Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. “P” UMUR 23 TAHUN


DENGAN VAKSINASI TT DAN KONSELING
PRANIKAH DI PMB SANDORA, STr.Keb
WAKATOBI

Oleh:
Eva puspa Rini
NIM: 2182B1095

PEMBIMBING LAHAN
Vidia Atika Manggiasih, SST, S.Psi, M.Kes

DOSEN PEMBIMBING
Bd. Putri Eka Sejati, SST, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN F2K)
IIK STRADA INDONESIA
2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktik dengan judul “Asuhan kebidanan pada Nn. “P” umur 23
tahun dengan vaksinasi TT dan konseling pra nikah di PMB Sandora, STr.Keb.
Telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :

Kediri, ………Maret 2022


Mahasiswa

Eva puspa Rini


NIM: 2182B1095

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Bd. Putri Eka Sejati, SST, M.Kes Vidia Atika Manggiasih, SST, S.Psi, M.Kes

2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................1


1.1 Latar Belakang ................................................................................1
1.2 Tujuan .............................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum ......................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus.......................................................................2

BAB 2 TINJAUAN TEORI ............................................................................3


2.1 Pengertian ........................................................................................3
2.1.1 Alasan menikah......................................................................3
2.1.2 Peraturan pemerintah no.61 2014 .........................................3
2.2.Pendidikan Kesehatan dan Konseling..............................................4
2.2.1 Pendidikan Kesehatan............................................................4
2.2.2 Konseling...............................................................................6
2.3 Promosi Kesehatan Pranikah............................................................7
2.4 Imunisasi Tetanus Toxoid................................................................9
2.5 Tes Kesehatan bagi Pasangan yang akan Menikah .......................10
2.5.1 Program Pre Marital Screening.............................................10
2.5.2 Upaya Promkes pada pasangan pranikah..............................18
2.6 Pengkajian Data Asuhan Konseling Pranikah................................20
2.6.1 Pengkajian Data ...................................................................20
2.6.2 Data Subyektif.......................................................................21
2.6.3 Data Obyektif .......................................................................23
2.6.4 Identifikasi Masalah/ Diagnosa.............................................25
2.6.5 Identifikasi Masalah Potensial..............................................25
2.6.6 Identifikasi Kebutuhan Segera..............................................25

3
2.6.7 Intervensi...............................................................................25
2.6.8 Implementasi.........................................................................26
2.6.9 Evaluasi.................................................................................26

BAB 3 TINJAUAN KASUS ..........................................................................27


3.1 Pengkajian Data ............................................................................27
3.2 Assesment......................................................................................29
3.3 Implementasi ................................................................................29

BAB 4 PEMBAHASAN...................................................................................31

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan....................................................................................32
5.2 Saran...............................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang
sudah menemukan belahan jiwa, setelah cukup lama saling mengenal satu
sama lain, berbagi cerita dan berusaha menyatukan ide-ide.  Hubungan
akhirnya mencapai titik tertinggi.  Tentulah persiapan yang matang untuk
menjadikannya sebagai saat-saat yang paling indah adalah layak untuk
dilakukan. 
Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses
yang menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek kesehatan.
Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan
pernikahan tetapi tes kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun selama
pernikahan belum berlangsung. Upaya kesehatan terhadap pasangan pranikah
yaitu upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dinegara yang sudah maju Tetanus neonatorum sudah tidak terdapat lagi
karena setiap kelahiran ditolong oleh tenaga terdidik. Di Indonesia penyakit
ini terjadi karena masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun yang
memotong talpus dengan sebilah bambu, pisau atau gunting yang kotor dapat
pula terjadi.
Cara mencegah tetanus neonatorum selain kebersihan sewaktu dan
sesudah persalinan juga dapat dilakukan dengan cara pemberian toksoid
sebelum pra nikah dimana tujuannya utuk melindungi janin ketika ibu tersebut
melahirkan. Selain itu TT juga bisa diberikan lagi ketika ibu tersebut hamil.
TT diberikan seumur hidup kurang lebih 5 kali. Sehingga apabila imunisasi
TT digunakan secara teratur dan tertib dengan demikian insident tetanus
neonatorum dapat diperkecil 0,5 % dari semua kelahiran.
Pemeriksaan kesehatan bagi pasangan pranikah sangat penting untuk
mengetahui tingat kesehatan dari pasangan, jika ditemukan masalah kesehatan
maka dapat langsung dilakukan intervensi untuk pengobatan.

5
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari asuhan kebidanan ini adalah untuk memahami dan
memperoleh gambaran dalam melakukan asuhan kebidanan pranikah
secara komprehensif
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu
1. Mengumpulkan data dasar
2. Menginterpretasi data dasar
3. Menentukan masalah potensial
4. Menentukan tindakan segera

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Perkawinan adalah suatu proses dimana sepasang mempelai, penghulu dan
kepala agama tentunya juga para saksi dan sejumlah hadirin untuk kemudian
disyahkan secara resmi menjadi suami istri dengan ucapan dimana pada
akhirnya para sepasang pria dan wanita disatukan untuk memiliki satu sama
lain.
                                                                  
2.1.1 Alasan untuk menikah
1. Primer
Hasrat berdamping hidup bebahagia dengan pribadi yang dicintai,
khususnya dengan perkawinan. Orang mengharapkan bisa
mendapatkan pengalaman hidup baru bersama dengan seseorang
yang secara esklusif menjadi milik untuk mendapatkan pengakuan
dan jaminan hidup sepanjang hidupnya.
2. Sekunder
1) Hasrat untuk mendapatkan kewenangan hidup.
2) Ambisi yang besar untuk mendapatkan sicial yang tinggi.
3) Mempunyai keinginan untuk mendapatkan asuransi hidup
dimasa tua.
4) Mempuyai keinginan mendapatkan kepuasan sex dengan
pasangan hidupnya.
5) Dorongan cinta terhadap anak ingin mendapatkan keturunan.
6) Keinginan mendapatkan nama luhur.
2.1.2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014
Tentang kesehatan Reproduksi.
Pada peraturan pemerintah di jelaskan bahwa pada Pasal 13 telah
diatur tentang kesehatan reproduksi khususnya untuk pra nikah.

7
1. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil bertujuan untuk
mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan
yang sehat dan selamat, serta memperoleh bayi yang sehat.
2. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit:
1) pemeriksaan fisik
2) imunisasi
3) konsultasi kesehatan.
3. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil berupa pemeriksaan fisik dan
imunisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan.
4. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil berupa konsultasi kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan sesuai kompetensi dan kewenangannya dan/atau tenaga non
kesehatan terlatih.

2.2 Pendidikan Kesehatan dan Konseling


Melihat dari program atau peraturan pemerintah tentang kesehatan
reproduksi khususnya pra nikah, kita sebagai bidan atau tenaga kesehatan
yang terlatih mempunyai andil dalam melaksanakan program ini. Ada
beberapa program atau kegiatan yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
terlatih khususnya bidan yaitu:
2.2.1 Pendidikan Kesehatan
Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar  yang
berarti di dalam pendidikan itu sendiri
terjadi proses pertumbuhan  perkembangan atau perubahan kearah
yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada individu,
kelompok atau masyarakat dari tidak  tahu  tentang  nilai-nilai  
kesehatan   menjadi   tahu,  dari   tidak mampu   menjadi menjadi  
mampu   mengatasi   masalah-masalah  kesehatannya sendiri.
Selanjutnya dalam kegiatan    belajar  terdapat tiga persoalan pokok

8
yang saling  berkaitan yaitu: (Natoatmodjo, 2003).
Persoalan   masukan  (input)  yang   menyangkut   sasaran  
belajar   itu sendiri dengan latar belakangnya.
1. Proses (process)
yaitu mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan
kemampuan pada   diri   subyek   belajar, dalam   proses   ini  
terjadi   pengaruh timbal   balik   antar berbagai faktor antara
lain subjek belajar, pengajar, metode dan teknik belajar, alat 
bantu belajar dan materi yang dipelajari,
2. Keluaran (out put)
adalah merupakan hasil belajar. Pendidikan kesehatan pada
dasarnya     ialah suatu proses mendidik  individu/masyarakat
supaya mereka dapat memecahkan   masalah-masalah 
kesehatan yang dihadapi. Seperti halnya proses pendidikan
lainya,  pendidikan kesehatan mempunyai unsure masukan-
masukan yang setelah diolah dengan     teknik-teknik tertentu
akan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan harapan atau
tujuan kegiatan tersebut. Dengan demikian pendidikan
kesehatan merupakan suatu proses yang dinamis. Tidak dapat
disangkal pendidikan bukanlah satu-satunya cara mengubah
perilaku,    tetapi pendidikan juga mempunyai peranan yang
cukup penting dalam perubahan      pengetahuan setiap
individu (Sarwono, 2004).
Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi
kesehatan, dan merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan
yang berwawasan luas. Menurut Green & Keruter (2000),
pendidikan kesehatan merupakan proses yang
menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek
kesehatan. Cara penyampaian informasi dalam kegiatan
pendidikan kesehatan dilakukan dengan melibatkan ilmu lain
termasuk psikologi social yang diperlukan ketika melakukan
promosi .

9
2.2.2 Konseling
Konseling adalah suatu hubungan professional antara seorang
konselor terlatih dan seorang klien. Hubungan ini biasanya dilakukan
orang per orang. Hubungan dirancang untuk membantu klien
memahami dan memperjelas pandangan hidupnya, belajar mencapai
tujuan yang ditentukan sendiri melalui pilihan – pilihan yang bermakna
dan penyelesaian masalah emosional atau antar pribadi (Yulifah, 2009:
82).
Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan
lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan
komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan
pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan
jalan keluar/ upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Saifuddin, 2001:
39).
Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang
lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah
melalui pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan
klien (Saraswati, 2002: 15).
1. Tujuan Konseling 
Tujuan konseling dimaksudkan sebagai pemberian layanan untuk
membantu masalah klien, karena masalah klien yang benar – benar
telah terjadi akan merugikan diri sendiri dan orang lain, sehingga
harus segera dicegah dan jangan sampai timbul masalah baru
(Yulifah, 2009: 84).
2. Tahapan Konseling 
Lima langkah/tahapan dalam konseling adalah sebagai berikut
(YPKP, Depkes RI & IBI, 2006).
1) Membina hubungan melalui membangun rapport-tahap awal.
(1) Membina hubungan yang ramah, dapat dipercaya, dan
menjamin kerahasiaan.

10
(2) Mengucapkan salam.
(3) Mempersilakan klien duduk.
(4) Menciptakan situasi yang membuat klien merasa nyaman.
2) Identifikasi masalah.
Beberapa klien mungkin akan menyampaikan secara langsung
permasalahannya saat konselor menanyakan maksud dan tujuan
klien mendatangi konselor. Namun tidak jarang, konselor harus
menggunakan keterampilannya untuk mampu menangkap
permasalahan yang dihadapi dari cerita/penjelasan klien. Selama
identifikasi masalah konselor harus menjadi pendengar yang
baik dan mengamati tanda – tanda nonverbal.
3) Penyelesaian masalah.
Berikan informasi setepat dan sejelas mungkin sesuai dengan
persoalan yang diajukan, termasuk berbagai alternatif jalan
keluar. Hindari memberikan informasi yang tidak dibutuhkan
klien.
4) Pengambilan keputusan.
Mendorong dan membantu klien untuk menentukan jalan keluar
atas persoalan yang dihadapinya.
5) Menutup/menunda konseling
Klien terlihat puas, ucapkan salam penutup. Bila diskusi dengan
klien belum selesai dan klien belum mampu mengambil
keputusan, tawarkan klien untuk mengaturr pertemuan
selanjutnya.

2.3 Promosi Kesehatan Pranikah


Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang
berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. Menikah merupakan

11
tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang sudah menemukan belahan
jiwa.  Setelah cukup lama saling mengenal satu sama lain, berbagi cerita dan
berusaha menyatukan ide-ide.  Hubungan akhirnya mencapai titik tertinggi. 
Tentulah persiapan yang matang untuk menjadikannya sebagai saat-saat yang
paling indah adalah layak untuk dilakukan.  Waktu, tenaga dan dana yang
besar diberikan untuk melakukan persiapan pernikahan.  Kesibukan menjelang
pernikahan tidak hanya dirasakan oleh pasangan yang akan menikah namun
pihak keluarga juga dibuat pusing olehnya.
Namun seringkali ada yang luput dari list persiapan pra nikah. Selain
persiapan pesta pernikahan, sudah sewajarnya pasangan mempersiapkan diri
untuk menghadapi bahtera rumah tangga yang akan dijalaninya.  Pernikahan
tidak semudah apa yang diceritakan oleh cerita-cerita dongeng putri ketika
masih kecil.  Putri yang cantik dan baik hati yang bertemu dengan pangeran
yang tampan  akhirnya menikah dan bahagia selama hidupnya (“happily ever
after”).
Jika dalam istilah menikah itu harus dipersiapkan lahir batin, yang juga
harus diperhatikan dan dimasukkan ke dalam list pra-nikah adalah persiapan
kesehatan pasangan.  Tidak hanya sehat secara fisik yang harus diperhatikan
namun juga sehat menurut definisi yang luas.  Berdasarkan definisi sehat
menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah keadaan sejahtera fisik,
mental dan sosial secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan.  Jadi kesehatan pasangan pra nikah penting sekali untuk
mendukung tercapainya pernikahan yang langgeng sampai hari tua. 
Pernikahan yang bisa saling mengisi dan beradaptasi, bisa mengatasi masalah
yang dihadapinya dengan bijaksana dan dewasa.
Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan
pernikahan.  Tes kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun selama
pernikahan belum berlangsung.  Jika pada saat pengecekan ternyata ditemui
ada masalah maka pengobatan dapat dilakukan setelah menikah.

12
2.4 Imunisasi Tetanus Toxoid
1. Pengertian
Adalah tindakan untuk memberi  kekebalan dalam tubuh klien bertempat
langsung mencegah terjadinya tetanus neonatorum dengan memasukkan
kuman yang sudah dilemahkan.
2. Jenis dan vaksinasi
Vaksinasi yang digunakan untuk imunisasi aktif kemasan tunggal vaksin
tetanus texoid (TT) kombinasi defteri (DI) kombinasi defteri tetanus
pertusis (DPT) vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif ATS (Anti
Tetanus Serum) dapat digunakan untuk pencegahan maupun pengobatan
penyakit tetanus.
3. Cara penyimpanan vaksin TT pada lemari es rak no 2 dengan suhu 8-9°C.
4. Jadwal pemberian:
Dosis 0,5 Saat Pemberian % Perlindungan Lama
ml Perlindungan
TT I Pada saat kunjungan pertama atau 0% 1 tahun
sedini mungkin pada kehamilan
TT II Minimal 4 minggu setelah TT I 80 % 2   tahun
TT III Minimal 6 minggu setelah TT II 95 % 5 tahun
atau selama kehamilan berikutnya
TT IV Minimal setahun setelah TT III 99 % 10 tahun
kehamilan berikutnya
TT V Minimal setahun setelah TT 99% Selama seumur
kehamilan berikutnya hidup

Imunisasi TT 5 x untuk kesadaran penuh


TT 1 Langkah awal untuk mengembangkan kekebalan tubuh terhadap infeksi
TT 2 4 minggu setelah TT I untuk menyempurnakan kekebalan
TT 3 6 bulan atau lebih setelah TT 2 untuk menguatkan kekebalan
TT 4 1 tahun atau lebih setelah TT 3 untuk meneluarkan kekebalan
TT 5 1 tahun atau lebih setelah TT 4 untuk mendapat kekebalan penuh

13
2.5 Tes Kesehatan bagi Pasangan yang akan Menikah
2.5.1 Program Pre-Marital Screening
Pre-Marital Screening atau Pre-Marital Check Up terdiri atas beberapa
kelompok tes yang dirancang untuk mengidentifikasi adanya masalah
kesehatan saat ini atau masalah kesehatan yang akan muncul di
kemudian hari saat pasangan hamil dan memiliki anak. Rangkaian
pemeriksaan kesehatan tersebut adalah sebagai berikut
1. Pertama, pemeriksaan kesehatan secara umum
Pemeriksaan kesehatan umum ini terdiri dari :
1) Pemeriksaan fisik / klinis lengkap
Di antara manfaat pemeriksaan fisik lengkap adalah untuk
mengetahui status tekanan darah seseorang.  Tekanan darah
yang normal adalah salah satu kunci kesehatan. Tekanan darah
tinggi atau hipertensi berbahaya saat perempuan hamil, karena
dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.
Pemeriksaan fisik juga bisa mendeteksi gejala obesitas,
karena obesitas dapat mempengaruhi tingkat kesuburan.
Obesitas selama kehamilan dapat menyebabkan munculnya
beberapa resiko seperti diabetes, pre-eklampsia, infeksi saluran
kemih, sulit untuk melahirkan tepat waktu, juga meningkatkan
resiko keguguran dan kesulitan saat melahirkan.
2) Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan darah rutin ini meliputi kadar hemoglobin
(hb), hematokrit, sel darah putih (leukosit) dan faktor
pembekuan darah (trombosit). Para calon ibu perlu mengetahui
kadar hb-nya untuk mendeteksi gejala anemia, juga perlu
mengetahui adanya ganguan faktor pembekuan darah.  Dari
hasil pemeriksaan darah dapat diketahui kondisi kadar
kolesterol tinggi yang meningkatkan resiko penyakit jantung
koroner dan stroke.
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan sewaktu puasa dan

14
tidak puasa, dapat mengetahui adanya diabetes mellitus, atau
adanya kelainan yang dapat berkembang menjadi diabetes
mellitus, seperti intoleransi glukosa. Ibu hamil yang menderita
diabetes tidak terkontrol dapat mengalami beberapa masalah
seperti  janin yang tidak sempurna atau cacat, hipertensi,
hydramnions atau meningkatnya cairan ketuban,
meningkatkan resiko kelahiran prematur, serta macrosomia –
yaitu bayi menerima kadar glukosa yang tinggi dari Ibu saat
kehamilan sehingga janin tumbuh sangat besar.
3) Golongan darah dan rhesus
Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada atau tiadanya
substansi antigen-D pada darah. Rhesus positif berarti
ditemukan antigen-D dalam darah dan rhesus negatif berarti
tidak ada antigen-D. Kebanyakan warga bangsa Asia memiliki
rhesus positif (+), sedangkan kebanyakan warga bangsa Eropa
memiliki negatif (-). Banyak pasangan suami istri tidak
mengetahui rhesus darah pasangan masing-masing. Padahal,
jika rhesus mereka  bersilangan, bisa mempengaruhi kualitas
keturunan. Jika seorang perempuan (rhesus negatif) menikah
dengan laki-laki (rhesus positif), bayi pertamanya memiliki
kemungkinan untuk memiliki rhesus negatif atau positif.
Jika bayi mempunyai rhesus negatif, tidak ada masalah.
Tetapi, jika bayi memiliki rhesus positif, masalah mungkin
timbul pada kehamilan berikutnya. Bila ternyata kehamilan
yang kedua merupakan janin yang memiliki rhesus positif,
kehamilan ini berbahaya. Karena antibodi antirhesus dari ibu
dapat memasuki sel darah merah janin. Sebaliknya, tidak
masalah jika perempuan memiliki rhesus positif dan lelaki
rhesus negatif.
Apabila ibu bergolongan darah O sedangkan bayi bukan
bergolongan darah O adalah salah satu faktor resiko jaundice
atau kuning pada bayi (ABO Incompatibility). Bila diketahui

15
janin memiliki rhesus positif (+) sedangkan ibu memiliki
rhesus negatif (-), akan menimbulkan inkompatibilitas rhesus
yang bisa mengakibatkan kematian pada janin. Dengan
mengatahui rhesus sebelum hamil, dokter dapat segera
mengatasinya.
4) Urinalisis lengkap
Pemeriksaan urin penting dilakukan agar bisa diketahui
adanya infeksi saluran kemih (ISK) dan adanya kondisi darah,
protein, dan lain-lain yang menunjukkan adanya penyakit
tententu. Penyakit ISK saat kehamilan beresiko baik bagi ibu
maupun bayi, seperti kelahiran prematur, berat janin yang
rendah, bahkan resiko kematian saat persalinan.
2. Pemeriksaan penyakit hereditas
Yang dimaksud dengan penyakit hereditas adalah yang
diturunkan dari orangtua. Calon pengantin harus memiliki
pemahaman bahwa bila orangtua atau garis keturunannya
mengidap penyakit genetik, maka anak yang akan lahir nanti bisa
beresiko mengidap penyakit yang sama. Pemeriksaan ini meliputi:
1) Thalasemia
Thalasemia adalah salah satu penyakit kelainan darah.
Penderita penyakit ini tidak mampu memproduksi hemoglobin
yang normal. Thalasemia telah menjadi salah satu isu kesehatan
di Indonesia karena 3 – 10 % populasi di Indonesia adalah
carrier atau pembawa gen thalasemia beta, dan 2,6 - 11 %
adalah pembawa gen thalasemia alfa.
Jika diasumsikan terdapat 5% saja carrier dan angka
kelahiran 23 per mil dari total populasi 240 juta jiwa di
Indonesia, maka diperkirakan terdapat 3.000 bayi penderita
thalassemia setiap tahunnya. Saat ini paling tidak tercatat 5.000
pasien thalasemia di Indonesia dan diperkirakan angka ini jauh
lebih rendah dibandingkan dengan jumlah penderita thalasemia
di Indonesia yang tidak terdata.

16
Talasemia mayor merupakan jenis talasemia yang
disebabkan “sifat” darah yang dibawa kedua orang tua.
Penyakit ini membuat seseorang menjadi tergantung pada
transfusi darah dan kesempatan hidupnya terbatas. Di sisi lain,
talasemia minor tidak menyebabkan gejala berat dan
penderitanya dapat hidup normal, tapi ia tetap membawa “sifat”
penyakit talasemia dalam tubuhnya. Jika kedua orang tua
mengidap talasemia minor, 25 % kemungkinan anaknya akan
mengidap talasemia mayor, 50 % akan mengidap talasemia
minor, dan 25 % akan normal.
Jika hanya salah satu orang tua mengidap talasemia minor,
50 % kemungkinan si anak akan mengidap talasemia minor dan
50 % akan normal. Rumus penurunan talasemia berlaku juga
pada penyakit hemofilia dan albino. Dengan pengecekan darah,
kita dapat memprediksi kemungkinan yang akan muncul dan
mencegah hal yang tidak kita inginkan.
2) Hemofilia
Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat
membeku dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan
darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat dan
sebanyak orang lain yang normal. Penderita hemofilia lebih
banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan
darahnya.
3) Sickle Cell Disease
Sickle Cell Disease (SCD) disebut juga penyakit sel sabit,
merupakan penyakit kelainan sel darah merah yang mudah
pecah sehingga menyebabkan anemia. Secara statistik penyakit
ini lebih banyak ditemukan pada ras Afrika, Timur Tengah dan
beberapa kasus di Asia, terutama India.
3. Pemeriksaan penyakit menular
Beberapa penyakit menular bisa terdeteksi melalui pemeriksaan
pranikah, di antaranya adalah:

17
1) HIV, Hepatitis B (HBV) dan Hepatitis C (HCV)
Menurut data WHO, saat ini terdapat 4,1 juta jiwa di dunia
yang terinfeksi HIV, dimana 95% diantaranya berada di negara
berkembang seperti sub-sahara Afrika dan Asia Tenggara.
Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan RI, pada tahun
2012 ditemukan 21.511 penderita HIV, dan jumlah ini jauh
lebih banyak dibanding tahun sebelumnya. Untuk penderita
Hepatitis B saat ini diperkirakan sebanyak 1,8 milyar manusia
di dunia, dengan 350 juta jiwa sudah mengalami infeksi
kronis; dan diperkirakan 170 juta jiwa di dunia terinfeksi virus
Hepatitis C.
Penyakit HIV, Hepatitis B dan C adalah penyakit yang
mengancam jiwa manusia. Infeksi virus ini dapat ditularkan
melalui darah, hubungan seksual dan cairan tubuh. Penularan
HIV juga bisa melalui transfusi darah dan transplantasi organ
tubuh. Sedangkan penularan virus Hepatitis B dan C rentan
terjadi pada pemakai obat-obatan terlarang melalui jarum
suntik. Pemeriksaan tiga jenis penyakit infeksi ini sangat
penting karena virus-virus ini dapat ‘diam’ atau ‘tidur’ dalam
jangka waktu yang lama tanpa menunjukkan gejala apapun.
Menikah dengan seseorang yang membawa virus ini beresiko
membahayakan pasangan dan juga calon bayi.
Jika seorang laki-laki mengidap hepatitis B dan akan
menikah, calon istrinya harus memiliki kekebalan terhadap
penyakit ini. Caranya adalah dengan mendapatkan imunisasi
hepatitis B. Inilah manfaat pemeriksaan kesehatan pranikah.
2) TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes
Simplex Virus)
Tes TORCH berfungsi untuk menguji adanya infeksi
penyakit yang bisa menyebabkan gangguan pada kesuburan
laki-laki maupun perempuan. Tubuh yang terinfeksi TORCH
dapat mengakibatkan cacat atau gangguan janin dalam

18
kandungan. Infeksi TORCH saat kehamilan dapat
menyebabkan keguguran, bayi lahir prematur, atau bahkan
kelainan bawaan pada bayi.
3) Venereal Disease Screen (pemeriksaan untuk penyakit
syphilis) dan IMS
Pemeriksaan untuk penyakit syphilis dan penyakit-penyakit
lain yang ditularkan melalui hubungan seksual —sexually
transmitted infections (STI), infeksi saluran reproduksi (ISR)
atau infeksi menular seksual (IMS)— selain  dapat mendeteksi
adanya penyakit tersebut, juga sekaligus bisa melakukan
pengobatan sekaligus mengubah gaya hidup menjadi lebih
sehat.
Penyakit seperti chlamydia, gonorrhea, dan HPV atau
Human papillomavirus, herpes, penyakit ini semua dapat
menimbulkan masalah kesuburan dan masalah saat kehamilan.
Jika salah satu calon pengantin atau keduanya menderita
ISR/IMS/STI, sebelum menikah ia harus berobat dulu sampai
sembuh.
Sebuah survei yang dilakukan Durex, mengungkapkan
fakta bahwa 21 % masyarakat Indonesia tidak mengetahui
apakah pasangan mereka pernah mengidap infeksi menular
seksual (IMS) atau tidak. Sekitar 27 % laki-laki tidak
mengetahui bahwa pasangan mereka pernah menderita IMS
dan hanya 13 % perempuan yang tidak mengetahui bahwa
pasangannya pernah mengidap IMS.
4. Pemeriksaan yang berhubungan dengan organ
reproduksi dan kesuburan
Pemeriksaan kesehatan yang berhubungan dengan organ
reproduksi dan kesuburan ini dilakukan baik untuk laki-laki
maupun untuk perempuan.
1) Untuk perempuan
Pemeriksaan untuk perempuan meliputi USG, agar

19
diketahui kondisi rahim, saluran telur dan indung telur.
Pemeriksaan lebih lanjut seperti HSG (Hysterosalpingogram)
untuk mengetahui kondisi tuba falopii dan adakah sumbatan
akibat kista, polip endometrium, tumor fibroid, dan lain-lain.
Pemeriksaan selanjutnya diperlukan untuk perempuan yang
siklus haidnya tidak teratur atau sebaliknya berlebihan. Hormon
yang diperiksa misalnya hormon FSH (follicle stimulating
hormone), LH (lutenizing hormone) dan Estradiol (hormone
estrogen).
2) Untuk laki-laki
Selain dilakukan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan
penis, skrotum, prostat juga dilakukan pemeriksaan hormon
FSH yang berperan dalam proses pembentukan sperma serta
kadar hormon testosteron. Dapat dilakukan juga analisis semen
dan sperma.
5. Pemeriksaan tambahan
Selain berbagai jenis pemeriksaan di atas, diperlukan juga
beberapa pemeriksaan dan tindakan kesehatan lainnya, seperti
1) Alergi
Salah satu yang sering terlewatkan adalah alergi.  Alergi adalah
sistem kekebalan tubuh yang bereaksi di luar normal terhadap
beberapa substansi (alergen) yang tidak berbahaya bagi
sebagian besar manusia. Kecenderungan seseorang memiliki
alergi adalah karena faktor keturunan, walaupun tidak selalu
orang tua yang memiliki bakat alergi akan menurunkannya
kepada anak-anaknya. Penting untuk membuat daftar hal-hal
yang memicu alergi dari kedua pasangan terutama bila
pasangan ada yang pernah mengalami reaksi anafilaksis yang
dapat menyebabkan kematian.
2) Vaksinasi Dewasa
Vaksin yang berkaitan langsung dengan kehamilan adalah
vaksin hepatitis B, tetanus, MMR (Measles, Mumps, Rubella),

20
varisela (cacar air), influenza, serta vaksin dewasa lainnya
sesuai jadwal imunisasi yang dikeluarkan oleh petugas Satgas
Imunisasi Dewasa.
6. Pemeriksaan kesehatan untuk ibu dan calon ibu
Selain pemeriksaan di atas, ada lima pemeriksaan yang juga
direkomendasikan untuk dilakukan oleh calon pengantin
perempuan karena mereka akan menjadi calon ibu, juga penting
dilakukan oleh para ibu yang sudah memiliki anak, yaitu:
1) Pemeriksaan periodontal
Pemeriksaan ini meliputi pembersihan rutin dan pemeriksaan gusi
untuk menjaga gigi dan gusi agar tetap sehat dan bebas dari infeksi
serta penyakit. Bagian yang diperiksa adalah sambungan antara gusi
dan gigi serta kemungkinan adanya peradangan di sekitar gusi.
Hal ini menjadi penting karena perempuan yang memiliki penyakit
gusi berisiko 7 kali lipat lebih tinggi melahirkan prematur. Selain itu
pada ibu hamil lebih rentan mengalami peradangan gusi akibat adanya
perubahan hormon. Karenanya ibu hamil harus lebih sering
memeriksakan diri ke dokter yaitu setiap 3-4 bulan sekali, terutama
jika sering mengalami gusi berdarah.
2) Pemeriksaan thyroid stimulating hormone (TSH)
Pemeriksaan ini akan menunjukkan apakah kadar hormon tiroid
seseorang kurang aktif (hipotiroid) atau justru terlalu aktif
(hipertiroid). karena kadar hormon ini bisa mempengaruhi kesehatan
perempuan. Pemeriksaan ini penting karena gangguan tiroid dapat
mengganggu kesempatan seseorang untuk hamil, misalnya perempuan
yang mengalami hipotiroid akan terganggu proses ovulasinya
sedangkan hipertiroid bisa meningkatkan risiko keguguran atau
kelahiran prematur.
3) Pemeriksaan hitung darah lengkap (complete blood count/CBC)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik
sumsum tulang belakang dan sistem kekebalan tubuh bekerja. Jika sel
darah putihnya tinggi, hal ini menunjukkan adanya infeksi. Jika kadar

21
hemoglobin rendah, menunjukkan adanya anemia, dan jika kadar
platelet rendah menunjukkan adanya masalah dalam pembekuan darah.
Setelah seseorang perempuan memiliki anak, cenderung memiliki
periode menstruasi yang berat sehingga membuat seseorang rentan
terhadap anemia. Selain itu untuk mengetahui apakah ada gangguan
dalam jumlah komponen darahnya.
4) Pap smear
Pap smear dilakukan untuk mendeteksi perubahan prakanker atau
kanker pada leher rahim. Biasanya dokter akan mengambil sedikit
sampel cairan di leher rahim dan memeriksakannya di laboratorium.
Pemeriksaan ini penting dilakukan oleh perempuan yang sudah
menikah. Deteksi dini bisa menjegah kondisi yang lebih serius seperti
kanker leher rahim.
5) Pemeriksaan kepadatan mineral tulang
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kepadatan mineral
tulang yang dapat memicu osteoporosis. Kondisi ini terjadi saat tulang
mulai tipis dan lemah. Untuk memeriksanya biasanya digunakan mesin
yang disebut dengan dual energy photon absorptiometer (DEXA).
Pemeriksaan ini lebih penting lagi untuk dilakukan bagi perempuan
yang memiliki riwayat osteoporosis, atau mengkonsumsi obat tiroid
dan steroid.
Masalah bisa bertambah parah saat seorang ibu menyusui. Jika ia
tidak mendapatkan kalsium yang cukup, maka tubuh akan
mengambilnya dari tulang dan diberikan pada bayi. Karenanya penting
untuk mengetahui apakah kepadatan mineral tulangnya masih baik
atau sudah berkurang.

2.5.2 Upaya-Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasangan Pranikah


Menurut Pratiwi 2011, upaya-upaya promosi kesehatan pada
pasangan pranikah sebagai berikut:
1. Upaya promotif
1) Penyuluhan tentang gizi pada pranikah

22
Pasangan pranikah banyak mengesampingkan nutrisi nya
dengan alasan sibuk mempersiapkan pernikahannya yang
sebenarnya tidak perlu terlalu dipusingkan. Al ini sering tejadi pada
wanita  yang sibuk dengan program diet nya yang nanti akan
berdampak pada psikologisnya.u. untuk itu penyuluhan tentang
gizi seimbang sanat diperlukan agar tidak terjadi kekurangan
nutrisi
2) Sex Education
Hal ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan pada
pasangan pranikah agar hubungan nya tetap harmonis. Karena
fakta membuktikan banyak pasangan yang bercerai karena
kurangnya pendidikan seks sebelum nikah. Pendidikan seks ini
dapat kita lakukan dengan cara penyuluhan seperti pendidikan
tentang kesehatan reproduksi, PMS (Penyakit Menular Seksual),
cara dan waktu berhubungan yang sehat, dan lain-lain.
3) Personal Hygiene
Merupakan salah satu yang menjadi prioritas utama bagi
pasangan pranikah. Dimana biasanya pasangan pranikah terutama
wanita lebih sering melakukan perawatan yang terdiri dari
perawatan payudara, kulit, rambut, kuku, genitalia dll. Tetapi hal
ini terkadang tergantung pada budaya masing-masing daerah.
4) Imunisasi CATIN
Imunisasi bertujuan untuk mencegah pasangan terutama
pada wanita agar tidak terserang oleh virus clostridium teteani,
apabila nanti wanita tersebut hamil dan terjadi perlukaan saat
persalinan maka si ibu tidak akan mudah mengalami infeksi dan
perdarahan postpartum.
2. Upaya Preventif
1) Pemeriksaan papsmear
Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
seseorang itu terjangkit kanker serviks. Dapat disarankan pada
pasangan melakukan pemeriksaan ke laboratorium atau ke rumah

23
sakit.
2) Pemeriksaan Hematologi
Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidak nya
seseorang menderita kelainan darah. Seperti terjangkit HIV, TB,
virus rubella ,virus toxoplasma dan sebagainya. Pemeriksaan ini
sebaiknya dilakukakan 6 bulan sebelum pernikahan karna dalam
jarak waktu yang cukup akan keluar hasil pemeriksaan dan jika ada
kelainan dapat dilakukan penanggulangan permasalahannya.
3. Upaya kuratif
Pengobatan TORCH dan kanker seviks pada wanita yang akan
menikah dengan memberikan pengobatan secara intensif.
Menyakinkan pada pasangan kalau terjangkitnya penyakit tersebut
bukan berarti tidak dapat menikah dan menjalani hidup sebagai
seorang istri Perbaikan nutrisi pada pasangan pra nikah untuk
memperbaiki tingkat kesuburan pasangan dan mencegah terjadinya
infertilitas.
4. Upaya Rehabilitatif
Di dalam upaya rehabilitatif promosi kesehatan pra nikah, dapat
mengenai perawatan kanker serviks tingkat lanjut. Memberikan
perawatan pada wanita yang akan menikah dan telah menjalani
pengobatan lanjutan. Disini dilakukan pemulihan fisik dan mental.
Meyakinkan dan memulihkan kepercayaan diri pasien sehingga dapat
menjalani hidupnya sebagai seorang istri dan ibu nantinya.

2.6 Pengkajian Data Asuhan Pranikah


No.Register : Untuk mengetahui No.urut,status pasien dan memudahkan
pencarian kartu atau status pasien saat kunjungan ulang.
Pengkajian : Untuk mengetahui siapa yang melakukan pengkajian, kapan
waktunya, dilakukan dimana dan mulai masuk kesarana kesehatan.
2.6.1 Pengkajian Data
1. Biodata
Nama klien :

24
untuk mengetahui identitas dan digunakan sebagai sapaan untuk
komunitas.
Umur klien :
untuk mengetahui resiko kehamilan, bila usia klien kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
Agama :
untuk mengetahui kepercayaan pasien terhadap agama yang
dianutnya dan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah
asuhan yang diberikan. Alamat :
untuk mengetahui tempat tinggal pasien, menilai lingkungannya
Suku atau bangsa :
untuk mengetahui asal suku daerah klien mengetahui adat
budayanya, memudahkan dalam berkomunitas dengan berbahasa
daerah dalam proses konseling.
Pendidikan :
untuk mengetahui tingkat-tingakat pengetahuan klien sebagai dasar
dalam memberikan konseling.
Pekerjaan :
untuk mengetahui aktifitas klien ditempat kerja berkaitan dengan
kemungkinan pengaruh terhadap pranikah
Penghasilan :
untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan social ekonomi
keluarganya.
2.6.2 Data Subyektif
1. Keluhan utama
Untuk mengetahui tujuan konseling klien saat pertama kali
pengkajian.
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui apakah klien pernah menderita penyakit akut
atau penyakit kronis, penyakit keturunan dan cancer.
3. Riwayat kesehatan sekarang

25
Untuk mengetahui apakah klien saat ini menderita penyakit akut
atau penyakit kronis, penyakit keturunan dan cancer.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah saudara pihak keluarga klien ada yang
pernah atau sedang menderita penyakit akut, kronis maupun
keturunan dan cancer.
5. Riwayat kebidanan
Untuk mengetahui siklus haid teratur atau tidak, banyaknya darah
yang keluar, lamanya haid, disertai nyeri atau tidak, keputihan
berbau, gatal atau tidak, lamanya, haid terakhir kapan, untuk
mengetahui fungsi alat reproduksi.
6. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan klien, menikah berapa kali,
lamanya menikah, usia pertama kali menikah, termasuk resiko
tinggi atau tidak, pada wanita yang paling ideal menikah pertama
kali usia kurang 20 tahun dan hamil antara 20 -35 tahun.
7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah ibu baru merencanakan kehamilan atau
klien sebelumnya pernah hamil atau bersalin dan apakah ada resiko
atau penyakit dalam kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Bila
ada dapat diantisipasi dengan segera oleh petugas kesehatan,
sehingga komplikasi tidak terjadi.
8. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah klien belum pernah atau pernah
menggunakan kontrasepsi jenis apa, lama pemakaian kontrasepsi,
keluhan selama pemakaian serta untuk mengetahui kontraindikasi
terhadap metode kontrasepsi tertentu.
9. Pola kebiasaan sehari hari
Untuk mengetahui kegiatan keseharian klien yang mempengaruhi
kesehatan psikis dan kesehatan reproduksi ibu dan suami.
10. Data psikososial

26
Untuk mengetahui keadaan jiwa klien yang mempengaruhi terhadap
proses konseling pranikah.

11. Data social budaya


Untuk mengetahui hubungan klien, keluarga ataupun dengan orang
lain, untuk mengetahui budaya yang dianut oleh klien, adakah
kemungkinan budaya yang dianut berpengaruh buruk terhadap
klien.
12. Data spiritual
Untuk mengetahui kepercayaan ibu terhadap agama yang dianut dan
mengenai hal-hal berkaitan dengan masalah asuhan yang diberikan.
2.6.3 Data obyektif
1. Pemeriksaan umum : untuk mengetahui keadaan umum klien,
secara keseluruhan.
1) Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran klien ,
composmentis, somnolen, spoor, koma.
2) Suhu : untuk mengetahui temperature suhu .
3) Nadi : untuk mengetahui frekuensi detak jantung.
4) Pernafasan : untuk mengetahui frekuensi pernafasan per menit,
iramanya, regular atau tidak.
5) TB : untuk mengetahui ukuran tinggi badan apakah termasuk
hamil resiko tinggi atau tidak, untuk CPD yaitu tinggi badan
kurang dari 140 cm.
Lila : untuk mengetahui status gizi ibu apakah klien
kekurangan nutrisi atau tidak.
2. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi : pemeriksaaan pandang dimulai dari pasien datang dari
ujung kepala sampai ujung kaki.
Kepala : untuk mengetahui bentuk kepala

27
Wajah : untuk mengetahui ekspresi wajah klien, anemia
atau tidak odema atau tidak ,bagaimana tingkat kelembaban
kulit dari wajah.
Mata : untuk mengetahui apakah konjungtiva klien pucat
atau tidak (menandai ada anemia atau tidak), sclera putih atau
kuning (menandakan ikterus)
Mulut : untuk mengetahui tingkat kelembaban sehubungan
dengan tingkat dehidrasi, adanya stomatitis.
Leher : untuk mengetahui adanya hiperpigmentasi
berkaitan dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron
pembesaran vena jugularis
Mamae : untuk mengetahui adanya hiperpigmentasi kerena
pengaruh hormon melosin, adakah kelainan pada putting susu
dan kebersihan daerah sekitar mamae untuk menentukan
rencana asuhan selanjutnya.
Perut : melihat adanya garis garis di perut (strie), bekas
jahitan luka operasai, panjangnya serta lokasinya.
Ekstremitas : untuk mengetahui kwalitas pergerakan spontan
atas atau tangan dan bawah ( kaki ), varises dan odema.
Integument : untuk mengetahui derajat dehidrasi, cicatrik, luka,
ruam, dll.
2) Palpasi
Wajah : untuk mengetahui adakah odema dengan melihat
derajat kedalaman (putting) saat ditelan
Leher : untuk mengetahui adakah kelainan berupa
pembengkakan atau massa.
Mamae : untuk mengetahui adakah benjolan abnormal dan
pengeluaran secret.
Perut : untuk mengetahui adakah kelainan organ heper,
lien, ginjal, berupa pembengkakan atau massa.
3) Auskultasi

28
Perut : untuk mengetahui irama denyut jantung janin,pergerakan
janin aktif atau tidak.
4) Perkusi : untuk mengetahui refleks patella positif atau negative.
3. Pemeriksaan penunjang
Untuk membentu menegagkan diagosa dilakukan periksaan darah
dan urine meliputi: Darah lengkap, urin analisa, golongan darah,
srening untuk rubella, sifilis, hepatitis B, hormon imunodeficiency,
GO, klamidia, dan diabetes dan sitologiservik dan pengukuran
kadar hormon tyroid.
2.6.4 IDENTIFIKASI MASALAH ATAU DIAGNOSA
Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa yang ditegakkan oleh profesi
bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standart nomer
klatur kebidanan.
2.6.5 IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL.
Bidan mengidentifikasi masalah, diagnosa potensial berdasarkan
diagnosa masalah yang sudah teridentifikasi, langkah ini penting
dalam melakukan asuhan selanjutnya.
2.6.6 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Baik itu untuk melakukan kunsultasi kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien.
2.6.7 INTERVENSI
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan terapeutik terhadap klien dengan ramah dan
sopan
R/ Terjalin hubungan saling percayaan antara klien dan petugas
kesehatan serta klien lebih kooperatif dalam penggalian data dan
pemeriksaan saat konseling pranikah.
2. Jelaskan tujuan dan manfaat konseling pranikah.
R/ Agar klien paham tentang tujuan konseling pranikah yang akan
dilakukan
3. Menjelaskan klien melakukan suntik TT ulang pada saat hamil.
R/ klien mengerti akan manfaat vaksinasi TT

29
4. Jelaskan hasil dari pemeriksaan klien
R/klien mengetahui kondisi kesehatan reproduksinya saat ini
5. Jelasakan kesimpulan dari konseling pra nikah
R/ klien mengetahui kesimpulan hasil pemeriksaan dan konseling
pranikah .
6. Bantu pemecahan masalah jika terdapat kelainan dalam
pemeriksaan konseling pranikah
R/ petugas kesehatan mampu membantu memberikan solusi jika di
temukan kelainan atau masalah dalam proses pranikah

2.6.8 IMPLEMENTASI

2.6.9 EVALUASI
Berhubungan dengan kriteria yang diharapkan.

30
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Data
Tanggal Pengkajian : 10 Maret 2022
Jam Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Sandora, S.Tr.Keb

Nama : Nn.”P”
Umur : 23 th
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Penghasilan : ± 1 juta
Status Perkawinan: menikah : belum menikah
Kawin Ke :-
Alamat : Teebangka leurahan wanci wangi-wagi wakatobi

Data Subyektif
1. Keluhan Utama
Klien datang ke klinik untuk melakukan imunisasi TT sebelum menikah.
2. Riwayat Kesehatan sekarang
Klien mengatakan saat ini dalam keadaan sehat dan tidak ada keluhan
dengan kesehatannya.
3. Riwayat penyakit yang pernah diderita / operasi
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti
penyakit kuning /hepatitis, TBC atau penyakit menular seksual , juga
mengatakan tidak punya penyakit menurun seperti tekanan darah tinggi/
hipertensi, kencing manis/ diabetes mellitus, kanker dan tidak ada
keturunan gangguan jiwa, penyakit menahun seperti penyakit jantung.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

31
Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti penyakit kuning/ hepatitis, TBC. Penyakit menurun seperti
tekanan darah tinggi/ hipertensi, kencing manis/ diabetes mellitus atau
menderita gangguan jiwa atau epilepsi. Penyakit menahun seperti penyakit
jantung atau kanker. Dalam lingkungan keluarga juga tidak ada terdeteksi
virus HIV atau AIDS
5. Riwayat haid/ menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 30 hari
Lama : 5 – 7 hari
Banyak : 3x/hari ganti pembalut
Warna : merah segar pada hari pertama s/d hari ke 3-4 warna
kecoklatan pada hari 4-7 .
Teratur / tidak : Teratur
Bau : Normal
Konsistensi : Normal
Keluhan : Tidak ada keluhan selama haid
Disminorhoe : Tidak ada
Fluor albus : Tidak ada
6. Status perkawinan : belum menikah ( 1 minggu lagi menikah)
7. Pola Sehari-hari (Nutrisi, Istirahat/tidur, eliminasi, pola hidup):
Aktifitas Pola Kebiasaan
Pekerjaan Sebagai karyawan di perusahaan swasta
Pagi : berangkat jam 7 pagi s/d jam 4 sore
Dalam satu minggu libur 1 hari
Pola aktivitas Klien mengatakan jika hari efektif kerja,
sepulang kerja di rumah istirahat dan
berkumpul dengan keluarga.
Kebiasaan merokok Tidak pernah merokok
Kebiasaan menggunakan Klien tidak ada ketergantungan minum
obat- obatan di luar resep obat yang di beli tanpa resep dokter dan
dokter atau jamu tidak pernah minum jamu

32
Pernah mengkonsumsi Tidak pernah
obat terlarang / narkoba
dan alkohol
Kebiasaan olah raga Klien mengatakan jika 2 kali seminggu
ikut senam erobik di sanggar senam
Pola nitrisi Kien mengatakan makan sehari 3 kali
dengan status gizi yang cukup
Pola istirahat Klien mengatakan pola tidur sehari ±7-8
jam
Pola rekreasi Klien mengatakan jika libur kerja sering
berlibur bersama keluarga atau temannya

Data Objektif
8. Pemeriksaan Fisik
BB : 56 kg
Tinggi Badan : 153 cm,
IMT : 23
Tanda-tanda vital : TD : 110/60 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu: 36,2ºC
Mata : Konjungtiva : Merah Muda
Sklera : Putih
Wajah : Tidak ada oedema
Mamae : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Inspeksi: Tidak ada bekas operasi
Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri
Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan, kuku jari tangan tidak pucat
Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan, kuku jari kaki tidak pucat,
refleks patella +/+
Genitalia Luar : Tidak dilakukan pemeriksaan
Genitalia Dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan

33
9. Data Penunjang/Diagnostik (Hasil Lab, Ro,USG)
HB : 12,5 g/dL
Golongan darah :A+
PCT : Non Reaktif
Prot Urine : Negatif
HBSag : Non Reaktif
HIV : Non Reaktif
Albumin : Negatif
Reduksi : Negatif

3.2 Assesment
Asuhan kebidanan pada Nn.”P” umur 23 tahun dengan vaksinasi TT dan
konseling pranikah di PMB Sandora, STr. Keb

3.3 Penatalaksanaan
1. Melakukan pendekatan dengan klien dengan cara salam sapadan senyum
pada klien.
R/ Agar terjalin hubungan baik antara klien dan bidan, sehingga
kooperatif dalam setiap tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan BB,TB, IMT , TTV dan pemeriksaan laborat.
R/ Untuk mengetahui kondisi kesehatan klien saat ini.
3. Memberitahu klien mengenai hasil pemeriksaaan.
R/klien mengetahui hasil pemeriksaan.
4. Memberitahu pentingnya imunisasi TT pranikah
R/ klien mengetahui manfaat imunisasi TT pranikah
5. Memberikan injeksi TT dosis 0,5ml secara IM di lengan kiri atas.
R/Klien kooperatif dalam pelaksanaan tindakan injeksi TT
6. Memberitahu klien mengenai personal hygine yang baik.
R/Klien mengerti cara menjaga personal hygiene yang baik
7. Memberitahu klien agar tidak menggunakan celana jeans dan celana
dalam yang ketat agar daerah kewanitaan baik dan tidak lembab.

34
R/Klien mengerti dan mau melakukannya
8. Memberitahu klien kunjungan ulang pemeriksaan .
R/ klien mau melakukan kunjungan ulang
9. Melakukan pendokumentasian pada kartu identitas klien.
R/Telah dilakukan.

35
BAB IV
PEMBAHASAN

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan


merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang berwawasan luas. Menurut Green
& Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses yang menghubungkan
informasi kesehatan dengan praktek kesehatan. Kasus pranikah ini yaitu Nn.”P”
23 tahun dimana usianya telah cukup bila akan menikah. Adapun upaya kesehatan
bagi pranikah yaitu upaya preventif penyuluhan gizi, sex education, personal
hygine,dan imunisasi catin.
Pasangan pranikah banyak mengesampingkan masalah pemberian vaksin
TT karena ketidak tahuan dari manfaat imunisasi TT tersebut sehingga banyak
pasangan muda yang datang ke fasilitas kesehatan hanya sebagai pemenuhan
persyaratan dari KUA untuk pengajuan nikah tanpa mengetahui manfaat dari
imunisasi TT sendiri
Personal Hygiene merupakan salah satu yang menjadi prioritas utama bagi
pasangan pranikah, biasanya pasangan pranikah terutama wanita lebih sering
melakukan perawatan yang terdiri dari perawatan payudara, kulit, rambut, kuku,
genitalia dll. Pada Nn. “P” diberikan konseling mengenai personal hygine yang
baik dan untuk tidak sering memakai celana jeans dan celana dalam yang ketat
karena berakibat daerah kewanitaan lembab dan memicu timbulnya bakteri.

36
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Kesehatan pasangan pra nikah penting sekali untuk mendukung
tercapainya pernikahan yang langgeng sampai hari tua.  Pernikahan yang bisa
saling mengisi dan beradaptasi, bisa mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan bijaksana dan dewasa.
Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan
pernikahan. 
Pre-Marital Screening atau Pre-Marital Check Up terdiri atas beberapa
kelompok tes yang dirancang untuk mengidentifikasi adanya masalah
kesehatan saat ini atau masalah kesehatan yang akan muncul di kemudian hari
saat pasangan hamil dan memiliki anak.

5.2 Saran
Tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan serta konseling upaya
kesehatan bagi pasangan pranikah agar lebih mengerti kesehatan, dan bila ada
masalah kesehatan bisa dapat teratasi.

37
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 Tentang


Kesehatan Reproduksi
Lawrence M.Brammer. The Helping Relationship Process and
Skill.Prentice Hall International Editions.
Natawidjaja, Rochman. 1987. Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyuluhan
Kelompok I. Penerbit : CV. Dipenogoro. Bandung
Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan,
Yogyakarta: Fitramaya.
Willis, Sofyan. 2004. Konseling Individual Konseling dan Praktek.
Bandung: Alfabeta. CV
Wingkel. Hastutu, sri, 2012. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Jakarta: Media Abadi

38

Anda mungkin juga menyukai