C UMUR 25
TAHUN CATEN DENGAN KEBUTUHAN KONSELING
DI PMB
TAHUN 2021
Disusun oleh:
SRI SUWARNI
NPM : 210502165085
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah hasil kegiatan di Praktek Mandiri
Bidan pada tanggal 26 Oktober 2021.
Makalah ini disusun sebagai tugas dalam memenuhi salah satu syarat ujian
pada stase 2 pra profesi dengan didampingi oleh Bdn. Pipih Salanti, SST.MKM
selaku pembimbing akademik dan Bdn. Retno Sumartini, ST.r.Keb selaku
pembimbing lahan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesesempurnaan, baik dari isi maupun pembahasan. Oleh karena itu penulis
berharai untuk kritik dan saran yang bersifat membangun untuk untuk
menyempurnakan makalah ini.
Semoga dengan membuat makalah ini dapat menjadi acuan untuk belajar,
mahasiswa juga bisa lebih banyak belajar dan mengembangkan dengan teori serta
konsep yang sudah ada.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………. 38
B. Saran …………………………………. 38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang sudah
menemukan belahan jiwa, setelah cukup lama saling mengenal satu sama lain,
berbagi cerita dan berusaha menyatukan ide-ide. Hubungan akhirnya mencapai titik
tertinggi. Tentulah persiapan yang matang untuk menjadikannya sebagai saat-saat
yang paling indah adalah layak untuk dilakukan. Saat ini, pendidikan pra nikah belum
menjadi prioritas bagi keluarga maupun calon pengantin. Padahal dalam kursus
diajarkan banyak hal yang dapat mendukung suksesnya kehidupan rumah tangga
pengantin baru. Angka perceraian pun dapat diminimalisir dengan adanya pendidikan
pra nikah (Triningtyas, 2017).
Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses
yang menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek kesehatan. Idealnya tes
kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan pernikahan tetapi tes
kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun selama pernikahan belum
berlangsung. Upaya kesehatan terhadap pasangan pranikah yaitu upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Pemeriksaan kesehatan bagi pasangan pranikah sangat penting untuk
mengetahui tingat kesehatan dari pasangan, jika ditemukan masalah kesehatan maka
dapat langsung dilakukan intervensi untuk pengobatan. Pemeriksaan kesehatan
sebelum menikah atau hamil khususnya pada wanita akan mengurangi angka
kesakitan dan kematian ibu dan anak. Pemeriksaan kesehatan sebelum hamil
merupakan sesuatu yang sangat penting agar kehamilan dapat berjalan dengan baik.
Kesadaran akan hal ini masih sangat rendah sehingga angka kesakitan dan komplikasi
kehamilan masih sangat tinggi. Beberapa penyakit yang kemungkinan menganggu
proses kehamilan dapat dideteksi secara dini sehingga keadaan yang lebih buruk
dapat cepat dihindari.
Jika dalam istilah menikah itu harus dipersiapkan lahir batin, yang juga harus
diperhatikan dan dimasukkan ke dalam list pra-nikah adalah persiapan kesehatan
4
pasangan. Berdasarkan definisi sehat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh dan tidak semata-mata bebas
dari penyakit atau kecacatan (Zulaekha, 2013).
Melalui asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang
dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan dapat
mengetahui hal apa saja yang menghambat suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu
dan pasangan dapat melakukan upaya yang maksimal. Prakonsepsi terdiri dari dua
kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel
ovum dengan sperma sehingga terjadi pembuahan. Jadi prakonsepsi berarti sebelum
terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan atau sebelum hamil.
Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum
konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu
sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Jadi kesehatan pasangan pra nikah penting sekali
untuk mendukung tercapainya pernikahan yang langgeng sampai hari tua (Zulaekha,
2013).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul
mengenai “Asuhan Kebidanan Pada Nn. C Umur 25 Tahun Pranikah dan Prakonsepsi
dengan Pengetahuan Yang Kurang di PMB
B. Tujuan
B.1 Tujuan Umum
Setelah menjalankan Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan (KDPK),
mahasiswa profesi diharapka mampu memberikan asuhan kebidanan komprehensif
pada masa pranikah dan prakonsepsi dengan melibatkan keluarga dan masyarakat
sesuai dengan kode etik profesi.
B.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pendidikan kesehatan pranikah dan prakonsepsi
2. Mampu melalukan konseling pranikah dan prakonsepsi
5
3. Mampu menganalisa asuhan kebidanan pada Ny. C di BPM
4. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi secara
holistic, dan berkesinambungan yang didukung kemampuan berpikir kritis dan
rasionalisasi klinik dan reflektif.
5. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan pelaporan pelayanan kebidanan
sesuai kode etik profesi (pranikah dan prakonsepsi)
C. Ruang Lingkup
1. Lokasi dan Waktu :
Lokasi yang dilakukan oleh penulis dalam pembuatan Keterampilan Dasar
Praktik Kebidanan (KDPK) di PMB
2. Subjek Laporan Kasus :
Subjek yang diambil untuk penyusun Laporan KDPK adalah Nn. C
umur 25 Tahun Pranikah dengan Pengetahuan Yang Kurang
3. Teknik/Cara Pengumpulan Data :
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara tekhnik wawancara
dan observasi
a. Wawancara
Teknik ini dilakukan melalui auto anamnesis dan allow anamnesis dengan
pasien, keluarga dan kesehatan lainnya dilibatkan untuk memperoleh data
yang berhubungan dengan permasalahan pasien yang akan dijadikan sebagai
bahan laporan,sehingga diperoleh data yang akurat. Wawancara dalam tugas
akhir ini yaitu melakukan anamnesa pada ibu.
b. Observasi
Melaksanakan observasi langsung pada Nn. C dengan cara memeriksa fisik.
c. Studi Kepustakaan
Membaca dan mempelajari buku - buku sumber, makalah ataupun jurnal
yang dapat dijadikan dasar teoritis yang berhubungan dengan kasus yang
diambil. Studi kepustakaan dalam tugas ini diambil dari buku - buku sumber
dan jurnal
D. Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan (Praktik Mandiri Bidan)
Hasil laporan komprehensif ini untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan dan
upaya-upaya penyuluhan kepada masyarakat khususnya pada Pranikah dan
Prakonsepsi untuk diberikan asuhan secara komprehensif.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan (KDPK), ini dapat
digunakan sebagai bahan kepustakaan untuk menambah pengetahuan
khususnya untuk program study Profesi Kebidanan
3. Bagi Penulis
Hasil laporan Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan (KDPK), ini untuk
menambah wawasan dan pengetahuan, dan bertanggung jawab dalam mengambil
kasus, tindakan, memberikan pelajaran tersendiri dalam mengasah kemandirian
ketika menyikapi pasien, mampu belajar meyakini seseorang ketika memberi
penjelasan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada Pranikah dan
Prakonsepsi.
BAB II TINJAUAN
TEORI
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai berikut:
Tabel 1.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
Jika seseorang termasuk kategori :
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes, 2011).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok Wanita
Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini yang mudah untuk
mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang batas
LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm
atau dibagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai
risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak
(Supariasa, dkk, 2014).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pramantya (2012) memberikan hasil
bahwa terdapat pengaruh dari citra tubuh terhadap asupan makan yang menyebabkan
terciptanya hubungan yang berkebalikan antara asupan makan dengan status gizi. Hal
ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa pada kelompok subjek yang tidak
puas, rata-rata asupan makannya lebih rendah dibandingkan dengan kelompok subjek
yang puas. Responden yang tidak puas terhadap citra tubuhnya cenderung memiliki
status gizi lebih, sehingga pada kelompok subjek dengan status gizi lebih rata-rata
asupan makannya malah cenderung lebih rendah. Pengambilan data mengenai citra
tubuh dan asupan makan memiliki kerangka waktu (time frame) yang sama yaitu
dalam 1 bulan terakhir, sehingga pengaruh faktor pencitraan tubuh terhadap asupan
makan dapat terjadi. Untuk itu sebagai tenaga kesehatan sebaiknya menekankan
pentingnya status gizi yang baik untuk mempersiapkan kehamilan di masa yang akan
datang.
b. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas
pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang
diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015):
1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah. Pemeriksaan hemoglobin
untuk mengetahaui status anemia seseorang. Anemia didefinisikan sebagai
berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi
hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menurut kriteria WHO
anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g%
pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer
Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di
bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada
penderita dengan keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia
selalu merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya
(Oehadian, 2012). Anemia defisiensi zat besi dan asam folat merupakan salah
satu masalah masalah kesehatan gizi utama di Asia Tenggara, termasuk di
Indonesia (Ringoringo, 2009). Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia
(Fatimah, 2011).
2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria (daerah endemis),
hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella, ciromegalovirus, dan
herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV, serta pemeriksaan lainnya sesuai
dengan indikasi.
(a) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat mempengaruhi
fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur (diabetes tipe 1), meningkatkan
risiko mengalami Polycystic ovarian syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2,
inkontensia urine, neuropati, gangguan vaskuler, dan keluhan psikologis
yang berpengaruh dalam patogenesis terjadinya penurunan libido, sulit
terangsang, penurunan lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan dyspareunia.
Selain itu diabetes juga berkaitan erat dengan komplikasi selama kehamilan
seperti meningkatnya kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya risiko
ketonemia, preeklampsia, dan infeksi traktus urinaria, serta meningkatnya
gangguan perinatal (makrosomia, hipoglikemia, neonatus, dan ikterus
neonatorum) (Kurniawan, 2016).
(b) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh virus hepatitis B,
ditandai dengan peradangan hati akut atau menahin yang dapat berkembang
menjadi sirosis hepatis (pengerasan hati) atau kanker hati. Gejala hepatitis B
adalah terlihat kuning pada bagian putih mata dan pada kulit, mual, muntah,
kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan demam. Dampak
hepatitis B pada kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus,
premature, dan IUFD. Dapat dicegah dengan melaksukan vaksinasi dan
menghindari hal-hal yang menularkan hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara
penularan hepatitis B melalui darah atau cairan tubuh yang terinfeksi,
hubungan seksual dengan penderita hepatitis B, penggunaan jarum sutik
bersama, dan proses penularan dapat ditularkan dari ibu hamil penderita
hepatitis B ke janinnya.
(c) Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma gondii, rubella,
cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex virus II (HSV II). Dapat
ditularkan melalui:
1) Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu bersih dan tidak
dimasak dengan sempurna atau setengah matang
2) Penularan dari ibu ke janin
3) Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing, kelelawar,
burung
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan masalah kesuburan
baik wanita maupun laki-laki sehingga menyebabkan sulit terjadinya
kehamilan, kecacatan janin, dan risiko keguguran, kecacatan pada janin
seperti kelainan pada syaraf, mata, otak, paru, telinga, dan terganggunya
fungsi motoric.
(d) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit
yang tergolong dalam IMS seperti sifilis, gonorea, klamidia, kondiloma
akuminata, herpes genitalis, HIV, dan hepatitis B, dan lain-lain. Gejala
umum infeksi menular seksual (IMS) pada perempuan:
1. Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna, dan gatal
2. Gatal di sekitar vagina dan anus
3. Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina atau anus
4. Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak berhubungan
dengan menstruasi
5. Keluar darah setelah berhubungan seksual
6. Demam
Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki:
i. Kencing bernanah, sakit, perih atau panas ppada saat kencing
ii. Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis dan selangkangan
paha
iii. Pembengkakan dan sakit di buah zakar
iv. Gatal di sekitar alat kelamin
v. Demam
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi kesehatan menutun, mudah
tertular HIV/AIDS. Mandul, keguguran, hamil di luar kandungan, cacar
bawaan janin, kelainan penglihatan, kelainan syaraf, kanker serviks, dan
kanker organ seksual lainnya.
(e) Pemeriksaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang dan
melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan infeksi sehingga tubuh
mudah tertular berbagai penyakit. AIDS (Acquire Immuno Deficiency
Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan tanda penyakit akibat menurunnya
kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Seseorang yang menderita HIV,
tiak langsung menjadi AIDS dalam kurun waktu 5 – 10 tahun. Penularan
HIV di dapatkan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya (cairan sperma,
cairan vagina, dan air susu ibu). Cara penularan HIV melalui:
(1) Hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
(2) Penggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan orang yang sudah
terinfeksi HIV (alat suntik, alat tindik, dan alat tato).
(3) Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya. Penularan dapat
terjadi selama kehamilan, saat melahirkan, dan saat menyusui.
(4) Transfusi darah atau produk darah lainnya yang terkontaminasi HIV.
Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi terdapat
pada pekerja seksual, pelanggan seksual, homoseksual (sesame jenis
kelamin), dan penggunaan narkoba suntik. Cara pencegahan penularan
HIV
– AIDS dapat dilakukan dengan ABCDE yaitu:
a) Abstinence (tidak berhubungan seksual)
b) Be faithful (saling setia, tidak berganti pasangan)
c) Use Condom (menggunakan kondom jika memiliki perilaku
seksual berisiko)
d) No Drugs (tidak menggunakan obat-obat terlarang, seperti narkotika,
zat adiktif, tidak berbagi jarum (suntik, tindik, tato) dengan siapapun.
e) Education (membekali informasi yang benar tentang HIV/AIDS)
3) Pemeriksaan urin rutin
Urinalissis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal dan
mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih.
c. Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan
terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup
untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian imunisasi
tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar
wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum
mencapai status T5 saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka
pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan
menjadi calon pengantin.
Tabel 1.2 Perlindungan Status Imunisasi
TT
Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan
TT 1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus
1
i. Tanda Bahaya Kehamilan
30
Masa kehamilan merupakan proses yang menghubungkan antara ibu dan janin,
hal itu dalam masa kehamilan kemungkinan akan terjadi tanda-tanda yang dapat
mengancam jiwa ibu atau janin yang dikandungnya. Beberapa tanda bahaya yang
dapat terjadi adalah sebagai berikut :
1) Perdarahan waktu hamil walaupun hanya sedikit.
2) Bengkak di kaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang.
3) Demam atau panas tinggi lebih dari 2 hari.
4) Keluarnya cairan yang berlebihan dari liang rahim dan kadang berbau.
5) Keluar cairan ketuban sebelum tiba saat melahirkan.
6) Muntah terus dan tidak mau makan.
7) Berat badan yang tidak naik pada trimester 2-3.
8) Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak sama sekali.
j. Kesehatan Jiwa Ibu Hamil
Ibu yang hamil akan sehat secara mental jika suami, orangtua, ipar dan
keluarganya mendukungnya. Selain itu, persiapan fisik, sosial dan ekonomi juga
harus diperhatikan agar Ibu tidak stres. Ibu hamil juga tidak boleh dibebani
dengan pekerjaan atau tugas menumpuk. Beberapa kondisi emosiaonal yang
terjadi pada ibu hamil :
1) Ibu hamil mudah tersinggung, sensitif, uring-uringan, manja, mudah
marah, tidak semangat
2
2) Perasaan mudah lelah, tidak mau makan, tidak bisa tidur nyenyak,
tidak nyaman, merasa sesak. Hal-hal tersebut disebabkan oleh adanya
perubahan kondisi fisiknya.
3) Mencemaskan perubahan fisiknya, khawatir terhadap perkembangan
bayinya dalam rahim, khawatir bila bayinya meninggal, atau cacat
4) Merasa belum siap menjadi orangtua dan belum siap secara ekonomi
5) Ingin diperhatikan, pada waktu mengidam menginginkan makanan-
makanan yang mungkin tidak pada musimnya sehingga sulit didapat.
Hal tersebut semata-mata karena ingin diperhatikan keluarga dan suami
Ibu hamil bisa memeriksakan diri 1 kali di tiap 3 bulan kehamilan
untuk mendeteksi dini kondisi kesehatan jiwa seperti ada tidaknya depresi,
cemas, tekanan-tekanan/stres dalam berkeluarga.
Beberapa tips dalam menghadapi kasus depresi, cemas,
tekanan/ stres pada ibu hamil :
1) Ibu dapat melakukan relaksasi sederhana sehingga menimbulkan
perasaan nyaman. Relaksasi dilakukan satu kali dalam sehari selama 20
menit.
2) Ketika ibu merasa santai, ajarkan untuk menenangkan pikirannya,
dengan meminta si ibu membayangkan dirinya berada di sebuah tempat
yang nyaman, tempat yang pernah dikenalnya dan disukainya.
Misalnya merasa sedang berada di pantai yang tenang atau
mendengarkan musik yang lembut.
B.2 Definisi Prakonsepsi
Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa prakonsepsi, namun masa
prakonsepsi tidak selalu digolongkan ke dalam masa pranikah. Merencanakan
kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan guna
mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan yang
berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013).
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya sebelum
(Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel telur (ovum)
dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi adalah masa sebelum
kehamilan terjadi (Katherine, dkk, 2013). Sehingga prakonsepsi adalah sebelum
terjadinya pertemuan antara sel telur dengan sperma yang dapat menyebabkan
kehamilan. Perawatan prakonsepsi adalah perawatan yang diberikan sebelum
kehamilan dengan sasaran mempermudah seorang wanita mencapai tingkat kesehatan
yang optimal sebelum ia mengandung.
Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap
pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/ mental, fisik dan finansial adalah hal
yang tidak boleh diabaikan (Kurniasih, 2010). Merencanakan kehamilan merupakan
perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan guna mendukung
terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang
diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013). Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum
hamil. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja
hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat
(Kemenkes, 2014).
Dari beberapa pengertian diatas, perencanaan kehamilan merupakan
perencanaan berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman,
sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan
angka kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu
dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi
keluarga. Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum
atau pembuahan atau sebelum hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari
tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu
saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi.
Asuhan kebidanan prakonsepsi adalah suatu perencanaan intervensi biomedik,
perilaku, dan kesehatan sosial pada perempuan dan pasangannya sebelm terjadi
konsepsi. Pengertian lainnya yakni sejumlah intervensi yang bertujuan untuk
menemukan dan mengubaj risiko biomedik, perilaku, dan sosial uuntuk mewujudkan
kesehatan perempuan atau hasil kehamilan melalui pencegahan dan pengelolaan yang
menyangkit faktor-faktor tersebut yang harus dilaksanakan sebelum terjadinya
konsepsi atau pada masa kehamilan dini untuk mendapatkan hasil yang maksimal
(Winardi, 2016).
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar
profesi bidan dalam kompetensi ke-2 Pra konsepsi, KB dan ginekologi yakni bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap
terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk
meningkatkan kehidupan keluarga sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan
menjadi orang tua.
B.3 Pemeriksaan Kesehatan Prakonsepsi
Persiapan Medis merupakan salah satu dari rangkaian persiapan yang perlu
dilakukan, hal ini sangat disarankan oleh kalangan medis serta para penganjur dan
konsultan prakonsepsi. Karena Sebagian besar masyarakat umumnya tidak
sepenuhnya mengetahui status kesehatannya secara detail, apalagi bagi yang tidak
melaksanakan general check up rutin tahunan. Seseorang yang terlihat sehat bisa saja
sebenarnya adalah silent carrier/pembawa dari beberapa penyakit infeksi dan
hereditas dan saat hamil dapat mempengaruhi janin atau bayi yang dilahirkannya
nanti (Purba, 2014).
Pemeriksaan kesehatan prakonsepsi adalah sekumpulan pemeriksaan untuk
memastikan status kesehatan pasangan, terutama untuk mendeteksi adanya penyakit
menular, menahun, atau diturunkan yang dapat mempengaruhi kesuburan pasangan
maupun kesehatan janin. Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan prakonsepsi
berarti kita dan pasangan dapat melakukan tindakan pencegahan terhadap masalah
kesehatan terkait kesuburan dan penyakit yang diturunkan secara genetik (Prodia,
2014).
Tujuan utama melakukan pemeriksaan kesehatan konsepsi adalah untuk
membangun keluarga sehat sejahtera dengan mengetahui kemungkinan kondisi
kesehatan anak yang akan dilahirkan termasuk soal genetik, penyakit kronis, penyakit
infeksi yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan keturunan bukan karena
kecurigaan dan juga bukan untuk mengetahui keperawanan.
Manfaat tes kesehatan sebelum prakonsepsi antara lain:
1. Sebagai tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk mengatasi timbulnya
penyakit keturunan dan penyakit berbahaya lain yang berpotensi menular.
2. Sebagai tindakan pencegahan yang efektif untuk membendung penyebaran
penyakit-penyakit menular yang berbahaya di tengah masyarakat. Hal ini juga
akan berpengaruh positif bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.
3. Sebagai upaya untuk menjamin lahirnya keturunan yang sehat dan berkualitas
secara fisik dan mental. Sebab, dengan tes kesehatan ini akan diketahui secara
dini tentang berbagai penyakit keturunan yang diderita oleh kedua pasangan.
4. Mengetahui tingkat kesuburan masing-masing pasangan.
5. Memastikan tidak adanya berbagai kekurangan fisik maupun psikologis pada diri
masing-masing pasangan yang dapat menghambat tercapainya tujuan-tujuan
mulia pernikahan.
6. Memastikan tidak adanya penyakit-penyakit berbahaya yang mengancam
keharmonisan dan keberlangsungan hidup pernikahan terjadi.
7. Sebagai upaya untuk memberikan jaminan tidak adanya bahaya yang
mengancam kesehatan masing-masing pasangan yang akan ditimbulkan oleh
persentuhan atau hubungan seksual di antara mereka.
B.4 Perencanaan Kehamilan (Kemenkes RI, 2017)
Kehamilan adalah masa dimana seorang perempuan memiliki janin yang
sedang tumbuh didalam tubuhnya. Setiap kehamilan harus direncanakan, diinginkan
dan dijaga perkembangannya dengan baik. Catin perlu mengetahui tanda-tanda
kehamilan agar mempunyai pemahaman dan kepedulian bila hamil kelak,
mempersiapkan diri untuk hamil dan bersalin secara sehat dan aman.
a. Dampak Usia Kehamilan Muda dan Kehamilan Tua
Menurut Kemenkes RI (2017:105) dampak usia kehamilan terlalu muda dan tua
yaitu sebagai berikut:
1) Kehamilan pada usia muda (<20 tahun)
a) Organ reproduksi belum berkembanga sempurna
b) Keracunan kehamilan (pre eklamsi)
c) Keguguran
d) Perdarahan
e) Resiko panggul sempit sehingga menyulitkan saat bersalin
f) Bayi lahir sebelum waktunya
g) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
h) Cacat bawaan
i) Masalah mental sosial (Ibu belum siap menerima kehamilan)
Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur dan
pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan (bekerjasama
dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C berperan melindungi sel-
sel organ tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan) yang
mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi. Vitamin C banyak terdapat
pada jambu biji, jeruk, stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat, dan cabai
merah.
d) Cukupi zat seng
Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga pembentukan
sperma yang sehat. Bagi calon ibu, seng membantu produksi materi genetik
ketika pembuahan terjadi. Bagi calon ayah, melancarkan pembentukan
sperma. Sumber seng antara lain makanan hasil laut/seafood (seperti lobster,
ikan, daging kepiting), daging, kacang-kacangan (kacang mete dan almond),
biji-bijian (biji labu dan bunga matahari), serta produk olahan susu.
e) Cukupi zat besi
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur) ibu
tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat besi akan
membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari anemia yang sering
kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya: hati, daging merah, kuning telur,
sayuran hijau, jeruk, dan serealia yang diperkaya zat besi.
f) Fosfor
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di susu, dan
ikan teri.
g) Selenium (Se)
h) Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala kekurangan
selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi seksual dan
ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah beras, bawang putih,
kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.
i) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng dengan
minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di dalam minyak
zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung, tubuh, serta level kolestrol
sehingga menyeimbangkan endokrin yang sehat.
j) Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein yang dapat
memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan. Rekomendasi dari
pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat dilakukan dengan batas
mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram, hal ini juga dapat dibatasi
sampai kehamilan.
k) Hindari konsumsi
1. Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab
toksoplasma, parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli yang
berbahaya bagi kehamilan dan janin.
2. Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang baik,
dapat mengandung virus penyebab toksoplasma.
3. Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada bakteri
salmonella penyebab diare berat.
4. Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di darah akan
memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan tuna kalengan,
tuna beku, kakap putih, bawal hitam, marlin, tongkol, dan hiu. Meski
kaya omega 3 dan 6, ikan dari sebagian perairan Indonesia diduga
tercemar merkuri melalui penurunan kualitas air maupun rantai
makanan.
5. Persiapan secara psikologis dan mental
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 26 Oktober 2021
Pukul : 10.15 WIB
Tempat Pengkajian : Praktik Klinik Kebidanan
Subjektif
1. Identitas
Catin Wanita Catin Laki-laki
Nama : Nn. C Nama : Tn. E
Umur : 23 tahun Umur : 28 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jl. Kembang Lio
Delitua No.Telp : 081370560xxx
2. Alasan datang
Konseling persiapan pernikahan
3. Keluhan Utama
tidak ada
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus : 28- 30 hari/bulan, teratur, lama ±3-5 hari
c. Banyaknya : ganti pembalut 4 kali/hari 3 hari awal pertama,
hari berikutnya 2-3 kali ganti pembalut
d. Dismeorhe : Tidak ada.
e. HPHT : 5 Juli 2020
f. Fluor Albus : kadang-kadang, bening, sebelum dan setelah
menstruasi, tidak gatal, tidak berbau
5. Penyuluhan yang Pernah Didapat
Kedua calon pengantin belum mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi
pranikah dan perencanaan kehamilan
6. Riwayat Kesehatan
a. Catin Wanita : Tidak sedang ataupun pernah menderita
penyakit jantung, hipertensi, asma, DM, ginjal,
batuk lama (TBC atau difteri),
belum pernah melakukan pemeriksaan
hepatitis, IMS dan HIV/AIDS, dan golongan
darah
Status TT4 (SD Kelas 1 dan 6).
b. Catin Laki-laki : Tidak sedang ataupun pernah menderita
penyakit jantung, hipertensi, asma, DM, ginjal,
batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah
melakukan pemeriksaan hepatitis, IMS dan
HIV/AIDS.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Catin Wanita : Almarhum Ayah menderita hipertensi dan DM
b. Catin Laki-laki : Ibu menderita DM
8. Pola Kebiasaan yang Memperngaruhi Kesehatan
a. Catin Wanita : Tidak ada
b. Catin Laki-laki : Tidak ada
LILA : 25 cm d.
Tanda-tanda Vital
2. Pemeriksaan Fisik
1) Catin Wanita
(1) Bentuk tubuh : Normal
(2) Wajah : wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang
berkenaan dengan genetic seperti sindrom down
(3) Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
(4) Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
(5) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
(6) Dada : tidak dilakukan
(7) Abdomen : tidak dilakukan
(8) Anogenital : tidak dilakukan
2) Catin Laki-laki
(1) Bentuk tubuh : Normal
(2) Wajah : wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang berkenaan
dengan genetic seperti sindrom down
(3) Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
(4) Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
(5) Leher : tidak terkaji
3) Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
B. ANALISIS
Nn. C usia 25 tahun caten dengan konseling
C. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 26 Oktober 2021 Pukul : 10.40 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin bahwa secara umum
keadaan mereka baik, tanda-tanda vital dalam batas normal. Seluruh hasil
pemeriksaan telah diinformasikan
2. Menjelaskan kepada catin mengenai pernikahan ideal, dimana kehidupan keluarga
harus didasari rasa kasih sayang, saling menghargai, dan menghormati pasangan. Nona
mengerti tentang apa yang dijelaska
n
A. Pembahasan
Pada kasus ini Nn. C dan Tn. E sedang melakukan persiapan pernikahan.
Berdasarkan pengkajian data subyektif diperoleh bahwa Nn. C berusia 23 tahun dan
Tn. E berusia 28 tahun. Menurut BKKBN (2017), umur ideal yang matang secara
biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun
bagi pria. Dan, umur Nn. C sudah memasuki umur ideal yang matang secara biologis
dan umur Tn. E termasuk usia yang sudah sangat matang. Sehingga sehingga
disarankan untuk rencana kehamilan agar tidak terjadi komplikasi pada Nn. C dan
janin nantinya jika kehamilan terlalu lama ditunda sehingga dapat menyebabkan
kehamilan terlalu dekat untuk kehamilan berikutnya.
Maka masalah yang terdapat dalam kasus ini yaitu pengetahuan yang kurang
tentang kematangan/pertumbuhan organ reproduksi, serta menimbulkan kecemasan/
ketidaksiapan menjadi orang tua. Sehingga perlu dilakukan antisipasi
penatalaksanaan yaitu pemberian KIE resiko penundaan kehamilan dan resiko terlalu
dekat usia kehamilan.
Riwayat psikososial didapatkan bahwa kedua calon pengantin sudah siap
secara mental untuk menikah dan tetapi belum siap untuk hamil setelah menikah,
bahkan ingin menunda kehamilan. Keputusan yang dibuat oleh kedua calon pengantin
masih belum tepat dan harus segera dilakukan perencanaan kehamilan, karena usia
Nn. C saat ini sudah 23 tahun dimana menurut teori dalam buku Ilmu Kandungan
oleh Prawirohardjo (2010) mengatakan bahwa usia reproduksi sehat dan aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia ≥35
tahun kondisi fisik mulai melemah yang memicu terjadinya berbagai komplikasi pada
kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Begitupun pria, disarankan untuk menikah
pada usia kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas, konsentrasi,
volume seminal, dan fragmentai DNA telah mengalami penurunan kualitas sehingga
meningkatkan risiko kecacatan janin (RSUA, 2013).
Pada riwayat menstruasi diperoleh bahwa calon pengantin wanita memiliki
siklus haid 27 – 33 hari teratur tiap bulan, lama sekitar 4 – 5 hari, ada nyeri haid 1 – 2
hari tapi tidak mengganggu aktivitas, dan nada nyeri pinggang dan mood swing 1-2
hari sebelum menstruasi. Siklus menstruasi pada wanita normal berkisar antara 21-32
hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari (Proverawati &
Misaroh, 2009). Sedangkan untuk lama menstruasi normalnya berlangsung 3-7 hari
(Ramaiah, 2006), sementara itu menurut Proverawati dan Misaroh (2009) lama
mestruasi berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari. Dengan demikian
tidak ada gangguan pada Nn. C terkait menstruasi. Bila ditemukan gangguan
menstruasi, baik siklus, lama menstruasi, nyeri haid berlebihan, maka dapat berakibat
pada gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Adapun fluor albus
yang kadang-kadang dialami Nn. C memiliki sifat bening, sebelum dan setelah
menstruasi, tidak gatal, tidak berbau merupakan fisiologis atau normal. Sebagaimana
diungkapkan oleh Saifuddin (2010) bahwa keputihan normal adalah tidak berbau,
berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal dicurigai adanya
kemungkinan infeksi alat genital.
Riwayat kesehatan keluarga ditemukan bahwa ayah Nn. C memiliki riwayat
penyakit hipertensi dan diabetes mellitus, begitupun ibu Tn. E memiliki penyakit
diabetes melitus. Beberapa penyakit yang dapat diturunkan ialah hipertensi dan
diabetes mellitus. Sebagian besar wanita dengan hipertensi kronis dapat
mengharapkan kelahiran seorang bayi yang normal dan sehat. Sasaran utama pada
periode prakonsepsi ialah menghindarai penggunaan penghambat ACE dan antogonis
reseptor angiotensin. Wanita harus diberi pendidikan kesehatan tentang risiko
pereeklampsia dan hambatan pertumbuhan janin. Pada laki-laki tekanan darah tinggi
dapat menyebabkan masalah gangguan ereksi baik secara langsung maupun karena
efek samping obat (Varney, 2007). Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko
hipertensi dan diabetes mellitus diharapkan keturunan penderita dapat melakukan
pencegahan dengan modifikasi diet/gaya hidup, seperti pola makan seimbang,
olahraga rutin, menghindari stress, olahraga rutin, dan cek kesehatan secara rutin
sehingga dapat terhindar dari hipertensi dan diabetes mellitus maupun komplikasinya
(Kemenkes, 2014).
Oleh karena itu, kedua catin dianjurkan untuk pola makan seimbang,
mengurangi makanan yang mengandung kolesterol, kadar garam natrium dan kadar
gula tinggi, mengurangi makanan cepat saji, mencegah stress berlebihan,
menghentikan kebiasan merokok, melakukan olahraga secara rutin, dan kontol
kesehatan secara rutin.
Pada data objektif, Nn C memiliki IMT 22,10 kg/m2 dan Lila 32 cm yang
termasuk dalam kategori normal. IMT normal ialah 18,5 – 25 kg/m 2 (Depkes, 2011).
Sedangkan, ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5
cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau IMT < 18,5 kg/m 2 , artinya wanita tersebut
mempunyai risiko KEK atau gizi kurang, dan diperkirakan akan melahirkan berat
bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan
pertumbuhan, dan perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014). Status nutrisi pada
wanita pranikah perlu dikaji karena berhubungan dengan kesehatan reproduksi.
Mempertahankan status nutrisi yang baik, mencapai berat badan ideal, mengontrol
gangguan makan, dan mengembangkan kebiasaan diet nutrisi yang seimbang, dapat
membantu mempertahankan kesehatan sistem reproduksi (Soetjiningsih, 2010). Jika
IMT > 30 kg/m2, dapat meningkatkan komplikasi pada kehamilan seperti preeklamsi,
diabetus gestasional, kelainan kongenital,persalinan preterm, dan lain-lain (Lisa, dkk,
2015).
Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute,
anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada
wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan
keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan
keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya (Oehadian, 2012).
Pemeriksaan ini dilakukan untuk deteksi dini ada /tidaknya penyakit menular
seksual yang nantinya dapat ditularkan kepada janin jika ibu berencana untuk hamil.
Sesuai dengan panduan dari CDC (center for Disease Control and Prevention) US
bahwa deteksi dini HIV dapat rutin pada wanita dengan sex tidak aman, dan semua
wanita yang tidak memiliki risiko virus HIV, sedangkan untuk deteksi dini hepatitis
B dilakukan pada wanita yang memiliki risiko, dan belum pernah vaksin. Penyakit
HIV dan hepatitis B dapat ditularkan saat didalam kandungan melalui aliran darah
plasenta yang dapat menyebabkan abortus spontan, IUGR, kelainan kongenital (Lisa,
dkk,2015).
Keterampilan dasar prakonsepsi, KB, dan ginekologi yang terdapat dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar
profesi bidan sudah sesuai dengan penatalaksanaan pada kasus Nn. C akan tetapi ada
kesenjangan dalam penatalaksanaan khususnya pemeriksaan laboratorium untuk
catin. Dalam KMK No.369 tahun 2007 terdapat keterampilan dasar berupa
pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasi potensi kehamilan yang
sehat.
Sementara itu, pada pemeriksaan yang dilakukan pada pasangan tidak
dilakukan pemeriksaan laboratorium khususnya pemeriksaan Hb dan golongan darah.
Hal ini terdapat kesenjangan dikarenakan alat pemeriksaan yang terbatas dan
dilakukan pada ibu hamil usia kehamian trimester I dan II. Sehingga tindakan dalam
penatalaksanaan dilakukan yaitu pemberian pendidikan kesehatan mengenai Hb
normal dan untuk catin perempuan dianjurkan untuk mengkonsumsi Tablet Tambah
Darah, serta mengkonsumsi makanan kaya zat besi dalam perencanaan kehamilan
nantinya sampai usianya minima 20 tahun, dan memberikan penkes tentang
pemeriksaan deteksi dini mengenai penyakit menular.
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka dilakukan
analisis terhadap Nn. C dan Tn. E yaitu pasangan usia subur dengan persiapan
pernikahan dan penundaan kehamilan. Penatalaksanaan yang diberikan pada Nn C
diantaranya dengan pemberian konseling pranikah yang didalamnya meliputi tentang
kesehatan reproduksi, khususnya penundaan kehamian dengan usia minimal 20 tahun,
persiapan kehamilan dan masa subur. Pengetahuan tentang penundaan kehamilan dan
masa subur pada pasangan calon pengantin dengan perencanaan kehamilan sangatlah
penting. Karena dengan menunda kehamilan muda dapat mencegah terjadinya
komplikasi pada ibu dan janin, serta pada pemberian penkes mengenai masa subur
adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum
yang siap dibuah, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual
maka dimungkinkan terjadi kehamilan (Indriarti, dkk, 2013).
Selain itu, pemberian imunisasi TT pada Nn. C. Hal tersebut dilakukan dalam
upaya pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan
memiliki kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit
tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5
hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud
ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status
imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan,
maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan
menjadi calon pengantin (Kemenkes, 2017). Berdasarkan tahun kelahiran Nn. C
yakni 1995 dan mengaku selalu ikut imunisasi yang diadakan saat SD yakni kelas 1
dan 6 yang masing-masing diberikan 2 dosis imunisasi (4 dosis), sehingga status
imunisasi TT Nn. C adal T4 dan kurang satu kali imunisasi TT. Sehingga pada
kunjungan ini diberikan injeksi imunisasi TT yang ke-5 untuk kekebalan seumur
hidup.
Persiapan kehamilan lainnya yakni dengan menganjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi asam folat seperti sayur hijau, susu mengandung asam folat, sera
mengkonsumsi makanan kaya zat besi seperti hati, daging sapi, sayuran hijau
tua,kacang-kacangan,ikan. Berperan dalam perkembangan sistem saraf pusat dan
darah janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem saraf
sebanyak 70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam folat yang cukup
setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan, maka dapat membantu mencegah
kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi (BKKBN, 2014).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nn. C usia 23 tahun dan Tn. E usia 28 tahun merupakan calon pengantin.
Keputusan untuk menunda kehamilan setelah menikah merupakan keputusan yang
belum tepat mengingat usia Nn. C sudah 23 tahun, sehingga perlunya perencanaan
kehamilan segera karena usia Nn. C sudah mencukupi/sudah layak.
Hasil analisis dari kasus ini berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan
objektif pada Nn.C dan Tn. E sebagai calon pasangan pengantin, yaitu pasangan usia
subur dengan persiapan pernikahan dan penundaan kehamilan. Sehingga, tata laksana
yang diberikan, selain persiapan pernikahan sesuai panduan calon pengantin yang
telah ditetapkan oleh Kemenkes, juga diberikan tambahan konseling dan anjuran
terkait dengan perencanaan kehamilan, tanda bahaya kehamilan usia muda serta
penundaan kehamilan, seperti KIE persiapan kehamilan, masa subur, dan anjuran
konsumsi makanan yang mengandung kaya zat besi dan asam folat. Sehingga, dengan
tata laksana yang sesuai diharapkan dapat membantu pasangan calon pengantin
mencapai tujuan secara optimal yakni segera memperoleh keturunan yang sehat atau
generasi platinum dalam ikatan pernikahan yang sah.
B. Saran
1. Bagi Calon Pasangan Pengantin
Diupayakan untuk terus melaksanakan anjuran yang diberikan tenaga kesehatan
agar tujuan mendapatkan keturunan sehat dapat dicapai.
2. Bagi Fasilitas Kesehatan PMB
Pemberian asuhan kebidanan pada masa pra konsepsi harus terus ditingkatkan,
dapat dilakukan dengan cara konseling pranikah karena melahirkan generasi
yang cerdas dimulai dari dalam kandungan, dan pemberian vaksin sebelum
pranikah seperti HPV, Hepatitis B. serta perlunya dilakukan pemeriksaan
laboratorium seperti Hb dan golongan darah pada pranikah wanita.
3. Bagi Mahasiswi Kebidanan
Dalam pemberian asuhan kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi harus
diberikan sesuai standar kemenkes kebidanan agar penatalaksanaan yang diberikan
pada calon pengantin lebih baik lagi terutama apabila ada masalah dalam kasus
maka diberikan penatalaksanaan yang lebih kritis lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Wijayanti, T., dkk. 2014. Seropositif Toxoplasmosis Kucing Liar pada Tempat-
tempat Umum di Kabupaten Banjar Negara.BALABA. 10 (02): 59 – 64.
Willis, S. S. 2009. Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta.
Winardi, B. 2016. Konsep Asuhan Kebidanan pada Masa Prakonsepsi. Bahan Ajar
Perkuliahan Pendidikan Bidan FK UNAIR.
WNPG (Widyakarya Pangan dan Gizi X). 2012. Pemantapan Ketahanan Pangan
Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal. Jakarta: 20−21
November 2012.
World Health Organization. Meeting to Develop a Global Consensus on
Preconception Care to Reduce Maternal and Childhood Mortality and
Morbidity. Geneva. 2012.
Wulandari, P. Y. 2006. Efektivitas Senam Hamil dalam Menurunkan Kecemasan
Menghadapi Persalinan Pertama.http://rac.uii.ac.id (Diunduh dari pada
tanggal 1 April 2019)
Yusuf, Y., dkk. 2014. Hubungan Pengetahuan Menarche dengan Kesiapan Remaka
Putri Menghadapi Menarche di SMP Negeri 3 Tidore Kepulauan. Artikel
Publikasi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Zulaekha. 2013. Bimbingan Konseling Pra Nikah bafi “Calon Pengantin” di BP4
KUA Kec. Mranggen (Studi Analisis Bimbingan Konseling Perkawinan.
Skripsi. Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Semarang: Insitut Agama Islam
Negeri Walisongo.