Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TINDAKAN KEPERAWATAN

“PROSEDUR PEMASANGAN KATETER”

Oleh :
Kelompok II
Risal
Stevia Kotika
Jeniver Tulenan

Dosen Pengampu:
Ns. Heyni F Kereh, S.Kep., M.M., M.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK III


ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO
KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat cinta kasih
dan penyertaan-Nya selama proses pembuatan makalah ini sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan segala baik.
Terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini, yang kami
kasihi Ns. Heyni F Kereh, S.Kep., M.M., M.Kep, karena dengan adanya tugas ini
wawasan serta pengetahuan kami mengenai Prosedur Pemasangan Kateter dapat
bertambah.
Terima kasih juga bagi para pembaca yang mendukung kami selama
proses pembuatan makalah ini, sehingga dapat selesai dengan segala baik.
Jika dalam makalah ini terdap kesalahan dalam bentuk apapun mohon
dimaafkan. Kami tahu makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun untuk bekal pembuatan makalah pada masa
yang akan datang sangat kami harapkan.
Besar harapan kami agar tulisan ini dapat diterima dan dipergunakan
dengan sebaik-baiknya. Akhirnya penulis berharap semoga kita semua selalu
dalam lindungan dan penyertaan Tuhan yang Maha Kuasa. Atas perhatian dan
kepedulian para pembaca sekali lagi kami ucapkan terima kasih.

Manado, Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................2

C. Tujuan Makalah..............................................................................3

BAB II KONSEP DAN TEORI..............................................................................4

A. Definisi dan Sejarah Pemasangan Kateter......................................4

B. Tokoh Pemasangan Kateter............................................................5

C. Teori Pemasangan Kateter..............................................................5

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................8

A. Prosedur Pemasangan Kateter........................................................8

B. Indikasi dan Kontraindikasi Pemasangan Kateter..........................9

C. Kendala Pemasangan Kateter.......................................................10

D. Komplikasi...................................................................................11

E. Tindakan Perawatan Kateter........................................................12

F. Gejala ISK Pada Pasien Menggunakan Kateter...........................13

BAB IV PENUTUP..............................................................................................15

A. Kesimpulan...................................................................................15

B. Saran.............................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemasangan kateter urin merupakan suatu tindakan invasif dengan cara
memasukkan selang ke dalam kandung kemih dan untuk membantu proses
pengeluaran urin dalam tubuh (Mobalen, Tansar, & Maryen, 2019). Kateterisasi
uretra yaitu suatu metode primer dekompresi kandung kemih dan menjadi alat
diagnostik pada keadaan retensi urin akut (Semaradana, 2014).
Infeksi saluran kemih terkait kateter tetap menjadi salah satu infeksi terkait
perawatan kesehatan yang paling umum namun dapat dicegah dan sebagian besar
terjadi pada pasien dengan kateter urin yang menetap (Chenoweth & Saint, 2016).
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi
dan disebabkan karena infeksi, selain infeksi saluran pernafasan. Penyakit ISK
dilaporkan sebanyak 8,3 juta kasus per tahun dan lebih sering ditemukan pada
wanita dari pada laki-laki (Darsono, Mahdiyah, & Sari, 2016). Prevalensi ISK
menjadi tinggi pada pasien sebanyak 80% yang memakai kateter dan 10%-30%
pasien mengalami bakteriuria (Semaradana, 2014).
Sementara itu penduduk Indonesia yang menderita Infeksi Saluran Kemih
diperkirakan 222 juta jiwa, dan prevalensinya masih relatif cukup tinggi. Menurut
Departemen Kesehatan RI, pasien dengan ISK sebanyak 90-100 kasus per
100.000 penduduk pertahun atau sekitar 180.000 kasus baru (Kemenkes, 2015).
Penelitian Perdana (2017) menyatakan hubungan yang signifikan antara
pelaksanaan perawatan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih. Hal ini
dikarenakan tindakan perawatan dan pemasangan kateter belum dilakukan
perawat dengan baik. Penelitian Palimbunga, Rataq, dan Kaunang (2017) tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih,
ditemukan adanya hubungan antara kebiasaan menahan buang air kecil dengan
kejadian infeksi saluran kemih. Jumlah pasien infeksi saluran kemih dan menjadi
10 penyakit tertinggi dari tahun 2014 hingga 2016 meningkat. Jumlah infeksi pada
pasien rawat jalan menjadi 1.051 berada pada peringkat ke 10 pasien tahun 2016.
Penelitian Roby dan Pontianus, (2018) mengemukakan kejadian ISK diduga

1
berhubungan dengan faktor risiko yaitu pemasangan kateterisasi perkemihan. Hal
ini bertujuan untuk mengidentifikasi kejadian infeksi di saluran kemih pada pasien
yang sudah terpasang katetersiasi di Ruang Rawat Inap RSU Imelda Pekerja
Indonesia (IPI) Medan. Penelitian Pramudyaningrum, Huriah, dan Chayati (2019)
menghasilkan penemuan bahwa bundle catheter education efektif untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat dalam pencegahan
penyakit terkait pemasangan kateter urin.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti di instalasi rekam medik
Rumah Sakit Umum dan hasil wawancara dengan pasien yang sedang terpasang
kateter didapatkan ada yang mengalami infeksi saluran kemih karena kebiasaan
menahan buang air kecil dan lamanya waktu pemasangan kateter. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan pemasangan kateter dengan kejadian
infeksi saluran kemih.
Menurut WHO, Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi yang
kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3
juta kasus dilaporkan per tahun. Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita
dari pada laki-laki. Indonesia merupakan negara berpenduduk ke empat terbesar
dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Infeksi saluran kemih di Indonesia
dan prevalensinya masih cukup tinggi, Menurut perkiraan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia adalah 90-100 kasus per
100.000 penduduk pertahun nya atau sekitar180.000 kasus baru pertahun (Depkes
Ri, 2014 dalam Kausuhe, dkk 2017).
Hasil studi pendahuluan di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado Pasien
yang akan di pasang kateter kurang lebih 2-3 pasien perhari dan dari hasil
wawancara dengan perawat di ketahui di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado
sudah tidak lagi menggunakan SPO dengan alasan waktu yang tidak
memungkinkan untuk mereka melakukan tindakan menggunakan SPO.

B. Rumusan Masalah
1. Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimanakah prosedur
pemasangan kateter kepada pasien?
2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pemasangan kateter?

2
3. Bagaimana melakukan perawatan kateter yang baik dan benar, dan apa saja
tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari komplikasi?
4. Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi akibat pemasangan kateter, dan
bagaimana tindakan pencegahan dan penanganannya?
5. Bagaimana mengidentifikasi perbedaan antara gejala infeksi saluran kemih
pada pasien yang menggunakan kateter dan yang tidak, serta bagaimana
tindakan yang harus dilakukan dalam mengatasi hal tersebut?

C. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Membahas prosedur pemasangan kateter, indikasi dan kontraindikasi
pemasangan kateter, perawatan kateter, serta komplikasi dan tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan prosedur pemasangan kateter secara rinci dan
memperlihatkan langkah-langkah yang harus diikuti secara terperinci.
b. Mengidentifikasi indikasi dan kontraindikasi pemasangan kateter,
sehingga penggunaan kateter dapat dijaga sesuai kebutuhan medis
pasien.
c. Menyampaikan tindakan perawatan kateter yang harus dilakukan
untuk menghindari komplikasi dan memastikan keberhasilan
pemasangan kateter.
d. Mendiskusikan komplikasi yang mungkin terjadi akibat pemasangan
kateter, dan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan risiko tersebut.
e. Menjelaskan perbedaan antara gejala infeksi saluran kemih pada
pasien yang menggunakan kateter dan yang tidak.

3
BAB II
KONSEP DAN TEORI

A. Definisi dan Sejarah Pemasangan Kateter


Menurut PPNI Kemenkes, pemasangan kateter adalah prosedur medis
untuk memasukkan kateter (tabung tipis) ke dalam tubuh melalui saluran kemih
untuk mengalirkan urine ke dalam kantong urine di luar tubuh. Pemasangan
kateter dilakukan oleh perawat atau dokter yang terlatih dan dilakukan dalam
kondisi aseptik untuk mencegah infeksi.
Menurut para ahli, pemasangan kateter adalah prosedur medis untuk
memasukkan tabung tipis (kateter) ke dalam tubuh melalui saluran kemih atau
pembuluh darah untuk mengalirkan urine atau cairan lain ke dalam kantong urine
atau alat pengukur cairan lainnya. Pemasangan kateter dilakukan untuk tujuan
medis tertentu, seperti pengumpulan urin, drainase urin, atau pengukuran tekanan
darah, dan dilakukan dalam kondisi aseptik untuk mencegah infeksi.
Secara umum, pemasangan kateter dilakukan jika pasien mengalami
masalah dengan kemampuan untuk buang air kecil atau perlu memonitor jumlah
dan komposisi urin yang dikeluarkan. Namun, penggunaan kateter harus
dipertimbangkan dengan hati-hati karena dapat menyebabkan komplikasi seperti
infeksi, iritasi kulit, atau kerusakan pada jaringan. Oleh karena itu, pemasangan
kateter harus dilakukan oleh orang yang terlatih dan memperhatikan pedoman
yang disarankan untuk meminimalkan risiko dan memastikan keberhasilan
prosedur.
Sejarah pemasangan kateter telah dimulai sejak zaman kuno, meskipun
pada awalnya kateter digunakan untuk tujuan yang berbeda. Sebelum abad ke-19,
kateter digunakan untuk memasukkan obat-obatan ke dalam tubuh dan untuk
melakukan pengukuran aliran urine.
Pada abad ke-19, penggunaan kateter mulai berkembang dan digunakan
untuk memperbaiki saluran kandung kemih. Pada tahun 1869, seorang dokter
bernama Thomas Keith menggunakan kateter untuk mengobati batu ginjal. Pada
tahun yang sama, Frederic Eugene Basil Foley, seorang ahli bedah urologi,
menciptakan kateter foley yang digunakan hingga saat ini. Pada awalnya, kateter

4
foley hanya terbuat dari karet dan tidak memiliki cangkang khusus untuk
menahan kateter di dalam tubuh. Namun, pada tahun 1935, Leonard Cobb
menciptakan kateter foley modern yang memiliki cangkang untuk menahan
kateter di dalam tubuh.
Dalam perkembangan selanjutnya, teknologi kateter semakin canggih
dengan penggunaan bahan-bahan seperti silikon dan poliuretan. Kini, terdapat
berbagai macam jenis kateter yang digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk
kateter pembuluh darah, kateter urine, dan kateter intravena.

B. Tokoh Pemasangan Kateter


Beberapa tokoh yang terlibat dalam sejarah pemasangan kateter
diantaranya sebagai berikut.
1. Thomas Keith: Dokter asal Skotlandia yang pada tahun 1869
menggunakan kateter untuk mengobati batu ginjal.
2. Frederic Eugene Basil Foley: Ahli bedah urologi Amerika yang pada tahun
1929 menciptakan kateter foley yang digunakan hingga saat ini.
3. Leonard Cobb: Ahli bedah jantung Amerika yang pada tahun 1935
menciptakan kateter foley modern yang memiliki cangkang untuk
menahan kateter di dalam tubuh.
4. C. R. Bard: Ahli farmasi Amerika yang pada tahun 1934 menciptakan
kateter pembuluh darah modern yang digunakan hingga saat ini.
5. Benjamin Franklin: Tokoh Amerika yang pada tahun 1752 menciptakan
kateter untuk membantu mengeluarkan batu saluran kemih pada pasien.

C. Teori Pemasangan Kateter


Pemasangan kateter adalah prosedur medis yang melibatkan memasukkan
tabung tipis yang fleksibel ke dalam tubuh melalui uretra atau pembuluh darah.
Tujuan dari pemasangan kateter dapat bervariasi, seperti untuk mengeluarkan
urine dari kandung kemih, mengukur tekanan darah dalam pembuluh darah, atau
memberikan nutrisi melalui saluran pencernaan. Beberapa teori yang berkaitan
dengan pemasangan kateter antara lain sebagai berikut.

5
1. Anatomi: Tenaga medis harus memahami anatomi dasar sistem kemih,
yaitu uretra, kandung kemih, ureter, dan ginjal, agar dapat memilih jenis
kateter yang tepat dan mengetahui teknik pemasangan yang aman dan
efektif.
2. Sterilitas: Proses pemasangan kateter harus dilakukan dalam kondisi steril
untuk mencegah infeksi. Tenaga medis harus memakai sarung tangan steril,
menghindari kontak langsung dengan kateter dan pasien, serta
menggunakan antiseptik untuk membersihkan area sekitar uretra sebelum
memasukkan kateter.
3. Teknik Pemasangan: Ada beberapa teknik pemasangan kateter yang dapat
dilakukan, tergantung pada kondisi pasien dan tujuan dari prosedur ini.
Beberapa teknik meliputi metode Seldinger, metode uretrotomi, dan metode
insisi suprapubik.
4. Jenis Kateter: Ada berbagai jenis kateter yang tersedia, seperti kateter foley,
kateter nelaton, kateter suprapubik, dan lain-lain. Setiap jenis kateter
memiliki karakteristik dan indikasi yang berbeda, dan harus dipilih sesuai
dengan kondisi pasien.
5. Perawatan: Setelah kateter dipasang, pasien memerlukan perawatan yang
tepat agar kateter tetap steril dan tidak menyebabkan masalah kesehatan
yang lain. Tenaga medis harus memberikan instruksi perawatan yang jelas
dan memonitor pasien secara teratur untuk mengidentifikasi dan menangani
masalah secepat mungkin.
6. Teori inflamasi: Pemasangan kateter dapat menyebabkan inflamasi pada
saluran kemih atau pembuluh darah yang rentan terhadap infeksi. Inflamasi
ini dapat memperburuk kondisi yang memerlukan pemasangan kateter dan
meningkatkan risiko infeksi
7. Teori cedera fisik: Pemasangan kateter dapat menyebabkan cedera fisik
pada uretra atau pembuluh darah. Cedera ini dapat terjadi karena gesekan
antara kateter dan jaringan, atau karena ketidakmampuan pasien dalam
menerima pemasangan kateter.
8. Teori infeksi: Pemasangan kateter dapat meningkatkan risiko infeksi pada
saluran kemih atau pembuluh darah. Infeksi ini dapat terjadi akibat adanya

6
bakteri pada kateter atau karena kateter menghambat aliran urine atau
darah.
9. Teori psikologis: Pemasangan kateter dapat menyebabkan ketidaknyamanan
dan rasa sakit pada pasien. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi psikologis
pasien dan memperburuk kondisi medis yang sudah ada.
Dalam praktiknya, prosedur pemasangan kateter dilakukan dengan
mempertimbangkan semua faktor di atas dan mengevaluasi risiko dan
manfaatnya. Tujuan utama adalah untuk memastikan keamanan pasien dan
meminimalkan risiko komplikasi.

7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Prosedur Pemasangan Kateter


Pemasangan kateter adalah prosedur medis di mana sebuah tabung
dimasukkan melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine.
Berikut adalah SOP prosedur pemasangan kateter menurut PPNI:
1. Persiapan alat:
a. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan cairan
antiseptik.
b. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan, seperti sarung tangan steril, kateter
sterile, tabung urine sterile, solusi antiseptik, jarum suntik, bedah operator,
spuit, lembar instruksi, dan lap steril.
2. Persiapan pasien:
a. Memberi penjelasan pada pasien mengenai prosedur pemasangan kateter
dan memberikan kesempatan untuk bertanya.
b. Memastikan pasien telah memberikan persetujuan tertulis.
c. Memposisikan pasien dalam posisi yang tepat, tergantung pada jenis
kateter yang akan dipasang.
d. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan cairan
antiseptik.
3. Prosedur pelaksanaan:
a. Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan steril.
b. Membersihkan daerah sekitar uretra dengan solusi antiseptik.
c. Membuka paket kateter sterile dan memasang jarum suntik pada tabung
urine sterile.
d. Melembabkan ujung kateter dengan larutan salin atau pelumas sterile.
e. Memasukkan kateter ke dalam uretra hingga urine keluar melalui tabung
urine.
f. Setelah urine keluar, memasukkan kateter sekitar 2,5-5 cm lebih dalam
untuk memastikan posisi yang benar.

8
g. Mencegah kateter dari penggeseran dengan mengamankan kateter ke paha
pasien dengan lembar instruksi atau perekat yang sesuai.
h. Mencatat jumlah urine yang keluar, warna, dan kejernihan, serta
menempatkan tabung urine pada posisi yang tepat.
i. Mengajarkan pasien cara merawat kateter dan memberikan informasi
mengenai tanda-tanda infeksi atau komplikasi yang harus segera
dilaporkan.
Setelah pemasangan kateter, perawatan yang baik dan pengawasan terus-
menerus sangat penting untuk mencegah komplikasi dan infeksi. Pasien harus
selalu diperiksa dan dicatat jumlah urine yang keluar setiap jam untuk memantau
kinerja kateter. Selain itu, perlu dilakukan perawatan kebersihan yang baik dan
memeriksa kateter secara rutin untuk memastikan bahwa posisinya tetap stabil dan
tidak ada tanda-tanda peradangan atau infeksi.

B. Indikasi dan Kontraindikasi Pemasangan Kateter


Indikasi pemasangan kateter adalah sebagai berikut:
1. Pemantauan urine: Kateter dapat digunakan untuk memantau jumlah urine
yang keluar, warna, dan kejernihan.
2. Retensi urine: Kateter digunakan untuk pasien dengan retensi urine atau
ketidakmampuan untuk buang air kecil.
3. Persiapan operasi: Kateter dapat dipasang untuk mengosongkan kandung
kemih sebelum operasi.
4. Pasien dengan masalah mobilitas: Pasien yang tidak mampu bergerak atau
berjalan dapat membutuhkan kateter untuk menghindari kebocoran urine.
5. Pasien kritis: Pasien yang kritis atau sedang dalam pengobatan intensif dapat
memerlukan kateter untuk memonitor fungsi ginjal dan memantau kadar
cairan tubuh.
Kontraindikasi pemasangan kateter adalah sebagai berikut:
1. Pasien dengan infeksi sistem reproduksi atau saluran kemih: Pemasangan
kateter pada pasien yang menderita infeksi dapat memperburuk kondisi.

9
2. Pasien dengan peradangan uretra atau prostatitis: Pemasangan kateter pada
pasien dengan kondisi peradangan dapat meningkatkan rasa sakit dan
memperburuk kondisi.
3. Pasien dengan kelainan anatomis pada uretra: Pasien dengan kelainan
anatomis pada uretra dapat mengalami komplikasi seperti perforasi atau
pendarahan saat pemasangan kateter.
4. Pasien dengan alergi terhadap bahan kateter: Beberapa pasien mungkin
memiliki reaksi alergi terhadap bahan yang digunakan dalam pembuatan
kateter.
5. Pasien dengan risiko tinggi terhadap infeksi: Pemasangan kateter pada pasien
dengan risiko tinggi terhadap infeksi dapat meningkatkan risiko terjadinya
infeksi dan komplikasi lainnya.

C. Kendala Pemasangan Kateter


Pemasangan kateter dapat menjadi prosedur medis yang rumit dan
memerlukan keahlian khusus. Beberapa kendala yang mungkin terjadi selama
pemasangan kateter antara lain:
1. Infeksi: Risiko infeksi adalah salah satu kendala utama dalam pemasangan
kateter, terutama jika kateter dibiarkan dalam waktu yang lama. Bakteri dapat
masuk ke dalam tubuh melalui kateter dan menyebabkan infeksi saluran
kemih atau infeksi sistemik yang lebih serius.
2. Perdarahan: Pemasangan kateter dapat menyebabkan perdarahan, terutama
jika jarum atau kateter tidak dimasukkan dengan benar. Jika perdarahan
terjadi, tekanan harus segera diaplikasikan ke area tersebut.
3. Nyeri: Pasien mungkin mengalami nyeri selama pemasangan kateter, terutama
jika jarum atau kateter mengalami resistensi saat dimasukkan.
4. Cedera jaringan: Pemasangan kateter yang salah atau terlalu keras dapat
menyebabkan cedera pada jaringan, yang dapat memperburuk kondisi pasien.
5. Obstruksi: Kateter dapat tersumbat oleh bekuan darah, lendir, atau benda asing
lainnya, yang dapat menyebabkan masalah yang lebih serius jika tidak diatasi.
6. Keluar atau bergeser: Kateter dapat keluar atau bergeser dari posisinya, yang
dapat menyebabkan infeksi, nyeri, atau kerusakan organ.

10
7. Reaksi alergi: Beberapa pasien mungkin mengalami reaksi alergi terhadap
bahan kateter atau pelumas yang digunakan selama prosedur pemasangan.
8. Masalah psikologis: Beberapa pasien mungkin merasa cemas atau khawatir
selama pemasangan kateter, terutama jika mereka belum pernah mengalami
prosedur serupa sebelumnya.
Oleh karena itu, pemasangan kateter harus dilakukan oleh tenaga medis
yang terlatih dan berpengalaman, dengan memperhatikan keamanan dan
kenyamanan pasien. Selain itu, pasien harus diberikan informasi yang cukup dan
pemahaman tentang prosedur tersebut untuk mengurangi kecemasan dan
ketidaknyamanan selama prosedur.

D. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat pemasangan kateter
antara lain:
1. Infeksi saluran kemih: Salah satu risiko paling umum dari pemasangan kateter
adalah infeksi saluran kemih. Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri yang
masuk ke dalam tubuh melalui kateter. Tanda-tanda infeksi saluran kemih
dapat meliputi nyeri saat buang air kecil, demam, dan adanya darah atau nanah
dalam urine.
2. Cedera uretra: Pemasangan kateter yang tidak hati-hati dapat menyebabkan
cedera pada uretra, yang dapat menyebabkan perdarahan dan rasa sakit.
3. Perforasi kandung kemih: Pemasangan kateter yang tidak hati-hati juga dapat
menyebabkan perforasi kandung kemih, yang dapat menyebabkan perdarahan
dan infeksi.
4. Retensi urine: Pemasangan kateter yang tidak tepat atau ukuran kateter yang
tidak sesuai dengan anatomi pasien dapat menyebabkan retensi urine.
5. Inflamasi dan iritasi: Pemasangan kateter dapat menyebabkan inflamasi dan
iritasi pada uretra dan kandung kemih.

Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi


risiko komplikasi dari pemasangan kateter antara lain:

11
1. Menjaga kebersihan: Menjaga kebersihan pada area sekitar uretra dan kateter
sangat penting untuk mencegah infeksi.
2. Pemilihan ukuran yang tepat: Pastikan ukuran kateter yang dipilih sesuai
dengan anatomi pasien dan sesuai dengan tujuan pemasangan kateter.
3. Pelaksanaan pemasangan yang hati-hati: Pemasangan kateter harus dilakukan
dengan hati-hati dan oleh perawat yang terlatih untuk mengurangi risiko
cedera pada uretra dan kandung kemih.
4. Pemantauan dan perawatan yang teratur: Pasien yang menggunakan kateter
harus dipantau secara teratur untuk mengurangi risiko infeksi dan komplikasi
lainnya.
5. Penghapusan kateter yang tepat waktu: Kateter harus dihapus sesegera
mungkin setelah tidak diperlukan lagi untuk mengurangi risiko infeksi dan
komplikasi lainnya

E. Tindakan Perawatan Kateter


Tindakan perawatan kateter sangat penting untuk mencegah infeksi dan
komplikasi lainnya. Berikut adalah beberapa tindakan perawatan kateter yang
umum dilakukan:
1. Menjaga kebersihan tangan: Sebelum dan sesudah melakukan perawatan
kateter, perawat atau tenaga kesehatan yang melakukan perawatan harus
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand
sanitizer.
2. Menjaga kebersihan kateter: Perawat harus memeriksa kondisi kateter
setiap hari dan membersihkannya jika diperlukan. Hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan air bersih dan sabun atau larutan pembersih yang
direkomendasikan.
3. Menjaga kebersihan area sekitar kateter: Area sekitar kateter harus tetap
bersih dan kering. Jangan menggunakan bedak atau krim di area sekitar
kateter karena dapat memperburuk infeksi.
4. Menjaga kebersihan wadah urine: Wadah urine harus diganti secara teratur
dan dicuci dengan air dan sabun setiap kali diganti.

12
5. Memonitor urine: Perawat harus memeriksa urine setiap hari untuk
memastikan bahwa urine keluar dengan lancar dan tidak terdapat darah
atau nanah di dalamnya.
6. Menjaga hidrasi: Pasien harus dijaga dalam keadaan terhidrasi dengan
minum cukup air untuk membantu membuang bakteri dari saluran kemih.
7. Penghapusan kateter yang tepat waktu: Kateter harus dihapus sesegera
mungkin setelah tidak diperlukan lagi untuk mengurangi risiko infeksi dan
komplikasi lainnya.
Tindakan perawatan kateter harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan untuk mencegah infeksi dan komplikasi lainnya.

F. Gejala ISK Pada Pasien Menggunakan Kateter


Gejala infeksi saluran kemih pada pasien yang menggunakan kateter dan
yang tidak bisa berbeda karena adanya kateter yang masuk ke dalam saluran
kemih dan dapat memengaruhi proses infeksi. Berikut adalah beberapa perbedaan
gejala infeksi saluran kemih pada pasien yang menggunakan kateter dan yang
tidak:
1. Frekuensi buang air kecil: Pasien yang menggunakan kateter mungkin
tidak merasakan kebutuhan untuk buang air kecil atau mengalami
frekuensi buang air kecil yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien
yang tidak menggunakan kateter.
2. Rasa nyeri atau terbakar saat buang air kecil: Gejala ini bisa terjadi pada
pasien yang menggunakan kateter maupun yang tidak menggunakan
kateter.
3. Urine berbau tidak sedap atau berwarna keruh: Pada pasien yang
menggunakan kateter, urine mungkin terlihat keruh atau berbau tidak
sedap.
4. Demam atau menggigil: Gejala ini bisa terjadi pada pasien yang
menggunakan kateter maupun yang tidak menggunakan kateter.
5. Nyeri di sekitar area kateter: Pasien yang menggunakan kateter mungkin
merasakan nyeri atau ketidaknyamanan di sekitar area kateter.

13
6. Keluar darah atau nanah dari kateter: Pasien yang menggunakan kateter
mungkin mengalami keluar darah atau nanah dari kateter, yang bisa
menjadi tanda adanya infeksi.
Perbedaan gejala infeksi saluran kemih pada pasien yang menggunakan
kateter dan yang tidak harus selalu diwaspadai. Oleh karena itu, perawat atau
tenaga kesehatan harus memperhatikan gejala-gejala tersebut dan mengambil
tindakan yang diperlukan untuk mencegah dan mengobati infeksi saluran kemih.

14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemasangan kateter merupakan prosedur medis yang umum dilakukan
dalam praktek klinis dan membutuhkan teknik yang tepat agar terhindar dari
komplikasi.Pelaksanaan pemasangan kateter harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang terlatih dan memahami tata cara sterilisasi, aseptik, dan antisepsis.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan kateter antara lain
infeksi, perdarahan, trauma uretra, dan obstruksi kateter.

B. Saran
1. Para tenaga kesehatan yang melakukan pemasangan kateter harus memahami
dengan baik tata cara sterilisasi, aseptik, dan antisepsis agar terhindar dari
risiko infeksi.
2. Pasien yang akan dipasang kateter harus dipersiapkan secara baik, termasuk
memberikan informasi yang jelas tentang prosedur dan risiko yang mungkin
terjadi.
3. Dalam hal terjadi komplikasi setelah pemasangan kateter, perlu dilakukan
tindakan yang cepat dan tepat untuk mengurangi risiko kerusakan yang lebih
parah.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai teknik dan metode
pemasangan kateter yang lebih aman dan minim risiko komplikasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Darsono, P. V., Mahdiyah, D., & Sari, M. (2016). Gambaran Karakteristik Ibu
Hamil Yang Mengalami Infeksi Saluran Kemih (Isk) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan
Dan Keperawatan.

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia. (2015). Pedoman Tatalaksana Kateterisasi Urin Pada Dewasa
Dan Anak-Anak.

Kausuhe, Janasiska., Pangemanan, Damayanti H.C., Onibala, Franly . (2017). Hubungan


Pemasangan Kateter Urine Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Di Rsu Gmim
Pancaran Kasih Manado. E-Journal Keperawatan (Ekp), 5 (2).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Standar Nasional


Pendidikan Profesi Ners.

Mobalen, O., Tansar, T., & Maryen, Y. (2019). Perbedaan Pemasangan Kateter
Dengan Menggunakan Jelly Yang Dimasukkan Uretra Dan Jellyyang
Dioleskan Di Kateter Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Di Rsud Sele Be Solu
Kota Sorong. Nursing Arts. https://Doi.Org/10.36741/Jna.V13i2.90

National Institute For Health And Care Excellence. (2019). Urinary


Catheterisation.https://Www.Nice.Org.Uk/Guidance/Ng97/Chapter/Recom
mendations#Urinary-Catheterisation

Panduan Praktik Klinis Kateterisasi Urin Oleh Kementerian Kesehatan Ri:


https://Www.Kemkes.Go.Id/Resources/Download/Pusdatin/Infodatin/Infoda
tin-Kateterisasi-Urin.Pdf

Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Profesi Perawat


Indonesia. Jakarta: PPNI.

Sop Pemasangan Kateter Oleh Ppni:


https://Www.Ppni.Or.Id/Berita/8356/Standar-Operasional-Prosedur-Sop-
Pemasangan-Kateter-Ppni

16

Anda mungkin juga menyukai