Anda di halaman 1dari 24

REFLEKTIF LEARNING

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI E UMUR 1 BULAN DENGAN


IMUNISASI BCG DAN POLIO 1
DI PUSKESMAS TENGARAN

Disusun oleh
Sri Muji Wahyuni
161211015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KEBIDANAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program imunisasi di Indonesia dalam lima tahun terakhir tidak
mengalami perubahan yang signifikan. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018
Kementerian Kesehatan RI menunjukkan cakupan status imunisasi dasar
lengkap (IDL) pada anak usia (12-23 bulan) menurun dari 59,2% (2013)
menjadi 57,9% (2018). Artinya, dari sekitar 6 juta anak berusia 12-23
bulan hanya sekitar 2,5 juta anak saja yang lengkap diimunisasi. Jumlah
anak yang belum di imunisasi lengkap itu hampir setara dengan separuh
jumlah penduduk singapura.

Sebaliknya anak yang diimunisasi tapi tidak lengkap meningkat dari


32,1% menjadi 32,9% pada periode yang sama. Angka imunisasi dasar
lengkap anak di pedesaan lebih rendah ( 53,8%) dibandingkan anak- anak di
perkotaan (61,5 %). Dua kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan untuk
masa depan anak-anak.

TB merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian pada anak-anak dan


bayi di seluruh dunia (KNCV, 2015). Data WHO secara global sejak
tahun1990, angka kematian pada penderita TB menurun 45% per 100.000
penduduk per tahun dan data tahun 2000 sampai 2013, diperkirakan 37 juta
jiwa diselamatkan melalui diagnosis dan pengobatan yang efektif. Data
WHO juga menyebutkan meskipun secara global angka kematian TB
menurun, kasus TB masih menjadi masalah kesehatan global utama
dikarenakan penderita TB dapat terjadi pada semua usia dan setiap satu
penderita TB dewasa akan menularkan ke 10 sampai 15 orang lain setiap
tahunnya dengan sasaran kelompok usia produktif, ekonomi lemah,
pendidikan rendah, serta golongan pada orang yang memiliki sistem imun
yang lemah atau yang belum sempurna seperti pada anak-anak.

Tuberkulosis (TB) anak hampir selalu berasal dari penularan TB paru


orang dewasa, terutama pada anak yang tinggal bersama dengan penderita
TB paru dewasa. Tuberkulosis (TB) anak akan tetap menjadi permasalahan
kesehatan di dunia selama insidensi TB paru dewasa masih tinggi. Kasus TB
pada anak sebagian besar terjadi di negara-negara TB endemik tetapi
prevalensinya belum diketahui (WHO, 2014).

Peningkatan kesehatan anak dapat dicapai diantaranya dengan program


imunisasi. Program imunisasi merupakan salah satu cara untuk meningkatan
derajat kesehatan anak, yaitu upaya penurunan angka kesakitan anak dari
penyakit yang dapat dicegah atau meringankan suatu penyakit dengan
imunisasi, terutama pada penyakit TB anak yang merupakan penyakit
kompleks dan disebabkan oleh berbagai faktor meliputi imunisasi pasif,
status imunisasi Bacille Calmette-Guérin (BCG) dan status gizi. Risiko
untuk terkena sakit TB tergantung pada sistem pertahanan tubuh, salah
satunya dengan imunisasi BCG yang dipengaruhi oleh umur, nutrisi,
virulensi kuman, dosis infeksi, genetik, dan penyakit lain (Herawati et al,
2005).

Rosental tahun 1961 (dikutip dalam Colditz tahun 1994, h. 698)


menjelaskan bahwa pemberian BCG dapat mengurangi morbiditas sampai
74%. Data WHO menyebutkan efikasi imunisasi BCG terhadap TB sebesar 0
sampai 80%. Uji coba di negara-negara barat pada anak-anak dengan status
gizi baik, membuktikan bahwa BCG memberikan perlindungan terhadap TB
sebesar 80% bila diberikan pada bayi sebelum mendapat infeksi atau
tuberkulin negatif.

Penelitian tentang efikasi BCG di Indonesia pernah dilakukan oleh Putrali


dan Gunadi tahun 1985 pada anak umur 0 sampai 12 bulan yang didiagnosis
TB. Efektifitas imunisasi BCG melindungi anak dari semua jenis TB adalah
37% dan 66% perlindungan terhadap TB berat. Uji klinis vaksin BCG pada
bayi baru lahir pernah dilakukan pada tahun 1992 oleh Isbagio et al.
Imunisasi BCG ini diberikan pada bayi yang mempunyai berat badan lahir ≥
2.500 gram dan tes tuberkulin negatif. Penelitian ini bermaksud untuk
mengetahui apakah vaksin BCG yang dipakai di Indonesia cukup aman dan
potensial. Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa imunisasi
dilaksanakan dengan sangat baik. Penelitian lain yang dilakukan oleh Maria
et al tahun 2005 menyebutkan bahwa, pemberian imunisasi BCG tidak
mempunyai hubungan yang bermakna atau tidak ada hubungan antara
pemberian imunisasi BCG dengan penyakit TB pada anak.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada bayi sehat dengan
imunisasi BCG dan Polio 1.
2. Tujuan Khusus
Mampu membuat rencana asuhan kebidanan terhadap bayi dengan
imunisasi BCG dan Polio 1.

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada
neonates, balita, dan anak pra sekolah sehingga dapat digunakan sebagai
berkas penulis didalam melaksanakan tugas sebagai bidan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan asuhan
kebidanan pada neonatus, balita, dan anak pra sekolah.
3. Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan pada neonates, balita,
dan anak pra sekolah secara fisiologis maupun psikologis serta
masalahnya sehingga timbul kesadaran bagi klien untuk memperhatikan
masa nifas.
4. Bagi lahan Praktek
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga
kesehatan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dan selalu menjaga mutu pelayanan.
5. Bagi Masyarakat
Merupakan informasi kepada masyarakat tentang perubahan fisiologi yang
terjadi pada bayi, balita, dan anak pra sekolah baik secara biologis
dan psikologis.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Dan Batasan Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah
1. Neonatus adalah bayi berumur 0 ( baru lahir ) sampai dengan usia 1 bulan
sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut
adalah bayi dengan usia 7-28 hari. Masa neonatal adalah masa sejak lahir
sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran (Wafi Nur
Muslihatun, 2010).
2. Menurut Dep Kes Ri (2007), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan
2500 gram sampai 4000 gram yang berusia.
3. Anak balita adalah anak yag telah menginjak usia di atas satu tahun lebih
poluler dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006)
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun(balita) dan anak
prasekolah 3-5 tahun ( Sutomo. B dan Anggraeni. DY, 2010).
4. Anak pra sekolah yaitu anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Biechler dan
snowman, 2010).

B. Bayi Baru Lahir


1. Ciri- ciri bayi baru lahir normal
a. berat badan lahir 2500-4000
b. umur kehamilan 37-40 minggu
c. bayi segera menangis
d. bergerak aktif
e. kulit kemerahan
f. menghisap ASI dengan baik dan tidak ada cacat
bawakaan( Kementrian Kesehatan RI, 2010).
g. panjang badan 48-52 cm.
h. ingkar dada 30-38 cm.
i. lingkar kepala 33-35 cm.
j. lingkar lengan 11-12 cm.
k. frekuensi denyut jantung 120-160 x/ menit.
l. pernafasan 40-60x/menit.
m. kuku agak panjang dan lembut.
n. nilai APGAR > 7
o. reflek rooting (mencari puting susu dengan rangasangan taktil pada
pipi dan daerah mulut ) sudah terbentuk dengan baik.
p. reflek sucking ( isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
q. reflek morro ( gerakkan memeluk jika dikagetkan) sudah terbentuk
dengan baik.
r. reflek graping ( menggengam) sudah baik.
s. genetalia, pada laki-laki kematangan diandai dengan testis yang
berada pada sekrotum dan penis yang berulang. Pada perempuan
kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berluang, serta
ada labiya mayora dan minora.
t. eliminasi yang baik ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24
jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.
2. Masa adaptasi bayi baru lahir
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0-28 hari, selam periode ini
bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri, yang
terbagi dalam dua masa antara lain :
a. Masa Portunate Masa portunate pada bayi berlangsung antara 15-390
menit pertama sejak bayi lahir sampai tali pusatnya dipotong.
b. Masa Neonate Masa neonate berlansung dari pemotongan dan
pengkatan tali pusat sampai akhir minggu kedua dari kehidupan
pascamatur.
Ada empat penyesuain utama yang harus dilakukan sebelum anak
dapat memperoleh kemajuan perkembangan tingkah laku, yaitu:
c. perubahan suhu dalam rahim ibu dengan suhu lingkungan.
d. perubahan pernafasan, sebelum lahir bayi bernafas dengan plasenta
dan setelah lahir bernafas dengan paru-paru.
e. dan menelan sebagai cara untuk memperoleh makanan yang semula
dari plasenta melalui tali pusat.
f. cara pembuangan melalui organ-organ sekresi yang mana sebelum
lahir melalui plasenta dan tali pusat.
3. Perubahan fisiologis bayi baru lahir
a. sistem pernafasan
1) Perkembangan paru Paru berasal dari titik tumbuh(jaringan
endoderm) yang muncul dari faring yang kemudian bercabang
kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Prosen ini
terus berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun,
sampai jumlah bronkiolus dan alveolus sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan gerakan nafas sepanjang
trimester ke-II dan III. Ketidakmatangan paru mengurangi
peluang kelangsungan hidup bayi baru lahir sebelum usia 24
minggu, yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru, dan tidak mencukupinya
jumlah surfaktan.
2) Proses awal bernafas Empat faktor yang berperan pada
rangsangan nafas pertama bayi :
 penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2 merangsang
kemoreseptor yang terletak di sinus karotis
 tekanan terhadap rongga dada(toraks) sewaktu melewati jalan
lahir
 rangsagan dingin di daerah muka dapat merangsang gerakan
pernafasan
 refleks deflasi hering breur
Pernapasan pertama pada bayi baru lahir terjadi dengan normal
dalam waktu 30 detik setelah kelahiran. Tekanan pada rongga dada
bayi saat bayi melalui jalan lahir per vaginam mengakibatkan
cairan paru yang jumlahnya 80-100 ml, berkurang sepertiganya
sehingga volume yang hilang ini diganti dengan udara. Paru
mengembang sehingga rongga dada kembali ke bentuk semula.
Pernapasan pada neonatus terutama pernapasan diafragmatik dan
abdominal. Biasanya,frekuensi dan kedalaman pernafasan masih
belum teratur.
Kompresi dan dekompresi kepala bayi selama proses kelahiran
diyakini merangsang pusat pernapasan di dalam otak yang
menimbulkan upaya bernapas. Dalam hal ini, rangsangan taktil
dianggap tidak terlalu bermakna. Akan tetapi,rasa sakit yang
disebabkan oleh ekstensi tungkai yang masih fleksi, sendi-sendi
dan tulang punggung dapat dianggap menjadi penyebab timbulnya
respons awal bayi terhadap kehidupan di luar uterus.
b. Sistem Kardiovaskular
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan bersirkulasi ke seluruh tubuh guna
menghantarkan oksigen ke jaringan. Agar terbentuk sirkulasi yang
baik guna mendukung kehidupan luar rahim, terjadi dua perubahan
besar, yaitu :
1) Penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta.
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada
seluruh sistem pembuluh darah tubuh. Jadi, perubahan tekanan
tersebut langsung berpengaruh pada aliran darah. Oksigen
menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara
mengurangi atau meningkatkan resistensinya sehingga mengubah
aliran darah.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh darah :
1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah sitemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah
menuju atrium kanan berkurang sehingga menyebabkan penurunan
volume dan tekanan pada atrium tersebut. Kedua kejadian ini
membantu darah yang miskin oksigen megalir ke paru untuk
menjalani proses oksigenasi ulang.
2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru
dan menigkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan
pertama ini menimbulkan relaksasi sistem pembuluh darah paru.
Peningkatan sirkulasi ke paru mengakibatkan penigkatan pembuluh
darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan
atrium kanan dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale
secara fungsional akan menutup.
Dengan pernapasan, kadar oksigen dalam darah meningkat.
Akibatnya duktus arteriosus mengalami konstriksi dan menutup dalam
waktu 8-10 jam setelah bayi lahir. Vena umbilikus, duktus venosus,
dan arteri hipogastrika pada tali pusat menutup secara fungsional
dalam beberapa menit setelah bayi lahir dan setelah tali pusat di klem.
Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung selama 2-3 bulan.
c. Termoregulasi
Bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuh mereka
sehingga mereka dapat mengalami stres akibat perubahan lingkungan.
Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi
tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang
jauh lebih dingin. Bayi baru lahir dapat menghasilkan panas dengan
tiga cara , yaitu menggigil, aktivitas volunter otot, dan termogenesis
yang bukan melalui mekanisme menggigil.
Mekanisme menggigil saja tidak efesien dan bayi cukup bulan
tidak mempu menghasilkan panas dengan cara ini. Aktivitas otot dapat
menghasilkan panas, tetapi menfaatnya terbatas, bahkan untuk bayi
cukup bulan dengan kekuataan otot cukup kuat untuk tetap berada
dalam posisi fleksi.
Beberapa mekanisme kehilangan panas tubuh pada BBL , menurut
wahyuni(2012) :
1) Evaporasi yaitu kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan
tubuh bayi.
2) Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dan benda atau permukaan yang temperatur lebih rendah
3) Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat tubuh
bayi terpapar udara atau lingkungan yang bertemperatur dingin.
4) Radiasi adalah kehilangan panas badan bayi melalui
pancaran/radiasi dari tubuh bayi kelingkungan sekitar bayi yang
lebih dingin.
d. Metabolisme Glukosa
Agar berfungsi dengan baik, otak memerlukan glukosa dalam
jumlah tertentu. Pada saat kelahiran, begitu tali pusat di klem, seorang
bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri.
Pada setiap bayi baru lahir, kadar glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1-2 jam ). Koreksi penurunan kadar gula dapat dilakukan
dengan 3 cara :
1) Melalui pemberian air susu ibu ( bayi baru lahir yang sehat harus
didorong untuk menyusui ASI secepat mungkin setelah lahir).
2) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis).
3) Melalui pembentukan glukosa dari sumber lain, terutama
lemak( glukoneogenesis)
Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah
yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi
jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi
yang sehat akan menyimpan glukosa sebagi glikogen, terutama dalam
hati, selama bulan-bulan akhir, yang kemudian mengakibatkan
hipoksia, akan menggunakan persediaan glikogen dalam satu jam
pertama kelahiran.
e. Sistem ginjal
Walapun ginjal sangat penting dalam kehidupan janin, muatannya
terbilang kecil hingga setelah kelahiran. Urine bayi encer, berwarna
kekuning-kuningan, dan tidak berbau. Warna coklat dapat disebabkan
oleh lendir bebas membrane mukosa dan udara asam dan akan hilang
setelah bayi banyak minum. Keseimbangan air dan fungsi ginjal
penting. Fungsi ginjal belum sempurna karena :
1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
2) Ketidak seimbangan luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal.
3) Renal blood flow relatif kurang bila dibanding dengan orang
dewasa ( Indrayani& Moudy, 2013)
f. Sistem Gastrointestinal
Secara fungsional, saluran gastrointestinal bayi belum matur
dibandingkan orang dewasa. Membran mukosa pada mulut berwarna
merah jambu basah. Gigi tertanam di dalam gusi dan sekresi ptyalin
sedikit. Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan reflek muntah dan batuk yang cukup matur sudah terbentuk
dengan baik pada saat lahir kemampuan bayi untuk menelan dan
mencerna makanan ( selain susu) masih terbatas hubungan antara
esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna sehingga
mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas
lambung sangat terbatas, kurang dari 30 ml (15-30 ml) untuk bayi baru
lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara
perlahan-lahan , seiring dengan pertumbuhan bayi. Pengaturan makan
yang sering oleh bayi sendiri sangat penting , contohnya memberi ASI
sesuai keinginan bayi (ASI on demand).
g. Sistem imun
Sistem imun bayi baru lahir masih belum matur sehingga neonatus
rentan menggalami infeksi dan akregi. Sistem imun yang matur akan
memberi kekebalan alami maupun kekebalan dapatan. Kekebalan
alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang menvegah atau
meminimalkan infeksi. Beberapa contoh kekebalan alami meliputi :
1) Perlindungan oleh membran mukosa.
2) Fungsi jaringan saluran nafas.
3) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.
4) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan dapatan akan muncul kemudian. Bayi baru lahir yang
lahir dengan kekebalan pasif mendapatkan antibody dari tubuh ibunya.
Reaksi antibody keseluruhan terhadap antigen asing masih belum
muncul sampai awal kehidupann anak. Salah satu tugas utama selama
masa bayi dan balita adalah pembentukan system kekebalan tubuh.
h. Sistem Muskuloskeletal
Otot bayi berkembang dengan sempurna karena hipertropi, bukan
hiperplasi. Tulang panjang tidak mengeras dengan sempurna untuk
memudahkan pertumbuhan pada epifise. Tulang tengkorak
kekurangan esensi osifikasi untuk pertumbuhan otak dan memudahkan
proses pembentukan selama persalinan. Proses ini selesai dalam waktu
beberapa hari setelah lahir. Fontanel posterior tertutup dalam waktu 6-
8 minggu. Fontanel anterior tetap terbuka hingga usia 18 bulan dan
digunakan unutk memperkirakan tekanan hidrasi dan intra cranium
yang dilakukan dengan memalpasi tegangan fontanel.
i. Sistem neorologi
Sistem saraf bayi masih sangat baik secara anatomi maupun
fisiologi ini menyebabkan kegiatan reflek spina dan batang otak
dengan control minimal oleh lapisan luar serebrum pada beberapa
bulan pertama kehidupan, walapun intraksi sosial terjadi lebih awal.
Bayi baru lahir memperlihatkan sejumlah aktivitas reflek pada usia
yang berbeda-beda, yang menunjukan normalitas dan perpaduan
antara sistem neurologi dan muskuluskletal.
4. Pemeriksaan pada bayi baru lahir
Pengkajian setelah lahir terjadi dalam tiga tahapan( Suwanti ; 2007).
a. Tahap I
Segera selama menit-menit pertama kelahiran menggunakan sistem
scoring APGAR untuk fisik dan skrining GRAY utuk intraksi bayi
dengan orang tua.
Klasifikasi klinik :
 Nilai 7-10 : bayi normal.
 Nilai 4-6 : bayi asfiksia ringan-sedang.
 Nilai 0-3 : bayi asfiksia berat

Tanda Skor
0 1 2
A=Apperance colon biru pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(warna kulit ) ekstermitas biru kemerahan

P= Pulse (frekunsi tidak ada < 100 >100


jantung)
G = Grimage Tidak ada sedikit gerakan, menangis,
(rangsangan )
A = Acitivity lumpuh ekstermitas gerakan aktif

R = Respiration tidak ada lemah,tidak mengis kuat

b. Tahap II
Transisional selama aktifitas yaitu pengkajian selama 24 jam pertama
juga penting.
c. Tahap III
Periodic, pengkajian, setelah 24 jam pertama masing-masing sistem
tubuh diperiksa.
5. Pemantauan tanda-tanda vital
Suhu tubuh, nadi, pernapasan bayi baru lahir bervariasi dalam berspon
terhadap lingkungan
a. Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar anatra 36,5-37,5 C.
b. Denyut nadi bayi baru lahir normal 120-140 x/menit.
c. Pernafasan 30-60 kali/ menit.
d. Tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit untuk diukur secara
cepat dan akurat. Rata-rata tekanan darah pada waktu lahir adalah
80/64 mmHg.
6. Penatalaksanan awal dan suhan bayi baru lahir.
a. Membersihkan jalan nafas
 Letakkan bayi pada posisi telentang di temapt yang keras dan
hangat
 Posisi kepala diatur sedikit tengadah ke belakang
 Bersihkan hidung, rogga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus kassa steril
 Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain keirng dan kasar agar bayi segera menangis
b. Memotong dan merawat tali pusat
Setelah bayi lahir, tali pusat di potong 5 cm dari dinding perut bayi
dengan gunting steril khusus untuk menggunting tali pusat dan diklem
dengan klem tali pusat. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat
dengan perawatan terbuka tanpa dibubuhi apapun. Dilakukan
perawatan luka kering.
c. Pemberian vitamin K
Kejadian perdarahan karena defiensi vitamin K pada bayi baru lahir
dilaporkan cukup tinggi, sekitar 0,25-0,5 %. Untuk mencegah
terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan
cukup bulan perlu diberi vitamnin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari,
sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K dengan dosis 0,5-1 mg
IM.
d. Mepmpertahankan suhu tubuh bayi
Cegah terjadinya panas dengan mengeringkan tubuh bayi dengan
handuk atau kain bersih kemudian selimuti bayi dengan selimut atau
kain yang hangat, kering dan bersih. Tutupi bagian kepala bayi dengan
topi dan anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya sera
jangan segera menimbna atau memandikan bayi baru lahir karena bayi
mudah kehilangan panas tubuhnya.
e. Upaya profilaksis terhadap gangguan mata
Pemberian obat tetes mata eritromisisn 0,5% atau tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk mecegah penyakit mata karena klamidia (penyakit
menular seksual ). (Abdul Bari Saifuddin, 2009). Tetes mata / salep
antibiotik harus diberikan dalam waktu 1 jam pertama setelah
kelahiran.
C. Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah
1. Kebutuhan Imunisasi
a. Pengertian imunisasi Imunisasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kekebalan aktif seseorang terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
vaksin ke dalam tubuh bayi atau anak. Imunisai dasar adalah pemberian
imunisai untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindugan
(Depkes, 2005). Yang dimaksud dengan imunisasi dasar lengkap
menurut Ranuh dkk 2001 adalah pemberian imunisasi BCG 1x,
hepatitis B 3x, DPT 3X, polio 4x, dan campak 1x sebelum bayi berusia
1 tahun.
b. Macam-macam imunisasi dasar menururt Theophilus 2007.
1) Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2
bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya
diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas,
untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL
dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1
mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin
hidup yang dilemahkan,sebanyak 50.000-1.000.000
partikel/dosis.Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita
gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita
yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi
HIV).
2) Imunisasi polio
Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.
Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu
maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan
kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio
bisa menyebabkan kematian. Terdapat 2 macam vaksin polio: IPV
(Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio
yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan OPV (Oral
Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah
dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk
trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk
monovalen (MOPV)efektif melawan 1 jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV)
dengan interval tidak kurang dari 4 minggu.Imunisasi polio ulangan
diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat
masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan
sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan
menggunakan sendok yang berisi air gula.
3) Imunisasi campak
Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek).
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak
berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan
pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin
disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.
4) Imunisasi MMR
memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak
Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Vaksin MMR adalah vaksin
3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan
campak Jerman. Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur
12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan
kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan
kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau
pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP). Pada
90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan
perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan
gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan
perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan
pertama.
5) Imunisasi Hib
membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi
tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Vaksin
Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak
berumur 2, 4 dan 6 bulan.
6) Imunisasi varisella
Memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai
dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara
perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan
mengelupas. Setiap anak yang berumur 12-18 bulan dan belum
pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi
varisella. Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum
berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-
anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah
mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar
air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8
minggu. Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat
menular.
7) Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B
dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya
memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2
bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang
waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang
waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi
ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum
memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar
HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan
vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune
globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir.
Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis
ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan. Kepada bayi yang
lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV
I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh
darah ibu diambil untuk menentukan status HbsAg nya; jika positif,
maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1
minggu).
a. Jadwal imunisasi
j.
b. Dosis dan cara pemberian

Vaksin Dosis Rute Pemberian &

Lokasi
BCG 0,05 cc IC

Pentavalen 0,5 cc IM antero lateral paha


a. Difteri
atas pada bayi
b. Tetanus
c. Hepatitis
Lengan kanan pada
d. Meningitis anak 1,5 tahun
e. Batuk Rejan
Polio 2 tetes Ditetes di Mulut

c. Campak 0,5 cc SC lengan kiri atas

Jadwal pemberian imunisasi


Umur Jenis

0 bulan hepatitis B0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT-HB-Hib 1, polio 2

3 bulan DPT-HB-Hib 2, polio 3

4 bulan DPT-HB-Hib 3, polio 4

9 bulan Campak

d. imunisai lanjutan pada anak <3 tahun (imunisasi booster)


Umur Jenis

18 bulan DPT-HB-Hib

24 bulan Campak

e. imuniunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar


Sasaran Imunisai waktu pelaksanaan
kelas 1 SD campak ,DT agustus, november

kelas 2 SD Td November
kelas 3 SD Td November

A.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Hari, tanggal : Selasa, 08 Maret 2022


Nama Pengkaji : Sri Muji Wahyuni
Tempat : Puskesmas Tengaran
Jam : 08.00 WIB

I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subjektif
1. Identitas Bayi
Nama : By. E
Umur : 1 bulan
JK : Laki-laki
Orang tua
Nama Ibu : Ny. A Suami : Tn. M
Umur : 28 tahun Umur : 29 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Dusun ngadirno, Klero Tengaran Kab.Semarang
2. Alasan Datang Ibu mengatakan ingin mengimunisasi anaknya yang
berumur 1 bulan
3. Riwayat Kelahiran
Tanggal Lahir : 08 Februari 2022
Jenis Persalinan : Norma
Penolong : Bidan
BB Lahir : 3000 gram
PB : 49 cm
LK : 32cm
Komplikasi : Tidak Ada
Laktasi : ASI Lancar
Telah di berikan vit k
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan bahwa By. E sehat, tidak sedang terserang
penyakit apapun.
b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu mengatakan bayinya tidak sedang menderita penyakit apapun
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan bahwa keluarga dalam keadaan sehat, tidak sedang
sakit
d. Riwayat Penyakit Menular, Kronis, GenetisIbu mengatakan tidak
mempunyai riwayat penyakit menurun seperti diabetes, darah
tinggi, juga tidak mempunyai riwayat penyakit kronis seperti
jantung.
5. Riwayat Imunisasi
Hb0 tanggal 08 Februari 2022
6. Pola Kebutuhan Sehari-Hari Nutrisi
Ibu mengatakan By. E mendapatkan nutrisi yang baik, By. E
masih diberikan ASI esklusif
7. Pola Kebutuhan Sehari-Hari
a. Nutrisi
Ibu mengatakan By. E mendapatkan nutrisi yang baik, By. E
masih Asi Eksklusif sampai 6 bulan tanpa makanan pendampin
b. Eliminasi Ibu mengatakan By. E dapat BAK lancar, BAB lancar, dan
tidak ada tanda-tanda penyulit
c. Istirahat Ibu mengatakan By. E istirahat cukup,tidur siang 4-5 jam,
tidur malam 10-11 jam.
d. Hygiene Ibu mengatakan bahwa By. E mandi 2 kali sehari.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. keadaan umum : baik
b. Kesehatan : ComposMentis
c. suhu : 36°C
d. berat badan : 5600 gram
2. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut : hitam, bersih
b. Mata : simetris, bersih, konjugtiva berwarna merah muda
dan sklera putih
c. Hidung : bersih dan tidak ditemukan adanya pengeluaran
secret berlebihan
d. Telinga : simetris anatra telinga kanan dan kiri, tidak ada
pembengkakan di bagian telinga
e. Mulut : bersih tidak ada bibir sumbing
f. Leher : tidak ditemukan adanya pembesaran pada kelenjar
limfe dan tiroid
g. Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada saat
bernafas
h. Abdomen : berbentuk bulat, tidak ada kelainan i. Genetalia :
tidak ada kelainan
i. Tungkai kaki : tidak ada kelainan, gerakan aktif
j. Punggung : tdak ada pembengkakan
k. Kulit : bersih, tidak ada tanda iritas
C. Assesment
By. E umur 1 bulan berat badan 5600 gram dengan imunisasi BCG dan
polio
D. Perencanaan
1. Memberitahu ibu tentang keadaan anaknya dan memberikan inform
consent.
2. Menyiapkan alat utuk imunisasi BCG .
3. Menyuntikkan vaksin BCG (0,05 ml) pada By. E secara intracutan pada
lengan kanan atas.
4. Meneteskan vaksin polio 1 ke mulut bayi 2 tetes.
5. Memberitahukan kepada ibu tentang efek samping dari pemberian
imunisasi BCG dan polio.
6. Mengingatkan ibu untuk selalu mengikuti posyandu.
7. Mengingatkan ibu untuk tetap memberikan ASI secara on demand.
8. Memberitahu ibu untuk imunisasi bulan berikutnya sesuai jadwal yang
telah ditulis dibuku.
BAB IV

PEMBAHASAN

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan


seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat
terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
penyakit ringan.
Dalam asuhan kebidanan pada By. E usia 1 bulan dengan imunisasi BCG dan
Polio I. Dari data subyektif dan data obyektif ditemukan bahwa anak dalam
keadaan sehat,BB anak saat ini 5600 gram. Menurut teori dalam pemberian
imunisasi anak harus dalam keadaan sehat. (Pedoman teknis imunisasi tingkat
puskesmas Depkes 2005).Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik.
By. E saat ini berusia 1 bulan dan ibunya mengatakan bahwa pada hari
tersebut adalah jadwal pemberian imunisasi anaknya. Menurut teori dari
Theophilus 2007 bahwa macam-macam imunisasi dasar adalah salah satunya
vaksin BCG yang diberikan kepada bayi usia 1 bulan dengan dosis 0,05
ml. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara praktik dan teori karena ibu
By.E telah datang ke Puskesmas Tengaran untuk imunisasi By. E vaksin BCG
dan Polio 1.
Dalam perencanaan langkah pemberian vaksin BCG tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek. Dalam teori disebutkan pemberian vaksin
BCG dengan dosis 0,05 ml secara intracutan pada lengan kanan atas dan langkah
ini dilakukan dalam praktik.(Buku Anjar Imunisasi 2010).
Saat penyuntikan petugas kesehatan tidak mencuci tangan sebelum
melakukan tindakan memberian imunisasi. Saat selesai memberikan
imunisasi baru petugas mencuci tangan. Di dalam teori menjelaskan
mencuci tangan sebelum melakukan tindakan dan selesai tindakan dengan 6
langkah cuci tangan, dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir, terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek.

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi E dengan imunisasi BCG
dan polio dalam pengkajian dan analisa data ditemukan diagnosa yaitu bayi E
akan di imunisasi BCG dan Polio 1.
Dalam asuhan kebidanan ini peran serta kerjasama yang baik antara ibu
pasien dengan bidan sangat diperlukan supaya tujuan Asuhan Kebidanan
dapat tercapai dengan baik.

B. Saran
1. Bagi Bidan
Sebaiknya petugas kesehatan mencuci tangan dahulu sebelum melakukan
tindakan pemberian imunisasi.
2. Bagi Mahasiswa
Lebih menggali ilmu semaksimal mungkin untuk menambah pengetahuan
dan keterampilan tentang masalah-masalah dan cara imunisasi pada bayi
yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes,RI.2009.Pedoman Asuhan Bayi Baru Lahir Terpadu.


Jakarta:Depkes RI.

Prawirohardjo,Sarwono.2002.Buku Acuan Nasional pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal.Jakarta : Yayasan bina pustaka.
Universitas Padjadjaran.2000.Asuhan Bayi Baru Lahir.Bandung.Universitas
Padjadjaran.
Chris Tanto, dkk.2014. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius

Nuha Medika Uliyah,Musrifatul.2006.Ketrampilan Dasar Praktik Kebidanan.


Jakarta: Salemba Medika

Nommensen Journal of Medicine. November 2017, 3(2), hal. 88-92

Anda mungkin juga menyukai