kali lebih besar
daripada usia ≤ 35 tahun. Apalagi ditambah wanita yang sedang hamil di usia 35-40 tahun lebih
rentan terkena penyakit kanker serviks.
c) AIDS : AIDS adalah singkatan dari acquired immune deficiency syndrome. Virus HIV
ditularkan melalui kontak langsung darah dan cairan tubuh penderita seperti sperma, cairan
vagina, dan ASI. Ibu atau bayi dengan HIV/AIDS berpeluang besar untuk menyumbang angka
kematian ibu maupun bayi yang sangat menentukan derajat kesehatan masyarakat di suatu
negara. Meski penelitian pada 2003-2010 di 8 provinsi Indonesia menunjukkan bahwa
prevalensi atau angka HIV/AIDS pada ibu hamil tergolong rendah, ini tidak membuat
HIV/AIDS pada ibu hamil menjadi masalah kecil. Ibu hamil yang terdiagnosis positif HIV juga
dapat menularkan infeksinya pada bayi di dalam kandungan lewat plasenta. Tanpa pengobatan,
seorang ibu hamil yang positif HIV berisiko sekitar 25-30% untuk menularkan virus pada
anaknya selama kehamilan.
d) Kanker ovarium : Kanker ovarium memiliki gejala yang tidak jelas, berupa rasa berat pada
panggul perubahan fungsi saluran pencernaan atau mengalami pendarahan vagina abnormal.
Penanganan di lakukan dengan pembedahan dan kemoterapi. Sampai saat ini, penyebab kanker
ovarium belum diketahui secara pasti. Namun, jenis kanker ini lebih sering muncul saat seorang
wanita sudah mengalami menopause.
e) Kanker Endometrium : Endometriosis merupakan keadaan di mana jaringan endometrium
terdapat di luar uterus. Gejala endometriosis antara lain nyeri perut, pinggang terasa sakit dan
nyeri pada masa menstruasi. Penanganannya dengan pemberian obat-obatan, laporoskopi atau
bedah laser. Wanita yang hamil pada saat menjelang masa menopause lebih rentan mengalami
kanker endometrium karena sebuah penelitian menunjukkan bahwa kadar progesteron yang
sangat tinggi dapat mengurangi risiko itu sekitar 15 persen, penurunan terus berlanjut hingga
pada setidaknya delapan kehamilan. Tetapi pada saat wanita hamil menjelang masa menopause
maka kadar progesterone mengalami penurunan sehingga memungkinkan terjadinya kanker
endometrium.
f) Infeksi Vagina : Gejala awal yaitu keputihan dan timbul gatal-gatal, menyerang wanita usia
produktif. Penyebabnya antara lain akibat hubungan kelamin, terutama bila suami terkena
infeksi, jamur atau bakteri. Infeksi vagina dapat saja terjadi akibat hubungan seksual suami
istri.  Ketika diderita oleh perempuan hamil, maka inveksi vagina bisa menyebabkan dampak
serius kepada janin.
g) Radang panggul : Penyakit radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) terjadi
ketika saluran reproduksi bagian atas, seperti rahim, leher rahim, indung telur, dan tuba falopi,
mengalami peradangan akibat infeksi bakteri dari vagina. Bila tidak ditangani segera, penyakit

Page 13 of 17
KASUS REPRODUKSI

radang panggul dapat menyebabkan komplikasi serius yang mempersulit kehamilan, berupa
munculnya jaringan parut pada sistem reproduksi. Infeksi bakteri ini dapat diatasi dengan obat
antibiotik. Pasien dianjurkan untuk menyelesaikan masa pengobatan hingga tuntas, guna
mengurangi risiko terjadinya komplikasi lain yang lebih serius.
h) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran
mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu.
Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup
serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke Rahim.
i) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu
pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan
suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
j) Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi
obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
k) Gangguan ovulasi, gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal
seperti adanya hambatan pada sekresi hormone FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar
terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor cranial, stress, dan pengguna
obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hiotalamus dan hipofise. Bila terjadi
gangguan sekresi kedua hormone ini. Maka folikel mengalami hambatan untuk matang dan
berakhir pada gangguan ovulasi.
l) Kegagalan implantasi, wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan
dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi
pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan
terjadilah abortus.
Dan masih banyak lagi risiko reproduksi yang dapat saja terjadi selama proses kehamilan yang
dikhawatirkan oleh nyonya Alika.

7. Apakah mungkin menyusui bayi dapat mencegah kehamilan seperti disarankan dokter
terhadap nyonya Alika. Bagaimana bioprosesnya?
Jawab :
Menyusui secara alami dapat membuat wanita memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk
hamil. Para profesional sering menyebut metode kontrasepsi ini dengan istilah Lactational
Amenorrhoea Method (LAM).
Cara Kerja Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah menunda atau menekan terjadinya
ovulasi.
Pada enam bulan pertama setelah melahirkan atau melalui masa nifas, persentase efektivitas LAM
mencapai 98 persen selama siklus menstruasi wanita belum kembali lagi. Siklus menstruasi akan
terlambat atau terhenti sementara karena terhambatnya pengeluaran sel telur (ovulasi). Hal yang
terjadi secara alami ini disebabkan oleh pelepasan hormon prolaktin, yaitu hormon yang bertugas
untuk merangsang produksi ASI pada tubuh ibu selama menyusui sehingga dapat mengganggu
pelepasan hormon yang diperlukan untuk ovulasi.
Menyusui dapat mencegah kehamilan karena dikontrol oleh dua hormon utama, yaitu prolaktin
dan oksitosin. Prolaktin berfungsi merangsang produksi ASI. Sedangkan, oksitosin bertugas untuk
mengalirkan ASI ke payudara. Hormon prolaktin terus meningkat ketika hamil dan menyebabkan
payudara membesar.
Konsentrasi prolaktin meningkatkan sebagai respons terhadap stimulus pengisapan berulang ketika
menyusui. Dengan intensitas dan frekuensi yang cukup, kadar prolaktin akan tetap tinggi. Hormon

Page 14 of 17
KASUS REPRODUKSI

prolaktin yang merangsang produksi ASI juga mengurangi kadar hormon LH yang diperlukan untuk
memelihara dan melangsungkan siklus menstruasi.
Ketika kadar prolaktin meningkat, produksi dan sekresi hormon lain dihambat menyebabkan
ovarium menjadi kurang sensitif terhadap perangsangan gonadotropin yang memang sudah rendah
dengan akibat timbulnya inaktivasi ovarium, kadar esterogen yang rendah dan anovulasi. Bahkan
pada saat aktivitas ovarium mulai pulih kembali, kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan fase luteal
yang singkat dan fertilitas menurun.
Tapi, wanita hamil tidak bisa memproduksi ASI karena kadar homon progesteron yang juga naik
selama kehamilan. Progesteron dirpoduksi oleh plasenta. Selama plasenta masih ada di dalam rahim,
ASI tidak bisa diproduksi. Jadi, ketika bayi lahir dan plasenta keluar dari rahim ibu, barulah tubuh ibu
siap memproduksi ASI.
Semakin sering seorang ibu menyusui bayinya, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon
gonadotrophin melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi
kadar estrogen, sehingga tidak terjadi ovulasi. Jadi, intinya cara kerja Metode Amenore Laktasi
(MAL) ini adalah dengan penundaan atau penekanan ovulasi (Hidayati, 2009).

8. Apakah yang dimaksud dengan cara KB yang disarankan dokter tersebut, yaitu : Sistem
kalender, IUD, Tubectomi, Pil KB.
Jawab :
⁂ Sistem KB kalender : Sebuah usaha untuk mengatur kehamilan dengan menghindari hubungan
badan selama masa subur seorang wanita tanpa risiko efek samping karena tidak mengonsumsi
obat-obatan. Sistem KB kalender dapat dilakukan dengan cara mencatat dan menghitung masa
subur dengan siklus haid, menentukan lamanya siklus menstruasi terpendek, menentukan
lamanya siklus menstruasi terpanjang, merencanakan waktu yang tepat untuk berhubungan
seksual dan melakukan pantang berkala atau lebih dikenal dengan sistem kalender merupakan
salah satu cara atau metode kontrasepsi alami (Kb alami) dan sederhana yang dapat dikerjakan
sendiri oleh pasangan suami istri dengan cara tidak melakukan sanggama pada masa subur.
Wanita bisa menentukan masa subur atau ovulasinya dengan cara memeriksa suhu tubuh dan
melihat perubahan cairan vagina.
⁂ IUD : Salah satu jenis alat kontrasepsi berbahan plastik dan berbentuk menyerupai huruf T yang
diletakkan di dalam rahim. IUD dapat mencegah kehamilan dengan cara menghalau sperma agar
tidak membuahi sel telur. IUD bekerja dengan cara menghambat gerakan sperma menuju saluran
rahim untuk mencegah pembuahan, sehingga tidak terjadi kehamilan.
⁂ Tubectomi : Prosedur mengikat, pemotongan atau penutupan saluran indung telur yang
menghubungkan ovarium ke rahim (tuba falopi) sehingga sel telur tidak bisa memasuki rahim
untuk dibuahi. Tubektomi bersifat permanen.
⁂ Pil KB : Salah satu jenis KB yang dirancang untuk diminum secara oral oleh wanita. Pil KB
mengandung mengandung hormon progestin dan estrogen untuk mencegah terjadinya ovulasi. Pil
KB umumnya terdiri dari 21–35 tablet yang harus dikonsumsi dalam satu siklus atau secara
berkelanjutan.

9. Menurutmu apakah kemungkinan kelainan reproduksi yang dimaksud pada tuan Abdalla itu,
jelaskan!
Jawab :

Page 15 of 17
KASUS REPRODUKSI

10. Apakah yang dimaksud dengan impotensia, berbahayakah penyakit tersebut ?, jelaskan.
Jawab :
Impotensi merupakan kondisi dimana penis tidak mampu mempertahankan ereksi bahkan tidak
mampu untuk ereksi meskipun terdapat rangsangan secara seksual. Penyakit yang satu ini juga
dikenal dengan disfungsi ereksi. Ereksi sendiri merupakan hasil dari terjadinya peningkatan darah ke
penis. Hal tersebut terjadi karena terdapat rangsangan dalam pikiran seksual maupun maupun penis
mengalami kontak sehingga ereksi terjadi. Penderita impotensi akan mengalami penurunan gairah
seksual. Gejalanya berlangsung secara bertahap. Impotensi tidak hanya dialami oleh lansia. Namun
usia dewasa muda yang masih aktif secara seksual pun bisa mengalami impotensi. Impotensi
merupakan masalah seksual yang rentan terjadi pada pria berusia 40 tahun ke atas.
Impotensi tidak berbahaya, tetapi kondisi tersebut sangat mengganggu, baik untuk penderita
maupun untuk pasangannya. Seseorang yang mengalami impotensi akan kesulitan untuk ereksi atau
mempertahankan ereksi. Penderita impotensi atau lemah syahwat juga mengalami penurunan gairah
seksual. Keluhan ini dapat muncul tiba-tiba atau secara bertahap.

11. Kalau menurutmu cara KB manakah yang terbaik bisa dilaksanakan oleh tuan dan nyonya
Abdalla, mengapa, jelaskan alasannya.
Jawab :
Menurut saya cara KB yang terbaik untuk mencegah kehamilan adalah dengan melakukan
tubectomi karena tubectomi merupakan salah satu metode KB yang bersifat permanen sehingga
tubectomi terbukti sangat efektif untuk mencegah kehamilan. Sesuai dengan proses tubectomi, yaitu
metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara memotong, mengikat atau menutup tuba falopi
sehingga sel telur tidak bisa memasuki rahin untuk dibuahi. Jadi, nyonya Alika dan tuan Abdalla
tidak perlu khawatir dan takut akan terjadinya kehamilan sehingga mereka masih bisa berhubungan
sexual kapan saja tanpa perlu takut akan hamil lagi.

12. Teknologi bolehlah tak terbendung tapi tidak boleh tak terkendali. Itulah kondisi saat ini.
Jawab :

13. Di negara maju ada yang disebut dengan bank sperma. Apakah yang dimaksud dengan bank
sperma tersebut adalah sperma hewan ataukah sperma manusia? jelaskan. Menurutmu
layakkah teknologi tersebut dilaksankan? jelaskan.
Jawab :
Bank sperma merupakan tempat penyimpanan khusus dimana para donor sperma dapat
menampung sperma yang mereka donasikan. Bank sperma bisa berupa sebuah institusi kesehatan
ataupun sebuah perusahaan komersial. Ternyata selain sperma manusia terdapat juga sperma hewan
yang disimpan di dalam bank sperma hingga bisa dibeli atau didonasikan kepada pembeli. Donor
sperma akan disimpan dalam tabung pendingin berisi nitrogen cair dengan suhu -196°.
Menurut saya teknologi bank sperma tidak layak digunakan karena sesuai dengan Undang-undang
Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah tentang Kesehatan Reproduksi Nomor 41
tahun 2014 telah ditegaskan bahwa inseminasi buatan maupun bayi tabung harus dilakukan oleh
pasangan suami istri. Selain itu, berbagai risiko juga bisa muncul jika wanita mendapat donor sperma
seperti riwayat genetik yang tidak jelas. Hal ini bisa menimbulkan masalah sosial di masa mendatang.
Bagi pasangan suami istri yang mengalami infertilitas, program bayi tabung atau inseminasi buatan
bisa mengupayakan pembuahan menggunakan sel telur dan sperma pasangan.

Page 16 of 17
KASUS REPRODUKSI

Page 17 of 17

Anda mungkin juga menyukai