Anda di halaman 1dari 16

Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana

Topik : Praktik Pembinaan Akseptor KB


1. Suntik
2. AKDR
3. Vasektomi dan Tubektomi
Sub topik : Memahami cara praktik pembinaan akseptor KB dan
melaksanakan cara penggunaan akseptor KB Suntik,
AKDR, Vasektomi dan Tubektomi.
Waktu :

Dosen : Febri Adriati, S. ST

OBJEK PERILAKU SISWA

Setelah topic ini di bahas mahasiswa mampu mempraktikan pembinaan akseptor


KB dengan Suntik, AKDR, Vasektomi dan Tubektomi. Dan mampu menjelaskan
pembinaan akseptor KB sesuai dengan topic.

REFERENSI

Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : salemba


medika.

Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Tran Info
Media.
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
KB (keluarga berencana) Menurut WHO (1970) KB adalah upaya
membantu individu atau pasture untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga.
Pembinanaan adalah usaha untuk memberi pengarahan dan bimbingan
guna mencapai suatu tujuan tertentu. Pembinaan Akseptor KB adalah upaya yang
dilakukan petugas KB dalam menjaga atau memelihara kelangsungan atau
keberadaan peserta KB dan institusi masyarakat sebagai peserta dan pengelola KB
di daerahnya. Dalam pembinaan pada akseptor KB sangat penting terutama pada
pasangan usia subur yang baru menikah dalam penggunaan alat kontrasepsi
dengan tujuan memberikan dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan
KB serta penurunan angka kelahiran yang bermakna.

B. PRAKTIK PEMBINAAN AKSEPTOR KB


1. Suntik
a. Pengertian
Keluarga Berencana suntik merupakan metode kontrasepsi yang diberikan
melalui suntikan. Tingginya peminat suntikan karena sangat efektif dan
aman, dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi,
kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata empat bulan. Serta cocok
untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.
b. Jenis KB Suntik
Tersedia dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin, yaitu sebagai berikut.
1. Depomendroksiprogesteron asetat (DMPA), mengandung 150mg
DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik
intramuskular (di daerah bokong)
2. Depo norestisteron enantat (Depo noristerat), mengandung 200mg
noretindron enantat, diberikan setiap satu bulan dengan cara
disuntik intramuskular.
c. Cara kerja
1. Mencegah ovulasi
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma.
3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba
d. Efektivitas
Kedua jenis kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi
dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal penyuntikannya
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.
e. Keuntungan
1. Sangat efektif
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang
3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
4. Tidak mengandung esterogen, sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
5. Tidak memiliki pengaruh pada produksi ASI
6. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
7. Menurunkan kejadian tumor jinak payudara
8. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
9. Mencegah beberapa penyakit radang panggul
f. Kerugian
1. Sering ditemukan gangguan haid
2. Sering ditemukan masalah berat badan
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
sebelumnya
4. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentiaan penggunaan
g. Indikasi
1. Usia reproduksi
2. Telah memiliki anak
3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektifitas tinggi
4. Menyusui dan yang membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
5. Setelah abortus atau keguguran
6. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
h. Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil ( resiko cacat pada 7 janin per 100.000
kelahiran)
2. Memiliki riwayat perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya
3. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
4. Menderita diabetes melitus disertai komplikasi
5. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenore
i. Efek samping
Menjadi kacaunya pola pendarahan, terutama pada bulan-bulan pertama
dan sudah 3-12 bulan umumnya berhenti dengan tuntas. Seringkali berat
badan bertambah sampai 2-4 kg dalam waktu 2 bulan karena pengaruh
hormonal, yaitu progesterone. Progesterone dalam alat kontrasepsi tersebut
berfungsi untuk mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan
rahim untuk menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini juga
mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga sering kali
efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang menyebabkan berat
badan bertambah dan menurunnya gairah seksual. Sakit kepala dan nyeri
payudara.
j. Cara penggunaan
1. Kontrasepsi suntik DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intromuskuler dalam di daerah pantat. Apabila suntik
diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntik akan
lambat dan tidak bekerja segera dan efaktif. Suntikan diberikan
setiap 90 hari pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat untuk 3
injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi
kelima diberikan setiap 12 minggu.
2. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang
dibasahi oleh etil atau isopropil alkohol 60-90%. Biarkan kulit
kering sebelum disuntik, setelah kulit kering baru disuntik.
3. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-
gelembung udara, kontrasepsi tidak perlu di dinginkan. Bila
terdapatendapan putih pada dasar vial, upayakan
menghilangkannya dengan cara menghangatkannya.
k. Peringatan Bagi Akseptor
1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan
kehamilan.
2. Nyeri abdomen bawah yang berat, kemungkinan gejala kehamilan
ektopik tergantung.
3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
4. sakit kepala, migrain, sakit kepala berulang yang berat/kaburnya
penglihatan.
5. Peredarahan berat yang 2x lebih panjang dari masa haid atau 2 kali
lebih banyak dalam waktu 1 periode masa haid.
l. Kunjungan ulang
Klien harus kembali ketempat pelayanan kesehatan atau klinik untuk
mendapatkan suntikan dua belas minggu untuk suntikkan DMPA dan
setiap delapan minggu untuk noristerat.

2. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)


a. Pengertian
AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung
secarik kertas, diikat dengan benang lalu dimasukkan ke dalam rongga
rahim (Sulistyawati, Ari. 2011)
b. Jenis
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-3. karena itu berpuluh-
puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari genersi pertama
yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi
plastik(polietilen) baik yang diambah obat maupun tidak.
Contoh AKDR generasi ini ialah copper T, copper 7, Ypsilon-Y,
Progestasert, copper T3800A.
c. Mekanisme kerja
sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada yang berpendapat bahwa
AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang setempat,
dengan sebutan leukosit yang dapat melarutkan blastosis atau sperma.
Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga mungkin berbeda.
Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke dalam rongga
uterus juga menghambat khasiat anhidrase karbon dan fosfatase alkali.
AKDR yang mengeluarkan hormon juga menebalkan lendir serviks
sehingga menghalangi sperma.
d. Keuntungan
1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan
2. Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit
3. Kontrol medis yang ringan
4. Tidak menimbulkan efek sistemik
5. Alat ekonomis
6. Efektivitas cukup tinggi
7. Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik
(reversibel).
e. Kerugian
AKDR Non hormonal
1. Mengurangi volume darah haid dan mengurangi disminorrhoe.
2. Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae
(Asherman’s Syndrome).
AKDR hormonal
1. Perubahan siklus haid.
2. Haid lebih lama dan banyak.
3. Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
4. Disaat haid lebih sakit.
f. Indikasi
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nulipara
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan
kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7. Risiko rendah dari IMS
8. Tidak menghendaki metoda hormonal
9. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
11. Gemuk ataupun kurus
g. Kontraindikasi
1. Belum pernah melahirkan
2. Adanya perkiraan hamil
3. Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang
tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan
kanker rahim.
4. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
5. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
6. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP
atau abortus septic.
7. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak Rahim
yangdapat mempengaruhi kavum uteri.
8. Penyakit trofoblas yang ganas.
9. Diketahui menderita TBC pelvic.
10. Kanker alat genital
11. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
h. Efek Sampimg
1. Spotting
Keluarnya bercak-bercak darah diantara siklus menstruasi, spoting
akan muncul jika capek dan stress. Perempuan yang aktif sering
mengalami spotting jika menggunakan kontrasepsi AKDR.

2. perubahan siklus menstruasi


Setelah pemasangan AKDR siklus menstruasi menjadi lebih pendek.
Siklus menstruasi yang muncul lebih cepat dari siklus normal rata-rata
yaitu 28 hari dengan lama haid 3-7 hari, biasanya siklus haid berubah
menjadi 21 hari.

3. Amenore
Tidak didapat tanda haid selama 3 bulan atau lebih.

4. Dismenore
Munculnya rasa nyeri saat menstruasi.
5. Menorrhagea
Perdarahan berat secara eksesif selama masa haid atau haid yang lebih
banyak.
6. Fluor albus
Penggunaan AKDR akan memicu rekurensi vaginosis bacterial yaitu
keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan
bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob
menggantikan Lactobacillus
Pendarahan Post seksual. Pendarahan post seksual ini disebabkan
karena posisi benang AKDR yang menggesek mulut rahim atau
dinding vagina sehingga menimbulkan pendarahan.
i. Cara penggunaan
1. Dapatkan surat persetujuan yang telah di tanda tangani oleh klien.
2. Pastikan hasil pap smear berniali negatif, dan nilai
hemoglobin/hematokrit serta pemeriksaan lain berada dalam batas
normal.
3. Pastikan bahwa klien yang menginginkan pemasangan AKDR
4. Jelaskan prosedur yang dilakukan (pemeriksaan pelviks, spekulum,
tenakulum, dan pemasangan AKDR)
5. Lakukan pemeriksaan bimanual, jangan mempercayai temuan
pemeriksaan bimanual yang dilakukan orang lain sebelum
pemasangan AKDR.
6. Masukkan spekulum dan sesuaikan untuk mendapat kan ruang
pandang terluar sehingga memudahkan pemasangan AKDR.
7. Bersihkan serviks menyeruluh dengan cairan antiseptik untuk
mengurangi resiko infeksi.
8. Masukkan tenakulum ke dalam serviks
9. Lihatlah uterus menggunakan alat diagnostik untuk menentukan
posisi uterus, menyingkirkan obstruksisaluran uterus, dan
mengukur kedalaman rongga uterus.
10. Masukkan AKDR kedalam alat bantu pasangnya. Tindakan ini
merupakan prosedur steril, langkah ini dilakukan sejenak sebelum
pemasangan AKDR karena alat yang terbuka dari plastik ini akan
kehilangan kemampuan mempertahankan bentuknya sesaat setelah
alat tersebut tertanam dalam uterus.
11. Masukkan AKDR ke dalam uterus.
 Beritahu klien bahwa klien dapat merasakan kram
 Mula-mula teriklah dengan perlahan dan mantappada
tenakulum untuk memperkuat keduasisi uterus.
Pertahankan posisi ini sampai AKDR memasuki rongga
uterus.
 Masukkan AKDR ke dalam alat bantu pemasangannya
kedalam saluran serviks dan kedalam tulang internal
 Masukkan AKDR ke dalam ronggs uterus dengan cara
melepaskan dari alat bantu kemudian lakukan pemasangan
AKDR dengan cepat. Pemasukkan dengan menggunakan
alat bantu harus dilakukan secara perlahan-lahan untuk
mengurangi kemungkinan sinkop vasovagal. Jangan pernah
mendorong alat bantu ke rongga uterus karena berisiko bagi
anda.
12. Lepaskan alat bantu memasukkan AKDR dan tenakulum sesuai
prosedur yang tepat untuk AKDR yang digunakan.
13. Apabila benang akan di potong, maka potong tidak lebih dan tidak
kurang.
14. Lepaskan tenakulum apabila terjadi perdarahan pada daerah
pemasangan
15. Lepaskan spekulum
16. Bersihkan perineum
17. Beri kesempatan klien untuk beristirahat
18. Beri pendidikan kesehatan tentang cara memeriksa keadaan AKDR
19. Beri pembalut perineum
20. Catatlah semua temuan yang didapat

3. Vasektomi dan Tubektomi


a. Pengertian vasektomi (Metode Operasi pada Pria MOP)
menutup saluran sperma yang menyalurkan sperma dari pusat produksinya
di testis.
b. Keuntungan
1. Vasektomi adalah operasi kecil yang aman, sangat efektif dan
permanen.
2. Baik yang dilakukan pada pria yang tidak ingin memiliki anak-
anak.
3. Vasektomi adalah yang lebih murah dan tidak menimbulkan
komplikasi pada sterilisasi tubulus.
4. Pria memiliki kesempatan untuk melakukan kontrasepsi dengan
istrinya.
5. Tidak mempengaruhi kemampuan seorang pria dalam menikmati
hubungan seksual.
c. Kerugian
1. Beberapa pria takut vasektomi akan mempengaruhi
kemampuannya saat berhubungan seks atau menyebabkan masalah
ereksi.
2. Ada sedikit rasa sakit dan ketidak nyamanan beberapa hari setelah
operasi, rasa sakit ini biasanya dapat hilang dengan konsumsi obat.
3. Sering harus dilakukan dengan kompres es selama 4 jam untuk
mengurangi pembengkakan, pendarahan dan rasa tidak nyaman
dan harus memakai celana yang dapat mendukung skrotum selama
2 hari.
4. Operasi tidak efektif dengan segera. Pasien diharuskan memakai
kondom terlebih dahulu untuk membersihkan tabung dari sisa
sperma yang ada. Untuk mengetahui sudah steril atau tidak,
pemeriksaan mikroskopis biasanya dilakukan 20-30 kali setelah
ejakulasi.
5. Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi
menular seksual termasuk HIV.
6. Menyesal setelah vasektomi lebih besar pada orang yang masih di
bawah usia 25 tahun, kerap terjadi perceraian atau anak yang
meninggal.
7. Dibutuhkan 1-3 tahun untuk benar-benar menentukan apakah
vasektomi bisa bekerja efektif 100 persen atau tidak.
d. Efek Samping
1. Setelah vasektomi, tubuh Anda masih memproduksi sperma seperti
sebelumnya, hanya tidak lagi dikeluarkan lewat ejakulasi.

2. Sensasi kenikmatan orgasme tidak berkurang

3. Cairan sperma menyumbang sekitar 10% dengan volume ejakulasi pada


pria yang tidak divasektomi dan tidak signifikan mempengaruhi
penampilan, tekstur, bau atau rasa ejakulasi.
e. Indikasi
Sebagaian besar pasangan yang meminta sterilisasi telah memikirkan
operasi ini dalam waktu yang cukup lama. Indikasi dilakukan vasektomi
adalah
1. Pasangan yang sangat yakin bahwa keluarga mereka sudah
lengkap
2. Individu atau pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak
3. Apabila salah satu pasangan memiliki risiko bermakna
mewariskan suatu penyakit herediter atau mengidap sakit kronik
yang akan (pada wanita) menjadi kontraindikasi untuk hamil atau
mempengaruhi kemampuan pasangan untuk membesarkan anak.
Pada kedua keadaan yang terakhir, sterilisasi pasangan yang
terkena merupakan hal yang dapat diterima.
f. Kontraindikasi
1. Masalah perkawinan/ hubungan suami istri
2. Usia muda
3. Penentuan waktu dilakukan sterilisasi, wanita yang menjalani
sterilisasi segera setelah melahirkan atau menjalani aborsi lebih
besar kemungkinannya meminta pemulihan.
4. Penyakit psikiatrik di salah satu pasangan
g. Cara pengguanaan
Teknik vasektomi tanpa pisau
1. Celana dibuka dan baringkan pasien dalam poisi telentang
2. Rambut di daerah skrotum dicukur sampai bersih.
3. Penis diplester ke dinding perut
4. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam pangkal
paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang
seperti larutan Iodofor (Betadine) atau larutan Klorheksidin
(Hibiscrub) 4%.
5. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril
berlubang
6. Tepat di linea mediana di atas vas deferens, kulit skrotum diberi
anestesi local (Prokain atau Novokain atau Xilokain 1%) 0,5 ml,
lalu jarum diteruskan masuk sejajar vas deferens kea rah distal,
kemudian dideponir lagi masing-masing 3 – 4 ml, prosedur ini
dilakukan sebelah kanan dan kiri
7. Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan difiksasi di
dalam lingkaran klem fiksasi pada garis tengah skrotum. Kemudian
klem direbahkan ke bawah sehingga vas deferens mengarah ke
bawah kulit.
8. Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari vas deferens,
tepat di sebelah distal lingkaran klem dengan sebelah ujung klem
diseksi dengan membentuk sudut ± 45°. Sewaktu menusuk vas
deferens sebaiknya sampai kena vas deferens, kemudian klem
diseksi ditarik, tutupkan ujung-ujung klem dan dalam keadaan
tertutup ujung klem dimasukkan kembali dalam lobang tusukan,
searah jalannya vas deferens.
9. Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua lapisan
jaringan dari kulit sampai dinding vas deferens akan dapat
dipisahkan dalam satu gerakan. Setelah itu dinding vas deferens
yang telah telanjang dapat terlihat.
10. Dengan ujung klem diseksi menghadap ke bawah, tusukkan salah
satu ujung klem ke dinding vas deferens; dan ujung klem diputar
menurut arah jarum jam, sehingga ujung klem menghadap ke atas.
Ujung klem pelan-pelan dirapatkan dan pegang dinding anterior
vas deferens. Lepaskan klem fiksasi dari kulit dan pindahkan untuk
memegang vas deferens yang telah terbuka. Pegang dan fiksasi vas
deferens yang sudah telanjang dengan klem fiksasi lalu lepaskan
klem diseksi.
11. Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan sekitarnya
dipisahkan pelan-pelan ke bawah dengan klem diseksi. Kalau
lobang telah cukup luas, lalu klem diseksi dimasukkan ke lobang
tersebut. Kemudian buka ujung-ujung klem pelan-pelan paralel
dengan arah vas deferens yang diangkat. Diperlukan kira-kira 2 cm
vas deferens yang bebas. Vas deferens di-crush secara lunak
dengan klem diseksi, sebelum dilakukan ligasi dengan benang
sutra 3 – 0.
12. Di antara dua ligasi kira-kira 1 – 1,5 cm vas deferens dipotong dan
diangkat. Benang pada putung distal sementara tidak dipotong.
Kontrol perdarahan dan kembalikan putung-putung vas deferens
dalam skrotum.
13. Tarik pelan-pelan benang pada puntung yang distal. Pegang secara
halus fasia vas deferens dengan klem diseksi dan tutup lobang fasia
dengan mengikat sedemikan rupa sehingga puntung bagian
epididimis tertutup dan puntung distal ada di luar fasia.
Apabila tidak ada perdarahan pada keadaan vas deferens tidak
tegang, maka benang yang terakhir dapat dipotong dan vas
deferens dikembalikan dalam skrotum.
14. Lakukanlah tindakan di atas (Langkah 13) uuntuk vas deferens
sebelah yang lain, melalui luka di garis tengah yang sama. Kalau
tidak ada perdarahan, luka kulit tidak perlu dijahit hanya
diaproksimasikan dengan band aid atau tensoplas.
h. Kunjungan ulang
Kunjungan ulang dilakukan dengan jadwal sebagai berikut:
1. Seminggu sampai dua minggu setelah pembedahan. Lakukan
anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut:
a. Anamnesis meliputi keadaan kesehatan umum, adanya demam,
rasa nyeri, perdarahan dari bekas operasi, atau alat kelamin.
b. Pemeriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan lukam dan
perawatan sebagaimana mestinya.
2. Sebulan setelah operasi. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan
sebagai berikut:
a. Anamnesis meliputi keadaan kesehatan umum, dan sanggama.
b. Pemeriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan fisik umum
dan alat genitalia.
3. Tiga bulan dan setahun setelah operasi. Lakukan anamnesis dan
pemeriksaan sebagai berikut:
a. Anamnesis meliputi keadaan kesehatan umum, senggama, sikap
terhadap kontrasepsi mantap, dan keadaan kejiwaan si akseptor.
b. Pemeriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan kesehatan
umum.
c. Lakukan analisa sperma setelah 3 bulan pasca vasektomi atau 10
– 12 kali ejakulasi untuk menilai hasil pembedahan.

a. Pengertian Tubektomi (Metode operasi pada Wanita MOW)


Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita atau
saluran bibit pria yang mengakibatkan orang atau pasangan yang
bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi.
b. Keuntungan
Keuntungan dari Tubektomi adalah sebagai berikut :
1. Motivasi hanya dilakukan 1 kali saja, sehingga tidak diperlukan
motivasi yang berulang-ulang.
2. Efektivitas hampir 100%
3. Tidak mempengaruhi libido seksual
4. Kegagalan dari pihak pasien tidak ada
c. Kerugian
1. Metode kontrasepsi ini tidak dapat dipulihkan karena permanen
2. Tidak terjadi kesuburan
3. Tidak akan terjadi kehamilan berikutnya sehingga wanita bisa
menyesal
4. Rasa sakit dalam jangka pendek setelah perawatan medis
5. Kemungkinan infeksi terjadi jika prosedur operasi tidak dilakukan
dengan benar
d. Indikasi
Seminar kuldoskopi Indonesia pertama (1972) telah mengambil keputusan
tentang indikasi tubektomi sebagai berikut :
1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup
2. Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup
3. Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup
e. Kontraindikasi
Adapun kontraindikasi dari tubektomi :
1. Hamil.
2. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan.
3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut.
4. Belum memberikan persetujuan tertulis.
5. Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
6. Usia di bawah 30 tahun yang belum dan masih ingin memiliki
anak.
Sterilisasi seharusnya ditawarkan pada wanita di bawah 30 tahun hanya
dalam keadaan yang sangat khusus.
f. Cara penggunaan tubektomi
Cara tubektomi dapat dibagi berdasarkan atas :
1. Saat operasi
Tubektomi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan
atau masa interval sesudah keguguran tubektomi dapat langsung
dilakukan. Dianjurkan agar tubektomi pasca persalinan sebaiknya
dilakukan dalam 24 jam, atau selambat-lambatnya dalam 48 jam
setelah bersalin.
Tubektomi pada persalinan lewat 48 jam akan dipersulit oleh
edema tuba, infeksi dan kegagalan. Edema tuba akan berkurang
setelah hari ke 7-10 pasca persalinan. Tubektomi setelah hari itu
akan lebih sulit dilakukan karena alat-alat genital telah menciut
dan mudah berdarah.
2. Cara mencapai tuba
Cara-cara yang dilakukan di indonesia saat ini ialah dengan
laparotomi, laparotomi mini, dan laparoskopi.
 Laparotomi
Cara mencapai tuba melalui laparotomi biasa, terutama pada masa
pasca persalinan, merupakan cara yang banyak dilakukan di
Indonesia sebelum tahun 70an. Tubektomi juga dilakukan
bersamaan dengan seksio sesarea, dimana kehamilan selanjutnya
tidak diinginkan lagi, sebaiknya setiap laparotomi harus dijadikan
kesempatan untuk menawarkan tubektomi.
 Laparotomi mini
Laparotomi khusus tubektomi ini paling mudah dilakukan 1-2-hari
pasca persalinan. Uterus yang masih besar, tuba yang masih
panjang, dan dinding perut yang masih longgar memudahkan
mencapai tuba dengan sayatan kecil sepanjang 1-2 cm dibawah
pusat. Kalau tubektomi dilakukan pada 3-5 hari postpartum, maka
dapat dilakukan insisi mediana karena uterus dan tuba telah
berinvolusi. Dilakukan insisi mediana setinggi 2 jari dibawah
fundus uteri sepanjang 1-2 cm.
 Laparoskopi
Laparoskop dimasukkan ke dalam selubung dan alat panggul
diperiksa. Tuba dicari dengan menggunakan manipulasi uterus
dari kanula rubin, lalu sterilisasi dilakukan dengan menaggunakan
cincin folope yang dipasang pada pars ampularis tuba. Setelah
yakin tidak terdapat perdarahan, pnemoperitonium dikelurkan
dengan menekan dinding perut. Luka ditutup dengan 2 jahitan
subkutikuler, lalu dipasang band aid. Pasien dapat dipulang 6-8
jam.
3. Cara penutupan tuba
Cara tubektomi yang dapat dilakukan adalah cara Pomeroy,
Kroener, Irving, pemasangan cincin folope, klip filshie, dan
elektro-koagulasi disertai pemutusan tuba.

KESIMPULAN

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya


kehamilan upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat
permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakansalah satu variebel yang
mempengaruhi fertilisasi.
Adanya teknologi kontrasepsi terkini akan terus mengantisipasi
beberapa hambatan dalam penggunaan alat kontrasepsi, sehingga dapat
mengurangi efek samping, menambah kenyamanan dalam
menggunakan kontrasepsi. Untuk itu setiap tenaga kesehatan
harus mengetahui teknologi-teknologi kontrasepsi terkin i.

EVALUASI

PERTANYAAN
1. Alat yang digunakan tubektomi untuk mengetahui lokasi tuba adalah ?
a. USG
b. Laparskopi
c. Endoskopi
d. Mikroskop
e.EKG
Jawaban : B

2. Pada bagian apakah yang dilakukan pemotongan pada tindakan


vasektomi ?
a. Skrotum
b. Penis
c. Vesika seminalis
c. Vas deferens
d. Epididimis
Jawaban : C

3. Apa yang akan anda lakukan jika ditemukan obat dalam vial alkon KB
mengendap ?
a. Dikocok sampai endapannya hilang
b. Tidak digunakan karena sudah rusak
c. Vial direndam dalam air hangat
d. Endapan di biarkan dan obat tetap digunakan
Jawaban : C

4. Manakah pernyataan yang paling tepat untuk jenis alat kontrasepsi


suntik ?
a. DMPA mengandung 150mg, progesteron acetat, diberikan setiap
tiga bulan
b. DMPA mengandung 200mg, noristerat, diberikan setiap tiga
bulan
c. DMPA mengandung 150mg, noristerat, diberikan setiap tiga
bulan
d. DMPA mengandung 200mg, progesteron , diberikan setiap satu
bulan
Jawaban : A

5. Kontraindikasi pada pemasangan KB AKDR ?


a. Adanya perkiraan hamil
b. Usia reproduktif
c. Keadaan nulipara
d. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Jawaban : A

Anda mungkin juga menyukai