Dosen pembimbing
DR. Hj. Nanda Handayani, S.ST.,MKM
Muayah,MTr.Keb
Oleh :
Ikar Hermawati
NPM : 220503223014
2. Sebagai salah satu pemenuhan tugas stase 1 Keterampilan Dasar Praktek klinik
(KDPK) dalam proses pendidikan Profesi Bidan di Stikes Bhakti Pertiwi
Indonesia (BPI)
1.4. Metode Penulisan
Data penulisan makalah ini di peroleh dengan metode studi kepustakaan.
Metode studi kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca pustaka tentang
sistem pemberian obat secara intramuskular. Selain itu, penulis juga memperoleh
data dari lahan praktek yang merupakan metode yang dapat mempermudah
memperoleh informasi yang dibutuhk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu: infeksi, lesi kulit,
jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya.
c. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan
lutut diputar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul
fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah.
d. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau
berbaring mendatar lengan atas fleksi.
2.6. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular
1. Tempat injeksi
2. Jenis spuit dan jarum yang digunakan
3. Kondisi atau penyakit klien
4. Obat yang tepat dan benar
5. Dosis yang diberikan harus tepat
6. Pasien yang tepat
7. Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar
4. Kapas alkohol
5. Cairan pelarut/aquabidest steril
6. Bak instrument/ bak injeksi
7. Gergaji ampul (bila diperlukan)
8. Nierbekken
9. Handscoon 1 pasang
2.8. Prosedur Kerja Pemberian Obat Secara Intramuskular
1. Mencuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah itu
letakkan dalam bak injeksi.
4. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (perhatikan lokasi penyuntikan)
5. Desinfekasi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi.
6. Lakukan penyuntikan:
a. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk
berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi.
d. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk
duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.
f. Setelah jarum masuk lakukan inspirasi spuit,bila tidak ada darah yang
tertarik dalam spuit maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara
berlahan-lahan hingga habis.
a. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan obat dengan benar
4. Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
b. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
c. Tahap Kerja
d. TahapTerminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Membereskan alat-alat
4. Berpamitan engan klien
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Biodata pasien
Nama : Ny “ K ”
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Desa Karangsatu
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan ingin melakukan kunjungan ulang suntik KB 3 bulan
3. Diagnosa Medis
Ny “ K ” Usia 30 Tahun dengan akseptor lama KB Suntik 3 bulan
4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Hari/Tanggal : Selasa, 24 Mei 2022
Jam : 12.00 WIB
Tempat : PMB Ikar Hermawati, STR.Keb
b. Persiapan pasien
1. Memberi salam pada pasien
2. Menganjurkan pasien untuk tidur tengkurap pada tempat yang telah
disediakan
6. Langkah-langkah tindakan
a. Petugas mencuci tangan di air yang mengalir dengan menggunakan sabun dan
dikeringkan dengan handuk kering dan bersih
d. Membuka spuit dari kemasan dan memasukkan obat kedalam spuit (jangan ada
gelembung udara dalam spuit)
h. Meregangkan daerah yang akan disuntik dengan jari telunjukdan ibu jari
7. Langkah-langkah tindakan dan hasilnya:
a. Persiapan alat
· Spuit sesuai ukuran
· Obat DMPA
Pengguanaan secara IM jarang menimbulkan efek samping sehingga cara ini
paling sering digunakan.
· Kapas alkohol
· Bengkok
· Tempat sampah
· Buku catatan dan alat tulis
b. Persiapan pasien
3. Memberi salam pada pasien
4. Menganjurkan pasien untuk tidur tengkurap pada tempat yang telah
disediakan
8. Langkah-langkah tindakan
i. Petugas mencuci tangan di air yang mengalir dengan menggunakan sabun dan
dikeringkan dengan handuk kering dan bersih
l. Membuka spuit dari kemasan dan memasukkan obat kedalam spuit (jangan ada
gelembung udara dalam spuit)
p. Meregangkan daerah yang akan disuntik dengan jari telunjukdan ibu jari
q. Memasukkan jarum ke posisi tegak lurus 900 dan cepat sedalam 2/3 bagian jarum
s. Telunjuk tangan kiri menekan bekas suntikan dengan kapas alcohol dan tangan kanan
mencabut jarum dengan cepat.
t. Menekan daerah yang telah disuntik dan mengadakan komunikasi dengan klien bahwa
proses sudah selesai dikerjakan.
w. Membuang bekas spuit dan jarum ke safety box, tutup spuit dibuang ke sampah medis
x. Mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir dengan cara menggunakan 7
langkah dan dikeringkan dengan handuk kering dan bersih.
bb. Telunjuk tangan kiri menekan bekas suntikan dengan kapas alcohol dan tangan kanan
mencabut jarum dengan cepat.
cc. Menekan daerah yang telah disuntik dan mengadakan komunikasi dengan klien bahwa
proses sudah selesai dikerjakan.
ff. Membuang bekas spuit dan jarum ke safety box, tutup spuit dibuang ke sampah medis
gg. Mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir dengan cara menggunakan 7
langkah dan dikeringkan dengan handuk kering dan bersih.
1. Menurut teori dalam persiapan alat ada bak instrumen kecil yang telah diberi alas,
Sedangkan dilapangan tidak memakai bak instrumen. Jadi persiapan alat antara teori
dan praktek dilapangan ada kesenjangan, keefisiensi waktu dan banyaknya pasien
yang menunggu merupakan faktor utama penyebab terjadinya kesenjangan.
2. Pada saat persiapan pasien, terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. Bidan tidak
memberikan salam dam memperkenalkan diri, karena bidan merasa sudah saling
kenal antara bidan dengan pasien nya.
3. Pada saat melakukan tindakan, saat diberikan suntikan KB 3 bulan seharusnya pasie
datang sesuai tanggal yang dijadwalkan , namun pasien telat datang selama 6 hari tetapi
injeksi suntik 3 bulan tetap diberikan karena diyakini pasien dalam keadaan tidak hamil
4. Menurut teori selesai melakukan tindakan spuit harus di spool dengan larutan clorin
sebelum dibuang, sedangkan di lapangan tidak dilakukan karena spuit langsung
dibuang di safety box. Karena spuit yang digunakan memakai spuit disposibble.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
a. Pasien yang di periksa adalah Ny. “K “ usia 30 tahun.
b. Diagnosa medis Ny. “ K “ usia 30 tahun dengan akseptor lama KB suntik 3 bulan
c. Dalam melakukan tindakan injeksi IM tersebut ada beberapa kesenjangan antara teori
yang di dapat dengan kenyataan pada praktik di lapangan.
d. Injeksi KB suntik 3 bulan tetap diberikan meskipun pasien datang telat 6 hari karena
dipastikn pasien dalam keadaan tidak hamil
e. Setelah di lakukan tindakan keadaan pasien baik tidak mengalami pusing, pasien merasa
lega dan puas
5.2. Saran
a. Lahan Praktek
Diharapkan bagi lahan praktek untuk terus meningkatkan mutu pelayanan pada
masyarakat/pasien sekitar guna meningkatkan kesejahteraan kesehatan pasien.
b. Mahasisw
Saifudin, Abdul Bani (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo