Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS PRAKTIK KEBIDANAN DASAR (PKD)

PADA TN. “S” DENGAN PEMASANGAN INFUS


DI RSUD OKU TIMUR
TAHUN 2023

ISNAWATI

01220003

AKADEMI KEBIDANAN BUNGA BANGSAKU

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

TAHUN 2022/2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Diterima dan disetujui untuk melengkapi laporan Praktik Kebidanan Dasar (PKD)
Program Studi Diploma III Kebidanan Akademi Kebidanan Bunga Bangsaku
Kepayang, Pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Lahan Praktik Pembimbing Akdemik

Lisaria, AM.Kep Fitri Nurjanah, SST.,M.Biomed

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wa barakaatuh

Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan PKD yang berjudul “Laporan Kasus Keterampilan Dasar
Kebidanan dengan pemasangan infus Di RSUD Oku Timur Tahun 2023.
Penyusunan Laporan PKD ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. KH. Muhsin Salim, S,Pd.,M.Pd selaku direktur Akademi Kebidanan Bunga


Bangsaku Kepayang, Lempuing Oki, Sumatera Selatan.
2. dr. Sugihartono, M.Sc selaku direktur Rumah Sakit Umum Daerah Oku Timur
3. Lisaria, AM.Kep selaku pembimbing lahan praktek dalam penyusunan
Laporan PKD yang telah banyak memberikan masukan, arahan serta motivasi
kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun laporan ini.
4. Fitri Nurjanah, SST.,M.Biomed Selaku pembimbing Akademik dalam
penyusunan Laporan PKD yang telah banyak memberikan masukan, arahan
serta motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun Laporan ini.
5. RSUD Oku Timur sebagai selaku tempat PKD
6. Teman-teman 1 angkatan Pendidikan yang telah banyak memberikan
dukungan serta bantuan sehingga Laporan PKD ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari dalam penyusunan seminar hasil ini masih belum


sempurna, sehingga saran dan masukan untuk perbaikan Laporan PKD ini sangat
penulis harapkan. Wassalamualaikum Wa rahmatullahi Wa barakaatuh.

Kepayang, September 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ………………………………...……………… i


HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………......……………….. ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..…… iii
DAFTAR ISI ………………………………………………...…………………. iv
BAB I PNDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………..……………..….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………....…. 2
C. Tujuan ………………………………………………………………..…. 2
D. Manfaat …………………………………………………………...…….. 3
E. Sumber Data ……………………………………………………………. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemasangan Infus ……………………………………………………….. 4
B. Dyspepsia syndrome …………………………………………………….. 9
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Kebidanan dengan SOAP ………………...……………………. 12
BAB IV PEMBAHASAN
A. Data Subjektif ……………………………………………...…………… 15
B. Data Objektif …………………………………………………...………. 15
C. Analisa ………………………………………………………………….. 15
D. Penatalaksanaan …………………………………………………..……. 15
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ……………………………………………………………….. 16
B. Saran ……………………………………………………………………. 16
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberian cairan intravena (infus) adalah memasukkan cairan atau obat


langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu
dengan menggunakan infuse set ( Potter & Perry, 2005 ). Teknik penusukan
vena melalui transkutan dengan stilet yang kaku, seperti angiokateter atau
dengan jarum yang di sambungkan. Terapi intravena atau yang biasa disebut
dengan terapi infus merupakan metode yang efektif untuk mensuplai cairan,
elektrolit, nutrisi, dan obat melalui pembuluh darah atau intravaskular
(Mubarak, 2008). Kateterisasi vena adalah pembuatan jalur vena untuk
pemberian cairan, darah atau obat, dan suntikan berulang (Mansjoer, 2000).

Pemberian cairan intravena adalah pemberian cairan atau darah langsung


ke dalam vena yang dapat dikerjakan 2 cara yaitu tanpa membuat luka sayat,
jarum menyayat kulit untuk mencari vena dan melubangi vena setelah itu
jarum infus tumpul dimasukkan. Terapi intravena adalah kemampuan untuk
mendapat akses ke sistem vena guna memberikan cairan dan obat merupakan
keterampilan perawat. Tanggung jawab ini termasuk memilih vena, jenis
kanula yang sesuai, dan mahir dalam teknik penusukan vena. Faktor-fakor lain
yang mempengaruhi pemasangan infus termasuk jenis larutan yang akan di
berikan, lamanya terapi intravena yang diharapkan, keadaan umum pasien,
dan vena yang digunakan. Keterampilan orang yang melakukan pemasangan
infus juga merupakan pertimbangan penting (Latief, 2005).

Proses memasukkan jarum abocath ke dalam pembuluh darah vena yang


kemudian disambungkan dengan selang infus dan dialirkan cairan infus.
Keadaan-keadaan yang umumnya memerlukan pemasangan infus adalah :

1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen


darah)
2. Trauma abdomen berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

1
3. Fraktur khusunya di pelvis dan femur (kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah)
4. Heat stroke (kehilangan cairan tubuh pada serangan hawa panas yang
dapat menimbulkan dehidrasi)
5. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)
6. Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)
7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan
tubuh dan komponen darah)
8. Dehidrasi
9. Klien yang memakai obat-obatan tertentu, seperti diuretik (dapat
menyebabkan ekresi air dan kalium) dan steroid (dapat menyebabkan
eksresi potasium atau kalium) (Aryani, 2009).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan kebidanan Pada Tn. S Dengan Pemasangan
Infus di RSUD Oku Timur Tahun 2023”?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswi mampu memberikan asuhan secara menyeluruh terhadap kasus
kebidanan Pada Tn. S Dengan Pemasangan Infus di RSUD Oku Timur
Tahun 2023’’
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a) Melakukan pengkajian semua data yang dibutuhkan pada klien secara
keseluruhan.
b) Menginterpretasikan data untuk menentukan diagnosa
c) Melakukan asuhan kepada klien dengan aman dan efisien dan sesuai
kebutuhan klien
d) Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan

2
D. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil laporan ini yaitu :
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dengan mengamati suatu
permasalahan sehingga mendapat pengalaman yang nyata bagi penulis
dalam pembuatan laporan.
2. Bagi Akademik
Dapat dijadikan sebagai bahan infromasi dan sebagai wahana
untuk menambah bahan pustakawan.
3. Bagi Lahan Praktek
Dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan melaksanakan
Asuhan Kebidanan secara teori dan standart pelayanan yang berlaku.

E. Sumber Data
Data dari laporan ini berdasarkan data primer yaitu data yang di dapatkan
melalui anamnesa, observasi, hasil pemeriksaan. Selain itu data dalam laporan
ini juga menggunakan data sekunder yang di dapat melalui data atau dokumen
lahan praktek, institusi maupun beberapa data dari dokumen maupun
elektronik

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pemasangan Infus
1. Definisi dan Tujuan
Pemasangan infus merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien dengan cara memasukkan cairan melalui intra vena
(pembuluh balik) yaitu melalui transkutan dengan stilet tajam yang kaku
seperti angiokateler atau dengan jarum yang di sambungkan. Dan yang di
maksud dengan pemberian cairan intravena adalah memasukan cairan atau
obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu
tertentu dengan menggunakan infus set. (Potter & Perry, 2005).
Pemasangan infus biasanya diberikan pada klien dengan dehidrasi,
sebelum transfusi darah, pra dan pasca bedah sesuai program pengobatan,
serta klien yang sistem pencernaannya terganggu. Tujuan dari pemasangan
infus yaitu, mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang
mengandung air, elektrolit, vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak
dapat dipenuhi melalui oral, memperbaiki keseimbangan asam basa,
memperbaiki volume komponen-komponen darah, memberikan jalan
masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh, memonitor tekan
Vena Central (CVP), memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan
diistirahatkan. (Darwis , Aprisal, 2014)
2. Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi
Istilah pemasangan infus lebih tepat jika menggunakan istilah
Kanulasi intravena perifer atau kateterisasi intravena perifer atau dengan
istilah venipuncture. Hal ini disebabkan ada beberapa kegunaan lain dari
sekedar memasukan cairan infus, yaitu termasuk: (Darwis, Aprisal, 2014)
1. Pemberian obat intravena pada keadaan emergency yang
memungkinkan respon yang cepat terhadap pemberian obat.
2. Hidrasi intravena.

4
3. Transfusi darah atau komponen darah
4. Situasi lain di mana akses langsung ke aliran darah diperlukan.
Misalnya Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur,
misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur
infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk
memudahkan pemberian obat. Upaya profilaksis pada pasien-pasien
yang tidak stabil, misalnya dengan risiko dehidrasi dan syok, sebelum
pembuluh darah kolaps (tidak teraba) sehingga tidak dapat dipasang
jalur infus. (Darwis, Aprisal, 2014)
b. Kontraindikasi
Kontraindikasi relatif pada pemasangan kanulasi intravena perifer
di lokasi tubuh tertentu, termasuk: (Darwis, Aprisal, 2014)
1. Infeksi kulit sekitar.
2. Flebitis vena/ peradangan vena.
3. Sklerosis vena/ penyempitan pembuluh vena.
4. Infiltrasi/ bocornya intravena sebelumnya.
5. Luka bakar di sekitar lokasi venipuncture.
6. Cedera traumatis proksimal dari lokasi pemasangan.
7. Fistula arteriovenosa di ekstremitas.
8. Prosedur bedah yang mempengaruhi ekstremitas.

Ada situasi yang tidak memungkinkan untuk melakukan


pemasangan kanulasi intravena perifer. Misalnya pada dehidrasi
ekstrim atau syok dimana vena perifer telah kolaps. Pada keadaan
dimana pemasangan kanulasi memakan waktu lama atau tidak
mungkin dilakukan, perlu dilakukan pemasangan kanulasi vena sentral
atau intraoseous atau melalui insisi vena besar. (Darwis, Aprisal,
2014)

3. Jenis Cairan Infus


Berdasarkan osmolalitasnya, menurut Perry dan Potter, (2005)
cairan intravena (infus) dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Cairan bersifat isotonis : osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya
mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus

5
berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan
darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload
(kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat
(RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
b. Cairan bersifat hipotonis : osmolaritasnya lebih rendah
dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah
dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan
osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah
keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari
osmolaritas rendah ke osmolaritas 16 tinggi), sampai akhirnya
mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi
diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)
dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan
adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke
sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan
intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah
NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
c. Cairan bersifat hipertonis : osmolaritasnya lebih tinggi
dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari
jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan
tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema
(bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik.
Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%
+Ringer-Lactate.
4. Macam-Macam Ukuran Jarum Intravena ( Infus )
Macam-macam Ukuran Abocath Menurut Potter (1999) ukuran
jarum infuse yang biasa digunakan adalah :

6
a. Ukuran 16G warna abu-abu untuk dewasa, bedah mayor, trauma.
Apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan. Pertimbangan perawat
: Sakit pada insersi, butuh vena besar
b. Ukuran 18G Warna hijau untuk dewasa, untuk darah, komponen darah,
dan infus kental lainnya. Pertimbangan Perawat : Sakit pada insersi,
butuh vena besar
c. Ukuran 20G Warna merah muda untuk dewasa. Sesuai untuk
kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah, dan infus kental
lainnya. Pertimbangan Perawat : Umum dipakai
d. Ukuran 22G Warna biru untuk dewasa (terutama usia lanjut). Cocok
untuk sebagian besar cairan infus. Pertimbangan Perawat : Lebih
mudah untuk insersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh, Kecepatan
tetesan harus dipertahankan lambat, Sulit insersi melalui kulit yang
keras
e. Ukuran 24G Warna kuning, 26 Warna putih untuk nenonatus, bayi,
anak dewasa (terutama usia lanjut). Sesuai untuk sebagian besar cairan
infus, tetapi kecepatan tetesan lebih lambat. Pertimbangan Perawat :
Untuk vena yang sangat kecil, Sulit insersi
5. Langkah – langkah Tindakan Pemasangan Infus
a. Menyiapkan alat
1. Bak instrumen
2. Sarung tangan / handscoon
3. Tiang infus
4. Cairan infus (sesuai kebutuhan)
5. Jarum infus (abbocath)/sesuai kebutuhan
6. Torniquet
7. Kapas alkohol/swab
8. Kassa steril
9. Plester
10. Perlak dan pengalasnya
11. Bengkok
12. Gunting verban

7
13. Waskom larutan klorin 0,5 %
14. Tempt sampah medis dan non medis
15. Jam tangan
16. Lembar catatan dan pena
b. Pelaksanaan
1. Menjaga privacy pasien (menutup sampiran, jendela, pintu, dll)
2. Mencuci tangan 6 langkah efektif dibawah air mengalir dan
keringkan dengan handuk
3. Atur kembali peralatan, dekatkan bengkok, buka kemasan steril
dan gunting plester 5 potong
4. Menusukkan pipa saluran infus kedalam botol cairan dan mengatur
klem rol sekitar 2 -4 cm dibawah bilik drip
5. Membuka klem dan mengalirkan cairan keluar sehingga tidak ada
udara pada selang infus lalu tutup kembali klem
6. Memasang perlak dibawah tempat yang akan dipasang dan pilih
vena yang akan dipasang infus
7. Memakai sarung tangan / handscoon
8. Meletakkan torniquet 10 – 12 cm diatas tempat yang akan ditusuk,
menganjurkan pasien menggenggam / mengepal tangan
9. Melakukan desinfeksi daerah penusukan dengan kapas alkohol
secara sirkuler dengan diameter 5 cm
10. Memasukkan jarum infus (abbocath) ke vena dengan lubang jarum
menghadap keatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan abbocath
(1/4 bagian jarum). Jika belum teraliri oleh darah, temukan
pembuluh darah sasmpai darah mengaliri jarum dan abbocath
11. Torniquet dilepas bila darah sudah masuk dan anjurkan pasien
melepaskan kepalan tangannya
12. Menarik secara pelan – pelan jarum yang ada pada abbocath
hingga plastik abbocath masuk semua dalam vena, dan jarum
keluar semua
13. Tekan pangkal abbocath untuk mencegah darah keluar dan
masukkan ujung selang infus set ke abbocath

8
14. Melepaskan klem roler untuk memulai tetesan infus dan lihat
kelancaran dari tetesan infus
15. Fixsasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester dengan cara
terbalik di bawah selang infus, kemudian di silangkan dan menutup
jarum dan tempat tusukkan dibawah kassa steril dan diplester
16. Mengatur kecepatan aliran infus sesuai kebutuhan pasien
17. Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu diberi
spalk
18. Merapikan pasien dan membereskan alat
19. Melepaskan sarung tangan secara terbalik dan merendam ke
larutan klorin 0,5% selama 10 menit
20. Mencuci tangan 6 langkah efektif menggunakan sabun dan air
mengalir lalu mengeringkannya menggunakan handuk bersih
21. Memberitahu pasien/keluarga bahwa tindakan sudah selesai
dilakukan
22. Melakukan dokumentasi tindakan yang dilakukan

B. Dyspepsia Syndrome
1. Definisi
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri
dari rasa tidak enak/sakitdi perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan. Keluhan refluksgastroesofagus klasik berupa
rasa panas di dada ( heartburn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak
lagi termasuk dyspepsia ( Mansjoer, Arif Edisi III, 2000 hal : 488).
Pengertian dyspepsia terbagi dua, yaitu:
a. Dyspepsia organic, bila telah diketahui adanya kelainan organic
sebagai penyebabnya.Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan
yang nyata terhadap organ tubuhmisalnya tukak (luka) lambung, usus
dua belas jari, radang pancreas, radang empedu,dan lain - lain.
b. Dyspepsia non-organik atau dyspepsia fungsional, atau dyspepsia non-
ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dyspepsia fungsional
tanpa disertai kelainan ataugangguan struktur organ berdasarkan

9
pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi,endoskopi ( teropong
saluran pencernaan). (Mansjoer, 2000)

2. Etiologi
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dan pola hidup.
Menurut Guyton (1997) berikut ini berbagai penyakit (kondisi medis)
yang dapat menyebabkan keluhan dispepsia :
a. Dispepsia fungsional (nonulcer dyspepsia). Dispepsia fungsional
adalah rasa tidaknyaman hingga nyeri di perut bagian atas yang setelah
dilakukan pemeriksaan menyeluruh tidak ditemukan penyebabnya
secara pasti. Dispepsia fungsional adalah penyebab maag yang paling
sering.
b. Tukak lambung (stomach ulcers). Tukak lambung adalah adanya ulkus
atau luka dilambung. Gejala yang paling umum adalah rasa sakit yang
dirasakan terus menerus, bersifatkronik (lama) dan semakin lama
semakin berat.
c. Refluks esofagitis (gastroesophageal reflux disease)
d. Pangkreatitis
e. Iritable bowel syndrome
f. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik
anti inflamasinonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung. Jika
pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka
kemungkinanterjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika
pemakaiannya secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan
dapat mengakibatkan maag.
g. Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka
bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis serta pendarahan
pada lambung.
h. Malabsorbsi (gangguan penyerapan makanan)
i. Penyakit kandung empedu
j. Penyakit liver

10
k. Kanker lambung
l. Kanker esofagus (kerongkongan)
m. Penyakit lain
3. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak
jelas, zat-zat sepertinikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan
stres, pemasukan makanan menjadi kurangsehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi padalambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian
dapatmengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan.

11
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada BAB ini penulis akan membahas Laporan Asuhan Pada Tn. S Dengan
Pemsangan Infus di RSUD Oku Timur. Adapun catatan perkembangan disajikan
dalam bentuk manajemen SOAP, yaitu :

A. Data Subjektif
Tanggal : 17 – 08 – 2023 Jam : 17.00 WIB
1. Identitas
Nama bapak Tn. S umur 93 Tahun, agama Islam, Kewarganegaraan bangsa
Indonesia, yang beralamat di Sumber Sari
2. Alasan datang
Tn. S datang ke RSUD Oku Timur, Keluarga mengatakan Tn. S mengeluh
nyeri perut, nafsu makan berkurang lemas sejak 1 bulan ini, perut terasa
kembung sejak 1 minggu dan disuria.
3. Riwayat kesehatan
Keluarga Tn. S mengatakan tidak pernah mengalami penyakit apapun,
tidak ada riwayat operasi, dan tidak ada alergi. Keluarga juga mengatakan
tidak ada keluarga yang menderita penyakit kronis, keturunan seperti
diabetes mellitus, hipertensi, jantung dan asma
4. Pola kebiasaan sehari – hari
Makanan sehari-hari kurang teratur ± 1-2x sehari, jenis makanan
bervariasi, Bapak tidak mempunyai pantangan dalam makan, serta alergi
terhadap makanan dan obat. Pola eliminasi dengan BAK ± 3x sehari,
BAB 1x sehari. Pola istirahat bapak kurang baik, tidak pernah tidur siang
dan tidur malam ± 6 jam.

12
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil,
TD: 120/80 mmHg, nadi: 88 x/menit, pernafasan: 20x/menit, dan suhu
36ºC.
2. Pemeriksaan Umum
Tidak dilakukan

C. Analisa
Berdasarkan pengumpulan data subjektif dan objektif pada Tn. S yaitu pasien
dengan Dispesisa syndrom dengan rentensi urine.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahuhasil pemeriksaan kepada ibu yaitu : keadaan umum : baik,
TD : 120/80 mmHg P: 20 x/menit, N: 88x/menit, T: 36 oC.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
2. Mempersiapkan alat dan bahan untuk pemasngan infus
a) Sarung tangan / handscoon
b) Tiang infus
c) Cairan infus (sesuai kebutuhan)
d) Jarum infus (abbocath)/sesuai kebutuhan
e) Torniquet
f) Kapas alkohol/swab
g) Plester
h) Bengkok
i) Gunting verban
j) Tempt sampah medis dan non medis
k) Jam tangan
- Alat dan bahan sudah dipersiapkan sesuai kebutuhan
3. Melakukan pemasangan infus
a) Buka kemasan steril dan gunting plester 5 potong

13
b) Menusukkan pipa saluran infus kedalam botol cairan dan mengatur
klem rol sekitar 2 -4 cm dibawah bilik drip
c) Membuka klem dan mengalirkan cairan keluar sehingga tidak ada
udara pada selang infus lalu tutup kembali klem
d) Memakai sarung tangan/handscoon
e) Memberitahu pasien tindakan yang akan dilakukan
f) Pilih vena yang akan dipasang infus
g) Meletakkan torniquet diatas tempat yang akan ditusuk, menganjurkan
pasien menggenggam / mengepal tangan
h) Melakukan desinfeksi daerah penusukan dengan kapas alkohol
i) Memasukkan jarum infus (abbocath) ke vena dengan lubang jarum
menghadap keatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan abbocath
j) Torniquet dilepas bila darah sudah masuk dan anjurkan pasien
melepaskan kepalan tangannya
k) Menarik secara pelan – pelan jarum yang ada pada abbocath hingga
plastik abbocath masuk semua dalam vena, dan jarum keluar semua
l) Tekan pangkal abbocath untuk mencegah darah keluar dan masukkan
ujung selang infus set ke abbocath
m) Melepaskan klem roler untuk memulai tetesan infus dan lihat
kelancaran dari tetesan infus
n) Fixsasi dengan cara kupu-kupu dan memberi plester
o) Mengatur kecepatan aliran infus sesuai kebutuhan pasien
p) Merapikan pasien dan membereskan alat
- Pemasangan infus pada bapak sudah dilakukan
4. Memberitahu pasien/keluarga bahwa tindakan sudah dilakukan dan anjurkan
kepada keluarga jika tetesan infus macet atau lepas bisa memanggil
perawat/bidan di ruangan.
- keluarga mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan

14
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam BAB pembahasan ini, penulis akan membahas beberapa hal yang berkaitan
dengan Laporan Asuhan Pada Tn. S Dengan Pemasngan Infus di RSUD Oku
Timur Tahun 2023. Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan penulis menggunakan
manajemen kebidanan dengan pendokumentasian SOAP

A. Data Subjektif
Nama bapak Tn. S umur 93 Tahun, agama Islam, Kewarganegaraan bangsa
Indonesia, yang beralamat di Sumber Sari
B. Data Objektif
Dari pengumpulan data objektif yang didapat dari hasil pemeriksaan pada Tn.
S Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil,
TD: 120/80 mmHg, nadi: 88 x/menit, pernafasan: 20x/menit, dan suhu 36ºC.
C. Analisa
Berdasarkan pengumpulan data subjektif dan objektif pada Tn. S yaitu pasien
dengan Dispesisa syndrom rentensi urine.
D. Penatalaksanaan
Pelaksanaan asuhan ini disesuaikan dengan rencana tindakan yaitu
Pemasangan Infus . Menurut Potter (2005) Memasukkan cairan atau obat
langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu
dengan menggunakan infuse set. Pelaksanaan yang dilakukan pada Tn. S
meliputi mengobservasi KU, tanda-tanda vital, dan Melakukan tindakan
pemasangan infus. Dalam langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan
Praktek

15
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan Pada Tn. S Dengan Pemasangan Infus di RSUD
Oku Timur berupa pengumpulan data berupa data subjektif, menentukan
analisa untuk mengetahui masalah yang terjadi pada pasien serta
penatalaksanaan dengan baik. Menurut data dan tindakan yang dilakukan di
RSUD Oku Timur dengan hasil pengkajian Tn. S dengan Diagnosa Dispepsia
syndrom dengan rentensi urine.
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakitdi perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan. Keluhan refluksgastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada
( heartburn) dan regurgitasi asam lambung. Pemasngan infus pada Tn. S tidak
jauh beda dengan tindakan yang ada di teori, dimana dari tata cara
pelaksanaanya seperti mulai mempersiapkan alat dan melakukan tindakan
sesuai dengan teori yaitu dari penentuan lokasi penusukan dan vena yang tepat
Serta dalam mengatur tetesan cairan infus, jumlah tetesan berdasarkan
kebutuhan tubuh pasien, sebelum mengatur tetesan infus harus mengetahui
jenis dan jumlah cairan serta cara untuk megatur tetesan cairan infus

B. Saran
Berdasarkan hasil laporan yang telah dilakukan dapat diberikan saran
kepada:
1. Bagi institusi pendidikan Institusi
Diharapkan dapat menjadi sumber referensi dari bacaan yang dapat
memberi informasi serta sumber referensi yang digunakan sebagai
pelengkap dalam pembuatan laporan tugas praktik berikutnya.
2. Bagi Lahan
Diharapkan kepada RSUD Oku Timur dapat meningkatkan dalam
pemberian pelayanan kesehatan

16
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005.Buku Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &


Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC
Mubarak, W.I. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalam Praktek Jakarta: EGC
Masjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1.Jakarta : Media
Aeculapius.
Latief, A; Hassan, R; Alatas, H. 2005. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.
Jilid 1. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI.
Darwis, Aprizal. (2014). Prosedur pemasangan infus. Diakses pada tanggal 15
Februari 2016

17

Anda mungkin juga menyukai