Anda di halaman 1dari 131

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

D DENGAN POST
LAPARATOMI DAN KOLOSTOMI A/I CA RECTI
DI RUANG PERAWATAN UMUM 5020
RUMAH SAKIT UMUM HERMINA
BEKASI

Disusun Oleh:
ARFATIL
HUDA NRP :
16029

RUMAH SAKIT UMUM HERMINA


BEKASI 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang


senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.D
Dengan Post Laparatomi dan Kolostomi a/i Ca Recti di Ruang Perawatan Umum
5020 Rumah Sakit Umum Hermina Bekasi”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan
kesulitan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak maka
penulis dapat menyelsaikan makalah ini tepat pada waktunya. Untuk itu pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada ibu deasy astuti selaku kepala ruangan dan sr nita anggraini selaku
perawat pendidik yang telah memberikan kesempatan dan saran kepada
penulis untuk menyusun presentasi kasus ini dan rekan kerja dirungan yang
telah memberikan semangat dan sejuta kenangan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat


kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah
ini di masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
dapat berguna bagi pembaca dan bagi penulis khusunya. Semoga Allah SWT
selalu membimbing dan memberikan ridho-Nya kepada kita semua. Amin.

Bekasi, Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar belakang........................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................3
C. Manfaat penelitian...........................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................5


A. Konsep Dasar ca Colon dan Recti................................................5
a. Pengertian..................................................................................8
b. Anatomi dan fisiologi.................................................................9
c. Etiologi.............................................................................................11
d. Manifestasi klinik.............................................................................12
e. Patologi............................................................................................13
f. Diagnosis.........................................................................................14
g. Pemeriksaan penunjang...............................................................15
h. Penatalaksanaan...........................................................................16

B. Asuhan keperawatan klien..........................................................20


a. Pengkajian...............................................................................20
b. Diagnose keperawatan..........................................................23

BAB III..............................................................................................................24
A. Pengkajian....................................................................................24
B. Diangnosa keperawatan...........................................................48
C. Perencanaan..............................................................................48
D. Implementasi……………………………………………………………............. 56
E. Evaluasi..............................................................................................60

BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................65

BAB V PENUTUP.........................................................................................71

A. Kesimpulan.........................................................................................71
B. Saran...................................................................................................72

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................73
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker kolon ditujukan pada tumor ganas yang ditemukan di kolon dan

rektum. Kolon dan rektum adalah bagian dari usus besar pada sistem

pencernaan yang disebut juga traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya kolon

berada di bagian proksimal usus besr dan rektum di bagian distal sekitar 5-7

cm di atas anus. Kolon dan rektum merupakan bagian dari saluran

pencernaan atau saluran gastrointestinal dimana fungsinya adalah untuk

menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang zat-zat yang tidak berguna

(Siregar, 2015). Karsinom recti adalah suatu keadaan dimana terjadi

pertumbuhan jaringan abnormal pada daerah rectum (Siregar,2015).

Kanker kolon dan rectum terjadi kerena adanya faktor pencetus

diantaranya usia, polip kolon, ulseratif kolitis, penyakit crohn’s, genetik,

diabetes tipe 2, pola makan, kurang akitivitas fisik, obesitas, merokok dan

konsumsi alkohol. Banyaknya faktor pencetus terjadinya kanker kolon dan

rectum sehingga angka insidensi kejadian kanker kolon dan rectum juga

tinggi. Menurut American Cancer Society pada tahun 2014 di Amerika

Serikat diperkirakan sekitar 148.810 orang didiagnosis menderita kanker colorectal

dan 49.960 mengalami kematian dengan CFR 33,57%. Pada tahun 2014 di eropa

terdapat 2.886.800 kasus dan 1.711.000 kematian karena kanker dengan CFR

59,27%, kanker kolon menduduki peringkat kedua pada angka insiden dan

mortalitas. Insidens kanker kolon di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka

kematiannya. Pada tahun 2014 kanker kolon menduduki peringkat kedua pada
kasus kanker yang terdapat pada pria, sedangkan pada wanita kanker kolon

menduduki peringkat ketiga dari semua kasus kanker. Kaker kolon dan rectum

juga menduduki peringkat tinggi dirumah sakit hermina bekasi. Berdasarkan data

6 bulan terakhir pasien pasien rawat inap dengan colon dan recti berjumlah 54

pasien. Dengan angka kejadian yang lumayan tinggi sehingga dibutuhkan

penatalaksaan yang tepat.

Penatalaksanaan pada kanker kolorektal meliputi penatalaksanaan

medis, bedah dan keperawatan. Penatalaksanaan bedah dilakukan

tergantung pada tingkat penyebaran dan lokasi tumor itu sendiri. Salah satu

tindakan bedah yang dilakukan adalah laparatomi dan pembentukan

kolostomi.

Laparatomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara membuka

dinding abdomen untuk mencapai isi rongga abdomen(Jitowiyono, 2015).

Laparatomi adalah membuka dinding abdomen dan peritoneum. Faktor yang

penting dalam melakukan laparatomi adalah dalam membuka dan menutup

dinding abdomen dengan cara dan tekhnik yang baik (Wibowo S, 2010).

Pasien post laparatomi memerlukan perawatan yang maksimal untuk

mempercepat pengembalian fungsi tubuh.

Menurut Kristiantari (2009) masalah keperawatan yang terjadi pada

pasien pasca laparatomi meliputi

impairment,functionallimitation,disability.Impairment meliputi nyeri akut pada bagian lokasi

operasi, kecemasan dan keterbatasan LGS (Lingkup Gerak Sendi),

Functionallimitationmeliputi ketidakmampuan berdiri, berjalan serta ambulasi dan

Disabilitymeliputi aktivitas yang terganggu karena keterbatasan gerak akibat nyeri

dan prosedur medis. Pada pasien laparatomi nyeri yang hebat merupakan

gejala sisa yang diakibatkan oleh operasi pada regio intraabdomen. Sekitar 60%

pasien menderita nyeri yang hebat, 25% nyeri sedang dan 15% nyeri ringan
(Nugroho, 2010). Nyeri laparatomi akan meningkat
jika dilakukan pembedahan tambahan seperti pembentukan kolostomi.

Kolostomi merupakan pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau

usus besar (Smeltzer & Bare, 2012). Santos (2010) dalam Simanjuntak &

Nurhidayah (2017) mengatakan bahwa pembentukan stoma atau kolostomi

dapat berdampak pada perubahan peran, harga diri, bodyimage, seksual dan

hubungan sosial. Penelitian yang dilakukan Mckenzie (2018) juga menunjukkan

bahwa 50% pasien merasa tubuh mereka berada di luar kontrol, 45%

merasakan bahwa stoma mengatur hidup mereka, 47% merasa hilang rasa

percaya diri, dan 55% merasa bahwa tidak ada seorang pun yang dapat

merasakan bagaimana memiliki stoma (Kurnia, 2015). Klien dengan kolostomi

akan beresiko untuk mengalami gambaran diri negatif. Sehingga membutuhkan

perawatan yang komprehensif dan menyeluruh pada pasien yang mengalami

tindakan laparatomi dan colostomy untuk mendapatkan pemulihan yang

maksimal dan mengurangi lama rawat pasien dirumah sakit.

Beradasarkan penjelasan diatas penulis ingin memaparkan asuhan

keperawatan ca recti post laparatomi dan colostomi pada Ny. D di

Ruang Perawatan Umum 5020 Hermina Bekasi.

A. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan laporan ini adalah penulis mampu memaparkan

hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca Recti post

Laparatomi dan colostomi di ruang perawatan 5020 RSU Hemina

Bekasi
2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan laporan ilmiah akhir ini adalah:

a. Menjelaskan hasil pengkajian pada pasien dengan Ca Recti post

Laparatomi dan colostomi di ruang perawatan 5020 RSU Hermina Bekasi

b. Menjelaskan diagnosa keperawatan yang tepat sesuai prioritas masalah

yang muncul pada. pasien dengan Ca Recti post Laparatomi dan

colostomi di ruang perawatan 5020 RSU Hermina Bekasi

c. Menjelaskan perencanaan yang telah ditetapkan dalam pengelolaan

pasien dengan Ca Recti post Laparatomi dan colostomi di ruang

perawatan 5020 RSU Hermina Bekasi

d. Menjelaskan tindakan keperawatan yang telah dilakukan masalah yang

muncul pasien dengan Ca Recti post Laparatomi dan colostomi di ruang

perawatan 5020 RSU Hermina Bekasi.

e. Menjelaskan evaluasi setelah pemberian asuhan keperawatan pada

pasien dengan Ca Recti post Laparatomi dan colostomi di ruang

perawatan 5020 RSU Hermina Bekasi.

B. Manfaat Penulisan

Beberapa manfaat dalam penulisan laporan ilmiah akhir ini sebagai berikut:

a. Bagi profesi keperawatan

Hasil dari penulisan laporan ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan

untuk mengambil kebijakan dalam upaya peningkatan asuhan

keperawatan pada pasien dengan Ca Recti post Laparatomi dan

colostomi

b. Bagi Institusi
Hasil penulisan laporan ilmiah akhir ini dapat menjadi perbandingan dalam

pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca Recti post

Laparatomi dan colostomi di ruang perawatan.

c. Bagi pengetahuan

Penulisan laporan akhir ini dapat memberikan referensi dan masukan

dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca Recti

post Laparatomi dan colostomi di ruang perawatan.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR COLON DAN RECTUM

1. ANATOMI KOLON

Intestinum crassum (usus besar) terdiri dari caecum,

app\endix vermiformiis, colon , rectum dan canalis analis.

Gambar 1 : Anatomi Kolon

a. Caecum

Caecum adalah bagian pertama intestinum crassum dan beralih menjadi

colon ascendens (Moore, 2002). Panjang dan lebarnya kurang lebih 6 cm

dan 7,5 cm. Caecum terletak pada fossa iliaca kanan di atas setengah

bagian lateralis ligamentum inguinale (Widjaja, 2009).

b. Appendix Vermiformis
Appendix Vermiformis berupa pipa buntu yang berbentuk cacing dan

berhubungan dengan caecum di sebelah kaudal peralihan ileosekal

(Moore, 2002).

c. Colon ascendens

Colon ascendens panjangnya kurang lebih 15 cm, dan terbentang dari

caecum sampai ke permukaan visceral dari lobus kanan hepar untuk

membelok ke kiri pada flexura coli dextra untuk beralih menjadi colon

transversum (Widjaja, 2009). Pendarahan colon ascendens dan flexura

coli dextra terjadi melalui arteri ileocolica dan arteri colica dextra, cabang

arteri mesenterica superior. Vena ileocolica dan vena colica dextra, anak

cabang mesenterika superior, mengalirkan balik darah dari colon

ascendens (Moore, 2002).

Gambar 2 : Lapisan Dinding Kolon

d. Colon transversum
Colon transversum merupakan bagian usus besar yang paling besar dan

paling dapat bergerak bebas karena bergantung pada mesocolon, yang

ikut membentuk omentum majus. Panjangnya antara 45-50 cm (Widjaja,

2009). Pendarahan colon transversum terutama terjadi melalui arteria

colica media, cabang arteria mesenterica superior, tetapi memperoleh

juga darah melalui arteri colica dextra dan arteri colica sinistra.

Penyaluran balik darah dari colon transversum terjadi melalui vena

mesenterica superior (Moore, 2002).

e. Colon descendens

Colon descendens panjangnya kurang lebih 25 cm (Widjaja, 2009). Colon

descendens melintas retroperitoneal dari flexura coli sinistra ke fossa

iliaca sinistra dan disini beralih menjadi colon sigmoideum (Moore, 2002).

f. Colon sigmoideum

Colon sigmoideum disebut juga colon pelvinum (Moore, 1992).

Panjangnya kurang lebih 40 cm dan berbentuk lengkungan huruf S.

(Widjaja, 2009). Rectum adalah bagian akhir intestinum crassum yang

terfiksasi. Ke arah kaudal rectum beralih menjadi canalis analis (Moore,

2002).

2. Fisiologi Kolon

Fungsi utama kolon adalah absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk

membentuk feses yang padat dan penimbunan bahan feses sampai dapat

dikeluarkan (Guyton, 2008), kolon mengubah 1000-2000mL kimus isotonik yang

masuk setiap hari dari ileum menjadi tinja semipadat dengan volume sekitar

200- 250mL (Ganong, 2008).


Sebagian besar absorpsi dalam usus besar terjadi pada pertengahan

proksimal kolon, sehingga bagian ini dinamakan kolon pengabsorpsi,

sedangkan kolon bagian distal pada prinsipnya berfungsi sebagai tempat

penyimpanan feses sampai waktu yang tepat untuk ekskresi feses dan oleh

karena itu disebut kolon penyimpanan. Banyak bakteri, khususnya basil kolon,

bahkan terdapat secara normal pada kolon pengabsorpsi. Bakteri-bakteri ini

mampu mencernakan sejumlah kecil selulosa, dengan cara ini menyediakan

beberapa kalori nutrisi tambahan untuk tubuh (Guyton, 2008).

3. Histologi Kolon

Dinding usus besar terdiri dari empat lapisan yaitu mukosa, sub mukosa,

muskularis eksterna dan serosa. Mukosa terdiri atas epitel selapis silindris,

kelenjar intestinal, lamina propia dan muskularis mukosa (Eroschenko, 2003).

Usus besar tidak mempunyai plika dan vili, jadi mukosa tampak lebih rata

daripada yang ada pada usus kecil (Sudoyo, 2006). Submukosa di bawahnya

mengandung sel dan serat jaringan ikat, berbagai pembuluh darah dan saraf.

Tampak kedua lapisan otot di muskulus eksterna. Baik kolon tranversum

maupun kolon sigmoid melekat ke dinding tubuh oleh mesenterium, oleh karena

itu, serosa menjadi lapisan terluar pada kedua bagian kolon ini. Di dalam

mesenterium terdapat jaringan ikat longgar, sel-sel lemak, pembuluh darah dan

saraf (Eroschenko, 2003).

1. KARSINOMA RECTI

1) Defenisi

Kanker kolon adalah kanker yang menyerang kolon sampai ke rectum.

Kolon dan rektum adalah bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang
disebut juga traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya kolon berada di bagian

proksimal usus besr dan rektum di bagian distal sekitar 5-7 cm di atas anus.

Kolon dan rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan atau saluran

gastrointestinal dimana fungsinya adalah untuk menghasilkan energi bagi tubuh

dan membuang zat-zat yang tidak berguna (Siregar, 2007). Zhang (2008)

mengatakan kanker kolorektal merupakan bentuk malignansi yang terdapat

pada kolon asending, transversal, desending, sigmoid dan rektal. Kanker

kolorektal dapat didefinisikan sebagai keganasan atau pertumbuhan sel

abnormal pada area usus besar (kolon) dan rektum.

Rectum merupakan tempat keganasan saluran cerna yang paling sering.

Kanker colon (termasuk rectum) merupakan penyebab ke 3 dari semua

kematian akibat kanker di Amerika Serikat baik pria maupun wanita. ( Amerika

Cancer Sosiety,2013)

Karsinoma rekti merupakan salah satu dari keganasan pada colon dan

rectum yang khusus menyerang bagian recti yang terjadi akibat gangguan

proliferasi sel epitel yang tidak terkendali. ( Soeparman & Waspadji, 2010 )

Jadi dapat disimpulkan bahwa kanker rectum adalah pertumbuhan

jaringan abnormal yang ganas terdiri dari sel-sel epitel yang cenderung

menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbul metastasis yang terjadi pada

bagian distal usus besar.

2) Etiologi dan predisposisi

Walaupun penyebab kanker usus besar (seperti kanker lainnya) masih

belum diketahui, namun telah dikenali beberapa faktor predisposisi (Price

&Wilson, 2006). Beberapa faktor predisposisi tersebut adalah:

a. Usia
Individu dengan usia dewasa muda dapat terkena karsinoma

kolorektal, tetapi kemungkinan meningkat tajam setelah usia 50 tahun, sekitar 9

dari 10 orang didiagnosis dengan karsinoma kolorektal berusia minimal 50

tahun (Alteri, 2011).

b. Polip Kolon

Polip adalah suatu massa seperti tumor yang menonjol ke dalam lumen

usus. Polip dapat terbentuk akibat pematangan, peradangan atau arsitektur

mukosa yang abnormal. Polip ini bersifat nonneoplatik dan tidak memiliki

potensi keganasan. Polip yang terbentuk akibat proliferasi dan displasia epitel

disebut polip adenomatosa atau adenoma (Robbins, 2012).

c. Ulseratif Kolitis

Ialah penyakit ulserasi dan inflamasi akut atau kronis dari rektum dan

kolon dengan tanda-tanda yang khas yaitu adanya diare, perdarahan per rektal,

nyeri di perut, anoreksia dan penurunan berat badan. Kolitis ulserative sering

juga menyebabkan terjadinya karsinoma dari kolon dan paling banyak terdapat

di segmen proksimal kolon (Sujono, 2013).

d. Penyakit Crohn’s

Penyakit ini sering disebut kolitis granulomatosis atau kolitis transmural,

merupakan radang granulomatois di seluruh dinding, sedangkan kolitis ulseratif

secara primer merupakan inflamasi yang terbatas pada selaput lendir kolon.

resiko kejadian karsinoma kolon pada Crohn’s lebih besar (Sjamsuhidajat & de

Jong, 2011).

e. Genetik (Riwayat Keluarga)

Menurut Gordan B. Mills and Paula Trahan Rieger, Genetic

predisposition to Cancer, menyatakan bahwa kanker adalah penyakit genetic. 5

dari 10 persen
dari semua pasien yang terkena kanker adalah karena pewarisan gen. Individu

dengan riwayat keluarga memiliki resiko menderita karsinoma kolorektal 5 kali

lebih tinggi dari pada individu pada kelompok usia yang sama tanpa riwayat

penyakit tersebut(Sjamsuhidajat, 2004).

f. Diabetes Tipe 2

Individu dengan diabetes tipe 2 memiliki risiko yang tinggi dalam

perkembangan karsinoma kolorektal. Diabetes tipe 2 dan karsinoma kolorektal

menunjukkan beberapa faktor resiko yang sama seperti kelebihan berat badan

(Siegel & Jemal, 2013).

g. Pola Makan

Kekurangan serat dan sayur-mayur hijau serta kelebihan lemak hewani

dalam diet merupakan faktor resiko kanker kolon (Sjamsuhidajat & de Jong,

2011).

h. Kurang Aktivitas Fisik

Jika individu tidak aktif secara fisik, maka individu tersebut memilki

kesempatan lebih besar terkena karsinoma kolorektal. Meningkatkan aktivitas

fisik adalah salah satu upaya untuk mengurangi risiko terkena penyakit kanker

ini (Siegel & Jemal, 2013)

i. Obesitas

Lebih dari 20 penelitian, mencakup lebih dari 3000 kasus secara

konsisten mendukung bahwa terdapat hubungan yang positif antara obesitas

dan kejadian karsinoma kolorektal. Salah satu penelitian kohort menunjukkan

kenaikan resiko 15% karsinoma kolon pada orang yang overweight dibanding

berat badan normal (Sjamsuhidajat, 2004).

j. Merokok
Meskipun penelitian awal tidak menunjukkan hubungan merokok dengan

kejadian karsinoma kolorektal, tetapi penelitian terbaru menunjukkan perokok

jangka lama (periode induksi 30-40 tahun) mempunyai risiko relatif 1,5-3 kali

(Sjamsuhidajat, 2004).

k. Konsumsi Alkohol.

Hubungan karsinoma kolorektal dengan konsumsi alkohol tidak jelas.

Meskipun kebanyakan hasil penelitian menunjukkan hubungan yang positif

antara konsumsi alkohol dengan kejadian karsinoma kolorektal (Sjamsuhidajat,

2004).

3) Manifestasi Klinis

Manisfestasi klinis kanker kolon dan rectum menurut Sjamsuhidajat, 2010)

adalah :

a. Obstruksi kolon

Gejala yang signifikan pada gejala akut adalah obstruksi atau

perforasi pada usus besar. Obstruksi kolon dapat memberikan kesan

kanker, terutama pada orang tua. Pasien dengan obstruksi komplit

mengeluh tidak bisa flatus,BAB keras, BAB seperti taik kambing, bab

berdarah, kram dan distensi perut. baPada pemeriksaan fisik ditemukan

perut distended, tympani pada perkusi.

b. Nyeri hebat pada abdomen

Jika obstruksi tidak berkurang dan kolon terus distensi, tekanan

pada dinding intestinal dapat melebihi tekanan kapiler, dan darah yang

membawa O2 tidak mencapai dinding usus, yang akan mengakibatkan

iskemia dan nekrosis. Pada situasi ini pasien akan mengeluhkan nyeri

perut hebat dan pada pemeriksaan fisik ditemukan rebound

tenderness dan
menurunnya atau menghilangnya suara usus. Jika tidak di terapi segera,

nekrosis akan berkembang menjadi peritonitis dengan fecal peritonitis dan

sepsis.

c. Gejala lain

gejala lain yang sering timbul pada pasien ca recti adalah : Anemi

yang tidak diketahu sebabnya, Anoreksia, Penurunan berat badan,

Keletihan.

4) Patologi

a. Makroskopis

Secara makroskopis , terdapat tiga tipe karsinoma kolon. Tipe polipoid

atau vegetatif tumbuh menonjol ke dalam lumen usus, berbentuk bunga kol dan

ditemukan terutama di sekum dan kolon asendens. Tipe skirus mengakibatkan

penyempitan sehingga stenosis dan gejala obstruksi, terutama ditemukan di

kolon desendens, sigmoid dan rektum. Bentuk ulseratif terjadi karena nekrosis di

bagian sentral terdapat di rektum. Pada tahap lanjut, sebagian besar karsinoma

kolon mengalami ulserasi menjadi tukak maligna (Sjamsuhidajat & de Jong,

2011).

b. Mikroskopis

Apapun penampakan makroskopiknya, semua karsinoma kolon dan

rectum secara mikroskopis serupa. Hampir semua adalah adenokarsinoma yang

berkisar dari berdiferensiasi baik hingga tidak berdifferensiasi dan jelas

anaplastik. Banyak tumor menghasilkan musin, yang disekresikan ke dalam

lumen kelenjar atau ke dalam intestisium dinding usus. Karena sekresi ini

menyebabkan dinding usus merekah (diseksi), kanker mudah meluas dan

memperburuk prognosis. Kanker di daerah anus umumnya berasal dari sel


skuamosa (Robbins, 2012).
c. Klasifikasi

Klasifikasi karsinoma kolon menurut WHO, adalah sebagai berikut:

a) Adenokarsinoma

b) Adenosquamous karsinoma

c) Mucinous adenokarsinoma

d) Signet ring cell carcinoma

e) Squamous cell carcinoma

f) Undifferentiated carcinoma

g) Medullary carcinoma

d. Metastase

Karsinoma kolon dan rektum mulai berkembang pada mukosa

danbertumbuh sambil menembus dinding dan memperluas secara sirkuler ke

arah oral dan aboral. Di daerah rektum penyebaran ke arah anal jarang melebihi

dua sentimeter. Penyebaran per kontinuitstum menembus jaringan sekitar atau

organ sekitarnya misalnya ureter, buli-buli, uterus, vagina atau prostat.

Penyebaran limfogen terjadi ke kelenjar parailiaka, mesenterium dan paraaorta.

Penyebaran hematogen terutama ke hati. Penyebaran peritoneal

mengakibatkan peritonitis karsinomatosa dengan atau tanpa asites (De Jong,

1997).

5) Diagnosis

a. Anamnesis

Diagnosis dini tergantung dari pemeriksaan rutin. Gejala klinis karsinoma

kolon kiri berbeda dengan kanan. Gejala dan tanda dini karsinoma kolorektal

tidak ada. Umumnya, gejala pertama timbul karena penyulit, yaitu gangguan faal

usus, obstruksi, perdarahan, atau akibat penyebaran (Sjamsuhidajat & de Jong,


2011)
.
b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan colok dubur merupakan keharusan dan dapat disusul dengan

pemeriksaan rektosigmoidoskopi (Sjamsuhidajat & de Jong, 2011). Pada

pemeriksaan colok dubur ini yang harus dinilai adalah keadaan tumor dan

mobilitas tumor (Sjamsuhidajat, 2004).

c. Pemeriksaan Penunjang

Terdapat beberapa macam pemeriksaan penunjang yang terbukti efektif

untuk diagnosis karsinoma kolorektal dan rectum, yaitu endoskopi, CT Scan,

MRI, barium enema, dan CEA (Sjamsuhidajat, 2010).

a) Endoskopi

Jenis endoskopi yang dapat digunakan adalah sigmoidosskopi rigid,

sigmoidoskopi fleksibel dan kolonoskopi. Sigmoidoskopi Rigid digunakan untuk

visualisasi kolon dan rektum sebenarnya kurang efektif dibandingkan dengan

sigmoidoskopi fleksibel (Sjamsuhidajat, 2004). Sigmoidoskopi Fleksibel yaitu

visualisasi langsung pada 40 hingga 60 cm terminal rektum dan kolon sigmoid

dapat dilakukan dengan persiapan yang minim dan lebih nyaman bagi pasien.

Enam puluh persen dari semua tumor usus besar dapat terlihat secara langsung

menggunakan alat ini (Price & Wilson, 2006). Kolonoskopi adalah pemeriksaan

endoskopi yang sangat efektif dan sensitif dalam mendiagnosis karsinoma

kolorektal. Tingkat sensitivitas di dalam mendiagnosis adenokarsinoma atau

polip kolorektal adalah 95% (Sjamsuhidajat, 2004).

b) CT Scan dan MRI

CT Scan dan MRI digunakan untuk mendeteksi metastasis ke kelenjar

getah bening retroperitoneal dan metastasis ke hepar. Akurasi pembagian


stadium dengan menggunakan CT-Scan adalah 80% dibanding MRI 59%.

Untuk menilai metastase kelenjar getah bening akurasi CT-Scan adalah 65%,

sedang MRI 39% (Sjamsuhidajat, 2004).

c) Barium Enema

Merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan untuk mendeteksi

gangguan kolon dan rectum. Penambahan kontras-udara dengan radiografi

enema barium bersifat akurat hingga 90% pemeriksaan (Price & Wilson, 2006).

d) CEA (Carcinoembrionik Antigen) Screening

CEA adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang

masuk ke dalam peredaran darah dan digunakan sebagai marker serologi untuk

memonitor status karsinoma kolorektal dan mendeteksi rekurensi dini dan

metastase ke hepar. CEA terlalu insensitif dan non spesifik untuk bisa

digunakan sebagai screening karsinoma kolorektal (Kendal & Tao, 2013).

6) Penatalaksanaan

a. Pembedahan

Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindakan bedah. Tujuan

utama ialah memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif maupun

nonkuratif. Tindak bedah terdiri atas reseksi luas karsinoma primer dan kelenjar

limf regional. Bila sudah terjadi metastasis jauh, tumor primer akan di reseksi

juga dengan maksud mencegah obstruksi, perdarahan, anemia, inkontinensia,

fistel, dan nyeri (Sjamsuhidajat & de Jong, 2011).

b. Radiasi

Terapi radiasi merupakan penanganan karsinoma dengan menggunakan x


-ray berenergi tinggi untuk membunuh sel karsinoma. Terdapat 2 cara

pemberian terapi radiasi, yaitu dengan radiasi eksternal dan radiasi internal.

Radiasi eksternal (external beam radiation therapy) merupakan penanganan

dimana radiasi tingkat tinggi secaratepat diarahkan pada sel karsinoma. Terapi

radiasi tidak menyakitkan dan pemberian radiasi hanya berlangsung menit

(American Cancer Society, 2013).

c. Kemoterapi

Dalam beberapa tahun terakhir ini, sudah banyak kemajuan yang dicapai

pada kemoterapi terhadap karsinoma kolorektal. Beberapa dekade ini hanya

menggunakan 5-fluorouracil (5-FU) – disusul oleh kehadiran asam folinat

/leukovorin (folinic acid/FA/LV) sebagai kombinasi. Selanjutnya, pemilihan obat

diperluas dengan diterimanya irinotecan sebagai terapi lini pertama pada tahun

1996, oxaliplatin pada tahun 2004 dan capecitabine (tahun 2004) sebagai

pengganti oral koombinasi 5-FU/FA (Sjamsuhidajat, 2004).

2. LAPARATOMI

Laparatomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara

membukadinding abdomen untuk mencapai isi rongga abdomen(Jitowiyono,

2010). Laparatomi adalah membuka dinding abdomen dan peritoneum. Faktor

yang penting dalam melakukan laparatomi adalah dalam membuka dan

menutup dinding abdomen dengan cara dan tekhnik yang baik (Wibowo S,

2001).

Pemilihan jenis insisi abdomen ditentukan oleh faktor-faktor berikut :

diagnosis dan prosedur operasi, urgensi prosedur (emergensi atau elektif),

kondisi fisik pasien (tingkat obesitas), prosedur operatif sebelumnya dan

jaringan parut.
Jenis insisi abdomen antara lain:

- Insisi Lower Abdominal Midline. Jenis insisi ini diindikasikan

pada:perdarahan masif intra abdominal, kemungkinan gangguan

koagulasi, ukuran tumor yang besar, untuk keperluan staging dalam

bidang ginekologi dan onkologi. Keuntungan dari insisi ini adalah:

prosedurnya cepat, penjahitan luka yang sederhana, risiko perdarahan

yang minimal, struktur intra dan retroperitonium dapat dicapai dan mudah

dikeluarkan.

- Insisi Pfannenstiel memberikan hasil kosmetik yang baik dengan

penyembuhan luka primer.

- Insisi Joel-cohen . Metode ini sebagian menggunakan diseksi tumpul,

sehingga lebih sedikit terjadi cedera pembuluh darah maupun kehilangan

darah. Tekhnik ini dapat digunakan untuk laparotomi ginekologis maupun

seksio sesarea, terutama pada pasien yang kurus. Metode ini kurang

sesuai untuk prosedur yang memerlukan paparan yang luas atau pada

pasien obesitas.

- Insisi Maylard, merupakan insisi abdominal yang dapat menjangkau organ

pelvis secara luas pada seluruh dinding abdomen, termasuk otot-otot

rektus di atas simfisis.

Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan

tekhniksayatan laparatomi yaitu: herniotomi, gastrektomi,

kolesistoduodenostomi, hepateroktomi, fistulotomi atau fistulektomi, apendiktomi

(Jitowiyono, 20103). Ada 4 cara sayatan laparatomi: Midline incision,

Paramedian¸yaitu: sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm ) dan panjang 12,5

cm) , Transverse upper abdomen incision, yaitu: insisi dibagian atas, misalnya

pembedahan colesistomy dan splenektomi, Transverse lower abdomen incision,


yaitu insisi melintang di bagian
bawah 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya pada operasi appendictomi

(Jitowiyono, 2010).

Indikasi laparatomi adalah trauma abdomen (tumpul atau tajam) atau

ruptur hepar, peritonitis, Perdarahan saluran pencernaan (Internal

Blooding),sumbatan pada usus halus dan besar, dan massa pada abdomen

(Jitowiyono, 2010).Perawatan post laparotomi adalah bentuk pelayanan

perawatan yangdiberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi

pembedahan abdomen. Tujuan perawatan post laparatomi adalah mengurangi

komplikasi akibat pembedahan, mempercepat penyembuhan, mengembalikan

fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi, mempertahankan

konsep diri pasien dan mempersiapkan pasien pulang. Pengembalian fungsi

fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas dan batuk efektif,

latihan mobilisasi dini(Jitowiyono, 2010).

3. PERAWATAN PASIEN POST LAPARATOMI

Pasien post laparatomi memerlukan perawatan yang maksimal untuk

mempercepat pengembalian fungsi tubuh. Hal ini dilakukan segera setelah

operasi dengan latihan napas, batuk efektif, dan mobilisasi dini. Perawatan post

laparatomi merupakan bentuk perawatan yang diberikan kepada pasien yang

telah menjalani operasi pembedahan perut. Tujuan perawatannya adalah

mengurangi komplikasi, meminimalkan nyeri, mempercepat penyembuhan,

mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi,

mempertahankan konsep diri dan mempersiapkan pulang, hal ini dilakukan

sejak pasien masih di ruang pulih sadar (Arif, 2010).

Menurut Kristiantari (2009) masalah keperawatan yang terjadi pada pasien


pasca laparatomi meliputi

impairment,functionallimitation,disability.Impairment meliputinyeri akut pada bagian lokasi

operasi, takut dan keterbatasan LGS (Lingkup Gerak Sendi), Functional limitation

meliputi ketidakmampuan berdiri, berjalan serta ambulasi dan Disability meliputi

aktivitas yang terganggu karena keterbatasan gerak akibat nyeri dan prosedur

medis. Nyeri yang hebat merupakan gejala sisa yang diakibatkan oleh operasi

pada regio intraabdomen. Sekitar 60% pasien menderita nyeri yang hebat, 25%

nyeri sedang dan 15% nyeri ringan (Nugroho, 2010).

4. KOLOSTOMI

a. Definisi

Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan

buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini

dapat bersifat sementara atau menetap selamanya. (Nugroho, 2010).

Colostomy adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli

bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen,

2011).

b. Jenis Kolostomy Berdasarkan Lokasi

Jenis kolostomi berdasarkan lokasinya;

 transversokolostomi merupakan kolostomi di kolon transversum,

 sigmoidostomi yaitu kolostomi di sigmoid,

 kolostomi desenden yaitu kolostomi di kolon desenden

 kolostomi asenden, adalah kolostomi di asenden (Suriadi, 2006)

c. Jenis-Jenis Kolostomi Lama Penggunaan

Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga


jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi

dapat dibuat secara permanen maupun sementara.

 Kolostomi Permanen

Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien

sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya

keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum

sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen

biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang).

 Kolostomi temporer/ sementara

Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau

untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan

dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi

temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui

abdomen yang disebut kolostomi double barrel.

d. Perawatan kolostomi

Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa

kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi

biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar.

Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan

laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko

mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang

kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka

laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat

luka dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses.

Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong


kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair

mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar

stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit

dan untuk kenyamanan pasien.

Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep

atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong

kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk

memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.

5. LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas Klien :

Mengkaji identitas klien sebelum memberikan asuhan sangatlah

penting, untuk menghindari kesalahan dalam pemberian tindakan

serta memudahkan perawat dalam menentukan jenis pendekatan

yang tepat kepada klien.

b. Keluhan utama

Keluhan utama klien dengan ca colon adalah nyeri yang dirasakan

pada bagian perut.

c. Riwayat Penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh BAB berdarah

dan berlendir, tidak BAB tidak ada flatus, perutnya terasa sakit

(nyeri), mengeluh mual/muntahdan klien mengeluh mengeluhkan

ketidakpuasan setelah BAB.

b) Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian riwayat penyakit


dahulu hal-hal yang perlu diperhatikan meliputi penyakit apa saja

yang pernah dialami klien sebelumnya, apakah merupakan salah

satu dari faktor resiko terjadinya ca colorektum, kemudian

tindakan apa saja yang dilakukan untuk menangani penyakit

tersebut.

c) Riwayat penyakit keluarga : Pada riwayat penyakit keluarga

yang perlu di kaji meliputi apakah ada anggota keluarga yang

pernah mengalami penyakit serupa, karena seseorang yang

memiliki keturunan dengan ca rekti cenderung memliki faktor

resiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit tersebut.

d. Pengkajian 11 fungsional Gordon

a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Pada kasus ca kolon akan timbul ketakutan akan terjadinya

ketidak mampuan beraktivitas pada dirinya dan harus menjalani

penatalaksanaan kesehatan dan prosedur pengobatan secara

komprehensif. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan

hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat

mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol

yang bisa mengganggu keseimbangannya serta kepatuhan klien

dalam berobat. (Ignatavicius, Donna D,1995).

b) Pola Nutrisi dan Metabolisme Gejala

Kehilangan nafsu makan, mual dan muntah, penambahan berat

badan secara signifikan, pembengkakan ekstremitas bawah, yang

dapat terjadi apabila adanya metastase kearah ginjal. Tanda :

penurunan berat badan secara signifikan dan distensi abdomen

atau asites serta oedema.


c) Pola Eliminasi

Untuk kasus ca kolon perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna

serta bau feces pada pola eliminasi. Sedangkan pada pola

eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan

jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.

(Keliat, Budi Anna, 1991). Gejala yang ditemukan : pembentukan

jaringan abnormal pada rektum mengakibatkan klien susah buang

air besar dan BAB di sertai dengan darah.

d) Pola Tidur dan Istirahat

Pada klien ca colon sering ditemukan tonjolan jaringan pada

kolon, nyeri, cemas dan gelisah sehingga hal ini dapat

mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,

pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,

kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur

(Doengos. Marilynn E, 1999).

e) Pola Aktivitas

Pada klien dengan ca kolon sering ditemukan keletihan dan

kelelahan sepanjang hari, nyeri.

f) Pola Hubungan dan Peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam

masyarakat bila klien harus menjalani rawat inap (Ignatavicius,

Donna D, 1995).

g) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dampak yang timbul pada klien ca kolon adalah rasa cemas, rasa

ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan


pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image)

(Ignatavicius, Donna D, 1995).

h) Pola Sensori dan Kognitif

Pada klien dengan ca kolon sering ditemukan perubahan status

mental : letargi dan stress dengan penyakitnya

i) Pola Reproduksi Seksual

Dampak pada klien ca kolon akan terjadi perubahan pemenuhan

kebutuhan seksual terutama karena adanya gangguan pada

daerah rectum dan rasa nyeri pada daerah tersebut.

j) Pola Penanggulangan Stress

Pada klien ca kolon timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,

mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif

(Ignatavicius, Donna D, 1995).

k) Pola Tata Nilai dan Keyakinan

Untuk klien ca kolon dengan stadium lanjut tidak dapat

melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama

frekuensi dan konsentrasi.

Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b/d insisi bedah

b. Intoleransi aktivitasb/d tirah baring dan imobilitas

c. Nurisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat

d. Resiko infeksi b/d proses mekanik (pembedahan)

e. Gangguan integritas jaringan b/d proses mekanik (pembedahan)


f. Ganguan citra tubuh b/d prosedur bedah merubah gambaran di
WOC CA COLON DAN RECTUM

Kurang aktivitas fisik pola makan tidak kurang asupan buah riwayat

polip Lah raga tidak teratur teratur dan sayur ( serat)

Mortilitas usus
kadar lemak zat antioksidan polip
dalam
Feses menjadi ganas

Perlindungan sel

Feses terhan mengubah flora mnjadi dari efek karsinogen merusak jaringan sel

Bakteri clostridia & bakteriodes dan meluas

Mendorong toksin Mencerna asam menjadi

asam Dalam tinja untuk Yang memiliki efek

karsinogen Mencetus kanker

CA COLON DAN RECTUM

desruksi jaringan syaraf


Imflamasi jaringan perubahan status kesehatan

46
Kehilangan fungsi kolon meransang serabut syaraf nyeri stres psikologis

Gangguan absorsi DX Nyeri anorexia

Konstipasi/diare intake tidak adekuat

DX Gangguan eliminasi DX nutisi kurang dari kebutuhan tubuh

Penatalaksanaan

Konservatif pembedahan

Laparatomi dan kolostomi

Kemoterapi
Radiasi adanya luka post op adanya kantong stoma
kesalahan
Didaerah abdomen
saat

pembedahan

Merusak sel rabut supresi jarinagn kulit perawatan luka tidak

Efektif resiko
perdaraha
n
47
Rambut rontok kerusakan integritas kulit

48
Resiko unfeksi nyeri gangguan citra
tubuh

Dx gangguan citra
tubuh
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No NANDA NOC NIC


1 Nyeri Akut a. Kontrol Nyeri a. Manajemen nyeri
Definsi : pengalaman sensori dan Indikator : Aktivitas :
emosional yang tidak  Mengenali faktor penyebab o Lakukan pengkajian nyeri secara
menyenangkan yang muncul  Menggunakan komprehensif termasuk
akibat kerusakan jaringan yang metode nonanalgetik lokasi, karakteristik, durasi,
aktual atau potensial atau untuk mengurangi frekuensi, kualitas dan faktor
digambarkan dalam hal nyeri presipitasi
kerusakan sedemikian rupa  Menggunakan o Observasi reaksi non verbal dari
Batasan Karakteristik : analgetik sesuai ketidaknyamanan
- mengekspresikan perilaku kebutuhan
o Pastikan pasien mendapatkan
seperti gelisah, merengek,  Melaporkan gejala
perawatan analgesic
menangis, waspada, iritabilitas, pada tenaga kesehatan
o Tentukan dampak nyeri terhadap
mendesah  Menggunakan
- sikap melindungi area nyeri kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu
sumber- sumber yang
- fokus menyempit makan, aktivitas, kesadaran,
tersedia
- melaporkan nyeri seara verbal mood, hubungan social dll)
 Mengenali gejala-gejala nyeri
- perubahan posisi untuk o Gunakan teknik komunikasi
 Mencatat pengalaman
terapeutik untuk
nyeri sebelumnya mengetahui

 Laporkan bila nyeri terkontrol


b. Tingkat Nyeri
mengurangi nyeri Indikator : pengalaman nyeri pasien
Faktor yang berhubungan  Melaporkan nyeri berkurang o Evaluasi bersama pasien dan tim
:  Respon tubuh kesehatan lain tentang
agen edera (mis, biologis,  Frekuensi nyeri berkurang ketidakefektifan kontrol nyeri
zat kimia, fisik, psikologis)  Ekspresi wajah saat nyeri masa lampau
 Melindungi bagian o Bantu pasien dan keluarga untuk
tubuh yang nyeri mencari dan menemukan
 Keteganggan otot berkurang dukungan
 Kegelisahan berkurang o Kontrol lingkungan yang dapat
 Frekuensi pernapasan mempengaruhi nyeri seperti
normal suhu ruangan, pencahayaan dan
 Frekuensi nadi normal kebisingan
 Tekanan darah normal o Pilih dan lakukan penanganan nyeri
 Berkeringat berkurang
(farmakologi, non farmakologi dan
 Nafsu makan baik inter personal)
o Kaji tipe dan sumber nyeri
c. Tingkat Kenyamanan :
untuk menentukan intervensi
o Dorong pasien memonitor nyerinya
Indikator :
sendiri
 Melaporkan
o Ajari untuk menggunakan teknik non
perkembangan fisik
-farmakologi seperti : hypnotis,
 Melaporkan relaksasi, terpi music, distraksi,
perkembangan kepuasan aplikasi hangat-dingin, pijatan dll)
 Melaporkan selama puncak nyeri, sebelum nyeri
perkembangan psikologis terjadi atau meningkat, dan
 Mengeksperisikan sepanjang nyeri itu bisa terukur.
perasaan dengan o Menyediakan analgesic yang
lingkungan fisik sekitar dibutuhkan untuk mengontrol
 Mengekspresikan nyeri
kepuasan dengan control o Anjurkan utnuk istirahat/ tidur yang
nyeri
adekuat utnk mengurangi nyeri

b. Pemberian Analgesik

Aktivitas :
o Menentukan lokasi, karakteristik,
mutu dan intensitas nyeri
sebelum mengobati pasien
o Periksa order medis untuk obat,
dosis dan frekuensi yang
ditentukan
o Cek riwayat alergi obat
o Tentukan pemberian analgesic
yang sesuai, rute dan dosis optimal
o Memeberikan perawatan yang
dibutuhkan dan aktifitas lain yang
memberikan efek relaksasi
sebagai respon dari analgesic
o Cek pemberian analgesic selama 24
jam untuk mencegah
terjadinya puncak nyeri tanpa
rasa sakit
2 Resiko Infeksi a. Status imun a. Kontrol infeksi
Definisi : Keadaan yang mana Indikator :
seseorang beresiko terserang  Tidak terdapat Aktivitas :
organisme penyebab kanker infeksi berulang o Bersihkan lingkungan setelah
yang meningkat.  Status respirasi sesuai digunakan
Factor resiko : yang diharapkan o Batasi pengunjung
- Prosedur invasif  Suhu tubuh DBN
o Gunakan sabun
- Ketidakcukupan  Integritas kulit
antimikroba untuk mencuci
pengetahuan untuk  Integritas mukosa
tangan
menghindari paparan  Tidak didapatkan
pathogen o Cuci tangan sebelum dan
fatigue kronis
sesudah tindakan keperawatan
- Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb, o Tingkatkan intake nutrisi
leukopenia, penekanan b. Kontrol resiko dan cairan
respon inflamasi) Indikator : o Berikan antibiotic bila perlu
- Tidak adekuat pertahanan  Memantau faktor
o Observasi dan laporkan tanda
tubuh primer (kulit tidak resiko lingkungan
dan gejal infeksi seperti
utuh, trauma jaringan,  Memantau faktor
kemerahan, panas, nyeri,
penurunan kerja silia, cairan resiko kebiasaan
tumor
tubuh statis, perubahan pribadi
o Catat dan laporkan
sekresi PH, perubahan  Menentukan strategi
peristaltik) hasil laboratorium,
control resiko
- Penyakit kronis o Gunakan strategi untuk
 Modifikasi gaya hidup
untukmengontrol mencegah infeksi nosokomial

resiko o Istirahat yang adekuat

 Mengindari paparan o Kaji warna kulit, turgor dan


ancaman keselamatan tekstur, cuci kulit dengan hati-
 Menggunakan yankes sesuai hati
kebutuhan o Pastikan teknik perawatan luka
 Menggunakan sistem
yang tepat
dukungan pribadi untuk
o Berikan antibiotik sesuai autran
mengontrol resiko
o Ajari pasien dan keluarga tanda
Mengenal perubahan
status kesehatan dan gejal infeksi dan kalau
terjadi melaporkan pada
perawat
o Ajarkan klien dan anggota
keluarga bagaimana
mencegah infeksi

b. Perawatan Luka :
Aktivitas :
o Ganti balutan

o Catat karakteristik luka

o Lakukan perawatan pada luka

o Gunakan obat salap yang


tepat pada kulit atau luka
o Lakukan pembalutan dengan
tepat
o Gunakan pembalut yang oklusif

o Buka balutan yang


berbentuk lubang dengan
tepat
o Gunakan teknik steril saat
sedang merawat luka
o Periksa luka pada
setiap penggantian
balutan
Bandingkan dan catat perubahan
pada luka
3 Ketidakseimbangan nutrisi : a. Status nutrisi a. Manajemen Nutrisi
Kurang dari kebutuhan tubuh Indikator : Aktivitas :
- Intake nutrisi cukup  Kaji adanya pasien alergi terhadap
Definisi : Keadaan seseorang yang - Intake makanan dan makanan
mengalami intake nutrisi yang cairan cukup  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tidak cukup untuk memenuhi - Energi cukup menentukan jumlah kalori dan
proses metabolisme - Nilai biokimia dalam jenis gizi yang dibutuhkan untuk
batas normal memenuhi kebutuhan gizi pasien
Batasan karakteristik :  Ajarkan pasien bagaimana
- Kurang nafsu makan b. Status nutrisi : intake pola makan sehari- hari yang
- Berat badan <20% makanan dan cairan sesuai dengan kebutuhan
dari ideal Indikator :  Pantau dan mencatat
- Pucatnya - Intake makanan di masukan kalori dan nutrisi
membran mukosa mulut cukup  Berikan informasi yang tepat
- Ketidakmampuan - Itake di saluran tentang kebutuhan nutrisi dan
menyerap makanan cukup bagaimana cara
makanan - Intake cairan cukup
memenuhinya
- Kelemahan otot - Intake cairan di mulut cukup
 Bantu pasien untuk
saat menggunyah
menerima program gizi yang
- Faktor biologi c. Status nutrisi : intake zat
dibutuhkan
b. Terapi nutrisi
- Faktor psikologi
makanan Aktivitas :
Indikator :  Pantau makanan dan minuman
- Intake kalori cukup yang dimakan dan hitung
- Intake protein cukup intake kalori sehari yang
- Intake karbohidrat cukup sesuai
- Intake lemak cukup  Pantau ketepatan anjuran diet
- Intake vitamin dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
mineral cukup sehari- hariyang sesuai
- Intake kalsium dan zat  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
besi cukup menentukan jumlah kalori dan
jenis gizi yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan gizi pasien
 Berikan makanan sesuai dengan
diet yang dianjurkan
 Pertahankan intake paranteral yang
dibutuhkan
 Pantau hasil labor
Gangguan citra tubuh Citra Tubuh Perbaikan Citra Tubuh
Defenisi : konfusi pada  Mengenal diri  Menentukan dugaan citra tubuh
gambaran mental fisik diri secara mendalam pasien, sesuai dengan
seseorang  Kesesuaian antara keadaan perkembangannya
Faktor yang berhubungan tubuh yang sebenarnya  Membantu pasien untuk
- Biofisik ( penyakit dan tubuh yang ideal mendiskusikan perubahan
kronis, defek kongebital  Menggambarkan yang terjadi akibat penyakit
dan kehamilan) bagian tubuh yang dan pembedahan
- Kultural atau spiritual dipengaruhi  Membantu pasien
- Perubahan perkembangan  Kepuasan terhadap memelihara perubahan tubuh
- Trauma/ cedera penampilan tubuh  Membantu pasien untuk
- Penangan  Kepuasan terhadap membedakan penampilan fisik
(pembedahan, fungsi tubuh dari perasaan yang beharga
kemoterapi, dan radiasi)  Penyesuaian terhadap
perubahan penampilan  Membantu pasien untuk
Batasan karakteristik fisik Penyesuaian terhadap menentukan akibat dari
- Respon verbal perasaan perubahan persepsi yang sama
atau persepsi yang penampilan tubuh.
mencerminkan  Monitoring pandangan diri
perubahan aktual dan secara berkala
persepsi perubahan
 Montoring pernyataan tentang
struktur, penampilan atau
persepsi identitas diri
fungsi tubuh
sehubungan dengan
- Respon nonverbal terhadap
perubahan aktual atau
persepsi perubahab
struktur, penampilan,
atau
fungsi tubuh
Gangguan Integritas jaringan Integritas jaringan: PENYEMBUHAN LUKA
kulit dan membrane mukosa  Mengganti balutan
Factor yang berhubungan :  suhu jaringan dbn  Catat karakteristik luka
- Perubahan sirkulasi  warna dbn  Catat karakteristik dari
- Iritan kimia  keutuhan beberapa pengeluaran
- Hambatan molitas fisik  perfusi jaringan  Balut dengan tepat
- Deficit pengetahuan 
 luka jaringan Gunakan pembalut yang oklusif
- Faktor
 hidrasi  Membalut luka yang
mekanis (
berlubang dengan tepat
pembedahan)
Penyembuhan luka :  Gunakan teknik membalut steril
- Kekurangan atau
tujuan pertama  Posisikan klien untuk
kelebihan nutrisi
 pengeluaran nanah menghindari ketegangan
- Radiasi
 mengatasi pada area luka
- Factor suhu
eritema disekitar  Bandingkan dan catat
Batasan
kulit perubahan pada area
karakteristik
 mengatasi luka oedem luka
- Kerusakan atau
 Ajarkan pada pasien dan
kehancuran jaringan
penyembuhan luka : keluarga cara perawatan
tujuan kedua luka
 granulasi
PENCEGAHAN INFEKSI
 epitelisasi kulit  Periksa tanda-tanda dan gejala-
 pengeluaran nanah gejala infeksi.
 pengeluaran racun  Periksa luka apakah infeksi atau
 mengatasi tidak.
ketidaknormalan  Batasi jumlah pengunjung.
disekitar kulit  Lindungi semua pengunjung
 mengatasi nekrosis dari penyakit menular.
 mengatasi adanya  Berikan perawatan kulit
rongga pada luka dengan benar pada daerah
 mengatasi kulit oedem.
yang mengelupas  Periksa kulit dan membran
 mengatasi bau mukosa dari kemerahan,
busuk pada luka panas yang berlebihan dan
kekeringan..
 Jelaskan proses perawatan
jika dibutuhkan.
 Anjurkan asupan nutrisi yang
cukup.
 Meningkatkan asupan cairan
 Memperbanyak istirahat.
 Periksa perubahan kondisi
pasien.
 Anjurkan pasien untuk
memperbanyak bergerak
dan latihan.
 Anjurkan latihan napas dalam
dan batuk yang benar.
 Lakukan terapi antibiotic
dengan tepat
 Ajarkan pada pasien dan
keluarga tentang tanda-tanda
dan gejala dari infeksi dan
kapan
harus melaporkannya pada tim
Intoleranasi aktivitas Toleransi aktivitas Toleransi aktivitas

Faktor yang berhubungan  Toleransi aktivitas ,  Kaji kemampuan pasien untuk


- Tirah baring dan imobilitas respon fisiologis terhadap berpindah dari tempat tidur,
- Kelemahan umum gerakan yang memakan berdiri, ambulasi, dan
- Ketidakseimbangan antara energi membaik melakukan ADL
suplai dam kebutuhan  Mentoleransi aktivititas  Kaji respon emosi, sosial dan
oksigen yang biasa dilakukan, spritual terhadap aktivitas
- Gaya hidup kurang sehat yang dibuktikan oleh  Evaluasi motivasi dan keinginan
toleransi aktivitas, pasien untuk
Batasan karakteristik ketahan, penghematan meningkatkan aktivitas
- Ketidaknyamanan saat energi, kebugaran fisik, Managemen Energi
beraktivitas energi psikomotorik  Tentukan penyebab keletihan
- Melaporkan keletihan dan perawatan diri  Pantau respon
atau kelemahan secara  Menunjukan kardirespiratori terhadap
verbal adana toleransi aktivitas
- Frekuensi jantung atau aktivitas  Pantau respon nutrisi untuk
tekanan darah tidak normal  Dapat memastikan sumber-sumber
sebagai respon dari mendemontrasikan energi yang adekuat
aktivitas penghematan energi  Pantau dan dokumentasikan
pola tidur pasien dan lamanya
waktu tidur pasien dan
lamanya waktu tidur
Pendidikan kesehatan
 Ajarkan kepada pasien/ OT
penggunaan teknik nafas
terkontrol selama aktivitas,
jika perlu
 Mengenali tanda
tanda intoleransi
aktivitas
 Pentingnya nuntrisi yang baik
 Tindakan untuk
menghemat energi
 Ajarkan tentang pengaturan
aktivitas dan teknik
manajemen waktu untuk
mencegah
kelelahan
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kasus ” Asuhan

Keperawatan Pada Klien Dengan Post Laparatomi dan Kolostomi a/i

Ca Recti di Ruang Perawatan Umum 5020 Rumah Sakit Umum

Hermina Bekasi”. Penulis menggunakan pendekatan proses

keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

rencana asuhan keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi

yang dilakukan.

A. Pengkajian

Pada bab ini, akan di bahas tentang pemberian asuhan

keperawatan Ny. D yang dilakukan selama 3 hari dari tanggal 27 Juli

2020 s/d 29 Juli 2020. Pasien masuk keruangan perawatan 5020

Perawatan Umum RSU Hermina Bekasi pada tanggal 24 Juli 2020

dengan diagnosa ca recti rencana laparatomi ekplorasi dan colostomy

pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Juli 2020 .

1. Data Biografi

a. Identitas Pasien

Nama : Ny. D

No CM : c 458536

Tanggal Lahir : 20/07/1985/35th

Jenis Kelamin : perempuan

24
Alamat Pasien : Jl. Patria jaya Rt

003/014 Nama Penanggung Jawab : Tn. P

2. Anamesa

a. Keluhan : nyeri pada daerah operasi,

lemes, perut terasa kembung

b. Riwayat penyakit sekarang : OS mengeluh nyeri, Nyeri dirasakan

pada luka laparatomi dan kolostomi menjalar kepunggung dan

kepinggang. Nyeri meningkat ketika bergerak., nyeri yang

dirasakan seperti diremas remas, nyeri terus menerus, tidak

disertai keringat dingin, mual ada, muntah tidak ada. pasien

mengatakan skala nyeri pada angka 6-7. Pasien mengatakan

lemes tidak bertenaga. Pasien mengatakan mendapat diet cair

dan diet yang dikasih rumah sakit tidak dihabiskan. Pasien

menagatakan setiap makan setiap perut terasa kembung dan

sakit. pasien setelah operasi terpasang drain, kolostomi dan

kateter serta epidural. Pasien mengatakan merasa risih dengan

colostomi yang terpasang pada dirinya. Pasien merasa dirinya

jelek dan bau karena terpasang kolostomi.

c. Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengatakan

pernah mengalami riwayat kista dan telah dilakukukan

kistectomi dan
angkat rahim 6 tahun yang lalu (2014) di RS A. Pasien juga

pernah dirawat di RS A dengan diagnosa Amenia pada tahun

2019. Tiga bulan yang lalu tepat maret 2020 pasien juga dirawat

di RS H dengan diagosa anemia. Pada juni 2020 pasien ada

keluhan susah BAB susah dan berdarah, dilakukan colonoskopi

dengan diagnosa ssup ca recti dan hasil dari kolonoskopi adalah

tampak massa pada bagian rectum, berbenjol benjol, rapih dab

massa berdarah dan dilakukan biopsi 5 timpani. Dan pada tgl

24/7/2020 masuk perawatan direncanakan untuk laparotomy dan

pasang kolostomi. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit berat

lainnya seperti hipertensi, jantung, DM dan asma

Riwayat penyakit keluarga : Kedua orang tua pasien tidak

memiliki riwayat penyaki seperti pasien. Orang tua pasien juga

tidak memiliki riwayat penyakit berat lainnya seperti hipertensi,

jantung, DM dan asma.

d. Riwayat alergi : Tidak ada

e. Riwayat tranfuse darah : Tidak pernah

f. Riwayat kemotrapi : Belum pernah

g. Riwayat radioterapi : Belum pernah

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang

b. Kesadaran : Komposmentis

c. TTV : Nadi 80x/menit, suhu : 36,7⁰C,


RR : 23x/menit , TD 130/80 mmhg

d. BB : 37 kg

e. Golongan darah :A+

4. Pengkajian Persistem :

a. Saraf pusat

1) Kepala : rambut pasien hitam

2) Ubun- ubun : datar

3) Wajah : dalam batas normal

4) Leher : dalam batas normal

5) Kejang : tidak ada kejang

6) Sensorik : tidak ada kelainan

7) Motorik : dalam batas normal

8) Kekuatan otot : dalam batas normal

b. Persepsi sensori

1) Penglihatan : tidak ada kelainan

2) Posisi mata : simetris

3) Pupil : isokor

4) Reflek cahaya : +/+

5) Kelopak mata : tidak ada kelainan

c. Sistem genitourinaria

1) Kebersihan : bersih

2) BAK : tidak ada masalah

d. Sistem produksi
1) Sirkumsisi : tidak

e. Sistem integrumen

1) Warna : merah dalam batas normal

2) Turgor kulit : elastis

3) Integritas : baik

f. Sistem muskkuloskletal

1) Pergerakan sendi : dalam batas normal

2) Postur tubuh : normal

3) Kekutan otot : dalam batas normal

4) Nyeri sendi : tida ada

5) Oedema : tidak ada

g. Kardiovaskular

1) Warna Kulit : Normal

2) Nyeri dada : tidak ada nyeri dada

3) Denyut nadi : Teratur

4) Sirkulasi : Akral hangat

5) Pulsasi : Kuat

h. Respirasi

1) Pola nafas : TAK

2) Volume pernafasan : Normal

3) Jenis pernafasan : Pernafasan dada

4) Irama nafas : Teratur

5) Kesulitan bernafas : tidak Ada


6) Batuk dan sekresi : Tidak

i. Gastrointestinal

1) Mulut : bibir pasien tampak kering

2) Gigi : ada beberapa 4 pasien yang sudah copot

3) Lidah : Tidak ada kelainan

4) Tenggorokan : Tidak ada kelainan

5) Abdomen : terdapat luka operasi lebih kurang 12

cm, terpasang colostomy dan drain

6) BAB : pasien BAB lewat kolostomy

B. Pengkajian Umum

a. Sensorik

1) Penglitan : dalam batas normal

2) Penciuman : dalam batas normal

3) Pendengaran : dalam batas normal

b. Kognitif

Pasien tidak ada masalah dengan kognitif.

c. Motorik

1) Kemampuan aktifitas sehari hari : sebelum sakit pasien

mandiri pasien mampu melakukan aktifitas secara mandiri.

Setelah terkena penyakit pasien meemiliki ketebatasan

dalam bergerakl karena terpasang drain, dan coloctomy.

2) Berjalan : saat pengkajian pasien bisa berjalan tapi butuh


bantuan keluarga

3) Status piskologis : pada saat pengkjian pasien terlihat sedih, dan

pasien tidak bisa mengungkapkan perasaan yang dialaminya.

C. Kebutuhan komunikasi / pendidikan dan pengajaran

1. Bicara : Normal

2. Bahasa : Indonesia

3. Penerjemah : Tidak

4. Hambatan belajar : Tidak

5. Cara belajar yang disukai : Mendengarkan

6. Pendidikan pasien : Sarjana

7. Pendidikan suami/Penanggung jawab : Sarjana

8. Pasien atau keluarga menginginkan informasi tentang : Proses

penyakit, tindakan, obat dan perawatan post tindakan

D. Spritual

1. Agama : Islam

2. Mengungkapkan keprihatinan yang berhubungan dengan rawat

inap : Tidak

E. Sistem sosial

1. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2. Tinggal bersama : Suami

F. Pola kehidupan sehari – hari


a. Sebelum sakit

1) Makan : pasien mengatakan sebelum sakit nafsu makan

mau namun semenjak 3 bulan terkahir pasien

mengatakan nafsu makan menurun. Makan hanya habis

½ porsi setiap makan. Pasien mengatakan selama sehat

jarang mengkonsumsi sayur, karena pasien lebih suka

gorengan.

2) Pola tidur : pasien mengatakan sebelum sakit pola tidur

pasien tidak ada masalah, pasien bisa tidur ±7 jam /hari

3) Eliminasi : pasien mengatakan tidak ada masalah dengan

bak, bak lancar. Namun untuk bab pasien mengalami

masalah, pasien riwat suli BAB, pasien juga pernah

mengalami Bab seperti taik kambing dan BAB berdarah.

b. Selama sakit

1) Makan : selama 5 hari perawatan post tindakan pasien

dapt diet MC 6 x 200 cc, pasien tidak selalu menghbis

diet yang diberikan karena pasien merasa kembung

setelah minum susu. Dari perawatan hari ke 6 post

tindakan pasien dapat diet bubur saring dan pasien hanya

menghabiskan ½ porsi.

2) Pola tidur : pasien mengatan tidur tidak bisa nyenyak

karena setiap pasien bergerak nyerinya meningkat

sehingga pasien sering terbangun saat tidur

3) Eliminasi : selama 2 hari post tindakan pasien terpasang


kateter dan hari ke 3 post tindakan pasien sudah bisa bak

spontan, tidak ada masalah dengan bak pasien. Pasien

terpasang kolostomi untuk BAB. Selama 3 hari post

tindakan, kolostomi pasien berproduksi dengan baik.

G. Assesmen Gizi / Skrining Gizi oleh Perawat

1. Nafsu Makan : asuapan makan

Menurun 25 % dalam 3 bulan terakhir

2. Penurunan BB dari 10 % dalam 2 bulan terakhir yang

direncanakan : ada

3. Penyakit yang menyertai pasien : tidak ada

4. Total skor ≥3 : lapor DPJP utama

H. Rencana pulang ( discharge planning )

1. Pasien dan keluarga diberikan informasi tentang perencanaan

pulang ? : Ya

2. Lama perawatan rata-rata : 5 hari

3. Tanggal perencanaan pulang : 30 juli 2020

4. Perawatan lanjutan yang diberikan dirumah : cara perawatan

kolostomi dirumah, diet paska rawat inap,perawatan luka

laparatomi dan obat – obatan paska rawat inap.


I. Daftar Masalah Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan putusnya

inkouitinitas jaringan

2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi

3. Resiko infeksi b.d adanya luka pasca pembedahan

4. Gangguan harga diri b.d terpasangnya kolostomi

5. Resiko kurang volume cairan berhubungan adanya perdarahan

insisi bedah

J. Perencanaan perawatan interdisiplin/referal

1. Diet dan nutrisi : Ya

2. Rehabilitasi medik : Tidak

3. Farmasi : Ya

4. Wound care : ya

5. Pain manageman : ya

6. Lain-lain : Tidak
K.Data penunjang

Laboratorium

Tanggal 28 juni 2020 (pro colonoskopy)

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

Hematologi

 Hemoglobin 8.0 12.0 – 14.0 g/dl

 Hematokrit 25.0 35 – 47 %

 Leukosit 21.95 3.6 – 11.0 103/ul

646 150 – 440 103/ul


 Trombosit

Kimia darah

Hati

 SGOT 24 <=32 U/L

 SGPT 18 <=31 U/L

Penanda tumor

 CEA 14.8 <=5 Mg/dl

Haemostasis

PT
15.50 10.00 – 15.00 Detik
 Pasien
13.10 9.7 – 14.6 Detik
 Kontrol

APTT
30.00 26.30 – 40. 30 Detik
 Pasien
34.80 28.9 – 41.6 Detik
 Kontrol
Tanggal 23 /07/2020 (pre laparatomy dan kolonostomy )

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

Hematologi

 Hemoglobin 10.8 12.0 – 14.0 g/dl

 Hematokrit 34.3 35 – 47 %

 Leukosit 14.56 3.7 – 11.0 103/ul

684 150 – 440 103/ul


 Trombosit

Kimia darah

Hati

 Protein total 5.79 6-8 g/dl

 Albumin 3.0 3.5 -5.2 g/dl

 Globulin 2.79 2.60 – 3.60 g/dl

Haemostasis

PT
14.90 10.00 – 15.00 Detik
 Pasien
13.70 9.7 – 14.6 Detik
 Kontrol

APTT
28.60 26.30 – 40. 30 Detik
 Pasien
32.60 28.9 – 41.6 Detik
 Kontrol

Diabetes Melitus
63 < 100 Bukan DM g/dl
 GDS
Elektrolit

 Natrium (Na) 132 135 – 147 mmol/

 Kalium (K) 4.26 3.5 – 5.0 L

 Klorida (Cl) 96 95 - 105 mmol/

mmol/

Tanggal 02 /07/2020

Jenis pemeriksaan Hasil rujukan Satuan

Penanda tumor

 CA 125# 30.1 <=35 U/mL

Tgal 28/06/2020

Hasil colonoskopy

 Tampak massa pada rectum berbenjol benjol, rapih,

dan masih berdarah

 Scope masuk ± 9 cm

 Scope tipis dapat masuk lagi terhalang massa

 Dilakukan biopsi 5 keping


Hasil Pemeriksaan Histopalogi

Taggal sampel : 28/06/2020

Tanggal jawab : 3/ 07/2020

Diagnosa : susp ca recti

Makroskopik : 5 keping jaringan masing – masing ukuran 0,1 x

0,1 x 0.1 cm kenyal. Semua cetak 1 kaset

Mikroskopik : sedian biopsi rectum, terdiri atas keping jaringan

stroma jaringan ikat dan sebagian nekrotik,

mengandung tumor ganas epitel berbentuk

struktur glnduler dan kribiform infiltratif ke stroma.

Sel tumor sebagian tersusun bertumpuk, berinti

pleomorfik, hiperkromatik, kromatin kasar kadang

anak inti nyata. Sitoplasma eosinofilik. Mitosis

ditemukan. Tidak tampak epitel permukaan

mukosa.

Kesimpulan : histologik sesuai dengan adenokarsinoma

berdiferensiasi sedang.

L. Penatalaksanaan

Terapi Dosis

 Cefxon 1 x 2 gr

 Topazol 2 x 40 mg
 Tofedek 2 x1

 Tamoliv 500 + tramadol 3 x1

 Ondancentron 3 x 4 mg

3x1
 As traneksamat
3x1
 Vit k
3x1
 Vit c
3x1
 Primperan
3x1
 Alinamin f

 Marcain 0,625 % 3.5 cc / jam

 Ivfd Rl 500/ 8 ja

M. Data fokus

a. Data subjektif : OS mengeluh nyeri, Nyeri dirasakan pada luka

laparatomi dan kolostomi menjalar kepunggung dan kepinggang.

Nyeri meningkat ketika bergerak., nyeri yang dirasakan seperti

diremas remas, nyeri terus menerus, tidak disertai keringat dingin,

mual ada, muntah tidak ada. pasien mengatakan skala nyeri pada

angka 6-7. Pasien mengatakan lemes tidak bertenaga. Pasien

mengatakan mendapat diet cair dan diet yang dikasih rumah sakit

tidak dihabiskan. Pasien menagatakan setiap makan setiap perut


terasa kembung dan sakit. pasien setelah operasi terpasang drain,

kolostomi dan kateter serta epidural. Pasien mengatakan merasa

risih dengan colostomi yang terpasang pada dirinya. Pasien

merasa dirinya jelek dan bau karena terpasang kolostomi.

b. Data objektif : Keadaan umum pasien sedang, Kesadaran

composmentis, akral hangat, nadi kuat dan teratur, turgor kulit

sedang, mukosa bibir kering, minum mau, makan hanya ½


o
porsi, BAK lancar, mual ada , Nadi 80x/menit, suhu : 36.3 C,

RR : 28x / i, TD : 100/70 mmhg , BB: 32 Kg, pasin tampak

lemah, pasien tampak meringis, ekpresi wajah tegang. Klien

terpasang kolostomy, drain, kateter dan terdapat luka

laparatomi ±12 cm. Pasien juga terpasang epidural jalur masuk

marcain.

Analisa data

No/ Data Masalah Etiologi

tanggal

ditemukan

27/07/202 DS: Gangguan rasa Agen

0 - Pasien mengatakatan nyaman Nyeri cedera;

1 nyeri pada daerah berhubungan luka insisi

laparatomy dan dengan insisi bedah

kolostomy bedah
- Pasien mengatakan

nyeri meningkat

setiap bergerak

- Pasien mengatakan

nyeri tidak

menetap

- Pasien mengatakan

mengatakan saat

istirahat nyeri masih

tetap terasa

- Pasien

mengatakan

tidurnya terganggu

karena nyeri yang

dirasakan

- Pasien mengatakan

nyeri seperti di

tusuk- tusuk

menjalar ke

punggung durasi

lebir dari 30 Menit,

skala nyeri 7-8.

DO:

- Td 100/ 70

- Nadi : 98 – 103
- RR : 28 x/menit
- Suhu 37.1

- Ekpresi wajah

tegang, meringis

- Keringat dingin pasien

keluar saat

menahan nyeri

- Terdapat luka

laparatomy di

abdomen, ukuran

luka kurang lebih 12

cm. dan kolostomy di

kuadran 3.

27/7/2020 DS : Ketidakseimbang Intake


- Pasien
2 a n nutrisi kurang tidak
mengatakan
dari kebutuhan adekua
badannya
terasa lemas tubuh t
- Kelurga dan
pasien
mengatakan nafsu
makan menurun
semenjak 3 bulan
sebelum masuk
rumah sakit
- Keluarga
dan pasien
mengatakan
berat badan klien
menurun dari 42
kg menjad 37kg
DO :
- Pasien tampak
lemah
- Konjungtiva
anemis
- Mata cekung
- Pasien tampak
kurus
- Diet yang
diberikan MC 6x
200 kkal, habis 1/
2 dari diet yang
diberikan
- Mulut pucat
dan mukosa
kering
- Keadaan
umum pasien
lemah
- Hb : 10.8g/dl
- Albumin : 3.0 g/dl
- BB : 37 kg
- TB : 155 cm
- IMT : 13.3
-
27/7/20 DS : Resiko infeksi
3 - Pasien
mengatakan
post dilakukan
operasi
laparatomy
- Pasien
mengatakan
klien juga
terpasang
colostomy
- Pasien
mengatakan klien
juga terpsang
drain diperut
bagian kanan
DO :
- Terdapat luka
laparatomy post
operasi hari ke
1sepanjang 12
cm pada
abdomen klien
- Pasien terpasang
colostomy
diabdomen
bagian kiri
- Warna stoma
klien merah
- Pasien
terpasang drain
diabdomen
sebelah kanan
- Cairan drain ±
25 cc
- Leokosit
klien
28,1.10³/mm³
- Hemoglobin 10. 8
g/dl
- Pus (-)
- S : 37,3

27/7/2020 Ds : Ganguan citra prosedur


- Pasien
4 tubuh bedah
mengatakan
yang
malu dengan
keaadannya merubah
sekarang gambara
- Pasien
n diri
mengatakan
dirinya jelek dan
bau karena
pasien terpasang
kolostomy
- Pasien sering
ulang
mengenai
kolostomy yang
terpasang
Do :
- Pasien
terpasang
kolostomy
- Pasien sering
menutupi
kolostomynya
dan tidak mau
dilihat orang
kecuali perawat
dan
suaminya
- Pasien sering
murung dan
menangis tiba
-tiba
DIAGNOSA DAN PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN POST LAPARATOMI DAN COLOSTOMY A/I CA
RECTI

N Diagnosa TGL Perencanaan TGL


o Ditegakkan Tujuan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Teratasi
Dx & Nama &
perawat Nama
dan jam perawa
t dan
jam
1. Gangguan rasa nyaman 27/07/20 Nyeri a. Pasien mengatakan a. Kaji nyeri dada pasien 29/7/20
Sr arfatil teratasi nyeri dada hilang meliputi lokasi, durasi, Sr Arfatil
nyeri Nyeri setelah atau terkontrol dan faktor yang
dilakukan b. Pasien dapat mempengaruhi
berhubungan dengan tindakan mendemonstrasika b. Kaji ulang riwayat
keperawata n teknik relaksasi agina sebelumnya
insisi bedah
n selama c. Pasien tampak c. Anjurkan pasien
DS: 3x 24 jam
nyaman dan untuk
bebas dari nyeri melapotkan
- Pasien mengatakatan d. Tanda-tanda vital segera
nyeri pada daerah dalam batas d. Cipatakan
normal lingkunagan
laparatomy dan yang aman
e. Batasi aktivitas
kolostomy
fisik dan batasi
- Pasien mengatakan pengunjung
f. Ajarkan pasien
nyeri meningkat teknik relaksasi nafas
dalam
setiap bergerak
g. Ukur tanda-
- Pasien mengatakan
tanda vital 48
nyeri tidak menetap h. Berikan oksigen
sesuai
kebutuhan
i. Kolaborasi dengan
dokter dalam
- Pasien mengatakan pemberian terapi obat
j. Libatkan keluargan
mengatakan saat untuk melakukan
teknik relaksasi
istirahat nyeri

masih tetap terasa

- Pasien

mengatakan

tidurnya terganggu

karena nyeri yang

dirasakan

DO:

- Td 100/ 70

- Nadi : 98 – 103

- RR : 28 x/menit

- Suhu 37.1

- Ekpresi wajah

tegang, meringis

49
- Keringat dingin pasien

50
keluar saat

menahan nyeri

- P: Nyeri didaerah

abdomen

daerah

laparatomy dan

kolostomy

- Q : Nyeri

seperti ditusuk-

tusuk

- R: Nyeri dirasakan

menjalar kepunggung

- S: skala nyeri 7-

8 T: durasi > 30

menit
2. Perubahan nutrisi 27/07/20 Perubahan a. Menunjukkan a. Kaji kebutuhan 29/7/20
kurang dari nutrisi kenaikan BB stabil nutrisi dan
Sr. Arfatil kurang kebutuhan Sr. Arfatil
kebutuhan tubuh b/d dari makan pasien
kebutuhan b. Nafsu makan
intake yang tidak b. Kaji adanya
tubuh meningkat,
mual, muntah
adekuat teratasi porsi makan
distensi
setelah habis
abdomen
c. Pasien tidak
DS : dilakukan mengeluh c. Auskultasi bising
- Pasien tindakan mual muntah usus, catat
keperawata bising usus
mengatakan n selama 3 d. Pasien dapat d. Timbang BB
badannya x24 jam beradaptasi
setiap hari sesuai
(Hb, Ht, Alb)
terasa lemas indikasi
dalam batas
e. Auskultasi bising
- Kelurga dan normal usus, catat
pasien adanya nyeri
mengatakan abdomen/ perut
kembung, mual
nafsu makan
dan muntah
menurun f. Kaji makanan yang
semenjak 3 bulan disukai oleh klien
sebelum masuk g. Libatkan keluarga
pasien pada
rumah sakit pencernaan
- Keluarga dan makanan diit
pasien meliputi
penggantian daftar
mengatakan
menu
berat badan klien h. Observasi tanda-
menurun dari 42 tanda hipoglikemia
seperti: tingkat
kg menjad 32kg
kesadaran, kulit
DO : lembab, denyut
- Pasien tampak nadi cepat, lapar
i. Berikan penkes
lemah
pentingnya
- Konjungtiva nutrisi yang
adekuat
j. Pantau hasil
anemis pemeriksaan
- Mata cekung laboratorium
pemeriksaan
- Pasien tampak
gula darah
kurus k. Berikan obat sesuai
- Diet yang dengan indikasi
pemberian insulin
diberikan MC 6x
l. Konsultasi
200 kkal, habis dengan ahli gizi
1/ 2 dari diet
yang diberikan
- Mulut pucat
dan mukosa
kering
- Keadaan
umum pasien
lemah
- Hb : 10.8g/dl
- Albumin : 3.0 g/dl
- BB : 32 kg
- TB : 155 cm
- IMT : 13.3
3. Resiko tinggi 27/07/20 Infeksi tidak a. Tanda-tanda vital a. Monitor TTv dan 29/7/20
infeksi b/d Sr. Arfatil terjadi dalam batas catat adanya
Sr.
pertahanan primer setelah normal peningkatan suhu arfatil
yang tidak adekuat dilakukan b. Tanda-tanda b. Observasi tanda-tanda
tindakan infeksi tidak ada infeksi dan peradangan
keperawata c. Luka kering bebas, seperti demam,
DS : n selama 3 eritema, purulen, kemerahan, adanya
x24 jam
- Pasien demam, bengkak pus pada luka, urin
mengatakan dan nyeri warna keruh dan
d. Leukosit dalam berkabut
post dilakukan
batas normal 10 c. Pertahankan teknik
operasi ribu/ul aseptik untuk
laparatomy setiap tindakan
d. Berikan perawatan kulit
- Pasien
dengan teratur,
mengatakan massage daerah tulang
klien juga yang tertekan, jaga kulit
tetap kering
terpasang
e. Libatkan keluarga untuk
colostomy pencegahan dengan
- Pasien cuci tangan yang baik
mengatakan pada semua orang
yang berhubungan
klien juga dengan pasien
terpsang drain f. Berikan penkes
diperut bagian tentang tanda dan
gejala infeksi dan
kanan
pentingnya
DO : pencegahan infeksi
g. Berikan antibiotik sesuai
- Terdapat luka
laparatomy
post
operasi hari ke intrusi dokter
1sepanjang 12
cm pada
abdomen klien
- Pasien terpasang
colostomy
diabdomen
bagian kiri
- Warna stoma
klien merah
- Pasien
terpasang drain
diabdomen
sebelah kanan
- Cairan drain ±
25 cc
- Leokosit
klien
28,1.10³/mm³
- Hemoglobin 10.
8 g/dl
- Pus (-)
- S : 37,3
4. Ganguan konsep diri 27/07/20 Gangguan a. Klien menunjukan a. Dorong pernyataan saat 29/07/20
Sr. Arfatil konsep diri gerak penerimaan ini dan harapan yang Sr Arfatil
b/d prosedur bedah teratasi diri dalam situasi akan datang . berikan
setelah b. Pengenalan dukungan emosional
yang merubah dilakukan perubahan dalam bila balutan bedah
tindakan konsepdiri tanpa diangkat
gambaran diri
keperawata menegatifkan b. Indentifikasi peran
n selama 3 x
harga diri sebagai wanita, istri,
24 jam
c. Menyusun tujuan ibu, wanita karir atau
Ds : yang realistic dan yang lainnya
- Pasien secara aktif c. Dukung klien
mengatakan berpartipasi dalam untuk
program terapi mengekpresikan
malu dengan
perasaan : marah,
keaadannya bermusuhan atau
sekarang berduka
d. Berikan dukungan
- Pasien
positif peningkatan dan
mengatakan partisipasi dalam
dirinya jelek dan perawatan diri
e. Diskusikan dan rujuk
bau karena
ke kelompok
pasien terpasang pendukung untuk
kolostomy orang terdekat
- Pasien sering f. Kolaborasi dokter
untuk menjelaskan
penyakit,prognosadan
bertanya ulang
pengobatan.
mengenai
kolostomy
yang terpasang
Do :
- Pasien
terpasang
kolostomy
- Pasien sering
menutupi
kolostomynya
dan tidak mau
dilihat orang
kecuali perawat
dan suaminya
- Pasien sering
murung dan
menangis tiba
-
tiba
TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tgl Jam Implementasi Nama


Senin 07.30 Melakukan operan dengan suster devi Sr. Arfatil

27/07/2 Dengan rencana pasien terpasang RL 20


tpm, terpasang epidural ( 5 cc marcain pdf
0 + 40 cc nacl = 45 cc) dengan syring pump
rate 3,5cc/jam. Pasien terpasang drain,
colostomy dan DC. Pasien sedia darah 3
katong prc di laboratorium.
08.00 Melakukan asesment ulang Sr. Arfatil

R: OS mengatakan masih terasa nyeri,


nyeri yang dirasakan pada area laparatomy
dan kolstomi, nyeri meningkat pada saat
bergerak, nyeri terus menerus, skala nyeri
7
-8, pasien telihat meringis kesakitan.
pasien masih lemah dan diet (MC) yang
dikasih hanya habis ½ gelas.
10.00 Menganjur kan pasien untuk melakukan Sr. Arfatil
teknik relakasasi nafas dalam dan istirahat

R: Os mengerti
11.00 Memberikan pasien lingkungan Sr. Arfatil
yang nyaman

R: OS masih merasa nyaman


12.00 Mengobservasi tetesan infus pasien dan Sr. Arfatil
meberikan terapi obat.

R: tetesan infus lancar, pasien tidak ada


reaksi alergi terhadap obat.
12.30 Mengobservasi keadaan pasien Sr. Arfatil

R: Os mengatakan tidurnya
sering terbangun karena sakit yang
dirasakan
13.00 Melibatkan keluarga untuk memotivasi Sr. Arfatil
pasien melakukan teknik relaksasi nafas
dalam, memotivasi pasien menghabiskan
diet dan menjaga kebersihan lingkugan
pasien serta mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien.

R : OT pasien mengerti dan kooperatif

56
13.30 Kolaborasi tidakdilakukan, terapi Sr. Arfatil
sesuai dengan dpjp

14.00 Melakukan operan dengan dinas sore Sr. Arfatil

R: Terapi lanjut

Hari/Tgl Jam Implementasi Nama


Selasa 07.30 Melakukan operan dengan suster oliv Sr.
/ Arfati
28/07/2 R: Dengan rencana pasien terpasang RL l
0 20 tpm, terpasang epidural ( 5 cc
marcain pdf + 40 cc nacl = 45 cc) dengan
syring pump rate 3,5cc/jam. Pasien
terpasang drain, colostomy dan DC.
Pasien sedia darah 3 katong prc di
laboratorium.
08.00 Melakukan asesment ulang Sr. Afatil

R: OS mengatakan masih terasa nyeri,


nyeri yang dirasakan pada area
laparatomy dan kolstomi, nyeri
meningkat pada saat bergerak, nyeri
terus menerus, skala nyeri masih 7-8,
pasien telihat meringis kesakitan. pasien
masih lemah dan diet (MC) yang dikasih
hanya habis
½ gelas.
09.00 Melakukan ganti balutan dan Sr.
ganti kantong kolostomi Arfati
l
R:terdapat luka laparatomy ± 12 cm,
tidak ada tanda kemerahan pada area
luka, tidak ada nanah atau edema..
10.00 Menganjurkan pasien untuk melakukan Sr.
teknik relaksasi dan istirahat Arfati
l
R: OS mengerti
11.00 Memberikan pasien lingkungan Sr.
yang nyaman. Arfati
l
R : OS nyaman
11.30 Mengobservasi keadaan pasien Sr.
Arfati
R: OS meringis kesakitan, pasien l
mengatakan nyeri pada daerah operasi
menjalar kepunggung, nyeri yang
dirasakan seprti ditusuk tusuk, skala nyeri
8.

12.00 Melakukan kolaborasi dengan dr jaga Sr.


Arfatill
R : majukan obat analgetik

Melakukan overan dengan sr esti Sr.


Arfati
R : dengan rencana terlampir l

Hari/Tgl Jam Implementasi Nama


rabu/ 07.00 Melakukan operan dengan suster dwi Sr. Arfatil
29/07/2
0 Telah dilakukan re laparatopmi. Dengan
rencana pasien terpasang RL 20 tpm,
terpasang epidural ( 5 cc marcain pdf + 40
cc nacl = 45 cc) dengan syring pump rate
3,5cc/jam. Pasien terpasang drain,
colostomy dan DC. Pasien puasa,
terpasang ngt tertutup. Pasien sedia darah
3 katong prc di laboratorium.
08.00 Melakukan asesment ulang Sr. Afatil

R: OS mengatakan masih terasa nyeri sudah


berkurang, nyeri yang dirasakan pada area
laparatomy dan kolstomi, nyeri meningkat
pada saat bergerak, nyeri hilang timbul,
skala nyeri 5-6, pasien telihat meringis saat
bergerak. pasien puasa dan terpasang
NGT tertutup.
09.00 Menganjur kan pasien untuk melakukan Sr. Arfatil
teknik relakasasi nafas dalam dan istirahat

R: Os mengerti
10.00 Memberikan pasien lingkungan Sr. Arfatil
yang nyaman

R: OS masih merasa nyaman


10.30 Mengobservasi tetesan infus pasien dan Sr. Arfatil
meberikan terapi obat.

R: tetesan infus lancar, pasien tidak


ada reaksi alergi terhadap obat.
11.00 Mengobservasi keadaan pasien Sr. Arfatil

R: Os mengatakan nyeri sudah


berkurang, vas 3-4
12.00 Melibatkan keluarga untuk memotivasi Sr.
pasien melakukan teknik relaksasi nafas Arfatill
dalam, menjaga kebersihan lingkugan
pasien serta mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien.

R : OT pasien mengerti dan kooperatif


13.00 Kolaborasi tidak dilakukan, terapi sesuai Sr. Arfatil
dpjp

14.00 Melakukan operan dengan Sr. Maria Sr. Arfatil


R: r/ terlampir
EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl/Jam Evaluasi TTD
27/07/20 S : Pasien mengatakatan nyeri pada daerah Sr.
Jam Arfati
laparatomy dan kolostomy masih terasa. Pasien
14.00 l
mengatakan nyeri meningkat setiap bergerak dan saat

istirahat masih terasa. Pasien mengatakan tidurnya

sering terbangun karena nyeri yang diraskan, pasien

tidak menghabiskan diet yang dikasih karena perut

terasa kembung. Pasien masih mengatakan dirinya

jelek dan bau karena terpasang kolostomi, pasien

sering bertanya sampai kapan harus terpasang

kolostomi.

O : KU sedang, Kes : CM, akral hangat, nukosa bibir


kering, tugor kulit sedang, konjungtiva anemis,
ekperesi wajah pasien meringis kesakitan, skala nyeri
7
-8, pasien tampak kurus dan lemah, diet (MC) habis ½
porsi , terdapat luka operasi ± 12 cm, luka terbalut
verban, perban keering, tidak ada tanda kemerahan
pada area luka. Pasien juga terpasang kolostomi,
kolostomi berwarna merah, tidak ada tanda iritasi pada
area kolostomy, produksi kolostomy sedikit,padat dan
warna kuning. Pasien juga terpasang drain, produksi
drain (-), tensi 100/60, Nadi 88x/i , RR 20x/i suhu :
37,3
o
c
A : DX. 1 Gangguan rasa nyaman Nyeri b.d insisi bedah

belum teratasi

DX.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh b. d intake tidak adekuat belum teratasi


DX.3 Resiko infeksi b.d pertahanan primer tidak

adekuat teratasi sebagian


DX 4 gangguan citra tubuh b.d prosedur bedah yang

merubah gambaran diri teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
 Ivfd rl 500/8 jam
 Terpasang epidural (5 cc marcain pdf + 40 cc
nacl 0.9 % = 45 cc) dengan syring pump rate
3,5 cc/ jam
 Rencana aff drain dan dc dengan dpjp
 Pasien sedia darah prc 3 kantong dilab

Tgl/Jam Evaluasi TTD


28/07/20 S : Pasien mengatakatan nyeri pada daerah Sr.
Jam Arfati
laparatomy dan kolostomy masih terasa. Pasien
14.00 l
mengatakan nyeri meningkat setiap bergerak dan saat

istirahat sudah mulai brkurang. Pasien mengatakan

semakin hari nyeri semakin berkurang, pasien tidak

menghabiskan diet yang dikasih karena perut terasa

kembung.

O : KU sedang, Kes : CM, akral hangat, nukosa bibir


kering, tugor kulit sedang, konjungtiva anemis,
ekperesi wajah pasien meringis kesakitan, skala nyeri
4
-5, pasien tampak kurus dan lemah, diet (MC) habis ½
porsi , terdapat luka operasi ± 12 cm, luka terbalut
verban, perban keering, tidak ada tanda kemerahan
pada area luka. Pasien juga terpasang kolostomi,
kolostomi berwarna merah, tidak ada tanda iritasi pada
area kolostomy, produksi kolostomy tidak ada. Pasien
juga terpasang drain, produksi drain (-), tensi 100/60,
Nadi 88x/i , RR 20x/i suhu : 37,3 oc
A : DX. 1 Gangguan rasa nyaman Nyeri b.d insisi bedah
belum teratasi

DX.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh b. d intake tidak adekuat belum teratasi

DX.3 Resiko infeksi b.d pertahanan primer

tidak adekuat teratasi sebagian

DX 4 gangguan citra tubuh b.d prosedur bedah yang

merubah gambaran diri teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
 Ivfd rl 500/8 jam
 Terpasang epidural (5 cc marcain pdf + 40 cc
nacl 0.9 % = 45 cc) dengan syring pump rate
3,5 cc/ jam
 Pasien sedia darah prc 3 kantong dilab

Tgl/Jam Evaluasi TTD


29/07/2020 S : Pasien mengatakatan nyeri pada daerah Sr.
fett
laparatomy dan kolostomy sudah berkurang. Pasien
y
mengatakan nyeri meningkat setiap bergerak dan saat

istirahat sudah berkurang. Pasien mengatakan

tidurnya sudah enak. Pasien mengatakan makan

sudah ½- 1 porsi. Pasien mengatakan sudah mulai

bisa menrima keadaanya, dan sudah terbiasa

terpasang kolostomi.

O : KU sedang, Kes : CM, akral hangat, nukosa bibir


kering, tugor kulit sedang, konjungtiva anemis,
ekperesi tenang, skala nyeri 3, pasien tampak kurus
dan lemah, makan ½-1 porsi, terdapat luka operasi ±
12 cm, luka terbalut verban, perban keering, tidak ada
tanda kemerahan pada area luka. Pasien juga
terpasang kolostomi, kolostomi berwarna merah, tidak
ada tanda iritasi pada area kolostomy, produksi
kolostomy, produksi kolostomy (+) darah (-). Pasien
juga terpasang drain, produksi drain (-), tensi 110/70,
Nadi 85x/i , RR 20x/i suhu : 36,9 oc
A : DX. 1 Gangguan rasa nyaman Nyeri b.d insisi bedah

belum teratasi

DX.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh b. d intake tidak adekuat belum teratasi

DX.3 Resiko infeksi b.d pertahanan primer

tidak adekuat teratasi sebagian

DX 4 gangguan citra tubuh b.d prosedur bedah yang

merubah gambaran diri teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
 Ivfd rl 500/8 jam
 Obsevasi kolostomy
 Pasien sedia darah prc 3 kantong dilab

Asuhan keperawatan dilakukan selama 3x 24 sampai taggal 29/07/2020.

Nyeri yang dirasakan pasien hari ke hari semakin berkurang. Pada tanggal

28/7/2020epidural sudah diaff, pasien sudah diharuskan mobilisasi. Pada

tanggal 29/7/2020 nyeri yang dirasakan pasien berkurang, skala nyeri 3.

Sehingga diagnosa Gangguan rasa nyaman Nyeri b.d insisi bedah sudah

teratasi.

Untuk nutrisi pasien pada tanggal 27/07/20 dilakukan test minum sebanyak

20 cc setiap 2 jam setelah itu ngt dialirkan, tdak ada produksi dari Ngt yang
dialirkan. Pada tagl 27/7/20 diet pasien berubah menjadi Mc 6 x 50 cc dan diet

yang diberikan habis 2/3 porsi. Pada tanggal 28/07/2020 untuk dingnosa

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d intake tidak

adekuat masih teratasi sebagian. Pasien beru medapatkan perubahan diet

makan bubur 1200 kkal. Dan pasien hanya menghabiskan diet ½ porsi. Pada

tanggal 29/07/2020 dilakukan evaluasi ulang pasien sudah menghabiskan diet

yang diberikan, pasien tampak bertenaga.

Untuk diagnosa Resiko infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat pada

hari rawat ketiga pada taggl 29/07/20 tidak terjadi. Untuk diangnosa gangguan

citra tubuh pada tanggal 29/07/20 pasien sudah mulai bisa menerima keadaan

dan sudah mulai percaya diri.

Pada tanggal 29/02/20 dilakukan evaluasi ulang, pasien mengatakan nyeri

benar sudah berkurang, pasien sudah mampu melakukan mobilisasi, skala nyeri

yang dirasakan 3. Untuk nutrisi pasien sudah makanan lunak, pasien

menghabiskan diet yang diberikan, pasien tampak sudah bertenga. Diagnosa

resiko infeksi tidak terjadi, luka pasien bagus, tidak ada kemerahan, edema, pus

dan tanda-tanda infeksi lainnya. Pasien sudah mau mau menerima keadaanya,

terlihat daru pasien sudah mulai percaya diri, bertanya bagaimana cara

perawatan kolostomi secara mandiri dan pasien antusias untuk kontrol serta

kemoterapi. Semua diagnosa teratasi pasien dibolehkan pulang tagl 30/7/20.


BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis membandingkan kesenjangan dan kesamaan antara

tinjauan teori Laparatomi dan colostomi a/i ca recti dengan yang penulis

temukan pada Ny.S selama di ruangan 5020 perawatan umum RS Umum

Hermina Bekasi, dan dibahas tentang faktor penghambat dan pendukung dari

setiap langkah proses keperawatan.

A. PENGKAJIAN DATA

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan dasar

kegiatan keperawatan. Pada proses pengkajian ini penulis mengkaji secara

menyeluruh bio-psiko-sosio-spiritual. Penulis menggunakan metode wawancara,

observasi langsung, pemeriksaan fisik, mempelajari catatan keperawatan,

catatan medis dan hasil pemeriksaan diagnostik.

Seorang pasien bernama Ny. D berumur 40 tahun dengan nomor MR c

458536, masuk RS Hermina bekasi pada tagal 24/07/20 dengan diagnosa ca

recti dan akan dilakukan tindakan laparatomi. Tindakan dilakukan atas rujukan

hasil kolonoskopy yang dilakukan dalam perawatan sebelumnya yaitu Juni 2020.

Pasien dilakukan colonoskopy karena pasien mengeluh nyeri perut bagian

bawah, riwayat bab susah, bab berdarah, pasien mengatakan juga pernah bab

seperti taik kambing bulat-bulat kecil. Hasil dari colonoskopy yaitu adanya massa

pada rectum, dilakukan biopsi jaringan yang mana hasilnya ca recti.

Karsinoma rekti merupakan salah satu dari keganasan pada colon dan

rectum yang khusus menyerang bagian recti yang terjadi akibat gangguan

proliferasi sel epitel yang tidak terkendali. ( Soeparman & Waspadji, 2015).
Kanker rectum adalah pertumbuhan jaringan abnormal yang ganas terdiri dari sel

-sel epitel yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbul

metastasis yang terjadi pada bagian distal usus besar.

Banyak faktor pencetus dari terjadinya kanker kolon diantara Usia, polip

kolon, ulseratif kolitis, genetik (riwayat keluarga), diabetes tipe 2, pola makan,

kurang aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol (Sjamsuhidajat, 2017). Pada

kasus pasien berusia 35 tahun, tidak ada keluarga yang mengalami penyakit

yang sama denagn pasien. Pasien tida riwayat DM. Pada saat pengakajian klien

menyatakan jarang mengkonsumsi sayur-sayuran dan klien sangat sering

mengkonsumsi makan berlemak seperti gulai dan jeroan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Sjamsuhidajat dan de Jong (2019) yang menyatakan kekurangan

serat dan sayur-mayur hijau serta kelebihan lemak hewani dalam diet

merupakan faktor resiko untuk terjadinya kanker kolon dan rectum.

Kanker rectum tentu menunjukan adanya manifestasi klinis kepada pasien,

menurut Sjamsuhidajat ( 2017) manifestasi klinis pada pasien kanker rectum

adalah adanya obtruksi kolon, nyeri hebat pada abdomen, Anemi yang tidak

diketahu sebabnya, Anoreksia, Penurunan berat badan, Keletihan. Hal ini

sesuai dengan pernyaatan pasien saat dilakukan pengkajian dimana pasien

sering mengeluh nyeri perut bagian bawah, riwayat bab susah, bab berdarah.

Diagnosa kanker rectum bisa berdiri jika telah dilakukan pemeriksaan

penunjang, pemeriksaan penunjang yang bisa mendukung tegaknya diangnosa

adalah Endoskopi, CT Scan dan MRI, Barium Enema, CEA(Carcinoembrionik

Antigen) Screening (Sjamsuhidajat, 2017). Pada kasus ini pasien telah

dilakukan colonoskopy diamana hasil kolonoskopi yaitu Tampak massa pada

rectum berbenjol benjol, rapih, dan masih berdarah. Dan dilakukan biopsi pada

jaringan .
Hasil Pemeriksaan Histopalogi adenokarsinoma berdiferensiasi sedang. Pasien

juga dilakukan pemeriksaan CEA hasilnya 14.8 dimana rujukan normal

pemeriksaan CEA adalah kurang dari 5.

Bedasarkan hasil penunjang yang telah dilakukan pasien direncakan untuk

dilakukan tindakan pembedahan yaitu laparatomi dan pembuatan kantong

kolostomy. Tindakan laparatomi dilakukan pada tanggal 24/7/2020. Laparatomi

adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara membukadinding abdomen

untuk mencapai isi rongga abdomen(Jitowiyono, 2018). Laparatomi adalah

membuka dinding abdomen dan peritoneum.

Pada saat pengkajian pasien sudah hari perawatan ke 3 post operasi.

Pada saat pengkajian klien terpasang IVFD RL 20 tetes/ menit. Klien

mengeluhkan nyeri dengan skala 7-8, klien mengeluh nyeri yang dirasakan

seperti tertusuk- tusuk, klien mengtakan nyeri yang dirasakan meningkat saat

bergerak dengan durasi nyeri ± 30 menit.

Saat dilakukan pemerikasaan fisik klien tampak meringis kesakitan, muka

klien menegang, klien tampak berhati-hati dalam bergaerak dan terdapat luka

sepanjang 12 cm tertutup verban, klien juga terpasang colostomy, kantong

colostomy berproduksi feses, warna kuning agak cair, serta terpasang drain.

Tekanan darah klien 100/60, nadi 96 x/i, frekuensi nafas 23 x/i dan suhu badan

klien 37,3 oC.

Saat dilakukan pendekatan pasien merasa malu karena terpasang

kolostomy. Pasien merasa jelek dan bau. Pasien sering bermenung dan tiba-

tiba menangisi sendiri.

Dalam melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang

berarti. Klien dan keluarga sangat kooperatif dalam memberikan data. Selain itu
penulis juga mendapat kemudahan dalam melakukan pemeriksaan dengan

disediakannya alat-alat pemeriksaan fisik dari ruangan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Dalam menentukan prioritas Diagnosa Keperawatan, penulis mengacu pada

Hierarki Maslow yaitu fisiologi dasar, perasaan aman dan nyaman, kasih sayang

dan perasaan memiliki, pengakuan dan harga diri serta aktualisasi diri

berdasarkan keadaan yang mengancam kehidupan, mengancam kesehatan

dan mengancam kesejahteraan.

Penulis akan membandingkan diagnosa yang didapat pada kasus Ny.D

dengan diagnosa yang terdapat pada teori. Berdasarkan landasan teori ada 5

diagnosa yang mungkinmuncul pada pasien dengan pasien post laparatomy dg

ca colon dan rectum yaitu : Nyeri akut, Intoleransi aktivitas, Nurisi : kurang dari

kebutuhan tubuh, Resiko infeksi dan Gangguan integritas kulit

Beradasarkan data yang didapat pada pengkajian pada kasus ini penulis

mengangkat 4 diangnosa pioritas yaitu Gangguan rasa nyaman nyeri Nyeri

berhubungan dengan insisi bedah, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, Resiko infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat dan

gangguan citra tubuh b.d prosedur bedah yang merubah gambaran diri.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Dalam rencana keperawatan penulis mengacu pada rencana yang sudah

ditetapkan dengan Standar Asuhan Keperawatan yang sudah ada di RS.

Hermina Bekasi dengan meliputi 5 komponen, yaitu Observasi, Mandiri,

Libatkan keluarga, Pendidikan kesehatan dan Koloaborasi. Pada tahap

perencanaan asuhan keperawatan pada pasien post laparatomi dan colostomy

a.i ca recti telah dibuat perencanaan dengan menentukan tujuan, kriteria hasil

dan rencana tindakan


sesuai dengan prioritas masalah dan keadaan klien.

D. IMPLEMENTASI

Pada tahap ini penulis melakukan pelaksanaan dilakukan 3 x24 jam.

Pelaksanaan pada semua tindakan baik tindakan mandiri maupun kolaborasi

sesuai teori, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni : upaya promotif

(peningkatan kesehatan) dengan memberikan penyuluhan kesehatan tentang

tentang pemberian nutrisi sedikit tetapi sering. Upaya preventif (pencegahan)

yaitu dengan memberikan penyuluhan kesehatan seperti mencuci tangan

sebelum makan dan menjaga kebersihan lingkungan. Upaya kuratif

(pengobatan) dengan melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian

terapi pengobatan mencegah komplikasi. Upaya Rehabilitatif (penyembuhan)

dilaksanakan dengan melakukan pemulihan kembali keadaan pasien dan

memberikan diit yang adekuat secara bertahap.

Sedangkan pada kasus lebih di tekan kan pada tindakan kuratif yaitu dengan

berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi selama perawatan dan

melakukan tindakan mandiri keperawatan dengan melakukan upaya preventif

pencegahan terinfeksi penyakit pada klien. Pada diagnosa keperawatan yang

pertama Gangguan rasa nyaman nyeri Nyeri berhubungan dengan insisi bedah

penulis selain meberikan terapi kolaborasi penulis juga menganjurkan pasien

untuk melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri. Untuk diagnosa

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh kita melakukan

kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi untuk menentukan diet yang diet yang

akan diberikan serta memotivasi pasien untuk menghabiskan diet yang

diberikan yaitu makan sering tapi sedikit. Untuk diganosa resiko infeksi penulis

selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Selalu mencoba untuk

menjaga
kesterilan setiap melakukan tindakan kepasien. Dan utuk diaganosa gangguan

citra tubuh b.d prosedur bedah yang merubah gambaran diri penulis berusaha

untuk melakukan pendekatan dengan pasien. Mendorong pasien untuk

mengekpresikan perasaan dan harapan yang akan datang.

Faktor pendukung yang ada yaitu penulis dapat bekerja sama dengan klien

serta keluarga dan perawat yang bertugas diruangan untuk melakukan tindakan

tersebut sesuai dengan tujuan. Tidak ditemukan faktor penghambat.

E. EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dilakukan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan intervensi yang dilakukan berdasarkan

tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Evaluasi yang dibuat pada Ny.D

sesuai dengan yang ada pada teori yaitu evaluasi sumatif dan formatif.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien mengalami

kemajuan dan diagnose teratasi. Pada diagnosa keperawatan yang pertama

Gangguan rasa nyaman nyeri Nyeri berhubungan dengan insisi bedah, pada

hari 3 yang merupakan hari ke 5 post laparatomi nyeri pasien sudah berkurang,

skala nyeri 3.

Untuk diagnosa gamgguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asuapan

yang tidak adekuat pada hari ke 4 perawatan pasien baru mengalami

perubahan diet dari MC menjadi bubur nasi, pasien hanya menghabiskan ½ diet

yang diberikan. Pasien terpasang ivfd cabiven 1000 cc/ 24 jam. Dan dilakukan

evaluasi ulang pada taggal 29/07/20 yang meruapakan hari ke 5 post operasi

pasien sudah menghabiskan hapir 1 porsi diet yang diberikan dan pasien

tampak bertenga. Untuk diagnosa resiko infeksi setelah 3 x 24 jam tidak terjadi

infeksi. Luka kering,


tidak ada tanda-tanda kemerahan dan tidak panas. Begitu juga pada area

kolostomy tidak ada tanda-tanda kemerahan dan tanda infeksi. Dan untuk

diagnosa gangguan cintra tubuh b.d prosedur bedah yang merubah gambaran

diri setelah dilakukan pendekatan selam 3x 24 jam pasien sudah mulai bisa

menerima keadaanya yang sekarang. Dan berniat untuk melakukan pengobatan

selanjutnya yaitu kontrol dan rencana kemoterapi.


BAB V

PENUTUP

Setelah penulis membahas secara keseluruhan “ Asuhan Keprawatan pada

klien Ny.D dengan post laparatomi dan kolostomy a.i CA Recti di ruang

perawatan umum 5020 Rumah Sakit Umum Hermina Bekasi”, pada bab ini

penulis akan menyimpulkan dan memberikan beberapa Kesimpulan dan Saran.

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Hasil pengkajian pada 29/07/2020 bahwa dapat disimpulkan diagnosa

pasien adalah Ca recti dan telah dilakukan tindakan laparatomi dan

pembuatan kantong kolostomi. Hasil pemeriksaan penunjang hasil

Laboratorium (CEA), hasil PA jaringan menunjukan tanda pasien

menderita Ca Recti.

2. Diagnosa Keperawatan

Perumusan diagnosa keperawatan yang penulis dapatkan berdasarkan

pengkajian sebanyak 4 diagnosa yaitu Gangguan rasa nyaman nyeri

Nyeri berhubungan dengan insisi bedah, Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh, Resiko infeksi b.d pertahanan primer tidak

adekuat, dan gangguan citra tubuh b.d prosedur bedah yang merubah

gambaran diri.
3. Rencana Tindakan

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny.D, penulis membuat

rencana sesuai dengan teori, perioritas, tujuan dan kriteria hasil yang

telah disusun secara kasus dan teori. Dan mencakup 5 komponen yaitu,

Observasi, Mandiri, Libatkan keluarga, Pendidikan kesehatan dan

Kolaborasi.

4. Pelaksanaan

Pada tahap ini penulis mengacu pada perencanaan tindakan yang telah

ditetapkan sebelumnya dan disesuaikan dengan kondisi pasien saat ini.

5. Evaluasi

Pada tahap evaluasi, dari empat masalah keperawatan pada pasien

dengan post laparatomi dan kolostomi dengan ca recti , diagnosa yang

diangkat dapat teratasi dan pasien direncakan pulang pada tgl 30/07/20.

B. Saran

Penulis bermaksud memberikan saran untuk semua pihak yang terkait,

Yaitu untuk tetap mempertahankan kinerja semua petugas medis, yang ada

di RSU Hermina Bekasi agar tercapai kinerja yang efektif dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk. (2012). NursingInterventionsClassification(NIC).

Fith edition.United States of America: Mosby Elsevier

Carpenito, LJ. (2013). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Jakarta: EGC

Ganong, WF. 2013. BukuAjarFisiologiKedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.

Guyton and Hall. 2014. BukuAjarFisiologiKedokteran. Edisi 11.

Jakarta: EGC.

Herdman, T. Heather. (2017).

NANDAInternationalNursingDiagnoses: Definition &Classification2009-2011.

United Kingdom : Wiley- Blackwell.

Ingersoll G.(2015). EvidenceBasedNursing:whatitisandisn’t.Nurse

outlook 2000 (48), 151-2. Jakarta: EGC.

Jitowiyono, S; & Kristiyanasari, W. (2017).

AsuhanKeperawatanPost Operasi.

Kee, J.L. dan Hayes, E.R. (2012).

FarmakologiPendekatanProses Keperawatan. Penerbit Buku

Kedokteran. Jakarta.

Koizer, B. Erb., & Oliver, R. (2011). Fundamental of Nursing; Consept,

Process and Practice. (Fourth Edition). California:

Addison- Wesley Publishing CO


Moore, KL. 2002. AnatomiKlinisDasar.Jakarta: Hipokrates

Moorhead, Sue, dkk. (2008). NursingOutcomeClassification(NOC).

Fourthedition.United States of America: Mosby Elsevier

Potter, P.A; & Perry, A.G. (2010). BukuAjarFundamentalKeperawatan.

Jakarta: EGC.

Robbins and Cotran. 2013. BukuSakuDasarPatologisPenyakit.Edisi 7.

Jakarta: EGC.

Siregar, G.A. 2018. Deteksi Dini Penatalaksanaan Kanker Usus Besar.

Medan. Universitas Sumatera Utara.

Smeltzer, S.C; & Bare, B.G. (2017).

BukuAjarKeperawatanMedikalBedah. Sujono, H. 2013. Gastroenterologi. Edisi 1. Bandung:

PT Alumni.

Swanburg, C Russel. (2018). Pengantar Kepemimpinan &

Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis. Jakarta:

EGC

Syamsuhidajat, R. dan Jong W.D., 2017. BukuAjarIlmuBedah. 2nd Edition.

Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Jakarta.

Tsay, S.L, Chen, H.L dan Lin, H.R. (2008).

EffectsofReflexotherapyon

AcutePostoperativePainandAnxietyAmongPatientsWith

DigestiveCancer

Widjaja, H. 2009. AnatomiAbdomen. Jakarta: EGC.


Williams, A.D dan Kentor, W. (2013). EfektivitasAmbulasiDiniterhadap

PenurunanIntensitasNyeripadaPasienPostOperasi
Laparatomi.Kudus. Jawa Barat

Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai