Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KETERAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK


“SUNTIK KB 3 BULAN”

Dosen Pembimbing Akademik


Triana Mutmainah,M.Kes

CI
Iis Istiawati,S.Tr.Keb

Disusun Oleh

Heny
NPM : 200501042042

PROGRAMPENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Keterampilan Dasar Klinik Suntik KB 3 Bulan” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

pada bidang Studi Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Selain itu makalah ini juga

bertujuan untuk menambah wawasan tentang cara penyuntikan bagi para pembaca

dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu

proses penyusunan makalah ini.Penulis juga mengharapkan kritik dan saran demi

perbaikan dan kesempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi para

pembaca.

Bogor, Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.2 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................2
1.3 Manfaat....................................................................................................................2
BAB IITINJUAN PUSTAKA..................................................................................................3
2.1 Pemberian Obat secara Parenteral/Injeksi................................................................3
2.2 7 Prinsip Benar Pemberian Obat..............................................................................3
2.3 Tujuan Injeksi...........................................................................................................7
2.4 Macam-macam Injeksi.............................................................................................7
BAB IIITINJAUAN KASUS.................................................................................................10
3.1 Pengkajian Data.....................................................................................................10
3.2 Identifikasi Diagnosa/ Masalah..............................................................................11
3.3 Implementasi..........................................................................................................11
3.4 Evaluasi..................................................................................................................12
BAB IVPENUTUP................................................................................................................13
4.1 Kesimpulan............................................................................................................13
4.2 Saran......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan melalui
beberapa rute pemberian, yaitu Intra Vena (IV),Subcutaneus (SC), dan Intra
Cutaneus (IC). Obat yang diberikan secara parenteral akan di absorbsi lebih
banyak dan bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan obat yang diberikan secara
topical atau oral. Perlu juga diketahui bahwa pemberian obat parenteral dapat
menyebabkan resiko infeksi. Resiko infeksi dapat terjadi bila bidan tidak
memperhatikan dan melakukan tekhnik aseptik dan antiseptik pada saat
pemberian obat. Pemberian injeksi memberi peluang pada bidan untuk mengalami
cedera akibat masukan jarum dan kontak dengan darah. Jarum suntik yang sudah
dipakai tidak boleh di tutup kembali, kecuali jika menggunakan teknik satu
tangan atau peralatan spesifik, dan benda-benda tajam harus dibuang dengan
benar di kotak khusus benda tajam. Penggunaan sarung tangan sekali pakai
diperlukan untuk melindungi bidan dari kemungkinan kontak dengan darah.
Selain itu juga jika bidan melakukan kesalahan dalam memberikan obat dengan
cara injeksi, bisa berakibat fatal, sehingga bidan dituntun harus selalu berhati-hati.
Karena untuk mengetahui lebih dalam mengenai pemberian obat secara
injeksi/parenteral, maka kami membuat makalah dengan judul “Tindakan
Pemberian Obat Dengan Cara Parenteral

1
2

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan keterampilan dasar praktik klinik pada akseptor

KB suntik 3 bulan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

1.2.2 Tujuan Kusus

a. Melaksanakan pengkajian pada Ny. “A” meliputi data subyektif dan

obyektif

b. Menegakkan diagnose kebidanan dan mengindetifikasi masalah

kebidanan berdasarkan data subyektif dan obyektif

c. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan diagnose

kebidanan dan masalah yang ada

d. Melaksanakan implementasi dan rencana yang telah disusun

e. Melaksanakan evaluasi atau tindakan yang telah dilakukan

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dan kajian mengenai asuhan kebidanan

secara langsung pada akseptor KB suntik 3 bulan.

1.3.2 Manfaat Praktis

Menambah pengalaman serta dapat memberikan asuhan pada Ny.

“A” akseptor KB 3 bulan yang sesuai dengan standar asuhan kebidanan

dengan pendekatan asuhan kebidanan.


BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1 Pemberian Obat secara Parenteral/Injeksi


Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus
dilakukan dengan menggunakan teknik steril.
Pemberian obat paraenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan
dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau pembuluh darah
dengan menggunakan spuit.

2.2 7 Prinsip Benar Pemberian Obat


7 Prinsip benar dalam pemberian obat :
2.2.1 Benar Pasien
a. Gunakan minimal 2 identitas pasien.
b. Cocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi tertulis.
c. Anamnesis riwayat alergi.
d. Anamnesis kehamilan/ menyusui.
e. Anamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini dan buat
daftar obat-obat tersebut.
f. Bandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang digunakan
pasien di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian,
kehilangan/ menghilangkan, interaksi, atau tambahan obat).
g. Identifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan kewaspadaan tinggi
dilakukan oleh dua orang yang kompeten double check.

3
4

2.2.2 Benar Obat


a. Beri label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir obat, baskom
obat), dan larutan lain.
b. Obat dan larutan lain di lokasi perioperatif atau ruang prosedur yang
tidak akan segera dipakai juga harus diberi label.
c. Pemberian label di lokasi perioperatif atau ruang prosedur dilakukan
setiap kali obat atau larutan diambil dari kemasan asli ke tempat lainnya.
d. Pada label, tuliskan nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas,
pengenceran dan volume, tanggal persiapan, tanggal kadaluarsa jika
tidak digunakan dalam 24 jam dan tanggal kadaluarsa jika kurang dari
24 jam.
e. Semua obat atau larutan diverifikasi oleh 2 orang secara verbal dan
visual jika orang yang menyiapkan obat bukan yang memberikannya ke
pasien.
f. Pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah obat disiapkan jika
tidak segera diberikan.
g. Jangan memberi label pada syringes atau tempat kosong, sebelum obat
disiapkan/ diisi.
h. Siapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label hanya untuk
satu obat atau larutan pada satu saat.
i. Buang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada labelnya
j. Buang semua tempat obat berlabel di lokasi steril segera setelah operasi
atau prosedur dilakukan (ini berarti tempat obat orisinal disimpan
sampai tindakan selesai).
k. Saat pergantian tugas/ jaga, review semua obat dan larutan oleh petugas
lama dan petugas baru secara bersama.
l. Ubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat.
m. Kebenaran jenis obat yang perlu kewaspadaan tinggi di cek oleh dua
orang yang kompeten double check.
5

2.2.3 Benar Dosis


a. Dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan kewaspadaan tinggi,
dihitung & dicek oleh dua orang yang kompeten à double check.
b. Jika ragu konsultasi ke dokter yang menulis resep.
c. Berkonsentrasi penuh saat menyiapkan obat, dan hindari gangguan.

2.2.4 Benar Waktu


a. Sesuai waktu yang ditentukan: sebelum makan, setelah makan, saat
makan.
b. Perhatikan waktu pemberian:
3 x sehari tiap 8 jam.
2 x sehari tiap 12 jam.
Sehari sekali tiap 24 jam.
Selang sehari tiap 48 jam
c. Obat segera diberikan setelah diinstruksikan oleh dokter.
d. Belum memasuki masa kadaluarsa obat.

2.2.5 Benar Cara/ Route Pemberian


a. Cara pemberian obat harus sesuai dengan bentuk/ jenis sediaan obat:
Slow-Release tidak boleh digerus Enteric coated tidak boleh digerus.
b. Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/
sirup.
c. Pemberian antar obat sedapat mungkin berjarak.
d. Jadwal pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.

2.2.6 Benar Dokumentasi


a. Setiap perubahan yang terjadi pada pasien setelah mendapat obat harus
didokumentasikan.
6

b. Setiap dokumen klinik harus ada bukti nama dan tanda tangan/ paraf
yang melakukan.
c. Setelah memberikan obat, langsung di paraf dan diberi nama siapa
yang memberikan obat tersebut.
d. Setiap perubahan jenis/ dosis/ jadwal/ cara pemberian obat harus diberi
nama & paraf yang mengubahnya.
e. Jika ada coretan yang harus dilakukan: buat hanya satu garis dan di
paraf di ujungnya: Contoh: Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd à Lasix inj, 1 x
40 mg iv.
f. Dokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek Samping
Obat (ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan Insiden +
Formulir Pelaporan Efek Samping Obat. Pelaporan Insiden dikirim ke
Tim Keselamatan Pasien di Unit Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan
Efek Samping Obat dikirim ke Komite Farmasi dan Terapi.
g. Dokumentasikan Kejadian Nyaris Cedera terkait pengobatan à Form
Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
h. Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan à Form Pelaporan
Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.

2.2.7 Benar Informasi


a. Semua rencana tindakan/ pengobatan harus dikomunikasikan pada
pasien & atau keluarganya, termasuk pasien di ICU (hak pasien!).
b. Jelaskan tujuan &cara mengkonsumsi obat yang benar.
c. Jelaskan efek samping yang mungkin timbul.
d. Rencana lama terapi juga dikomunikasikan pada pasien.
e. Tips: semua informasi yang telah diberikan pada pasien & keluarganya
ini ditulis dalam “Form Penjelasan & Pendidikan Dokter kepada
Pasien” yang ada di dalam paket rekam medik dan ditandatangani oleh
dokter dan pasien/ keluarga pasien.
7

2.3 Tujuan Injeksi


a. Untuk mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan cara yang
lain.
b.     Untuk memperoleh reaksi setempat (tes alergi).
c.      Membantu menegakkan diagnosa (penyuntikkan zat kontras).
d.      Memberikan zat imunolog.

2.4 Macam-macam Injeksi


Pemberian obat melalui parental adalah pemberian obat melalui proses
injeksi dengan memasukkan cairan kedalam tubuh melalui lubang jarum drai
suntik. Setalah jarum dimasuki kulit terdapat resiko terjadi infeksi. Setiap
suntikan memerlukan keterampilan tertentu yang dapat memastikan obat dapat
mencapai lokasi yang dituju. Efek obat yang deberikan melalui parenteral
memiliki efek cepat, tergantung pada laju penyerapan obat (Potter & Perry,
2010).
2.4.1 Injeksi Intramuskula
Intra muscular dilakukan dengan memasukkan obat ke jaringan otot
klien. Pemberian obat melalui intramuscular memiliki lanjutan penyerapan
obat yang lebih cepat karena daerah ini memiliki jaringan pembuluh darah
yang banyak. jarum untuk penyuntikan intramuscular adalah 90 derajat
(Potter & Perry, 2010). Lokasi injeksi yang dipilih pada daerah dengan
ukuran otot yang memadai terdapat sedikit saraf serta pembuluh darah
besar. Karakteristik dari area injeksi intramuscular dan indikasi
penggunaannya adalah vastus lateralis, ventrogluteal dan deltoid (Potter &
Perry, 2010).
8

2.4.2 Injeksi Intravena


Pemberian obat langsung ke dalam vena merupakan metode yang
paling berbahaya dalam pemberian obat. Dikarenakan kecepatan distribusi,
rute intravena memiliki potensi terbesar kejadian keracunan dan infeksi
(Potter & Perry, 2010). Pemberian obat melalui jalur intravena memiliki
beberapa keuntungan, tetapi perawat seringkali memberikan obat intravena
pada keadaan darurat. Jalur intravena sangat baik jika diperlukan dosis
terapetik obat dalam darah yang konstan. Beberapa obat bersifat basa
sehingga iritatif terhadap otot atau jaringan subkutan. Obat-obat ini tidak
terlalu menyebabkan nyeri jika diberikan secara intravena (Potter & Perry,
2010).

2.4.3 Injeksi Subkutan


Injeksi subkutan dilakukan dengan menempatkan obat ke jaringan ikat
longgar dermis. Karena jaringan subkutan tidak di aliri oleh darah
sebanyak darah mengaliri otot, absorsi di jaringan subkutan sedikit lebih
lambat dari pada absorsi pada injeksi intramuscular (Potter & Perry, 2010)
daerah yang paling baik untuk penyuntikan subkutan adalah daerah lengan
atas belakang, abdomen dari bawah iga sampai batas krista iliaka dan
bagian paha depan. Sudut jarum untuk penyuntikan subkutan adalah
45derajat (Potter & Perry, 2010).

2.4.4 Injeksi Intradermal


Perawat umumnya memberikan injeksi intradermal untuk tes kulit
(Skirining tuberculin dan tes alergi). Karena bersifat poten maka obat
disuntikan ke kulit dimana darah tidak banyak sehingga obat diserap
perlahan-lahan. Sudut penyuntikan intradermal adalah 5-15 derajat dengan
posisi bevel diatas (Potter & Perry, 2010). Ketika perawat menginjeksi
obat, bulatan kecil menyerupai gigitan nyamuk akan muncul pada
9

permukaan kulit, apabila bulatan tidak muncul atau jika tempat injeksi
mengeluarkan darah setelah jarum ditarik, ada kemungkinan obat masuk ke
jaringan subkutan (SC). Dengan demikian, hasil uji tidak valid (Potter &
Perry, 2010).
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Data


Tanggal : 11 November 2020
Pukul : 14.00 wib
BIODATA
Nama : Ny. Ani Nama Suami : Tn. Yatno
Umur : 34 tahun Umur : 36 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa/Indonesia Suku : Jawa/Indonesia
Pendidikan: SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Kp. Bedahan Rt 003 Rw 001 Kec. Cibinong-Bogor
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan ingin menjarangkan kehamilannya, masih, ingin ber-KB
yang sesuai dengannya yaitu KB suntik 3 bulan
1. Kunjungan saat ini: kunjungan ulang
2. Riwayat perkawinan: kawin 1 kali, kawin pertama umur 21 tahun
3. Riwayat menstruasi:
- Menarche : 12 tahun
- Siklus : ± 28 hari
- Dismenorhea: tidak ada
- Banyaknya:±2-3 kali ganti doek/hari
- HPHT : lupa
4. Riwayat kontrasepsi yang digunakan : suntik KB 3bulan
5. Riwayat kesehatan
Penyakit yang pernah/sedang diderita: tidak ada

10
11

Riwayat yang pernah.sedang diderita keluarga: tidak ada


Riwayat keturunan kembar: tidak ada
6. Kebiasaan-kebiasaan: meminum jamu
7. Keadaan psikososial spiritual : Ibu mengatakan merasa cemas karena
setelah bersalin tidak mendapat haid. Ibu belum mengetahui bahwa
amenore yang dialaminya,merupakan efek samping dari penggunaan KB
suntik 3 bulan

B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda vital
- TD : 110/80 mmHg
- HR : 81 x/i
- RR : 22x/i
- Temp : 36,3°C
- BB :58 kg
- Tinggi badan : 168 cm

3.2 Identifikasi Diagnosa/ Masalah


Assasment : Ny. “A” usia dengan kebutuhan suntik ulang KB 3 bulan

3.3 Implementasi
1. Menyapa ibu dengan ramah dan melakukan inform concent
2. Mengkaji keadaan umum dan TTV
3. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan ibu memenuhi syarat untuk
dilakukan suntik KB 3 bulan
4. Memberikan suntikan 3 bulan dengan langkah sbb :
12

5. Kocok vial Kb suntik 3 bulanan, disinfeksi tutup vial, masukan larutan KB


suntik dalam spuit 3 cc, pastikan vial bersih, keluarkan udara pada tabung
spuit
6. Posisikan pasien, agar ibu merasa nyaman dan terlindungi privasinya.
7. Pasang perlak didaerah yang akan di suntikan
8. Cuci tangan di air mengalir kemudian keringkan
9. Pakai handsoon
10. Mendisinfeksi daerah bokong klien (1/3 sias) dengan menggunakan kapas
alcohol 70% suntikkan secara IM dengan posisi mata jarum keatas
tusukan ke permukaan kulit dengan sudut 900, lakukan aspirasi, masukan
obat secara perlahan , cabut jarum, tekan dengan kapas pada area suntikan.
11. Atur posisi klien kembali sambal observasi reaksi obat
12. Rapihkan alat-alat, lepaskan sarung tangan di larutan klorin
13. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 4-02-2021 dan
anjurkan ibu untuk tidak terlambat untuk suntik.
14. Memberikan kartu KB pada pasien dan ingatkan untuk membawa
kartunya

3.4 Evaluasi
1. Pada tanggal 4-11-2020 jam 14.00 Wib ibu sudah dilakukan penyuntikan
KB 3 bulan
2. Ibu akan kembali suntik ulang pada tanggal
3. Dilakukan konseling bila ada keluhan untuk datang kembali ke tenaga
kesehatan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam pemberian obat injeksi dilakukan dengan sediaan steril berupa
larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
menusuk jaringan ke dalam otot atau melalui kulit. Dan setiap rute injeksi
dilakukan berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik
jaringan memengaruhi absorpsi obat dan awitan kerja obat. Dan obat dapat
diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien, diantaranya:
Injeksi Subkutan (SC), Injeksi Intramuskular (IM), Injeksi Intradermal (ID),
Injeksi Intravena (IV)

4.2 Saran
Walaupun obat menguntungkan klien, namun ada beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping dan apabila pemberian obat tersebut tidak sesuai
dengan anjuran yang sebenarnya maka akan menimbulkan efek yang
berbahaya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bisa
fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas
kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat
merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, Azis. 2008. Edisi 2 Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kedokteran. Jakarta : Salemba Medika
Ambarwati,Eny Retna.2011.KDPK Kebidanan Teori danAplikasi.Yogyakarta:Nuha
Medika.
Eko W Nurul dan Ardiani Sulistiani. 2010. KDPK (Keterampilan Dasar Praktik
Klinik Kedokteran). Yogjakarta : Pustaka Rihama
Rosyidi K, Wulansari ND., 2013. Prosedur Praktik Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media.
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.Edisi 7.
Vol. 3.Jakarta : EGC
Uliyah, Musrifatul dan A.Aziz Alimul Hidayat.2006. Keterampilan Dasar Praktek
Klinik untuk Kebidanan. Edisi I. Salemba Medika.
Wati, Eny Ratna Ambar dan Tri Sunarsih. 2011. KDK Kebidanan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
http://repository.unand.ac.id/21272/2/Penuntun%20KK%20blok%201.2.pdf
https://scienceofmidwife.wordpress.com/2016/05/26/macam-macam-injeksi/
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6595/bab%20ii.pdf?
sequence=3&isAllowed=y

15

Anda mungkin juga menyukai