Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TUGAS PRAKTIK PRA PROFESI (KDPK)


PRAKTIK PROFESI BIDAN

“INJEKSI INTRAKUTAN (IC) PADA BAYI “J” DENGAN IMUNISASI BCG”

Disusun Oleh :
KOMARIYAH
NPM: 210502197116

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI PERTIWI INDONESIA
PROFESI BIDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas praktek pra profesi (KDPK)
yang berjudul “Injeksi Intrakutan (IC) Pada Bayi “J” Dengan Imunisasi BCG di PMB Bdn.
Tri Mulyati, SST., SKM., M.Kes.
Dalam penyusunan tugas ini tentunya melibatkan berbagai pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung turut membantu dalam terselesaikannya tugas praktek pra
profesi (KDPK) ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Ibu Widi Sagita, SST., M.Kes selaku pembimbing akademik Program Studi Profesi Bidan
STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia.
2. Bdn. Tri Mulyati, SST., SKM., M.Kes selaku pembimbing lahan (CI)
3. Semua pihak yang ikut membantu dalam proses penyusunan Asuhan Kebidanan ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk
meningkatkan kualitas makalah tugas pra profesi (KDPK) ini.

Bogor, 06 November 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemberian obat kepada klien ada beberapa cara, yaitu melalui rute oral,
parenteral, rektal, vagina, kulit, mata, telinga dan hidung. Pemberian obat secara
parenteral adalah  pemberian obat selain melalui saluran pencernaan. Pemberian obat
parenteral ada empat cara yaitu, intracutan (IC), subcutan (SC atau SQ),
intramuscular (IM), dan intravena (IV). Pemberian obat secara parenteral lebih cepat
diserap dibandingkan dengan obat oral tetapi tidak dapat diambil kembali setelah
diinjeksikan.Oleh karena itu perawat harus menyiapkan dan memberikan obat tersebut
secara hati-hati dan akurat. Namun karena injeksi merupakan prosedur invasif, teknik
aseptik harus digunakan untuk meminimalkan resiko injeksi. Tujuan dari pemberian obat
secara parenteral adalah mencegah penyakit dengan jalan memberikan kekebalan atau
imunisasi (misalnya memberikan suntikan vaksin DPT, ATS, BCG, dan lain-lain),
mempercepat reaksi obat dalam tubuh untuk mempercepat proses  penyembuhan,
melaksanakan uji coba obat, dan melaksanakan tindakan diagnostik. Indikasi pemberian
obat secara parenteral adalah kepada klien yang memerlukan obat dengan reaksi cepat,
klien yang tidak dapat diberi obat melalui mulut, dan klien dengan  penyakit tertentu
yang harus mendapat pengobatan dengan cara suntik, misalnya Streptomicin atau Insulin.
 
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi injeksi IC (Intracutan)
1.2.2 Apa tujuan injeksi IC (Intracutan)
1.2.3 Apa indikasi injeksi IC (Intracutan)
1.2.4 Apa kontraindikasi injeksi IC (Intracutan)
1.2.5 Cara kerja injeksi IC (Intracutan)
1.2.6 Apa keuntungan dan keunggulan injeksi IC (Intracutan)

1.3.Tujuan
1.3.1 Untuk menjelaskan definisi injeksi IC (Intracutan)
1.3.2 Untuk menjelaskan tujuan injeksi IC (Intracutan)
1.3.3 Untuk menjelaskan indikasi dan kontraindikasi injeksi IC (Intracutan)
1.3.4 Untuk menjelaskan cara pemberian injeksi IC (Intracutan)
1.3.5 Untuk menjelaskan keuntungan dan kerugian injeksi IC (Intracutan)

1.4. Manfaat
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas praktik pra profesi
KDPK serta untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang injeksi
intrakutan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi injeksi IC(intracutan)


Memberikan obat melalui suntikan intracutan dan intrademal adalah suatu
tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan kedalam jaringan kulit atau
indra dermis. Istilah intradermal (ID) berasal dari kata “ intra” yang berarti lapis dan
“dermis “ yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit ketika sisi
anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi pembuluh darah betul-betul kecil,
makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang
dapat dibandingkan karena absorsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi
lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitifitas terhadap
organisme. Injeksi intracutan dimasukan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah
startumkorneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air volume yang
disuntikan sedikitnya ( 0,1-0,2ml) digunakan untuk tujuan diagnosa. (Alimul, 2006)

2.2. Tujuan injeksi IC(intracutan)


a. Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan
b. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter
c. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari pemberian obat
d. Membantu menentukan diagnosaterhadappenyakit tertentu misalnya (tuberculin test)
e. Menghindarkan pasin dari efek alergi obat (dengan skin test)
f. Digunakan untuk test tuberculin atau test alergi terhadap obat-obatan
g. Pemberian vaksinasi.

2.3. Lokasi Injeksi IC


a. Lengan bawah bagian atas
b. Dada bagian atas
c. Punggung bagian atas di bawah scapula
d. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam, dan pungguang bagian atas.

2.4. Indikasi injeksi IC(intracutan)


a. Pasien yang membutuhkan test alergi ( mantoux test )
b. Pasien yang akan melakukan vaksinasi
c. Mengalihkan diagnosa penyakit
d. Sebelum memasukkan obat
e. Pasien yang tidak sadar

2.4. Kontraindikasi injeksi IC(intracutan)


a. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit
b. Pasien dengan kulit terluka
c. Pasien yang sudah dilakukan skin test
d. Pasien yang alergi

2.5. Tindakan Injeksi IC


2.5.1 Persiapan Alat Dan Bahan
a. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat
b. Obat daam tempatnya
c. Spuit 1 cc/spuit insuin/sesuai kebutuhan
d. Kapas akohol dalam tempatnya
e. Cairan pelarut
f. Bak steril diapisi kasa steril (tempat spuit)
g. Jarum sesuai kebutuhan
h. Perlak dan alas dan nierbeken/bengkok
i. Handschoen

2.5.2 Pemberian obat/penyuntikkan melalui IC (Intracutan)


a. Prinsip :
1) Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi
pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien,
benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar
pemberian keterangan tentang obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh
pasien, benar tentang riwayat alergi obat pada pasien, benar tentang reaksi pemberian
beberapa obat yang berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi
pemakaian obat.
2) Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam
dari saat penyuntikan obat.
3) Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
4) Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada penolakan
pada suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat
mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani pasien, bila pasien atau
keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien
maupun keluarga yang bertanggungjawab menandatangani surat penolakan untuk
pembuktian penolakan therapi.
5) Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik,
dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil 0,1
cc dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan
pada pasien hanya 0,1cc.
6) Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD di ambil 0,1 cc dalam
spuit, untuk angsung disuntikan pada pasien (Potter & Perry 2010).

2.6. KONSEP IMUNISASI BCG


Vaksin BCG atau bacille calmette guerin adalah vaksin untuk mencegah penyakit
tuberkulosis (TB), termasuk meningitis TB, TB paru, dan TB milier, dan TB milier pada
anak. Vaksin BCG berasal dari bakteri Mycobacterium bovis yang dilemahkan. Selain itu,
vaksin BCG dapat digunakan untuk terapi imunologi pada kanker kandung kemih. Vaksin
BCG telah direkomendasikan oleh WHO untuk digunakan di banyak negara yang memiliki
prevalensi TB tinggi, termasuk TB paru, limfadenitis, milier, atau meningitis. Di Indonesia,
vaksin BCG masuk dalam program pengendalian TB Nasional, dan masuk dalam jadwal
imunisasi anak wajib rekomendasi ikatan dokter anak Indonesia (IDAI) tahun 2020. Vaksin
BCG disuntikkan 1 kali intrakutan, sesegera mungkin setelah bayi lahir atau sebelum bayi
berusia 1 bulan. Jika bayi telah berusia >2 bulan maka vaksin BCG diberikan bila uji
tuberkulin negatif.
Vaksin BCG yang diberikan pada bayi baru lahir memiliki efek proteksi yang baik
terhadap penyakit TB pada anak. Berbeda pada orang dewasa, efektivitas vaksin akan
berkurang dengan bertambahnya usia. Bukti perlindungan vaksin BCG bervariasi, di mana
hanya memiliki ketahanan sekitar 15 tahun di Inggris, 30−40 tahun di Norwegia, dan 50−60
tahun di Alaska.
Di era pandemi saat ini, vaksin BCG dikaitkan dengan mortalitas COVID-19 (corona
virus disease-19). Dari data yang ada, disimpulkan bahwa tingkat kematian COVID-19 lebih
tinggi di negara-negara yang tidak divaksinasi BCG, sedangkan di negara-negara dengan
program imunisasi BCG memiliki tingkat kematian yang relatif lebih rendah. Vaksin BCG
diketahui dapat menginduksi kekebalan terlatih, salah satunya kekebalan anti-virus karena
dapat merangsang produksi sitokin pro-inflamasi, IL-6 (interleukin), TNF-α (tumor natural
factor), IFN-γ (interferon), dan IL-1β.
Formulasi vaksin BCG (bacille calmette guerin) tersedia dalam bentuk beku kering.
Vaksin BCG berisi strain Mycobacterium bovis yang dilemahkan, dan dikenal dengan
sebutan strain Tice. Sediaan vaksin BCG berisi strain Tice dikembangkan oleh Pasteur
Institute, sedangkan di Indonesia dibuat oleh PT Biofarma.

Bentuk Sediaan
Vaksin BCG yang ada di Indonesia tersedia dalam bentuk beku kering di dalam ampul, yang
dibuat oleh PT Biofarma. Setiap ampul vaksin BCG mengandung:
 Bacille calmette guerin hidup 1,5 mg setengah kering (1m5−6 juta culturable particle)
 Zat tambahan monosodium glutamate 7,5 mg

Tersedia cairan pelarut (diluent) 1 mL dengan formula sebagai berikut:


 Natrium chloride 8,5−9 mg
 Water for injection hingga 1 mL

Cara Pemberian
Sebelum digunakan, vaksin BCG dilarutkan dengan cairan pelarut atau diluent, di mana
cairan pelarut yang digunakan harus yang disediakan oleh PT Biofarma karena pelarut jenis
lain dapat merusak vaksin.
Cara Pelarutan
1. Tambahkan seluruh isi ampul diluent 1 mL ke dalam ampul berisi bubuk BCG
2. Goyang ampul perlahan hingga seluruh bubuk terlarut
3. Inspeksi vaksin yang telah dilarutkan, jika tampak benda asing maka vaksin harus
dibuang
4. Gunakan vaksin dalam waktu 3 jam setelah dilarutkan, jika lebih maka sisanya harus
dibuang

Cara Penyuntikan
Injeksi vaksin BCG untuk pencegahan penyakit TB dilakukan secara intrakutan, yaitu:
1. Gunakan jenis syringe tertentu untuk pengambilan dosis yang tepat
2. Ambil larutan vaksin sebanyak 0,05 mL untuk bayi usia <1 tahun, atau 0,1 mL untuk
anak usia 1−18 tahun
3. Sebelum dan sesudah penyuntikan jangan usap area dengan cairan antiseptik, seperti
alcohol
4. Suntikan vaksin intrakutan hingga timbul bula putih
5. Akan terasa tahanan saat akan menyuntik larutan vaksin, jika tahanan tidak terasa
cukup maka jarum terlalu dalam, sehingga jarum harus ditarik sedikit sebelum
menyuntikkan semua larutan vaksin
6. Penyuntikan 0,05 mL cairan vaksin akan menimbulkan bula +3 mm, sedangkan 0,1
mL akan menimbulkan bula +7 mm

Cara Penyimpanan
Vaksin BCG beku kering disimpan di dalam kulkas dengan suhu 2−8 °C, dan bisa lebih stabil
jika di simpan pada suhu -20°C. Sedangkan diluent tidak boleh dibekukan, simpan pada suhu
2−8 °C. Vaksin harus terlindung dari sinar matahari langsung karena rentan rusak oleh
ultraviolet, dan dan tidak boleh digunakan jika masa berlaku vaksin telah habis.

Kontraindikasi
Adanya penyakit kulit yang berat atau menahun, seperti eksim, furunkulosis, dan
sebagainya. Mereka yang sedang menderita penyakit TBC.
Efek Samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1 – 2
minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang berubah
menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh
secara spontan dan akan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran
kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan
demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan
sendirinya.

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 05 November 2021
Jam : 09.00 WIB
1. Data Subjektif
1. Biodata
Nama : By. Jehan Nama Ibu : Ny. Dewi
Umur : 30 hari Umur : 27 tahun
No. Reg : 201 Agama : Islam
Agama : Islam Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jatijajar Rt. 003 Rw. 003 Kota Depok
2. Alasan datang
Ibu mengatakan bahwa ia datang untuk mengimunisasi anaknya (imunisasi
BCG).
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan bayinya pernah sakit pilek tapi sembuh dengan sendirinya
4. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan bahwa bayinya sehat dan tidak menderita apapun.
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
1. Kehamilan
Kehamilan berjalan normal tanpa ada masalah atau komplikasi. Selama
hamil melakukan ANC sebanyak 6 kali di BPS, tidak ada keluhan. Selama
hamil ibu mendapatkan penyuluhan tentang gizi, pentingnya ANC rutin
serta mendapatkan terapi tablet Fe, Vit B complex, Vit C, Kalk.
2. Persalinan
Umur kehamilan cukup bulan, jenis persalinan SC di RS, jenis kelamin
perempuan, BBL: 3000 gr, PB : 50 cm.

3. Nifas (Neonatus)
Bayi diberi ASI, tidak ada masalah pada masa nifas

6. Riwayat Imunisasi
Bayi sudah mendapatkan imunisasi HB0 dan polio
7. Riwayat Psikososial
- Bayi diasuh oleh kedua orang tuanya.
- Bayi mau digendong orang lain selain orang tuanya dan tidak rewel.

2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TB : 54 cm
BB : 4000 gr
Lika : 34 cm
Suhu : 36,6 0C

b. Pemeriksaan Khusus
1. Inspeksi
Rambut : rambut hitam, bersih, tidak ada kaput, UUB sudah menutup,
tidak ada kelainan konginetal
Muka : tidak pucat, tidak odema
Mata : simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.
Hidung : simetris, Bersih, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping
hidung
Telinga : simetris, tidak ada serumen
Mulut : bibir lembab, tidak sianosis, lidah bersih, tidak ada stomatitis
Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada
Perut : normal, tidak kembung
Genetalia : tidak ada kelainan, bersih, tidak ada kemerahan atau iritasi
Ekstremitas : Atas  simetris, jumlah jari lengkap, pergerakan
aktif
Bawah  simetris, jumlah jari lengkap, pergerakan
Aktif

2. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis
Abdomen : tidak kembung, tidak ada nyeri tekan

3. Perkusi
Perut kembung tidak ada

4. Auskultasi
Bising usus normal, ronchi tidak ada, wheezhing tidak ada

A: Assasement
Bayi sehat dengan imunisasi BCG

PLANNING
1. Memberi salam dan melakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan bayi.
Pendekatan telah dilakukan, suasana menjadi lebih cair.
2. Berikan informasi tentang imunisasi BCG (Pengertian vaksin BCG, Manfaat,
efek samping vaksin BCG) Ibu dapat mengerti tentang imunisasi BCG
3. Melakukan Inform consent. Inform consent sudah dilakukan.
4. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu ( N: 100 Rr: 40, S: 36,6, BB: 4000
gr, PB: 54, LK: 34 cm). Ibu mengetahui hasil pemeriksaan pada bayi nya.
5. Mempersiapkan alat dan pasien ( Vaksin BCG+pelarut, spuit 3cc, Spuit 1 cc,
kassa, kapas DTT dan Kasur atau alas untuk menidurkan bayi). Alat telah
disiapkan dan bayi sudah di posisikan dengan baik.
6. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan. ( mencuci tangan 7 langkah dengan
baik dan benar). Cuci tangan dan memakai sarung tangan telah dilakukan.
7. Melakukan tindakan pemberian/penyuntikan imunisasi BCG secara intrakutan
(IC). Melakukan desinfektan dengan kapas DDT pada area tangan bagian atas
dan Menyuntikan IC dengan cara 15-20 derajat dari permukaan kulit) Vaksin
BCG telah disuntikan.

8. Menjelaskan kembali efek samping yang mungkin terjadi setelah penyuntikan.


(akan timbul ulkus atau bisul 1-2 minggu setelah penyuntikan dan tidak perlu di
obati dengan apapun, karna akan sembuh dengan sendirinya) Ibu mengerti.
9. Merapikan alat dan pasien sambal mengobservasi pasien ( membuang spuit pada
safety box, sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%. Dan memberikan bayi
kepada ibu nya dan di gendong dengan nyaman sambal observasi.) alat sudah di
rapihkan dan bayi sedah merasa nyaman, bayi dalam keadaan baik
10. Mendokumentasikan tindakan pada buku KMS dan kohort bayi (mengisi KMS
dan Kohort bayi sesuai imusisasi dan pemeriksaan yang telah dilakukan)
Pendokumentasian sudah dilakukan.
11. Memberitahukan rencana imunisasi selanjutnya ( beritahu ibu untuk datang
Kembali bulan depan Tanggal 5 desember 2021 untuk imunisasi DPT1 dan Polio
2) Ibu mengerti dan akan dating untuk imunisasi selanjutnya.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu
tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan kedalam jaringan kulit atau
intradermis. Injeksi intracutan dimasukkan langsung kelapisan epidermis tepat dibawah
startum korneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air volume yang
disuntikan sedikit (0,1-0,2 ml) digunakan untuk tujuan diagnosa. Indikasi untuk injeksi
intracutan yaitu pasien yang membutuhkan test alergi, pasien yang akan melakukan
vaksinasi, menegakkan diagnose penyakit, dan dilakukan sebelum memasukan obat.
Kontraindikasinya ialah pasien yang mengalami infeksi pada kulit, pasien dengan kulit
terluka dan pasien yang sudah dilakukan skin test.Keuntungan injeksi intracutan yaitu
suplai darah sedikit, sehingga absorbs lambat bias mengetahui adanya alergi terhadap
obat tertentu dan memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam
pemberian obat. Sedangkan, kerugiannya yaitu tuntutan sterilitas sangat ketat,
memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi dan adanya resiko
toksisitas jaringan dan akan terasasakit saat penyuntikan. Prinsipnya sebelum
memberikan obat, perawat harus mengetahui diagnose medis pasien, indikasi pemberian
obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar, setelah dilakukan injeksi, juga
tidak boleh dilakukan pemijatan pada area yang telah diinjeksi karena akan
mempengaruhi hasil test. Sebelum dilakukan prosedur injeksi, terlebih dahulu dilakukan
persiapan alat, persiapan pasien, dan persiapan lingkungan. Setelah Tindakan perawat
juga harus melakukan dokumentasi, mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu
pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi/respon klien terhadap obat perawat yang melakukan)
pada catatan keperawatan.
3.2. Saran
Pada saat melakukan injeksi intracutan, hendaknya terjalin hubungan terapeutik
antara perawat dan pasien, karena biasanya pasien berubah menjadi cemas ketika akan
dilakukan injeksi. Kerjasama antara perawat dan pasien juga sangat dibutuhkan. Hal ini
bertujuan agar tindakan yang dilakukan lancar dan mendapat hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz.H. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta: Salemba

Medika Widyatun, D. (2012). Pemberian Obat Melalui Intracutan .Yogyakarta: Salemba


Medika.

Direktorat Jendral PP Dan PL DEPKES. 2006. Pedoman Pelaksanaan Pekan Imunisasi


Nasional Thun 2006. Jawa Timur : DEPKES

FK UI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta : Infomedika

Manjoer, Arief. 2002. Kapita Selekta Kedoteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

http://diasmutiarab.blogspot.co.id/2017/04/injeksi-ic.html

http://dhitaalfan.blogspot.co.id/2017/04/injeksi-intracutan_10.html
CDC. Vaccines. Tuberculosis. 2016. https://www.cdc.gov/tb/topic/basics/vaccines.htm

WHO. BCG vaccine. 2021.


https://www.who.int/teams/health-product-policy-and-standards/standards-and-
specifications/vaccines-quality/bcg

Faust L, Schreiber Y, Bocking N. A systematic review of BCG vaccination policies among


high-risk groups in low TB-burden countries: implications for vaccination strategy in
Canadian indigenous communities. BMC Public Health , 2019;19:1504

Larsen ES, Joensen UN, Poulsen AM, Golleti D, Johansen IS. Bacillus Calmette–Guerin
immunotherapy for bladder cancer: a review of immunological aspects, clinical effects and
BCG infections. APMIS, 2019;128:92-103

Green DB, et al. Complications of Intravesical BCG Immunotherapy for Bladder Cancer.
RadioGraphics 2019; 39:80-94

Soedjatmiko, Sitaresmi MN, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, et al. Jadwal Imunisasi
Anak Umur 0 – 18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Tahun 2020. Satgas
Imunisasi IDAI. Sari Pediatri 2020;22(4):252-60.

Koneru G, Batiha GES, Algammal AM, Mabrok M, Magdy S, Sayed S, AbuElmagd ME,
Elnemr R, Saad MM, Abd Ellah NH, Hosni A, Muhammad K, Hetta HF. BCG Vaccine-
Induced Trained Immunity and COVID-19: Protective or Bystander?. Infect Drug Resist.
2021;14:1169-1184

https://doi.org/10.2147/IDR.S300162

PIONAS. Vaksin BCG


http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-14-produk-imunologis-dan-vaksin/144-vaksin-dan-
antisera/vaksin-bcg

Anda mungkin juga menyukai