Anda di halaman 1dari 28

PEMASANGAN INFUS TERHADAP PASIEN Nn.

A USIA 17 TAHUN
DENGAN DIARE DI KLINIK ROSA KARTIKA TAHUN 2021

Laporan Refleksi Kasus

Diajukan untuk memenuhi Tugas Stase Keterampilan Dasar Kebidanan

Disusun oleh

KELOMPOK II

Evi Ulansari
Misrati
Lita ANggraini
Yuyun Wahyuni Mk

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas Stase Keterampilan Dasar Kebidanan dengan judul

“Pemasangan Infus terhadap pasien Nn. A Usia 17 tahun dengan Diare di Klinik

Rosa Kartika tahun 2021”

Dalam penyusunan tugas Stase Keterampilan Dasar Kebidanan ini,

penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar - besarnya

kepada :

1. Dr. Retno Widowati, selaku Dekan FIKES Universitas Nasional.

2. Dr. Rukmaini, S.ST, M.Keb, selaku Wakil Dekan FIKES Universitas

Nasional.

3. Sri Dinengsih, S.SiT, M.Kes, selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan

Universitas Nasional

4. Shinta Novelia, S.ST, MNS, selaku Sekretaris Prodi Profesi

Kebidanan Universitas Nasional

5. Triana Indrayani, S.ST, M.Kes, selaku Koordinator Stase

Ketrampilan Dasar Kebidanan.

6. Dewi Kurniati, S.ST., M.Keb selaku Pembimbing Tim Kuning Stase

Ketrampilan Dasar Kebidanan

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas Stase Keterampilan

ii
Dasar Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Pada kesempatan ini penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna

kesempurnaan tugas Stase Keterampilan Dasar Kebidanan ini. Akhir kata

penulis berharap semoga tugas Stase Keterampilan Dasar Kebidanan dapat

memberikan manfaat maupun inpirasi bagi pembaca umumnya, dan bagi

penulis khususnya.

Jakarta, 28 Maret 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..............................................................................................i

Kata Pengantar.............................................................................................ii

Daftar Isi......................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Tujuan....................................................................................................2

1.3 Manfaat..................................................................................................2

1.4 Waktu dan Tempat.................................................................................2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

2.1 Konsep Dasar Pemasangan Infus...........................................................3

2.2 Konsep Dasar Diare...............................................................................11

BAB III

TINJAUAN KASUS....................................................................................16

BAB IV

PEMBAHASAN..........................................................................................22

BAB V

PENUTUP....................................................................................................23

5.1 Kesimpulan............................................................................................23

5.2 Saran.......................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang


Pemasangan infus adalah suatu prosedur pemberian cairan,

elektrolit ataupun obat secara langsung kedalam pembuluh darah vena

yang banyak dalam waktu yang lama dengan cara menggunakan infus set

untuk tujuan tertentu (Agus, 2013).

Pemasangan infus termasuk kedalam tindakan invasif atau

tindakan yang dapat langsung mempengaruhi keutuhan jaringan. Manfaat

dari terapi infus dapat sebagai jalur pemberian obat, pemberian cairan,

pemberian produk darah atau sampling darah (Alexander et.al, 2010).

Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah di tetapkan,

sehingga kejadian infeksi atau berbagai permasalahan akibat pemasangan

infus dapat dikurangi bahkan tidak terjadi (Priharjo, 2008).

Infus cairan intravena (Intravenous Fluids Infusion) adalah

pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum, kedalam

pembuluh vena untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari

tubuh yang hilang (Yuda,2010)

Berdasarkan uraian diatas, untuk memenuhi keterampilan dasar

praktik kebidanan maka penulis tertarik untuk melakukan Pemasangan

Infus terhadap pasien Nn. A Usia 17 tahun dengan Diare di Klinik Rosa

Kartika tahun 2021.

1
1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan .

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara pemasangan infus

b. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan dari pemasangan infus

1.3 Manfaat

1. Manfaat Bagi Penulis

Dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan dasar dalam asuhan

kebidanan pemasangan infus.

2. Manfaat Bagi Profesi Bidan

Laporan Refleksi ini merupakan pengalaman yang sangat berharga karena

meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan bagi profesi dalam

praktik pemasangan infus.

1.4 Waktu dan Tempat

Pada Tanggal 28 Maret 2021 di Klinik Rosa Kartika 2021

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Pemasangan Infus

1. Pengertian Pemasangn Infus

Pemasangan infus atau terapi intravena adalah proses memasukkan jarum

abocath ke dalam pembuluh darah vena yang kemudian disambungkan

dengan selang infus dan di alirkan cairan infus (Darwis,2014)

Terapi intravena adalah terapi medis yang dilakukan secara invasif dengan

menggunakan metode yang efektif untuk mensuplai cairan, elektrolit,

nutrisi, dan obat melalui pembuluh darah (Priharjo,2008).

Dapat disimpulkan pemasangan infus atau terapi intravena adalah

memasukkan cairan, elektrolit, nutrisi dan obat dengan teknik penusukan

kateter infus ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan alat

infus set.

2. Tujuan Pemasangan Infus


a. Mempertahankan atau Mengganti cairan tubuh yang mengandung air,

elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat di

pertahankan secara adekuat melalui oral.

b. Memperbaiki keseimbangan asam dan basa.

c. Memperbaiki volume komponen-komponen darah.

d. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh

e. Memonitor tekan vena central (CVP).

f. Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan di istirahatkan.

3
3. Indikasi Pemasangan Infus

Pasien dehidrasi seperti muntah, diare, demam, pasien syok, intoksikasi

berat, pra dan pasca bedah, sebelum transfusi darah, pasien yang tidak bisa

atau tidak boleh makan dan minum melalui mulut, pasien yang

memerlukan pengobatan tertentu.

4. Kontraindikasi

a.  Inflamasi (bengkak, nyeri demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus

b. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada

tindakan hemodialisis (cuci darah).

c. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang

aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki)

(Yuda, 2010)

5. Tipe-tipe Cairan

a. Isotonik suatu cairan yang memiliki tekanan osmotik yang sama

dengan yang ada didalam plasma.

a). NaCI normal 0,9 %

b). Ringer laktat

c). Komponen -komponen darah (albumin 5 %, plasma)

d). Dextrose 5 % dalam air (D 5 W).

b. Hipotonik suatu larutan yang memiliki tekanan osmotik yang lebih

kecil daripada yang ada didalam plasma darah. Pemberian cairan

ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan

mendorong air masuk kedalam sel untuk memperbaiki

4
keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel-sel tersebut akan

membesar atau membengkak.

a). Dextrose 2,5 % dalam NaCI 0,45 %

b). NaCI 0,45%

c). NaCI 0,2 %

c. Hipertonik suatu larutan yang memiliki tekanan osmotik yang lebih

tinggi daripada yang ada di dalam plasma darah. Pemberian cairan

ini meningkatkan konsentrasi larutan plasma dan mendorong air

masuk kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan osmotik, sel

kemudian akan menyusut.

a). Dextrose 5 % dalam NaCI 0,9 %

b). Dextrose 5 % dalam NaCI 0,45 % ( hanya sedikit hipertonis

karena dextrose dengan cepat dimetabolisme dan hanya sementara

mempengaruhi tekanan osmotik).

c). Dextrose 10 % dalam air

d). Dextrose 20 % dalam air

e.) NaCI 3% dan 5%

f.) Larutan hiperalimentasi

g). Dextrose 5 % dalam ringer laktat

h). Albumin 25

5
6. Resiko Pemasangan Infus

a. Flebitis (Peradangan Pembuluh Vena)

Tanda-tanda: hangat, merah, bengkak di daerah luka tusukan.

Penyebab: kurangnya aliran darah disekitar abbocath, gesekan di

dalam vena. Intervensi: ganti abbocath, gunakan kompres hangat,

pemberian analgesik anti inflamasi.

b. Hematom

Yaitu darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya

pembuluh darah, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat

memasukkan jarum, atau tusukan berulang pada pembuluh darah. 

Tanda-tanda: tenderness, memar.

Penyebab: vena terembes, jarum tidak pada tempatnya dan darah

mengalir. Intervensi: abbocath dipindahkan, gunakan tekanan dan

kompres, cek kembali tempat keluar darah.

c. Infiltrasi

Yaitu masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan

pembuluh darah) atau kebocoran cairan infus ke jaringan sekitar.

Terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.

Tanda-tanda: kepucatan, bengkak, dingin, nyeri dan terhentinya

tetesan infus.Intervensi: kaji tingkat keparahan, lepas infus,

tinggikan ekstremitas yang terpasang infus.

6
7. Pemilihan Vena

a. Gunakan vena distal terlebih dahulu

b. Gunakan tangan yang tidak dominan jika mungkin

c. Pilih vena yang cukup besar untuk memungkinkan aliran darah yang

adekuat

d. Pilih lokasi yang tidak mempengaruhi prosedur atau pembedahan yang

direncanakan

e. Pastikan lokasi yang dipilih tidak mengganggu aktivitas pasien

7
8. Vena yang perlu di hindari

a. Vena yang telah digunakan sebelumnya

b. Vena yang telah mengalami infiltrasi atau flebitis

c. Vena keras dan sklerotik

d. Vena kaki, karena sirkulasi lambat dan komplikasi sering terjadi

e. Ekstremitas yang lumpuh

f. Vena yang dekat area terinfeksi

g. Vena pada jari, karena mudah terjadi komplikasi (flebitis, infiltrasi)

dan dekat dengan persyarafan

h. Vena yang terletak di bawah vena yang terjadi flebitis dan infiltrasi

9. Persiapan Alat Pemasangan Infus

a. Baki yang telah dialasi

b. Perlak dan pengalas

c. Bengkok

d. Tiang infus

e. Handscoon

f. Torniquet

g. Kapas alkohol

h. Infus set

i. Cairan infus

j. Abbocath

k. Jam tangan

l. Plester /hipafik

8
10. Prosedur Pemasangan Infus

a. Memberitahu pasien tindakan yang akan dilakukan

b. Menyiapkan alat dan mendekatkan ke pasien

c. Memasang sampiran

d. Mencuci tangan

e. Memasang perlak dan pengalas

f. Memakai sarung tangan

g. Menggantungkan flabot pada tiang infus

h. Membuka kemasan infus set, mengatur klem rol sekitar 2-4 cm

dibawah bilik drip dan menutup klem yang ada pada saluran infus

i. Menusukkan infus set ke dalam flabot infus dan mengisi tabung

tetesan dengan cara memencet tabung tetesan infus hingga

setengahnya.

j. Membuka klem dan mengalirkan cairan keluar sehingga tidak ada

udara pada selang infus lalu tutup kembali klem

k. Memilih vena yang akan dipasang infus, meletakkan torniquet 10-12

cm di atas tempat yang akan ditusuk, menganjurkan pasien

menggenggam tangannya

l. Melakukan desinfeksi daerah penusukkan dengan kapas alkohol secara

sirkuler dengan diameter ±5 cm

m. Menusukkan jarum abbocath ke vena dengan lubang jarum menghadap

ke atas, dengan menggunakan tangan yang dominan.

9
n. Melihat apakah darah terlihat pada pipa abbocath, memasukkan

abbocath secara pelan-pelan jarum yang ada pada abbocath, hingga

plastik abbocath masuk semua dalam vena, dan jarum keluar semua

o. Segera menyambungkan abbocath dengan selang infus

p. Melepaskan tourniquet, menganjurkan pasien membuka tangannya dan

melonggarkan klem untuk melihat kelancaran tetesan

q. Merekatkan pangkal jarum pada kulit dengan plester

r. Mengatur tetesan infus

s. Menutup tempat tusukan dengan kassa steril, dan direkatkan dengan

plester

t. Mengatur letak anggota badan yang dipasang infus supaya tidak

digerak-gerakkan agar abbocath tidak bergeser

u. Membereskan alat dan merapikan pasien

v. Melepas sarung tangan, mencuci tangan, melakukan

pendokumentasian,.

10
2.2 Konsep Dasar Diare

1. Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan

dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau

lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).

Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat

kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan

frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14

hari (Tanto dan Liwang, 2014).

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang

terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer

atau cair. (Ngastiyah, 2014).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang

air besar dengan bertambahnya frekuensi yang lebih dari biasanya 3 kali sehari

atau lebih dengan konsistensi cair.

2. Klasifikasi Diare

a. Diare Akut buang air besar dengan frekuensi yang meningkat

dan konsistensi tinja yang lebih lembek dan cair, bersifat

mendadak datangnya dan berlangsung kurang dari 2 minggu .

Gejalanya antara lain: tinja cair, biasanya mendadak, disertai lemah

dan kadang-kadang demam, muntah disertai dehidrasi dan atau

tanpa dehidrasi

11
b. Diare Kronis Diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu

Tanda-tanda diare kronis seperti: demam, berat badan menurun,

malnutrisi, anemia, dan meningginya laju endap darah serta

dehidrasi. (Suratun & Lusianah, 2010)

3. Etiologi

Faktor infeksi diare sebagai berikut :

a. infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare

b. Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella campilo baster.

c. Infeksi virus : Rotavirus, calcivilus, Enterovirus, Adenovirus,

Astrovirus.

d. Infeksi parasit : cacing (ascaris, oxyuris), protozoa (entamoba

histolica, giardia lambia), jamur (candida aibicans).

e. Infeksi Parenteral : Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti

Tonsilitis, broncopneumonia, Ensefalitis, meliputi : Faktor

Malabsobsi : karbohidrat, lemak, protein Faktor makanan : basi,

racun, alergi. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.

4. Manifestasi Klinis

Beberapa tanda dan gejala diare menurut, Suriadi, 2010

1. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.

2. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas

kulit menurun) mata cekung, membran mukosa kering.

3. Kram abdominal.

4. Demam.

12
5. Mual dan muntah.

6. Anoreksia.

7. Lemah.

8. Pucat.

9. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.

10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.

4. Komplikasi

Beberapa komplikasi dari diare menurut Suriadi, 2010 adalah :

1. Hipokalemia ( dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah bradikardi

perubahan elektrokardiogram ).

2. Hipokalsemia

3. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia.

4. Hiponatremi.

5. Syok hipovalemik.

6. Asidosis

7. Dehidrasi

13
Tabel 2.1 Klasifikasi Diare Berdasarkan tabel Derajat Dehidrasi

Gejala/ derajat Diare tanpa Diare dehidrasi Diare dehidrasi


dehidrasi dehidrasi Ringan/ Sedang Berat
Bila terdapat dua Bila terdapat dua Bila terdapat dua
tanda atau lebih tanda atau lebih tanda atau lebih
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah Lesu, Lunglai/
tidak sadar
Mata Tidak Cekung Cekung Cekung
Keinginan untuk Normal, tidak ada Ingin minum Malas minum
Minum rasa haus terus, ada rasa
haus
Turgor Segera kembali Kembali lambat Kembali sangat
lambat
Depkes RI, 2011

5. Penatalaksanaan

Adapun tujuan dari penalataksanaan diare :

1. Mencegah dehidrasi.

2. Mengobati dehidrasi.

3. Mencegah ganngguan nutrisi dengan memberikan makan


selama dan sesudah diare.

4. Memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi


berat.

Penatalaksanaan diare

Hal pertama yang harus diperhatikan dalam penanggulangan diare adalah

masalah kehilangan cairan yang berlebihan (dehidrasi). Dehidrasi ini bila

tidak segera diatasi dapat membawa bahaya. Bagi penderita diare ringan

14
diberikan oralit, tetapi bila dehidrasi berat maka perlu dibantu dengan

cairan intravena atau infus (Muttaqin, 2010).

15
BAB III

TINJAUAN KASUS

Nama Pengkaji : Yuyun Wahyuni Mk

Hari/tanggal pengkaji : MInggu, 28 Maret 2021

Waktu pengkaji : 10.00 WIB

Tempat pengkaji : Klinik Rosa Kartika

I. Data Subjektif

1. Identitas Pasien

Nama : Nn A

Umur : 15 tahun

Suku : Sunda

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Alamat : Jl Jagakarsa No 17 001/007 Jakarta Selatan

2. Keluhan Utama

Keluarga pasien mengatakan 3 hari ini pasien BAB ± 10 kali sehari, BAB

cair, merasa lemas, badan terasa hangat, tidak mau makan, muntah sudah 3

kali

3. Riwayat kesehatan

Keluarga pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit apapun.

16
4. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga pasien mengatakan saat ini keluarga tidak ada yang menderita

diare.

5. Pola Eliminasi

Keluarga pasien mengatakan pasien BAK± 5 kali sehari BAB ± 10 kali

sehari semenjak diare.

6. Pola Nutrisi

Keluarga pasien mengatakan pasien merasa mual dan muntah± 3 kali, dan

tidak mau makan

7. Pola Istirahat

Keluarga pasien mengatakan pasien tidur terganggu karena merasa tidak

nyaman akibat diare.

8. Pola Aktifitas

Keluarga pasien mengatakan kegiatan sehari-hari pasien terganggu karena

rasa tidak nyaman akibat diare.

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan umum : Lemah
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 90/70 mmhg
b. Nadi : 98x/menit
c. Suhu : 37,0 C̊
d. Pernafasan : 22x/menit
4. Pemeriksaan fisik
a. Mata
Konjungtiva anemis, Cekung
b. Bibir
Membran mukosa bibir kering

17
c. Abdomen
Terdengar bising usus meteorismus, bising usus 30 x/menit
d. Integumen
Keadaan kulit (turgor kulit) buruk, akral teraba hangat
e. Anus
Terasa nyeri iritasi

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan Nilai Satuan Normal
Hemoglobin 9,2 gr/dl 10,5-12,5
Hematokrit 30% 35,0-43,0
Leukosit 12000/mm3 5000-10000
Trombosit 200000/mm3 150000-400000
Eritrosit 43Jt/mm3 40-5,5

Sero Imunologi Widal


S. Typhi O Negatif Negatif
S. Typhi H Negatif Negatif
S. Paratyphi O-A Negatif Negatif
S. Paratyphi O-B Negatif Negatif

III. INTERPRETASI DATA

Tanggal 28 Maret 2021 Pada pukul 10.00 WIB

a. Diagnosa

Pasien Nn. A usia 17 Tahun mengalami Diare Akut serta dehidrasi

berat.

b. Data Subjektif

Pasien mengatakan 3 hari ini BAB ± 10 kali sehari.

Pasein mengtakan BAB cair.

Pasien mengatakan merasa lemas, badan terasa hangat.

18
Pasein mengatakan tidak mau makan karena mual setiap makan

kemudian dimuntahkan sudah 3 kali.

c. Data Objektif

Keadaan umum lemah, mata anemis, cekung, turgor kulit buruk

bibir tampak pucat, tanda-tanda vital nadi cepat tekanan darah

rendah

IV. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

a. Diagnosa : Pasien Nn A usia 17 tahun mengalami

diare akut dengan dehidrasi berat.

b. Masalah Potensial : Terjadi dehidrasi kekurangan cairan

V. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU

KOLABORASI

a. Memenuhi kebutuhan cairan elektrolit (Pasang Infus) cairan RL

dengan tetesan 20 tpm

b. Kolaborasi dengan dokter untuk therapy anti diare

VI. PERENCANAAN, PELAKSANAAN IMPLEMENTASI

a. Memberitahu kepada keluarga bahwa pasien akan dilakukan

pemasangan infus agar mengembalikan cairan yang telah hilang

akibat diare.

b. Memberitahu keluarga dan pasien agar selalu mencuci tangan

dengan bersih sebelum dan sesudah BAB atau melakukan aktifitas

lain nya

19
c. Anjurkan keluarga untuk memberikan banyak minum untuk

mengurangi dehidrasi yang disebabkan oleh output yang

berlebihan.

d. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan sedikit tapi sering

untuk mengurangi rasa mual

e. Hindari makanan diet rendah serat, agar memungkinkan aliran usus

untuk memastikan kembali proses pencernaan, protein perlu untuk

integritas jaringan.

f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapi antidiare

peroral

VII. EVALUASI

Tanggal 29 Maret 2021 Pukul 11.00 WIB

Infus telah terpasang dengan kecepatan 20 tpm kemudian melakukan

observasi dengan hasil

a. Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Composmentis

Vital Sign

Tekanan Darah : 110/80 mmhg

Nadi : 78x/m

RR : 22x/m

Suhu : 36,8 C̊

BAB 2-3 kali , konsistensi lembek, turgor kulit elastis, mukosa

bibir lembab, sehingga sesuai dengan hasil yang diharapkan.

20
b. Keluarga pasien mengatakan pasien minum air putih ±8 gelas

c. Keluarga pasien mengatakan pasien selalu mencuci tangan sesudah

dan setelah melakukan aktifitas apapun

d. Keluarga pasien mengatakan pasien makan ¼ porsi, masih sedikit

merasa mual.

e. Telah kolaborasi dengan dokter untuk therapi oral antidiare dengan

advice Loperamide awal diminum 2 tablet kemudian 1 tablet/diare

max sehari 8 tablet dan untuk mencegah mual domperidone

3xsehari sebelum makan.

BAB IV

PEMBAHASAN

21
Dari kasus tersebut, kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan

intravaskuler, interstitial, atau intraselular yang mengacu pada dehidrasi

(Wilkinson & Ahern 2012). Sesuai dengan batasan karakteristik gejala yang

muncul yaitu pasien mengalami dehidrasi, membran mukosa kering, penurunan

turgor kulit, suhu tubuh meningkat, (Wilkinson & Ahern 2012). Kurang volume

cairan terjadi akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap sehingga

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, kehilangan air dan elektrolit

(terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa.

(Ngastiyah 2014). Gejala yang muncul pada klien yaitu mukosa bibir kering,

turgor kulit menurun, membran mukosa kering, keadaan lemah, bab ±10 kali

menunjukan adanya dehidrasi sehingga harus di bantu dengan pemasangan infus

untuk mengobati dehidrasi hal ini sesuai dengan teori (Muttaqin, 2010), bagi

penderita diare ringan diberikan oralit, tetapi bila dehidrasi berat maka perlu

dibantu dengan cairan intravena atau infus (Muttaqin, 2010). Pada penanganan

kasus tersebut pada tanggal 28 Maret 2021 telah di berikan cairan RL dengan

tetesan 20tpm dengan therapy loperamide diminum 2 tablet selanjutnya 1

tablet/diare dehidrasi dan diare telah teratasi.

BAB V

PENUTUP

22
A. KESIMPULAN

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang

terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang

encer atau cair. (Ngastiyah, 2014). Hal pertama yang harus diperhatikan

dalam penanggulangan diare adalah masalah kehilangan cairan yang

berlebihan (dehidrasi). Dehidrasi ini bila tidak segera diatasi dapat

membawa bahaya. Bagi penderita diare ringan diberikan oralit, tetapi bila

dehidrasi berat maka perlu dibantu dengan cairan intravena atau infus

(Muttaqin, 2010). Adapun penatalaksanaan diare yang bertujuan :

1. Mencegah dehidrasi

2. Mengobati dehidrasi

3. Mencegah ganngguan nutrisi dengan memberikan makan selama

dan sesudah diare.

4. Memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat.

B. SARAN

Semoga makalah ini berguna bagi penulis, profei bidan dan lahan

praktik.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, (2013). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta: Erlangga

23
Alexander, M., Corrigan, A., Gorski, L. (2010). Infusion Nursing : An Evidence

Based Approach. Saunders Elsevier Inc.

Priharjo, Robert. 2008. Konsep & Perspektif Praktik Keperawatan Profesional

Edisi 2. Jakarta: EGC

Yuda. Infus Cairan Intravena (Macam-Macam Cairan Infus),2010

Ngastiyah.(2014). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC

Muttaqin, 2010. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan

Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

24

Anda mungkin juga menyukai