Anda di halaman 1dari 42

REFLEKTIF LEARNING

ASUHAN KEBIDANAN NY.A UMUR 28 TAHUN G1P0A0

DENGAN PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

DI RSUD PANDANG ARANG BOYOLALI

Oleh :

Sri Muji Wahyuni

161211015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

TAHUN 2021/2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 3

BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................... 26

BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam lingkungan masyarakat, kesehatan itu penting untuk dipelihara. Peran

tenaga medis juga penting untuk memberi pengetahuan tentang kesehatan. Agar

masyarakat tetap menjaga kesehatan dan kebersihan diri juga lingkungan. Seiring

berjalannya zaman yang semakin modern dan perlengkapan atau penanganan medis

yang semakin canggih dan maju. Untuk itu di perlukan beberapa peran penting bagi

masyarakat mengenai kesehatan.

Pemeriksaan tanda vital adalah cara untuk mendeteksi perubahan system yang

ada di dalam tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi

pernapasan, dan tekanan darah. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam

keadaan sakit atau kelelahan. Perubahan tersebut merupakan indikator adanya

gangguan sistem tubuh. Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh tenaga medis

seperti dokter, bidan, dan perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien.

Tindakan ini bukan hanya merupakan kegiatan rutin pada pasien, tetapi merupakan

tindakan pengawasan terhadap perubahan atau gangguan sistem tubuh.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui keadaan kesehatan tanda-tanda vital pasien Ny.A umur 28

tahun G1P0A0 di RSUD Pandang Arang Boyolali.

1
2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengelolaan data subjektif tentang tanda- tanda

vital pada asuhan kebidanan kehamilan pada Ny.A umur 28 tahun G1P0A0 Di

RSUD Pandang Arang Boyolali.

b. Penulis mampu melakukan pengelolaan data objektif tentang tanda- tanda

vital pada asuhan kebidanan kehamilan pada Ny.A umur 28 tahun G1P0A0 Di

RSUD Pandang Arang Boyolali.

c. Penulis mampu menentukan analisa data, meliputi diagnosa kebidanan dan

masalah tentang tanda- tanda vital pada asuhan kebidanan kehamilan pada

Ny.A umur 28 tahun G1P0A0 Di RSUD Pandang Arang Boyolali.

d. Penulis mampu melakukan penatalaksanaan dari mulai tindakan sampai

dengan evaluasi tentang tanda- tanda vital pada asuhan kebidanan kehamilan

pada Ny.A umur 28 tahun G1P0A0 Di RSUD Pandang Arang Boyolali.

C. MANFAAT

1. Manfaat Teoritis

Hasil laporan dapat digunakan sebagai bahan refrensi / informasi bagi

perkembangan ilmu kesehatan, khususnya untuk tenaga kesehatan.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Institusi

2
Sebagai bahan refrensi / informasi tambahan bagi rekan-rekan

mahasiswi kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo dalam

penerapan Asuhan Kebidanan dengan tanda-tanda vital.

b. Bagi RSUD Pandang Arang Boyolali

Sebagai bahan masukan sumber refrensi tambahan untuk

meningkatkan pengetahuan tentang tanda-tanda vital.

c. Manfaat Ilmiah

Diharapkan hasil Laporan Kasus ini dapat menjadi sumber informasi

dan menambah pengetahuan serta bahan acuan bagi mahasiswi selanjutnya.

d. Manfaat Bagi Penulis

Hal ini merupakan pengalaman yang didapat menambah pengetahuan

dan menerapkan Manajemen Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan

pemeriksaan tanda-tanda vital.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tanda-Tanda Vital

Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya

perubahan sitem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi

pernafasan dan tekanan darah. Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada

fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan

keadaan metabolisme dalam tubuh; Denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada

sistem kardiovaskuler; Frekuensi pernafasan dapat menunjukkan fungsi pernafasan;

dan Tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem kardiovaskuler yang dapat

dikaitkan dengan denyut nadi. Semua tanda vital tersebut saling berhubungan dan

mempengaruhi. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam dalam kondisi

aktivitas berat atau dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator

adanya gangguan sistem tubuh.

Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan digunakan

untuk memantau perkembangan pasien. Tindakan ini bukan hanya merupakan

kegiatan rutin pada klien, akan tetapi merupakan tindakan pengawasan terhadap

perubahan atau gangguan sistem tubuh. Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital pada

semua klien berbeda satu dengan yang lain. Tingkat kegawatan pasien seperti pada

kondisi pasien kritis akan membutuhkan pengawasan terhadap tanda vital yang lebih

ketat dibanding pada kondisi pasien yang tidak kritis, demikian sebaliknya.

4
Prosedur pemeriksaan tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi

pengukuran suhu, pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernafasan, dan pengukuran

tekanan darah.

Waktu untuk mengukur tanda – tanda vital:

1) Saat klien pertama kali masuk ke fasilitas

2) Saat memeriksa klien pada kunjungan rumah

3) Di rumah sakit/fasilitas kesehatan dengan jadwal rutin sesuai program

4) Sebelum dan sesudah prosedur bedah atau diagnostic invasif

5) Sebelum, saat, dan setelah transfuse darah

6) Saat keadaan umum klien berubah

7) Sebelum, saat, dan sesudah pemberian obat.

8) Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang mempengaruhi tanda – tanda

vital

9) Saat klien mendapat gejala fisik yang non spesifik dan menggigil adalah respon

tubuh terhadap perbedaan suhu dalam tubuh.

B. Jenis Jenis Tanda-Tanda Vital

1. Pemeriksaan Suhu Tubuh

Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh

proses tubuh dan jumlah panas yang hilang kelingkungan luar. Suhu tubuh diukur

dalam derajat. Pusat pengaturan suhu tubuh diatur oleh Hipotalamus. Pusat ini

menerima pesan dari lokasi reseptor panas ke tubuh yang lain untuk menghasilkan

atau mempertahankan kehilangan panas tubuh. Permukaan tubuh berfluktuasi sesuai

5
dengan respon terhadap faktor lingkungan sehingga tidak tetap untuk pemantauan

status kesehatan klien. Kondisi normal dari panas tubuh berada antara 36,5 sampai

37,5 derajat celsius (Potter 2005).

Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk

menilai kondisi metabolisme dalam tubuh , dimana tubuh menghasilkan panas secara

kimiawi melalui metabolisme darah. Suhu tubuh perlu dijaga keseimbangannya, yaitu

antara jumlah panas yang hilang dengan jumlah panas yang diproduksi. Proses

pengaturan suhu terletak pada hypothalamus dalam sistem saraf pusat. Bagian depan

hypothalamus dapat mengatur pembuangan panas dan bagian hypothalamus belakang

mengatur upaya penyimpanan panas.

Perubahan suhu tubuh diluar kisaran normal akan mempengaruhi titik pengaturan

hypothalamus. Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas berlebihan,

kehilangan panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat perubahan akan

mempengaruhi jenis masalah klinis yang dialami klien

a. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh:

1. Usia : pengaturan suhu tubuh tidak stabil sampai pubertas, lansia sangat

sensitif terhadap suhu yang ekstrem.

2. Olahraga: meningkatkan produksi panas.

3. Kadar hormon: perempuan mengalami frekuensi suhu tubuh yang lebih

besar dari laki – laki.

4. Lingkungan : suhu tubuh secara normal berubah 0,5˚ selama 24 jam titik

terendah pada pukul 1 – 4 dini hari.

6
b. Pemeriksaan suhu

1) Dimulut Atau Oral

  Alat yang digunakan :

1.     Thermometer oral

2.     Botol berisi larutan sabun

3.     Botol larutan desinfektan

4.     Botol berisi air bersih didalamnya, dialasi dengan kain kasa

5.     Potongan tertutup pada tempatnya

6.     Bengkok

7.     Alat tulis

8.     Buku catatan

  Pelaksaan :

1.     Mencuci tangan

2.     Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

3.     Mengatur posisi pasien (duduk/tidur)

4.     Thermometer diperiksa apakah air raksa sudah turun jika belum

ayun – ayun dengan hati – hati sampai air raksa penuh pada titik

angka terendah (dibawah 35˚c).

5.     Anjurkan pasien untuk membuka mulut, letakkan reservoin

thermometer dibawah lidah kemudian anjurkan pasien untuk

menutup mulut.

7
6.     Tunggu 10 menit, keluarkan thermometer dan keringkan dengan

silstep 1 kali dengan tekanan yang mantab dari atas ke reservoin

dengan putaran.

7.     Baca hasilnya dengan meletakkan thermometer horizontal setinggi

mata putar – putar diantaranya jari sampai batas air raksa jelas.

8.     Catat hasil di buku catatan

2) Diketiak/ aksila

  Alat yang digunanakan :

1.     Thermometer aksila

2.     botol berisi larutan sabun

3.     botol berisi larutan desinfektan

4.     botol berisi air bersih didalamnya, dialasi dengan kain kasa

5.     potongan tertutup pada tempatnya

6.     menempatkan thermometer ke tengah ketiak, turunkan lengan dan

silangkan lengan di bawah klien.

7.     Biarkan thermometer di tempat tersebut

  Termomter air raksa 5 – 10 menit

  Thermometer digital sampai sinyal terdengar

8.     Keluarkan thermometer dengan hati – hati

9.     Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar dari arah

atas ke reservoir, buang tisu di bengkok.

10.  Baca air raksa atau digitalnya

8
11.  Membantu klien merapikan bajunya

12.  Menurunkan tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer

digital ke skala awal

13.  Mengembalikan thermometer pada tempatnya

14.  Melepas sarung tangan dan mencuci tangan

15.  Mencatat hasil

3) Dianus Atau Rectal

 Alat yang digunakan:

1.     Thermometer rektal

2.     Botol berisi larutan sabun

3.     Botol berisi larutan desinfektan

4.     Botol berisi air bersih didalamnya dialasi dengan kain kasa

5.     Potongan tertutup pada tempatnya

6.     Bengkok

7.     Alat tulis

8.     Buku catatan

  Pelaksanaan :

1.     Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan

2.     Mendekatkan alat ke samping klien

3.     Mencuci tangan dan memakai sarung tangan

4.     Memasang tirai

5.     Membuka pakaian bawah

9
6.     Mengatur posisis klien

7.     Dewasa : SIM atau miring dan kaki sebelah atas tekuk ke arah perut

8.     Bayi atau anak : tengkurap atau terlentang

9.     Melumasi ujung thermometer dengan Vaseline

10.  Membuka anus dengan menaikkan bokong atas dengan tangan kiri

(untuk orang dewasa)

11.  Minta klien menarik nafas dalam dan memasukkan thermometer

secara perlahan ke dalam anus sekitar 3,5 cm pada orang dewasa.

Dan pada bayi 1,2 – 2,5 cm

12.  Pegang thermometer di tempatnya selama 2 – 3 menit (orang

dewasa) dan 5 menit (untuk orang laki – laki)

13.  Keluarkan thermometer dengan hati – hati

14.  Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar dan buang

tisu ke bengkok

15.  Baca air raksa dan digitalnya

16.  Merapikan pasien

17.  Membersihkan thermometer air raksa

18.  Menurunakn tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer

digital ke skala awal.

19.  Mengembalikan thermometer pada tempatnya.

20.  Melepas sarung tangan

21.  Mencuci tangan

10
22.  Mencatat hasil

c. Masalah yang harus dikaji pada pemeriksaan suhu

1. Demam

Demam bisa terjadi disebabkan karena mekanisme pengeluaran panas

tidak mampu untuk memertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan

produksi panas sehingga mengakibatkan suhu dalam tubuh menjadi tidak

normal. Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting.

Peningkatan ringan suhu sampai 39°C meningkatkan sistem imun tubuh.

Demam juga meruapakan bentuk pertarungan akibat infeksi karena virus

menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan virus).

Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan

penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu

yang berbeda.

Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen

bertambah. Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat

kenaikan suhu. Frekuensi jantung dan pernapasan meningkat untuk

memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrient. Metabolisme

yang meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan.

2. Hipertermia

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan

ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau

menurunkan produksi panas. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus

11
dapat memengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Hipertermia malignan

adalah kondisi bawaan dimana tidak dapat mengontrol produksi panas yang

terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik

tertentu.

3. Hipotermia

Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin

memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan

mengakibatakan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan  melalui

pengukuran suhu inti:

  Ringan: 33°-36°.

  Sedang: 30°-33°.

  Berat: 27°-30°.

  Sangat berat: <30°.

Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak

diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C,

orang yang mengalami hipotermia mengalami gemetar yang tidak

terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai.

Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4°c, frekuensi jantung, pernapasan,

dan tekanan darah turun. Jika hipotermia terus berlangsung, disritmia

jantung akan berlangsung, kehilangan kesadaran, dan tidak responsif

terhadap stimulus nyeri.

12
4. Kelelahan Akibat Panas

Kelelahan akibat panas terjadi akibat kehilangan cairan dan elektrolit

secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terlalu panas. Tanda

dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan

akibat panas.

5. Heat Stroke

Lingkungan dengan suhu tinggi dapat memengaruhi mekanisme

pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heat stroke. Penderita heat stroke

tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat berat dan malfungsi

hipotalamus. Heat stroke dengan suhu yang lebih besar dari 40,5°C

mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.

Itulah beberapa kondisi penyakit yang disebabkan oleh adanya

perubahan suhu tubuh. Adanya perubahan suhu tubuh memang sangat sulit

dicegah dan manusia hanya dapat melakukan peminimalan resiko dari

penyakit-penyakit yang berkaitan dengan perubahan suhu tubuh seperti

demam, kelelahan, heat stroke, dan lainnya.

Hal tersebut bisa dilakukan dengan rajin memeriksakan kondisi tubuh ke

dokter secara rutin, mengonsumsi makanan sehat, berolahraga secara

teratur, dan mencukupi kebutuhan tidur Anda.

Dengan demikian, penyakit apapun bisa dicegah. Jika mampu

menyerang sekalipun, resiko penyakitnya tak akan terlalu parah dan juga

proses penyembuhannya relatif cepat karena orang yang senantiasa

13
menjaga kebugaran dan kesehatan tubuhnya memiliki daya imun yang

kuat.

d. Suhu tubuh pada ibu hamil

Selama kehamilan, progesteron dan peningkatan tingkat metabolisme

meningkatkan jumlah panas yang dihasilkan sebesar 30-35%. Meskipun

tubuh mencoba untuk mengkompensasi hal ini denghan meningkatkan

mekanisme kehilangan panas, suhu ibu hamil dapat meningkat sebesar

0,50C dari suhu normal.

2. Tekanan Darah

A. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Darah

mengalir karena adanya perubahan tekanan, dimana terjadi perpindahan dari area

bertekanan tinggi ke area bertekanan rendah. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel

berkonstraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan darah sistemik atau arterial

merupakan indicator yang paling baik untuk kesehatan kardiovaskuler. Tekanan

diastolic adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan

darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic,

dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 – 140/90. Rata – rata tekanan

darah normal biasanya 120/80.

Menurut Hayens (2013) tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam

pembuluh darah berperan penting dalam proses ini di mana jantung sebagai pompa

muscular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah dan pembuluh darah

14
yang memiliki dinding yang elastic dan kehanan yang kuat. Tekanan darah di ukur

dalam satuan millimeter air raksa (mmHg). Untuk mengukur tekanan darah maka

perlu dilakukan pengukuran darah secara rutin.

B. Mean Arterial Pressure

Mean Arterial Pressure atau biasa disebut MAP adalah hitungan rata-rata tekanan

darah arteri yang dibutuhkan agar sirkulasi darah sampai ke otak. MAP yang

dibutuhkan agar pembuluh darah elastis dan tidak pecah serta otak tidak kekurangan

oksigen/normal MAP adalah 70-100 mmHg. Apabila < 70 atau > 100 maka tekanan

rerata arteri itu harus diseimbangkan yaitu dengan meningkatkan atau menurunkan

tekanan darah pasien tersebut (Devicaesaria, 2014).

Rumus menghitung MAP:

MAP = sistol + 2 (diastol) : 3

C. Teknik Mengukur Tekanan Darah

Tehnik pengambilan darah dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti di

bawah ini:

a) Pasien duduk santai dengan lengan rileks di atas meja, telapak tangan

menghadap ke atas, dan otot lengan tindak boleh memegang.

b) Letakan perangkat tensimeter didekat lengan yang diperiksa dengan skala

menghadap ke pemeriksa. Pemeriksa bisa duduk atau berdiri dihadapan

periksa.

c) Pasang kain pembalut (cuff) tensimeter di lengan atas dengan bagian

bawah pembalutnya berada sekitar 3 cm diatas lipat siku. Ketepatan posisi

15
pemasangan ini mempengaruhi hasil, bebatan hendaknya tidak terlampau

ketat tidak juga longgar.

d) Letakan ujung stetoskop pada lipat siku tempat denyut nadi paling keras

teraba dengan tangan kiri. Pasangkan stetoskop ujung satunya dikedua

liang telinga.

e) Pegang bola karet tensimeter dengan tangan kanan. Putar katup di pangkal

bola pemompa dengan jempol dan telunjuk jarum jam untuk menutup

selang. Sambil stetoskop ditangan kiri tetap menekan, lalu pompakan bola

karetnya sehingga air raksa tampak berangsur naik sehingga bunyi detak

jantung masih terdengar di telinga. Stop memompa setelah bunyi detak

jantung menghilang. Naikan pemompaan 30 milimeter air raksa diatas

sejak bunyi detak jantung menghilang.

f) Perlahan- lahan putar balik pemutar katup kebalikan arah jarum jam

dengan jempol dan telunjuk tangan kanan setelah selesai memompa. Atur

pengendoran katup pemutar, agar laju turunnya air raksa sekitar 3

milimeter per detik.

g) Perhatikan turunnya air raksa pada skala saat pertama kali bunyi detak

jantung mulai terdengar . Saat itulah ditetapkan sebagai nilai tekanan atas

atau sistolik. Sementara itu air raksa tetap turun. Perhatikan pula skala air

raksa saat bunyi jantung sudah hilang. Saat itulah ditetapkan sebagai nilai

diastolik.

16
h) Apabila gagal mendengar bunyi degup pertama, ulangi sekali lagi akan

tetapi pastikan dulu skala air raksa sudah menunjukan ketinggian dibawah

angka nol sebelum kembali mulai memompa ulang (Familia, 2012).

D. Pemeriksaan tekanan darah pda Ibu

1) Cuci tangan pada air mengalir atau menggunakan handscrub (tergantung

situasi);

2) Informasikan dan meminta persetujuan pemeriksaan

3) Periksa kelengkapan apakah siap pakai: siapkan sphymomanometer manset

belum disambungkan ke sphymomanometer buka klep yang terdapat pada

reservoir air raksa gantungkan stetoskop di leher pemeriksa;

4) Tentukan Lokasi Pemeriksaan. biasanya, lokasi ini adalah pada bagian lengan

atas tangan kiri;

5) Pasang manset pada lengan atas dengan memberi jarak kira kira 2-3 jari di atas

fossa kubiti;

6) Fiksasi manset dengan rapi tetapi tidak terlalu kuat;

7) Sambungkan slang manset ke sphymomanometer;

8) Pastikan bahwa pompa manset dalam keadaaan terkunci;

9) Raba arteri radialis atau brachialis dengan satu tangan, dan setelah teraba,

tangan yang lain melakukan pemompaan manset secara terkontrol. Langkah

selanjutnya adalah memperhatikan angka skala air raksa ketika: denyut nadi

terakhir masih teraba melalui palpasi. Angka pada skala tersebut adalah

indikator untuk penambahan 20 sampai 30 mmHg ketika pemeriksa akan

17
melakukan pemeriksaan dengan aulkutasi, denyut nadi pertama yang tidak

teraba ketika air raksa masih dipompa (harus diingat);

10) Turunkan air raksa ke titik nol;

11) memilih stetoskop pada arteri brakhialis, dan lanjutkan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. pompa kembali air raksa ke batas angka ketika denyut nadi tidak teraba dan

ditambah dengan 30 mmHg. Misal: angka pada skala air raksa ketika denyut

nadi tidak teraba adalah 140 mmHg, maka air raksa dipompa sampai angka

170 mmHg (hasil penambahan 30 mmHg)

b. tahan pompa, biarkan air raksa stabil di angka tersebut

c. buka perlahan-lahan skrup pompa sambil tetap ditahan dan dilonggarkan

perlahan-lahan sehingga pemeriksa dapat melihat penurunan air raksa secara

bertahap (untuk mencegah turunnya air raksa yang sangat cepat)

d. turunkan air raksa secara perlahan-lahan, yaitu 2 mmHg/detik atau sama

dengan 1 skala/detik

e. lihat dan lihat skala air raksa ketika detak pertama dari penurunan air raksa

tersebut terdengar dan sampai detak terakhir yang tidak terdengar. Hasil

dengar dan lihat ini adalah sistolik dan diastolik;

12) Turunkan kembali air raksa sampai titik nol;

13) Rapikan peralatan yang telah dipakai: stetoskop bagian flat dibersihkan dengan

tissue atau alkohol swab pisahkan slang penyambung manset dan

sphymomanometer buka manset gulung/lipat manset kondisikan angka air

18
raksa pada skala sphymomanometer pada angka nol kunci skrup reservoir -

place manset ke dalam sphymomanometer dengan rapi - tutup kembali

sphymomanometer dan letakkan di tempat semula;

14) Cuci tangan pada air mengalir atau menggunakan handscrub (tergantung

situasi); dan

15) Catat hasil di rekam medik segera.

E. Masalah Yang Harus Dikaji Pada Tekanan Darah

1. Hipertensi

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yaitu tekanan diastolic mencapai

140mmHg atau lebih, terapi tekanan diastolik kurang dari 90mmHg dan tekanan

diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia

lanjut sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan

tekanan darah. Tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 80 kemudian

berkurang perlahan – lahan bahkan menurun drastis. Hipertensi ini juga disebabkan

oleh berbagai masalah kebutuhan nutrisi, seperti penyebab dari adanya obesitas serta

asupan kalsium, natrium dan gaya hidup.

Penatalaksanaan hipertensi juga dapat menganjurkan pasien untuk memakai obat

anti hipertensi dan turunkan jumlah dosisnya yang disediakan dengan langkah -

langkah :

a.      Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indek masa tubuh lebih dari 27

kg)

b.     Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30/35 menit/hari)

19
c.      Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na/2,4 gr Na/ 6gr Nacl/hari)

d.     Mempertahankan asupan kalsium yang adekuat (90 mmHg/hari)

e.      Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam

makanan.

Yang perlu dikaji pada pasien hipertensi:

a)     Aktivitas dan istirahat

- Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup menonton

- Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung takipnea.

b)     Sirkulasi

- Gejala: riwayat hipertensi, arteri korosis penyakit jantung koroner/katup dan

penyakir cerebral vaskuler

- Kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dan kenaikan tekanan darah)

diperlukan untuk menegakkan diagnosis :

1.     Bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan

ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri.

2.     Desiran vaskuler terdengar diatas karotis

3.     DVJ (distensi vena jugularis)

4.     Ekstermitas : perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler

mungkin lambat tertunda (vasokontriksi).

5.     Kulit pucat, sianosis dan diaphoresis

konghesif/inpoksemia) kemerahan (veoktamusisoma)

20
c)      Integritas ego

Gejala : riwayat perubahan kepribadian ansietas, depresi, atau marah kronik.

Tanda : gelisah, penyempitan kontinu pertahanan, gerak tangan, sempit,

peningkatan pola bicara.

d)     Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini/yang lalu seperti infeksi atau riwayat penyakit

masa lalu

e)      Makanan dan cairan

Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,

lemak, kolesterol, keju, telur, gula merah.

Tanda : berat badan normal atau obeisitas, adanya edema, konghesti vena.

DVJ/Distensi Vena Jugularis

f)     Nyeri

Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung (nyeri hilang timbul

pada tungkai).

g)     Pernafasan

Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja takipnea, ortopnea,

dispnea nontural, potok sismol, batuk tanpa seputum, riwayat merokok.

Tanda : bunyi nafas tambahan, distress respiorasi atau penggunaan otot aksesoris

pernafasan sianosis.

h)     Keamanan

21
Gejala : gangguan koordinasi atau cara berjalan, episode perestasia, unilateral,

transen, hipotensi postural.

c.      Batasan normal tekanan darah

1. Tekanan Darah normal rata-rata

2. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun dan lansia

22
d. Tekanan Darah Pada Ibu Hami

Diagnosis dan penanganan gangguan hipertensi pada kehamilan sebagian

didasarkan pada pengukuran tekanan darah. Kondisi ini berkonstribusi pada lebih dari

sepuluh kematian maternal di seluruh dunia, sehingga akurasi pengukuran tekanan

darah adalah sangat penting. Pemantauan tekanan darah adalah tes skrining yang

penting dan sering dilakukan pada masa antenatal/kehamilan yang harus dilakukan

oleh tenaga kesehatan termasuk bidan pada semua ibu hamil secara teratur.

3. Nadi

Nadi adalah gerakan atau aliran darah pada pembuluh darah arteri yang

dihasilkan oleh kontraksi dari ventrikel kiri jantung. Denyut nadi adalah rangsangan

kontraksi jantung yang dimulai dari NODES SINOURI atau NODUS SINOS

ATRIAL yang merupakan bagian atas serambi kanan jantung. Salah satu indikator

kesehatan jantung adalah terjadinya peningkatan denyut nadi pada saat beristirahat.

Pemeriksaan nadi sangat penting dilakukan agar petugas kesehatan yang melakukan

pemeriksaan nadi dapat mengetahui keadaan nadi (frekuensi irama dan kuat lemah

nadi ). Mengukur denyut nadi yang terasa pada pembuluh darah arteri yang

disebabkan oleh gelombang darah yang mengalir di dalamnya sewaktu jantung

memompa darah ke dalam aorta atau arteri.

Tujuan pemeriksaan nadi adalah :

1.     Untuk mengetahui kerja jantung

2.     Untuk menegetahui jumlah denyut jantung yang terasa pada pembuluh darah.

3.     Untuk menentukan denyut nadi normal atau tidak.

23
Kecepatan denyut jantung bereaksi terdapat rangsangan yang ditimbulkan

oleh system saraf simpatis dan saraf parasimpatis, beberapa hal yang mempengaruhi

jumlah denyut: emosi, nyeri, aktivitas, dan obat-obatan. Kecepatan denyut nadi

bertambah bila tekanan darah turun karena jantung berusaha meningkatkan keluarnya

darah.

a)     Pemeriksaan nadi

  Alat yang digunakan

1.     Alat penghitung denyut nadi

2.     Jam tangan / arloji

3.     Buku catatan

  Pelaksanaan

1.     Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

2.     Mempersiapkan alat yang dibutuhkan

3.     Membawa alat kedekat pasien

4.     Mengatur posisi pasien

5.     Meraba / menghitung denyut nadi pada tempat-tempat denyut

nadi( temporalis, karotis, apikal, brakialis, radialis, femoralis, poplitea,

tibialis posterior, dorsalis pedis), sesuai keadaan umum pasien .

6.     Menghitung dengan ujung jari kedua, ketiga, empat dan tekan dengan

lembut

7.     Mengetahui atau melaksanakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

menghitung denyut jantung

24
8.     Jika denyut teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya dengan

2. Apabila denyut tidak teratur dan pada paien yang baru dilakukan

pemeriksaan hitung selama 1 menit penuh.

9.     Mencuci tangan

10.  Mencatat hasil.

b) Masalah Yang Harus Dikaji Pada Pemeriksaan Nadi

Kecepatan Nadi (Pulse Rate)

Pulse Rate (jumlah denyutan perifer yang dirasakan selama 1 menit) à

dihitung dengan menekan arteri perifer dengan menggunakan ujung jari

c) batasan normal nadi

Usia Denyut nadi (x/permenit)


Balita 120-160
Anak 90 – 140
Pra sekolah 80 – 110
Sekolah 75 – 100
Remaja 60 – 90
Dewasa 60-100

Nadi Normal pada ibu hamil

Pulse atau istilah nadi' merupakan istilah yang sebelumnya digunakan untuk

mendeklarasikan* jantung. Saat ini, baik detak jantung dan detak jantung harus

dinilai, karena kedua hal tersebut adalah berbeda. Denyut jantung dan denyut nadi

dimunculkan ketika detak jantung atau istilah nadi diperiksa frekuensinya (biasanya

dalam 1 menit).

*Informasi istilah:

25
Detak jantung digunakan ketika pemeriksa menggunakan metode auskultasi,

sedangkan detak jantung digunakan ketika pemeriksa menggunakan elektrokardiograf

(EKG). Untuk ranah kebidanan, bidan sebagai aktor pemeriksa harus menggunakan

istilah 'detak' karena bidan menggunakan metode auskultasi dalam menghitung detak

jantung, begitu juga ketika bidan memeriksa detak jantung janin atau DJJ (yang dulu

disebut dengan denyut) dengan menggunakan Doppler atau Laennec. nadi yang

digunakan karena pemeriksa menggunakan istilah palpasi. rate dalam Bahasa Inggris

menunjukkan Istilah frekuensi dalam satu menit jantung diauskultasikan untuk detak,

irama, dan suara ekstra, seperti murmur, sedangkan denyut nadi dipalpasi di bagian-

bagian tubuh yang mendukung arteri untuk dirasakan denyutnya.

4. Pernafasan

Pernafasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh, serta menghembuskan udara yang banyak

mengandung CO2 (karbon dioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh.

Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Secara

normal orang dewasa bernafas kira – kira 16 – 20 x/menit, sementara bayi dan anak

kecil lebih cepat daripada orang dewasa. Naiknya kecepatan bernafas disebut

polypnea. Jika suhu badan naik kecepatan bernafas bertambah, karena tubuh berusaha

melepaskan diri dari kelebihan panas. Pemeriksaan pernafasan merupakan

pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan

pengeluaran karbon dioksida. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi,

irama, kedalaman dan tipe atau pola pernafasan.

26
Faktor – faktor yang mempengaruhi pola pernafasan:

1.     Faktor fisiologis

 Menurunnya kemampuan meningkatkan O2 seperti pada anemia

 Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti obstruksi saluran

pernafasan bagian atas.

 Hivopolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan

terganggunya O2

 Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,

obeisitas, penyakit kronis, seperti TBC paru.

2.     Faktor perkembangan

 Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok

 Dewasa, muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress

yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru.

 Dewasa tua adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan

arteriosklerosis, elastisitas menurun

3.     Faktor perilaku

 Nutrisi

 Exercise: akan meningkatkan kebutuhan oksigen

 Merokok: nikotin menyebabkan fase konstruksi pembuluh darah perifer dan

koroner.

 Kecemasan

27
4.     Faktor lingkungan

 Tempat kerja

 Suhu lingkungan

 Ketinggian dari permukaan air laut

Faktor yang meningkatkan frekuensi pernafasan:

 Olahraga

 Stress

 Peningkatan suhu lingkungan

 Penurunan konsentrasi oksigen pada darah yang tinggi

Tujuan menghitung pernafasan :

1.     Mengetahui keadaan umum pasien

2.     Mengikuti perkembangan penyakit

3.     Membantu menentukan salah satu penyokong diagnose

a. Menghitung pernafasan

Alat yang digunakan

1.     Jam tangan/arloji

2.     Buku catatan

Pelaksanaan

1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

2. Membawa alat kesamping klien

3. Mencuci tangan

28
4. Hitunglah naik turunnya dada klien (pernafasan) sambil memegang arteri

radialis dan menekukkan ke dada klien seperti pura – pura menghitung

denyut nadi (mengupayakan agar pasien tidak merasa di observasi).

5. Jika irama respirasi teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya

dengan dua. Jika irama respirasi tidak teratur hitung selama 1 menit

penuh

6. Membereskan alat

7. Mencuci tangan

8. Mencatat hasil

b.     Masalah yang harus dikaji pada pernafasan

1.     Ritme pernafasan

        Eupnea : irama normal

        Kusmaul : cepat dan dalam

        Hiperventilasi : pernafasan dalam, kecepatan normal

        Biot’S : Cepat dan dalam, berhenti tiba2, kedalaman sama (kerusakan

saraf)

        Cheyne stoke : bertahap dangkal – lebih cepat dan dalam – lambat –

apnea (kerusakan saraf)

a.      Retraksi interkosta : kemungkinan retraksi pada obstruksi jalan

nafas

b.     Orthopnea :  sesak pada waktu posisi berbaring

c.      Suara batuk : produktif / tidak

29
4. Palpasi

a.      Nyeri dada tekan :kemungkinan fraktur iga

b.     Kesimetrisan ekspansi dada

        Caranya :  letakkan kedua telapak  tangan secara datar

Bisa pada anterior, sisi dan posterior

Anjurkan tarik nafas

Amati : normal bila gerakan tangan simetris

Taktil fremitus

        Caranya : letakkan tangan sama dengan cara pemeriksaan ekspansi dada

anjurkan pasien menyebut tujuh-tujuh / enem-enam

rasakan getaran

        Kurang bergetar : pleura effusion, pneumothoraks

lakukan pada seluruh permukaan dada (atas, bawah,

kiri, kanan,  depan, belakang)

5. Perkusi

        Suara perkusi

- Paru normal : sonor/resonan

- Pneumothoraks : hipersonor

- Jaringan padat (jantung, hati) : pekak/datar

- Daerah yang berongga : tympani

- Batas organ

30
 Sisi dada kiri : dari atas ke bawah ditemukan sonor/resonan- tympani : ICS

7/8 (Paru-lambung)

 Sisi dada  kanan : ICS 4/5 (paru-Hati)

 Dinding posterior  :Supraskapularis (3-4jari di pundak) batas atas paru

Setinggi vertebratorakal 10 garis skapula batas bawah   

paru

6. Auskultasi

 Suara / bunyi nafas vesikuler

- Terdengar disemua lapang paru normal

- Bersifat halus, nada rendah

- Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi

- Bronchovesikuler

 Ruang interkostal pertama dan kedua area interskapula

 Nada sedang, lebih kasar dari vesikuler

 Inspirasi sama dengan ekspirasi

 Bronchial

 Terdengar di atas manubarium,

 Bersifat kasar, nada tinggi

 Inspirasi lebih pendek dari ekspirasi

 Suara ucapan dan anjurkan penderita mengucapkan tujuh-tujuh berulang2

secara berisik sesudah inspirasi

31
 Lakukan dengan intonasi yang sama kuat sambil mendengarkan secara

sistematik disemua lapang paru dengan menggunakan stetoskop

 Bandingkan bagian kiri dan kanan

7. Suara Tambahan

a) Ronchi (ronchi kering)

Suara yang tidak terputus, akibat adanya getaran dalam lumen saluran

pernafasan karena penyempitan : ada sekret kental/lengket

b) Rales (ronchi basah)

Suara yang terputus, akibat aliran udara melewati cairan dan terdengar pada

saat inspirasi

c) Wheezes – wheezing

Suara terdengar akibat obstruksi jalan napas, terjadi penyempitan sehingga

ekspirasi dan inspirasi terganggu, sangat jelas terdengar saat ekspirasi.

8. Batasan Normal Pernafasan

Usia Frekuensi (x/menit)


Balita 30 – 60
Anak 30 – 50
Pra sekolah 25 – 32
Sekolah 20 – 30
Remaja 16 – 19
Dewasa 12 – 20
Pernafasan Normal pada ibu hamil

Pernapasan eksternal adalah rata-rata ketika tubuh memperoleh oksigen

(inspirasi) dan mengeluarkan karbon dioksida (ekspirasi). Penilaian pernafasan atau

32
respirasi mencakup pengamatan tingkat atau tingkat (jumlah per menit), kedalaman

dan keteraturan napas, dan tanda-tanda yang terkait (misalnya warna kulit). Suara

nafas atau suara nafas mungkin terdengar, atau dada terasa naik dan turun, yang dapat

diamati secara visual. Laju pernapasan normal bagi orang dewasa yang sehat saat

istirahat adalah minimal 12 per menit (tergantung referensi yang dibaca) dan

maksimal 24 per menit (tergantung referensi yang dibaca). Respirasi atau pernafasan

dapat dikontrol secara sadar, oleh karena itu menghitung laju pernafasan tidak dapat

diketahui oleh ibu hamil yang diperiksa.

BAB III

TINJAUAN KASUS

Tgl pengkajian : 01 Desember 2021, Pukul 09.00 WIB

Nama pengkaji : Sri Muji Wahyuni

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.A

Umur : 28 tahun

33
Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Pusdiklat Depnaker No.52

A. Data Subjektif

1. Alasan Datang ke RSUD Pandang Arang Boyolali mengatakan hamil kurang

lebih 9 bulan anak pertama, ibu ingin memeriksakan kehamilannya.

2. Keluhan

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

3. Data Kebidanan

G...P...A... : G1P0A0

HPHT : 15-03-2021

TP : 22-12-2021

Usia Kehamilan : 36 Minggu

Gerakan Janin : Dirasakan

Tanda Bahaya Selama hamil : Tidak ada

Keluhan/Kelainan Selama Kehamilan : Tidak ada

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Composmentis

Keadaan umum : Baik

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Pernafasan : 16 x/menit

34
Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,6 oC

- Palpasi

Leopold I : TFU 27cm Pada fundus teraba bulat, besar, lunak,

tidak melenting dan susah di gerakkan (bokong)

Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba benda yang rata,

tidak teraba bagian kecil, terasa ada tahanan

(punggung) Bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian

kecil dan menonjol (ekstremitas)

Leopold III : Bagian terbawah perut ibu teraba bulat, keras,

melenting (kepala)

Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP

- Auskultasi DJJ : (+)

Frekuensi : 148 x/menit

Lokasi : Dibagian kanan bawah pusat ibu

C. ANALISA DATA

Ny A umur 28 tahun G1P0A0 UK 36 Minggu Janin Tunggal Hidup Intrauteri

Normal

D. PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan pada ibu bahwa hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas

normal yaitu TD 120/80 mmHg, N 80 x/menit, P 16 x/menit S 36,6 oC.

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.

35
2. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya selama kehamilan yaitu

pandangan kabur, odema di sekitar tangan, kaki dan wajah. Sakit kepala yang

hebat, perdarahan pervaginam dan gerakan janin kurang dari 10 kali.

Hasil : Ibu mengerti penjelasan bidan

3. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda persalinan yaitu keluarnya lender

bercampur dengan darah, kontrkasi 3x dalam 10 menit, air ketuban pecah.

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.

4. Menjelaskan pada ibu untuk menyiapkan persalinan yaitu perlengkapan bayi

bayi, perlengkapan ibu, kendaraan, tempat persalinan, penolong persalinan,

pendamping persalinan dan biaya persalinan.

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

5. Mengajurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seperti sayuran hijau,

buah-buahan, makanan yang mengandung banyak protein seperti telur, ikan,

daging, tahu, tempe dll.

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

6. Menganjurkan ibu untuk minum yang cukup yaitu 8 gelas per hari.

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup siang minimal 1 jam dan malam

minimal 7-8 jam.

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

8. Memberikan terapi tablet Fe dan menjelaskan pada ibu tentang tablet Fe dan

manfaat tablet Fe, tablet Fe adalah tablet tambah darah yang mengandung zat

36
besi, untuk membentuk sel darah merah mencegah terjadinya anemia pada

saat hamil. Manfaatnya adalah untuk mencegah perdarahan saat persalinan

dan dapat meningkatkan asupan nutrisi bagi janin. Cara mengkonsumsinya di

minum setiap hari 1x1 selama kehamilan di minum sebelum tidur malam.

Efek samping meminum tablet fe ini adalah mual dan muntah serta rasa tidak

enak diperut.

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

9. Menganjurkan ibu untuk olahraga minimal 15 menit seperti jalan pagi dan

sore.

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

10. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi apabila terdapat

tanda-tanda persalinan atau jika ada keluhan segera ke faskes terdekat.

Hasil : Ibu mengerti penjelasan bidan.

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada Ny.A 28 Tahun, G1 P0 A0, Usia Kehamilan 36 minggu. Didapatkan, ibu

mengatakan : Ibu mengatakan ingin memeriksakan rutin kehamilannya HPHT : 15-

03-2021, TP : 22-12-2021 , mengaku tidak ada keluhan.

Pada Data Obyektif didapat pada pemeriksaan Tanda-tanda Vital dan

pemeriksaan dalam didapat : TD : 120/80 MmHg, R : 16x/mnt, Nadi : 80 x/mnt, S :

36,60 C, didapat usia kehamilan 36 minggu. Berdasarkan teori untuk tanda-tanda vital

37
dalam batas normal. Dimana Nilai normalnya tekanan darah adalah 120/80 mmHg, R:

16-20 x/menit, Nadi : 60-100x/menit dan S : 36,5-37,50 C (Yuni Kusmiati 2010 ).

Dengan didapatkannya hasil pemeriksaan vital pada ibu hamil maka keadaan

ibu dalam batas normal dan sehat. Penatalaksanaan asuhan selanjutnya adalah ibu

harus menjaga kesehatannya terutama untuk tekanan darah agar tetap berada dalam

batas normal.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Telah dilaksanakan pengkajian dan analisa data pada ibu hamil Ny.A umur 28

tahun G1P0A0 dengan mengukur tanda-tanda vital di RSUD Pandang Arang

Boyolali..

38
2. Telah dilaksanakan pemeriksaan tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu

pada Ny.A keadaan baik dan sehat, serta Tanda-Tanda Vital dalam batas

normal.

3. Melakukan asuhan kebidanan pada Ny.A dengan pemeriksaan fisik,

memberikan penkes tanda-tanda persalinan serta menganjurkan ibu untuk

sering olahraga pagi dan sore minimal 15 menit.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat memperluas wawasan mengenai

asuhan kebidanan pada kehamilan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital

dalam menggembangkan wawasan dan pengetauan dalam pelayanan di

masyarakat .

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Menambah bahan materi untuk tanda-tanda vital normal, agar dapat

mendeteksi secara dini pemeriksaan kesehatan pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul H. A. Aziz. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Jakarta: Salemba

Medika.

.2009. Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 2. Jakarta: Salemba Medika.

Depkes RI.1994. Prosedur Perawatan Dasar. Jakarta.

Potter, Perry.2005.Fundamental of Nursing edisi 4. Jakarta : EGC.

39
Yuni Kusmiati. 2010. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Keperawatan. Yogyakarta:

Fitramaya .

http://www.deherba.com Keterampilan Dasar Praktik Klinik

Keperawatan./.html#ixzz2N9JXTthu

40

Anda mungkin juga menyukai