Oleh :
Kelompok II
Risal
Stevia Kotika
Jeniver Tulenan
Dosen Pengampu:
Ns. Heyni F Kereh, S.Kep., M.M., M.Kep
Puji Syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat cinta kasih
dan penyertaan-Nya selama proses pembuatan makalah ini sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan segala baik.
Terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini, yang kami
kasihi Ns. Heyni F Kereh, S.Kep., M.M., M.Kep, karena dengan adanya tugas ini
wawasan serta pengetahuan kami mengenai Prosedur Pemasangan Kateter dapat
bertambah.
Terima kasih juga bagi para pembaca yang mendukung kami selama
proses pembuatan makalah ini, sehingga dapat selesai dengan segala baik.
Jika dalam makalah ini terdap kesalahan dalam bentuk apapun mohon
dimaafkan. Kami tahu makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun untuk bekal pembuatan makalah pada masa
yang akan datang sangat kami harapkan.
Besar harapan kami agar tulisan ini dapat diterima dan dipergunakan
dengan sebaik-baiknya. Akhirnya penulis berharap semoga kita semua selalu
dalam lindungan dan penyertaan Tuhan yang Maha Kuasa. Atas perhatian dan
kepedulian para pembaca sekali lagi kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan Makalah..............................................................................3
D. Komplikasi...................................................................................11
BAB IV PENUTUP..............................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................15
B. Saran.............................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemasangan kateter urin merupakan suatu tindakan invasif dengan cara
memasukkan selang ke dalam kandung kemih dan untuk membantu proses
pengeluaran urin dalam tubuh (Mobalen, Tansar, & Maryen, 2019). Kateterisasi
uretra yaitu suatu metode primer dekompresi kandung kemih dan menjadi alat
diagnostik pada keadaan retensi urin akut (Semaradana, 2014).
Infeksi saluran kemih terkait kateter tetap menjadi salah satu infeksi terkait
perawatan kesehatan yang paling umum namun dapat dicegah dan sebagian besar
terjadi pada pasien dengan kateter urin yang menetap (Chenoweth & Saint, 2016).
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi
dan disebabkan karena infeksi, selain infeksi saluran pernafasan. Penyakit ISK
dilaporkan sebanyak 8,3 juta kasus per tahun dan lebih sering ditemukan pada
wanita dari pada laki-laki (Darsono, Mahdiyah, & Sari, 2016). Prevalensi ISK
menjadi tinggi pada pasien sebanyak 80% yang memakai kateter dan 10%-30%
pasien mengalami bakteriuria (Semaradana, 2014).
Sementara itu penduduk Indonesia yang menderita Infeksi Saluran Kemih
diperkirakan 222 juta jiwa, dan prevalensinya masih relatif cukup tinggi. Menurut
Departemen Kesehatan RI, pasien dengan ISK sebanyak 90-100 kasus per
100.000 penduduk pertahun atau sekitar 180.000 kasus baru (Kemenkes, 2015).
Penelitian Perdana (2017) menyatakan hubungan yang signifikan antara
pelaksanaan perawatan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih. Hal ini
dikarenakan tindakan perawatan dan pemasangan kateter belum dilakukan
perawat dengan baik. Penelitian Palimbunga, Rataq, dan Kaunang (2017) tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih,
ditemukan adanya hubungan antara kebiasaan menahan buang air kecil dengan
kejadian infeksi saluran kemih. Jumlah pasien infeksi saluran kemih dan menjadi
10 penyakit tertinggi dari tahun 2014 hingga 2016 meningkat. Jumlah infeksi pada
pasien rawat jalan menjadi 1.051 berada pada peringkat ke 10 pasien tahun 2016.
Penelitian Roby dan Pontianus, (2018) mengemukakan kejadian ISK diduga
1
berhubungan dengan faktor risiko yaitu pemasangan kateterisasi perkemihan. Hal
ini bertujuan untuk mengidentifikasi kejadian infeksi di saluran kemih pada pasien
yang sudah terpasang katetersiasi di Ruang Rawat Inap RSU Imelda Pekerja
Indonesia (IPI) Medan. Penelitian Pramudyaningrum, Huriah, dan Chayati (2019)
menghasilkan penemuan bahwa bundle catheter education efektif untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat dalam pencegahan
penyakit terkait pemasangan kateter urin.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti di instalasi rekam medik
Rumah Sakit Umum dan hasil wawancara dengan pasien yang sedang terpasang
kateter didapatkan ada yang mengalami infeksi saluran kemih karena kebiasaan
menahan buang air kecil dan lamanya waktu pemasangan kateter. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan pemasangan kateter dengan kejadian
infeksi saluran kemih.
Menurut WHO, Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi yang
kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3
juta kasus dilaporkan per tahun. Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita
dari pada laki-laki. Indonesia merupakan negara berpenduduk ke empat terbesar
dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Infeksi saluran kemih di Indonesia
dan prevalensinya masih cukup tinggi, Menurut perkiraan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia adalah 90-100 kasus per
100.000 penduduk pertahun nya atau sekitar180.000 kasus baru pertahun (Depkes
Ri, 2014 dalam Kausuhe, dkk 2017).
Hasil studi pendahuluan di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado Pasien
yang akan di pasang kateter kurang lebih 2-3 pasien perhari dan dari hasil
wawancara dengan perawat di ketahui di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado
sudah tidak lagi menggunakan SPO dengan alasan waktu yang tidak
memungkinkan untuk mereka melakukan tindakan menggunakan SPO.
B. Rumusan Masalah
1. Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimanakah prosedur
pemasangan kateter kepada pasien?
2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pemasangan kateter?
2
3. Bagaimana melakukan perawatan kateter yang baik dan benar, dan apa saja
tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari komplikasi?
4. Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi akibat pemasangan kateter, dan
bagaimana tindakan pencegahan dan penanganannya?
5. Bagaimana mengidentifikasi perbedaan antara gejala infeksi saluran kemih
pada pasien yang menggunakan kateter dan yang tidak, serta bagaimana
tindakan yang harus dilakukan dalam mengatasi hal tersebut?
C. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Membahas prosedur pemasangan kateter, indikasi dan kontraindikasi
pemasangan kateter, perawatan kateter, serta komplikasi dan tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan prosedur pemasangan kateter secara rinci dan
memperlihatkan langkah-langkah yang harus diikuti secara terperinci.
b. Mengidentifikasi indikasi dan kontraindikasi pemasangan kateter,
sehingga penggunaan kateter dapat dijaga sesuai kebutuhan medis
pasien.
c. Menyampaikan tindakan perawatan kateter yang harus dilakukan
untuk menghindari komplikasi dan memastikan keberhasilan
pemasangan kateter.
d. Mendiskusikan komplikasi yang mungkin terjadi akibat pemasangan
kateter, dan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan risiko tersebut.
e. Menjelaskan perbedaan antara gejala infeksi saluran kemih pada
pasien yang menggunakan kateter dan yang tidak.
3
BAB II
KONSEP DAN TEORI
4
foley hanya terbuat dari karet dan tidak memiliki cangkang khusus untuk
menahan kateter di dalam tubuh. Namun, pada tahun 1935, Leonard Cobb
menciptakan kateter foley modern yang memiliki cangkang untuk menahan
kateter di dalam tubuh.
Dalam perkembangan selanjutnya, teknologi kateter semakin canggih
dengan penggunaan bahan-bahan seperti silikon dan poliuretan. Kini, terdapat
berbagai macam jenis kateter yang digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk
kateter pembuluh darah, kateter urine, dan kateter intravena.
5
1. Anatomi: Tenaga medis harus memahami anatomi dasar sistem kemih,
yaitu uretra, kandung kemih, ureter, dan ginjal, agar dapat memilih jenis
kateter yang tepat dan mengetahui teknik pemasangan yang aman dan
efektif.
2. Sterilitas: Proses pemasangan kateter harus dilakukan dalam kondisi steril
untuk mencegah infeksi. Tenaga medis harus memakai sarung tangan steril,
menghindari kontak langsung dengan kateter dan pasien, serta
menggunakan antiseptik untuk membersihkan area sekitar uretra sebelum
memasukkan kateter.
3. Teknik Pemasangan: Ada beberapa teknik pemasangan kateter yang dapat
dilakukan, tergantung pada kondisi pasien dan tujuan dari prosedur ini.
Beberapa teknik meliputi metode Seldinger, metode uretrotomi, dan metode
insisi suprapubik.
4. Jenis Kateter: Ada berbagai jenis kateter yang tersedia, seperti kateter foley,
kateter nelaton, kateter suprapubik, dan lain-lain. Setiap jenis kateter
memiliki karakteristik dan indikasi yang berbeda, dan harus dipilih sesuai
dengan kondisi pasien.
5. Perawatan: Setelah kateter dipasang, pasien memerlukan perawatan yang
tepat agar kateter tetap steril dan tidak menyebabkan masalah kesehatan
yang lain. Tenaga medis harus memberikan instruksi perawatan yang jelas
dan memonitor pasien secara teratur untuk mengidentifikasi dan menangani
masalah secepat mungkin.
6. Teori inflamasi: Pemasangan kateter dapat menyebabkan inflamasi pada
saluran kemih atau pembuluh darah yang rentan terhadap infeksi. Inflamasi
ini dapat memperburuk kondisi yang memerlukan pemasangan kateter dan
meningkatkan risiko infeksi
7. Teori cedera fisik: Pemasangan kateter dapat menyebabkan cedera fisik
pada uretra atau pembuluh darah. Cedera ini dapat terjadi karena gesekan
antara kateter dan jaringan, atau karena ketidakmampuan pasien dalam
menerima pemasangan kateter.
8. Teori infeksi: Pemasangan kateter dapat meningkatkan risiko infeksi pada
saluran kemih atau pembuluh darah. Infeksi ini dapat terjadi akibat adanya
6
bakteri pada kateter atau karena kateter menghambat aliran urine atau
darah.
9. Teori psikologis: Pemasangan kateter dapat menyebabkan ketidaknyamanan
dan rasa sakit pada pasien. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi psikologis
pasien dan memperburuk kondisi medis yang sudah ada.
Dalam praktiknya, prosedur pemasangan kateter dilakukan dengan
mempertimbangkan semua faktor di atas dan mengevaluasi risiko dan
manfaatnya. Tujuan utama adalah untuk memastikan keamanan pasien dan
meminimalkan risiko komplikasi.
7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
g. Mencegah kateter dari penggeseran dengan mengamankan kateter ke paha
pasien dengan lembar instruksi atau perekat yang sesuai.
h. Mencatat jumlah urine yang keluar, warna, dan kejernihan, serta
menempatkan tabung urine pada posisi yang tepat.
i. Mengajarkan pasien cara merawat kateter dan memberikan informasi
mengenai tanda-tanda infeksi atau komplikasi yang harus segera
dilaporkan.
Setelah pemasangan kateter, perawatan yang baik dan pengawasan terus-
menerus sangat penting untuk mencegah komplikasi dan infeksi. Pasien harus
selalu diperiksa dan dicatat jumlah urine yang keluar setiap jam untuk memantau
kinerja kateter. Selain itu, perlu dilakukan perawatan kebersihan yang baik dan
memeriksa kateter secara rutin untuk memastikan bahwa posisinya tetap stabil dan
tidak ada tanda-tanda peradangan atau infeksi.
9
2. Pasien dengan peradangan uretra atau prostatitis: Pemasangan kateter pada
pasien dengan kondisi peradangan dapat meningkatkan rasa sakit dan
memperburuk kondisi.
3. Pasien dengan kelainan anatomis pada uretra: Pasien dengan kelainan
anatomis pada uretra dapat mengalami komplikasi seperti perforasi atau
pendarahan saat pemasangan kateter.
4. Pasien dengan alergi terhadap bahan kateter: Beberapa pasien mungkin
memiliki reaksi alergi terhadap bahan yang digunakan dalam pembuatan
kateter.
5. Pasien dengan risiko tinggi terhadap infeksi: Pemasangan kateter pada pasien
dengan risiko tinggi terhadap infeksi dapat meningkatkan risiko terjadinya
infeksi dan komplikasi lainnya.
10
7. Reaksi alergi: Beberapa pasien mungkin mengalami reaksi alergi terhadap
bahan kateter atau pelumas yang digunakan selama prosedur pemasangan.
8. Masalah psikologis: Beberapa pasien mungkin merasa cemas atau khawatir
selama pemasangan kateter, terutama jika mereka belum pernah mengalami
prosedur serupa sebelumnya.
Oleh karena itu, pemasangan kateter harus dilakukan oleh tenaga medis
yang terlatih dan berpengalaman, dengan memperhatikan keamanan dan
kenyamanan pasien. Selain itu, pasien harus diberikan informasi yang cukup dan
pemahaman tentang prosedur tersebut untuk mengurangi kecemasan dan
ketidaknyamanan selama prosedur.
D. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat pemasangan kateter
antara lain:
1. Infeksi saluran kemih: Salah satu risiko paling umum dari pemasangan kateter
adalah infeksi saluran kemih. Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri yang
masuk ke dalam tubuh melalui kateter. Tanda-tanda infeksi saluran kemih
dapat meliputi nyeri saat buang air kecil, demam, dan adanya darah atau nanah
dalam urine.
2. Cedera uretra: Pemasangan kateter yang tidak hati-hati dapat menyebabkan
cedera pada uretra, yang dapat menyebabkan perdarahan dan rasa sakit.
3. Perforasi kandung kemih: Pemasangan kateter yang tidak hati-hati juga dapat
menyebabkan perforasi kandung kemih, yang dapat menyebabkan perdarahan
dan infeksi.
4. Retensi urine: Pemasangan kateter yang tidak tepat atau ukuran kateter yang
tidak sesuai dengan anatomi pasien dapat menyebabkan retensi urine.
5. Inflamasi dan iritasi: Pemasangan kateter dapat menyebabkan inflamasi dan
iritasi pada uretra dan kandung kemih.
11
1. Menjaga kebersihan: Menjaga kebersihan pada area sekitar uretra dan kateter
sangat penting untuk mencegah infeksi.
2. Pemilihan ukuran yang tepat: Pastikan ukuran kateter yang dipilih sesuai
dengan anatomi pasien dan sesuai dengan tujuan pemasangan kateter.
3. Pelaksanaan pemasangan yang hati-hati: Pemasangan kateter harus dilakukan
dengan hati-hati dan oleh perawat yang terlatih untuk mengurangi risiko
cedera pada uretra dan kandung kemih.
4. Pemantauan dan perawatan yang teratur: Pasien yang menggunakan kateter
harus dipantau secara teratur untuk mengurangi risiko infeksi dan komplikasi
lainnya.
5. Penghapusan kateter yang tepat waktu: Kateter harus dihapus sesegera
mungkin setelah tidak diperlukan lagi untuk mengurangi risiko infeksi dan
komplikasi lainnya
12
5. Memonitor urine: Perawat harus memeriksa urine setiap hari untuk
memastikan bahwa urine keluar dengan lancar dan tidak terdapat darah
atau nanah di dalamnya.
6. Menjaga hidrasi: Pasien harus dijaga dalam keadaan terhidrasi dengan
minum cukup air untuk membantu membuang bakteri dari saluran kemih.
7. Penghapusan kateter yang tepat waktu: Kateter harus dihapus sesegera
mungkin setelah tidak diperlukan lagi untuk mengurangi risiko infeksi dan
komplikasi lainnya.
Tindakan perawatan kateter harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan untuk mencegah infeksi dan komplikasi lainnya.
13
6. Keluar darah atau nanah dari kateter: Pasien yang menggunakan kateter
mungkin mengalami keluar darah atau nanah dari kateter, yang bisa
menjadi tanda adanya infeksi.
Perbedaan gejala infeksi saluran kemih pada pasien yang menggunakan
kateter dan yang tidak harus selalu diwaspadai. Oleh karena itu, perawat atau
tenaga kesehatan harus memperhatikan gejala-gejala tersebut dan mengambil
tindakan yang diperlukan untuk mencegah dan mengobati infeksi saluran kemih.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemasangan kateter merupakan prosedur medis yang umum dilakukan
dalam praktek klinis dan membutuhkan teknik yang tepat agar terhindar dari
komplikasi.Pelaksanaan pemasangan kateter harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang terlatih dan memahami tata cara sterilisasi, aseptik, dan antisepsis.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan kateter antara lain
infeksi, perdarahan, trauma uretra, dan obstruksi kateter.
B. Saran
1. Para tenaga kesehatan yang melakukan pemasangan kateter harus memahami
dengan baik tata cara sterilisasi, aseptik, dan antisepsis agar terhindar dari
risiko infeksi.
2. Pasien yang akan dipasang kateter harus dipersiapkan secara baik, termasuk
memberikan informasi yang jelas tentang prosedur dan risiko yang mungkin
terjadi.
3. Dalam hal terjadi komplikasi setelah pemasangan kateter, perlu dilakukan
tindakan yang cepat dan tepat untuk mengurangi risiko kerusakan yang lebih
parah.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai teknik dan metode
pemasangan kateter yang lebih aman dan minim risiko komplikasi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Darsono, P. V., Mahdiyah, D., & Sari, M. (2016). Gambaran Karakteristik Ibu
Hamil Yang Mengalami Infeksi Saluran Kemih (Isk) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan
Dan Keperawatan.
Mobalen, O., Tansar, T., & Maryen, Y. (2019). Perbedaan Pemasangan Kateter
Dengan Menggunakan Jelly Yang Dimasukkan Uretra Dan Jellyyang
Dioleskan Di Kateter Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Di Rsud Sele Be Solu
Kota Sorong. Nursing Arts. https://Doi.Org/10.36741/Jna.V13i2.90
16