Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STASE I

ASUHAN KETERAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK


(KDPK)
PRASAT INJEKSI

Dosen pembimbing
DR. Hj. Nanda Handayani, S.ST.,MKM
Muayah,MTr.Keb

Oleh :
Ikar Hermawati
NPM : 220503223014

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI PERTIWI INDONESIA
JAKARTA 2022-2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Intramuskular (IM), rute IM memungkinkan adsorbsi obat yang lebih cepat
daripada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya
kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam tetapi bila tidak
berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah. Dengan
injeksi di dalam otot yang terlarut berlangsung dalam 10-30 menit, guna
memperlambat adsorbsi dengan maksud memperpanjang kerja obat, seringkali
digunakan larutan atau suspensi dalam minyak umpamanya suspense penicilin dan
hormone kelamin.

1.2. Ruang Lingkup Penulisan


1. Pengertian pemberian obat secara IM
2. Tujuan pemberian secara IM
3. Indikasi pembrian obat secara IM
4. Kontra indikasi pemberian obat secara IM
5. Daerah penyuntikan IM
6. Persiapan alat dn bahan dalam pemberian obat secara IM
7. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam IM
8. Prosedur pelaksanaan dan penyuluhan pasien
9. Contoh kasus

1.3. Tujuan Penulisan


1. Tujuan penulisan makalah ini sebagai pembelajaran tentang bagaimana proses
pemberian obat secara intramuskular secara benar dan tpat sehingga tidak
beresiko bagi pasien dan petugas kesehatan.

2. Sebagai salah satu pemenuhan tugas stase 1 Keterampilan Dasar Praktek klinik
(KDPK) dalam proses pendidikan Profesi Bidan di Stikes Bhakti Pertiwi
Indonesia (BPI)
1.4. Metode Penulisan
Data penulisan makalah ini di peroleh dengan metode studi kepustakaan.
Metode studi kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca pustaka tentang
sistem pemberian obat secara intramuskular. Selain itu, penulis juga memperoleh
data dari lahan praktek yang merupakan metode yang dapat mempermudah
memperoleh informasi yang dibutuhk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pemberian Obat Secara Intramuskular


Pengertian pemberian obat secara intramuskular adalah pemberian obat/cairan
dengan cara dimasukkan langsung kedalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara
ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan untuk
menusuk saraf, misalnya pada bokong dan kaki bagian atas atau pada lengan bagian atas.
Pemberian obat seperti ini memungkinkan obat akan dilepas secara berkala dalam bentuk
depot obat.
Jaringan intramuskular terbentuk dari otot yang bergaris yang mempunyai banyak
vaskularisasi aliran darah tergantung dari posisi otot ditempat penyuntikan.

2.2. Tujuan pemberian obat secara intramuskular


Tujuan pemberian obat secara intramuskular yaitu agar obat diabsrorbsi tubuh
dengan cepat.

2.3. Indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular


Indikasi pemberian obat secara intramuskular biasa dilakukan pada pasien yang
tidak memungkinkan untuk diberika obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit,
jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya. Pemeberian obat
secara intramuskular harus dilakukan atas perintah dokter.
2.4. Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuscu

Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu: infeksi, lesi kulit,
jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya.

2.5. Daerah penyuntikan dalam pemberian obat secara intramuskular


a. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring
telentang dengan lutut sedikit fleksi.
b. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau
telentang dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi.
Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak
terdapat pembuluh darah dan saraf besar.

c. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan
lutut diputar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul
fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah.

d. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau
berbaring mendatar lengan atas fleksi.

2.6. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular
1. Tempat injeksi
2. Jenis spuit dan jarum yang digunakan
3. Kondisi atau penyakit klien
4. Obat yang tepat dan benar
5. Dosis yang diberikan harus tepat
6. Pasien yang tepat
7. Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar

2.7. Alat dan Bahan Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular


1. Daftar buku obat/catatan dan jadwal pemberian obat
2. Obat yang dibutuhkan (obat dalam tempatnya)
3. Spuit dan jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk orang dewasa
panjangnnya 2,5-3 cm dan untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5 cm.

4. Kapas alkohol
5. Cairan pelarut/aquabidest steril
6. Bak instrument/ bak injeksi
7. Gergaji ampul (bila diperlukan)
8. Nierbekken
9. Handscoon 1 pasang
2.8. Prosedur Kerja Pemberian Obat Secara Intramuskular
1. Mencuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah itu
letakkan dalam bak injeksi.
4. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (perhatikan lokasi penyuntikan)
5. Desinfekasi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi.
6. Lakukan penyuntikan:
a. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk
berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi.

b. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring,


tengkurap atau telentang dengan lutut atau panggul miring dengan
tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini paling banyak dipilih untuk
injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat pembuluh darah
dan saraf besar.

c. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk


tengkurap dengan lutut diputar kearah dalam atau miring dengan lutut
bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah.

d. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk
duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.

e. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.

f. Setelah jarum masuk lakukan inspirasi spuit,bila tidak ada darah yang
tertarik dalam spuit maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara
berlahan-lahan hingga habis.

g. Setelsh selesai tarik spuit dan tekan sambil dimasase penyuntikan


dengan kapas alcohol,kemudian spuit yang telah di gunakan letakkan dalam
bengkok

7. Catat reaksi pemberian jumlah dosis dan waktu pemberian


8. Cuci tangan

2.9. Prosedur Pelaksanaan Pemberian Obat Secara IM (Intra Muskuler) dan


Penyuluhan Pasien
Penyuluhan pasien,memungkinkan pasien untuk minum obat dengan aman dan efektif.
9. Catat reaksi pemberian jumlah dosis dan waktu pemberian
10. Cuci tangan

2.10. Prosedur Pelaksanaan Pemberian Obat Secara IM (Intra Muskuler) dan


Penyuluhan Pasien
Penyuluhan pasien,memungkinkan pasien untuk minum obat dengan aman dan efektif

a. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan obat dengan benar
4. Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
b. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
c. Tahap Kerja
d. TahapTerminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Membereskan alat-alat
4. Berpamitan engan klien
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

1. Biodata pasien
Nama : Ny “ K ”
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Desa Karangsatu
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan ingin melakukan kunjungan ulang suntik KB 3 bulan
3. Diagnosa Medis
Ny “ K ” Usia 30 Tahun dengan akseptor lama KB Suntik 3 bulan
4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Hari/Tanggal : Selasa, 24 Mei 2022
Jam : 12.00 WIB
Tempat : PMB Ikar Hermawati, STR.Keb

Pembimbing lapangan : DR.Hj.Nanda handayani,SST.MKM


Muayah, MTr.Keb

Oleh : Ikar Hermawati


5. Langkah-langkah tindakan dan hasilnya:
a. Persiapan alat
· Spuit sesuai ukuran
· Obat DMPA
Pengguanaan secara IM jarang menimbulkan efek samping sehingga cara ini
paling sering digunakan.
· Kapas alkohol
· Bengkok
· Tempat sampah
· Buku catatan dan alat tulis

b. Persiapan pasien
1. Memberi salam pada pasien
2. Menganjurkan pasien untuk tidur tengkurap pada tempat yang telah
disediakan
6. Langkah-langkah tindakan
a. Petugas mencuci tangan di air yang mengalir dengan menggunakan sabun dan
dikeringkan dengan handuk kering dan bersih

b. Memperhatikan lingkungan pasien untuk menjaga privasi pasien

c. Melakukan anamnese pada pasien

d. Membuka spuit dari kemasan dan memasukkan obat kedalam spuit (jangan ada
gelembung udara dalam spuit)

e. Mengatur posisi pasien (ventrogluteal) dan membebaskan daerah yang akan


disuntikkan dari pakaian pasien

f. Menentukan tempat penyuntikan yaitu pada daerah bokong dengan menarik


garis lurus dari SIAS menuju Os Coccygeus, dibagi 3 bagian lalu diambil 1/3
bagian pertama dari SIAS

g. Mendesinfekasi bagian yang akan disuntik dengan kapas alcohol

h. Meregangkan daerah yang akan disuntik dengan jari telunjukdan ibu jari
7. Langkah-langkah tindakan dan hasilnya:
a. Persiapan alat
· Spuit sesuai ukuran
· Obat DMPA
Pengguanaan secara IM jarang menimbulkan efek samping sehingga cara ini
paling sering digunakan.
· Kapas alkohol
· Bengkok
· Tempat sampah
· Buku catatan dan alat tulis

b. Persiapan pasien
3. Memberi salam pada pasien
4. Menganjurkan pasien untuk tidur tengkurap pada tempat yang telah
disediakan
8. Langkah-langkah tindakan
i. Petugas mencuci tangan di air yang mengalir dengan menggunakan sabun dan
dikeringkan dengan handuk kering dan bersih

j. Memperhatikan lingkungan pasien untuk menjaga privasi pasien

k. Melakukan anamnese pada pasien

l. Membuka spuit dari kemasan dan memasukkan obat kedalam spuit (jangan ada
gelembung udara dalam spuit)

m. Mengatur posisi pasien (ventrogluteal) dan membebaskan daerah yang akan


disuntikkan dari pakaian pasien

n. Menentukan tempat penyuntikan yaitu pada daerah bokong dengan menarik


garis lurus dari SIAS menuju Os Coccygeus, dibagi 3 bagian lalu diambil 1/3
bagian pertama dari SIAS

o. Mendesinfekasi bagian yang akan disuntik dengan kapas alcohol

p. Meregangkan daerah yang akan disuntik dengan jari telunjukdan ibu jari
q. Memasukkan jarum ke posisi tegak lurus 900 dan cepat sedalam 2/3 bagian jarum

r. Memasukkan obat secara perlahan-lahan

s. Telunjuk tangan kiri menekan bekas suntikan dengan kapas alcohol dan tangan kanan
mencabut jarum dengan cepat.

t. Menekan daerah yang telah disuntik dan mengadakan komunikasi dengan klien bahwa
proses sudah selesai dikerjakan.

u. Merapikan baju pasien dan menata lingkungan

v. Mengembalikan alat pada tempatnya

w. Membuang bekas spuit dan jarum ke safety box, tutup spuit dibuang ke sampah medis

x. Mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir dengan cara menggunakan 7
langkah dan dikeringkan dengan handuk kering dan bersih.

y. Mencatat tindakan yang sudah dilakukan


9. Hasil tindakan
- Klien merasa lega dan puas
- Keadaan pasien baik tidak mengalami pusing
10. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Menganjurkan pada pasien untuk melakukan kompres hangat pada area yang dilakukan
penusukan, apabila masih terasa nyeri/bengkak, untuk mengurangi rasa nyeri tersebut.
z. Memasukkan jarum ke posisi tegak lurus 900 dan cepat sedalam 2/3 bagian jarum

aa. Memasukkan obat secara perlahan-lahan

bb. Telunjuk tangan kiri menekan bekas suntikan dengan kapas alcohol dan tangan kanan
mencabut jarum dengan cepat.

cc. Menekan daerah yang telah disuntik dan mengadakan komunikasi dengan klien bahwa
proses sudah selesai dikerjakan.

dd. Merapikan baju pasien dan menata lingkungan

ee. Mengembalikan alat pada tempatnya

ff. Membuang bekas spuit dan jarum ke safety box, tutup spuit dibuang ke sampah medis

gg. Mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir dengan cara menggunakan 7
langkah dan dikeringkan dengan handuk kering dan bersih.

hh. Mencatat tindakan yang sudah dilakukan


11. Hasil tindakan
- Klien merasa lega dan puas
- Keadaan pasien baik tidak mengalami pusing
12. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Menganjurkan pada pasien untuk melakukan kompres hangat pada area yang
dilakukan penusukan, apabila masih terasa nyeri/bengkak, untuk mengurangi rasa
nyeri tersebut.
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Menurut teori dalam persiapan alat ada bak instrumen kecil yang telah diberi alas,
Sedangkan dilapangan tidak memakai bak instrumen. Jadi persiapan alat antara teori
dan praktek dilapangan ada kesenjangan, keefisiensi waktu dan banyaknya pasien
yang menunggu merupakan faktor utama penyebab terjadinya kesenjangan.
2. Pada saat persiapan pasien, terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. Bidan tidak
memberikan salam dam memperkenalkan diri, karena bidan merasa sudah saling
kenal antara bidan dengan pasien nya.
3. Pada saat melakukan tindakan, saat diberikan suntikan KB 3 bulan seharusnya pasie
datang sesuai tanggal yang dijadwalkan , namun pasien telat datang selama 6 hari tetapi
injeksi suntik 3 bulan tetap diberikan karena diyakini pasien dalam keadaan tidak hamil

4. Menurut teori selesai melakukan tindakan spuit harus di spool dengan larutan clorin
sebelum dibuang, sedangkan di lapangan tidak dilakukan karena spuit langsung
dibuang di safety box. Karena spuit yang digunakan memakai spuit disposibble.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
a. Pasien yang di periksa adalah Ny. “K “ usia 30 tahun.
b. Diagnosa medis Ny. “ K “ usia 30 tahun dengan akseptor lama KB suntik 3 bulan
c. Dalam melakukan tindakan injeksi IM tersebut ada beberapa kesenjangan antara teori
yang di dapat dengan kenyataan pada praktik di lapangan.
d. Injeksi KB suntik 3 bulan tetap diberikan meskipun pasien datang telat 6 hari karena
dipastikn pasien dalam keadaan tidak hamil
e. Setelah di lakukan tindakan keadaan pasien baik tidak mengalami pusing, pasien merasa
lega dan puas

5.2. Saran
a. Lahan Praktek
Diharapkan bagi lahan praktek untuk terus meningkatkan mutu pelayanan pada
masyarakat/pasien sekitar guna meningkatkan kesejahteraan kesehatan pasien.
b. Mahasisw

Diharapkan bagi mahasiswa lebih meningkatkan ilmu pengetahuan, lebih banyak


membaca buku tentang kesehatan, serta dapat memahami dan menerapkan tindakan
sesuai dengan teori.
a. Institusi
Institusi pendidikan sebagai tempat untuk mencari ilmu, diharapkan dapat menjadi
tempat pengembangan ilmu khususnya tentang injeksi yang sering dijumpai dalam
lahan praktek.
DAFTAR PUSTAKA

Ceklist Akbid Brawijaya Husada (2011). Injeksi intramuscular

Potter, Perry. Ganiswara (2005). Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Famakologi,


FKUI
Ratna Ambarwati, Eni (2009). KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT.
Kawan Pustaka

Saifudin, Abdul Bani (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Tjay, T.H (2009). Faktor Patofisiologi Tubuh. Http://liew.267.wordpress.com/


pengaruh cara pemberian terhadap absorbs obat/ diakses tanggal 26 Agustus 2011

Uliyah, Musrifatul dkk (2008). Ketrampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta:


Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai