Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum ke-9 Hari/ Tanggal : Jumat, 5 April 2019

Teknik Persiapan dan Dosen : Dr. Drh. Gunanti, MS


Perawatan Pasca Operasi Drh. Henny Endah Anggraeni, MSc
Drh. Tetty Barunawati, MSi
Drh. Surya Kusuma Wijaya, MSi
Drh. Heryudianto Vibowo, MSi
Asisten : Nafisah Zahra, A.Md
Zahara Kadri, A.Md

PERSIAPAN, PROSES DAN PERAWATAN PASCA OPERASI


KASTRASI KUCING

Kelompok 3/P2

M Farhan Indra S J3P117023


I Gusti Agung Jasmine J3P117061
Vannesha Oliveia J3P117074
Azijah Arrachmi J3P217088
Noviera Miralastari J3P217090

PROGRAM STUDI PARAMEDIK VETERINER


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Pendahuluan
Sterilisasi merupakan tindakan pembedahan yang dilakukan untuk
mengangkat atau menghilangkan testis pada jantan dan ovarium pada betina.
Sterilisasi pada hewan jantan disebut kastrasi atau orchiectomy sedangkan yang
dilakukan pada hewan betina disebut ovariohysterectomy (Sardjana dan Kusumawati
2011). Orchiectomy adalah prosedur pembedahan untuk membuang testis dan
spermatic cord (cordaspermatica) yang bertujuan untuk sterilisasi seksual maupun
kerusakan akibat trauma (Widyaputri dkk 2014). Orchiectomy pada hewan jantan
dilakukan dalam keadaan tidak sadar atau mengunakan anestesi umum.
Metode orchiectomy terbagi menjadi dua yaitu metode terbuka dan metode
tertutup. Sayatan pada metode terbuka dilakukan sampai tunika vaginalis communis,
sehingga testis dan epididimis tidak terbungkus. Sedangkan sayatan pada metode
tertutup hanya sampai tunika dartos, sehingga testis masih terbungkus oleh tunika
vaginalis communis.

1.2 Tujuan

Mengetahui dan memahami prosedur orchiectomy atau kastrasi pada kucing


dimulai dari persiapan alat hingga perawatan pasca operasi.
BAB II
METODE
2.1 Waktu dan tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 5 April 2019 pukul 07.00-
11.00 WIB di Klinik Hewan Sekolah Vokasi IPB.

2.2 Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat bedah minor yaitu,
towel clamp, scalpel dan blade, pinset sirurgis, pinset anatomis, gunting lurus
runcing-runcing, gunting lurus runcing tumpul, gunting lurus tumpul-tumpul,
gunting bengkok runcing-runcing, gunting bengkok runcing tumpul, gunting
bengkok tumpult-tumpul, tang arteri lurus anatomis, tang arteri bengkok anatomis,
tang arteri lurus sirurgis, tang arteri bengkok sirurgis, needle holder, meja operasi,
lampu operasi, meja alat, spoit, tali, duk,

2.3 Cara kerja

2.3.1 Persiapan Ruang Operasi


Lantai ruang operasi, meja operasi, meja alat, meja obat-obatan, meja
perlengkapan operator/asisten, lampu operasi, gagang infus, dan peralatan
penunjang lainnya dibersihkan. Kemudian didesinfeksi dengan disinfektan,
ruangan bisa disterilisasi menggunakan formaline tablet dan disinfektan.
2.3.2 Persiapan Obat-Obatan
Obat –obatan yang digunakan sebelum operasi, selama operasi, dan sesudah
operasi disiapkan diatas meja operasi yang sudah dibersihkan. Obat-obatan yang
digunakan seperti agen antiseptic dan desinfektan adalah senyawa alkohol dan
senyawa iodine. Obat bius dan kombinasinya adalah ketamine HCL 10%,
xylazine HCL 10%, dan premedikasi yang digunakan adalah sulfas atropine.
Antibiotic yang digunakan selama operasi penicillin dan setelah operasi
amoxyline. Setelah operasi selesai diberikan tetramycin. Obat-obatan diberikan
dengan dosis pemberian yang sudah dihitung sebelumnya.
2.3.3 Persiapan Peralatan Bedah/Operasi
2.3.3.1 Pembungkusan Dan Teknik Sterilisasi Peralatan Operasi
Minor
Peralatan dicuci dengan sabun kemudian dibilas dengan air
mengalir sebanyak 10-15 kali. Lalu dikeringkan dengan lap steril. Setelah
kering peralatan dimasukkan kedalam wadah sesuai dengan urutannya.
Sebelum dibungkus diatas wadah peralatan disusun juga kain duk untuk di
sterilisasi. Kemudian dibungkus dengan dua lapis kain. Lapisan pertama
dibungkus dengan sejajar dan setiap lipatan dibuat lidah untuk
memudahkan membuka. Lapisan kedua dibungkus dengan diagonal dan
setiap lipatan dibuat lidah. Setelah selesai membungkus diberi label dan
dimasukkan dalam sterilisator pada suhu 100o C selama 1 jam. Setelah
sterilisator dimatikan, diamkan selama 15 menit, kemudian sterilisator
dibuka dan peralatan ditata diatas meja, alat disesuaikan dengan urutan
fungsinya.
2.3.3.2 Peralatan Tambahan di Meja Peralatan
Meja peralatan selain peralatan bedah minor dan kain duk yang
sudah disterilisasi dilengkapi dengan tampon bulat dan persegi, jarum
berpenampang bulat dan segitiga, benang cat gut, dan benang silk.
2.3.4 Persiapan Operator dan Asisten
2.3.4.1 Pembungkusan dan Teknik Sterilisasi Perlengkapan
Operator/Asisten
Perlengkapan operator/asisten dicuci dengan sabun ,
dibilas/dilaundry, lalu dilipat dan dibungkus dengan benar, ditata sesuai
urutannya. Urutan dari bawah keatas meliputi sarung tangan yang
dibungkus dengan benar, baju operasi yang sudah dilipat dengan benar,
sepasang sikat dan handuk yang dilipat dengan benar, masker dan tutup
kepala. Kemudian dibungkus dengan dua lapis kain. Lapisan pertama
dibungkus dengan sejajar dan setiap lipatan dibuat lidah untuk
memudahkan membuka. Lapisan kedua dibungkus dengan diagonal dan
setiap lipatan dibuat lidah. Setelah selesai membungkus diberi label dan
dimasukkan dalam sterilisator pada suhu 100o C selama 1 jam. Setelah
sterilisator dimatikan, diamkan selama 15 menit, kemudian sterilisator
dibuka dan perlengkapan operator/asisten diletakkan diatas meja operator
dan siap digunakan.
2.3.5 Persiapan Hewan
Persiapan hewan meliputi pemeriksaan sejarah hewan, pemeriksaan fisik,
informasi pre-operatif pasien dan stabilisasi pasien. Pemeriksaan fisik meliputi
kondisi tubuh (suhu, frekuensi pernafasan, frekuensi denyut jantung, frekuensi denyut
nadi, CRT, dan limfonodus). Daerah bedah dipreparasi dengan mencukur rambut
daerah sayatan. Pencukuran dilakukan dengan berlawanan terhadap arah tumbuhnya
rambut. Lalu dibersihkan dengan sabun antibakteri, sisa-sisa rambut yang tidak dapat
tercukur dicukur dengan menggunakan silet. Setelah selesai pencukuran dibilas
dengan air dan dikeringakan, kemudian diberi antiseptic berupa alkohol 70%. Teknik
pemberiannya yaitu diusapkan dari daerah insisi (tengah-tengah) kemudian ke perifer
dengan gerakan melingkar. Tidak boleh diusapkan dari perifer ke tengah. Lalu hewan
diletakkan diatas meja operasi dan diikat dengan menggunakan simpul tomfool.
2.3.5.1 Preparasi Kulit Steril/Terantiseptik
Hewan diposisikan dengan tepat, kemudian diberi antiseptik berupa
iodine. Teknik pemberiannya yaitu diusapkan dari daerah insisi (tengah-
tengah) kemudian ke perifer dengan gerakan melingkar. Tidak boleh
diusapkan dari perifer ke tengah. Lalu hewan ditutup dengan kain duk kecuali
lokasi sayatan.
2.3.5.2 Orientasi Sayatan
Insisi dari cranial ke caudal pada scrotum testis sebelah kanan lakukan
pemisahan dan penyayatan skrotum dari ligamen-ligamen yang menempel
pada pembungkus testis dan buat tarikan funiculus spermaticus sampai
maksimal setelah itu pemifiksasian serta penjahitan funiculus spermaticus.
2.3.5.3 Teknik Operasi
Metode terbuka dengan sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis
communis, sehingga testis dan epididimis tidak lagi terbungkus dan metode
tertutup dengan sayatan hanya sampai pada tunika dartos, sehingga testis
masih terbungkus oleh tunika vaginalis communis.
2.3.5.4 Penanganan Pasca Operasi
Setelah selesai dilakukan operasi lokasi sayatan yang sudah dijahit
diolesi povidone iodine dan bioplacenton. Lalu disuntikan tetramycine secara
intra muckular. Hewan dipasangi e-colar dan ditempatkan pada lingkungan
yang hangat, dan ditunggu sampai sadar. Setelah sadar diberikan antibiotic
secara peroral yaitu amoxylin dua kali sehari selama 5 hari. Selain antibiotic
hewan diberikan makan dan minum secukupnya. Pemeriksaan fisik
dilakukan setiap hari dan pemberian bioplacenton dengan penggantian kassa
dan gurita. Pada hari keenam atau ketujuh jahitan dibuka.
BAB III
HASIL
3.1 Signalement

Nama Blake 2
Jenis Kucing
Ras Domestik
Umur ± 4 tahun
Warna rambut Putih, abu-abu
Warna kulit Putih, hitam
Berat Badan 3,3 kg
Jenis Kelamin Jantan

3.2 Anamnese
Blake 2 tidak memiliki riwayat penyakit, dan saat dilakukan pemeriksaan sebelum
operasi tidak terdapat kelainan.

3.3 Perhitungan dosis obat

Dosis
Konsentrasi Volume
Obat Golongan Obat (mg/Kg Rute Waktu
(mg/ml) Obat (ml)
BB)

Sulfas
0,025 0,25
Atropine Premedikasi 0,33 SC 08.42 WIB
Xylazine 2% Xylazin = 20
Xylazin = 2
+ Ketamine Anastesi Ketamin = 0,66 IM 08.57 WIB
Ketamin = 10
k10% 100
Ketamine
10 100
1/2dosis Anastesi 0,165 IM 09.38 WIB
Ketamine
10 100
1/2dosis Anastesi 0,165 IM 09.40 WIB
Ditetes pada
- -
Penicillin Antibiotik 0,8 area sayatan 9.55 WIB
Terramycin Antibiotik 14 50 0,93 IM 10.03 WIB
Pasca
operasi
Amoxicillin Antibiotik 20 25 2,64 Oral
08.00 WIB
20.00 WIB
Rumus = Dosis (mg/kg BB) x Berat badan (kg)
Sediaan (mg/ml)
a) Atropin Sulfas
Dosis = 0,025 mg/kgBB
Sediaan = 0,25 mg/ml
Rumus = 0,025 mg/kg BB x 3,3 kg = 0,33 ml
0,25 mg/ml
b) Xylazine 2%
Dosis = 2 mg/kg BB
Sediaan = 20 mg/ml
Rumus = 2 mg/kg BB x 3,3 kg = 0,33 ml
20 mg/ml
c) Ketamin 10%
Dosis = 10 mg/kg BB
Sediaan = 100mg/ml
Rumus = 10 mg/kg BB x 3,3 kg = 0,33 ml
100 mg/ml
d) Terramycin
Dosis = 14 mg/kg BB
Sediaan = 50 mg/ml
Rumus = 14 mg/kg BB x 3,3 kg = 0,93 ml
50 mg/ml
e) Penicillin
Rumus = 3.000.000 IU = 200.000 IU/ml
15 ml
= 200.000 IU/ml = 4 ml
50.000 IU
= 4ml = 0,8 ml
5
f) Amoxicillin
Dosis = 20 mg/kg BB
Sediaan = 25 mg/ml
Rumus = 20 mg/kg BB x 3,3 kg = 2,64 ml
25 mg/ml
3.4 Pemeriksaan Fisik
3.4.1 Pemeriksaan Fisik Pre Operasi
Parameter Keadaan Normal Setelah Pemberian Setelah
(Menit 0) Atropine (Menit Pemberian
15) Xylazine dan
Ketamine
(Menit 30)
Temperature 37.8 37.9 38.2
(kali/menit)
Frekuensi nafas 40 37 35
(kali/menit)
Denyut jantung 176 169 157
(kali/menit)
Pulsus nadi 168 165 146
Reflek pupil Ada Ada Ada
Diameter pupil (cm) 1.3 1.2 1.2

Gambar 1. Pemeriksaan Fisik Pre Operasi

3.4.2 Pemeriksaan Fisik Ter-Anastesi-Operasi-Sadar


Parameter Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit
45 60 75 90 105 120 135 150
Temperature 37.8 37 36.2 35.0 34.8 34.5 34.4 35.4
(kali/menit)
Frekuensi nafas 36 40 40 41 40 46 44 48
(kali/menit)
Denyut jantung 172 156 108 128 116 104 108 96
(kali/menit)

Pulsus nadi 116 110 108 120 112 104 104 92


Reflek pupil Ada Tidak Tidak Tidak Tidak Ada Ada Ada
ada ada ada ada
Diameter pupil 1.2 0.7 0.9 0.9 1 1 0.9 0.9
(cm)

Gambar 2. Pemeriksaan Fisik Ter-Anastesi-Operasi-Sadar

3.4.3 Pemeriksaan fisik pasca operasi hari ke 1-9


Parame Sabt Sabt Min Min Seni Seni Sela Sela Rabu Rabu Kami Kamis
ter u u ggu ggu n n sa sa pagi seore s sore
pagi sore pagi sore pagi sore pagi sore (10/4 (10/4 pagi (11/4/1
(6/4/ (6/4/ (7/4/ (7/4/ (8/4/ (8/4/ (9/4/ (9/4/ /19) /19) (11/4 1/19)
19) 19) 19) 19) 19) 19) 19) 19) /19)
Temper 38.3 38.5 38.1 37.8 37.8 38.5 38.3 38.1 37.4 38.3 38.1 38.3
ature
Frek. 28 31 55 30 48 42 45 52 48 40 35 54
Nafas
Denyut 128 192 148 180 168 116 172 176 176 168 184 176
jantung
Pulsus 132 184 134 176 168 120 167 168 170 160 160 168
nadi
Pakan +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
Minum +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
Urin Ada Ada Ada - Ada Ada Ada - Ada - Ada Ada
Feses - - Ada - Ada - Ada Ada Ada Ada Ada -
Muntah - - - - - - - - - - Ada -

Gambar 3. Pemeriksaan fisik pasca operasi hari ke 1-9

3.5 Berita Acara


No Perlakuan Oleh Waktu

1 Pemberian atropin sulfas (SC) Azijah Arrachmi 08.42 WIB


2 Pemberian anestetikum xylazine 2% dan Vannesha Oliveia 08.56 WIB
ketamin 10% (IM)
3 Hewan ter-anastesi - 09.02 WIB
4 Pencukuran rambut di area testis M. Farhan 09.03 WIB
5 Hewan sadar - 09.35 WIB
6 Pemberian ketamin 1/2 dosis (SC) Azijah Arrachmi 09.37 WIB
7 Pemberian ketamin 1/2 dosis (SC) Azijah Arrachmi 09.39 WIB
8 Operasi dilanjutkan Drh. Tetty 09.41 WIB
.9 Pengikatan pembuluh darah pada testis Drh. Tetty 09.45 WIB
sebelah kiri
10 Pemotongan testis sebelah kiri Drh. Tetty 09.47 WIB
11 Penyayatan pada testis sebelah kanan Drh. Tetty 09.48 WIB
12 Pengikatan pembuluh darah pada testis Drh. Tetty 09.50 WIB
sebelah kanan
13 Pemotongan testis sebelah kanan Drh. Tetty 09.52 WIB
14 Hewan urinasi - 09.52 WIB
15 Pemberian NaCl 0,9% pada area sayatan Azijah Arrachmi 09.54 WIB
16 Pemberian penicillin pada area sayatan Azijah Arrachmi 09.55 WIB
17 Penjahitan pada area sayatan di scrotum Noviera Miralastari 09.56 WIB
18 Pemberian teramycin (IM) Azijah Arrachmi 10.00 WIB

3.6 Perkembangan Bekas Luka dan Jahitan Hari Ke 1-6


Hari Keterangan Perlakuan Gambar
1. Muntah pasca operasi Pembersihan pada kandang
(5 April 2019) dan mengganti korannya

2 Hari pertama pasca Dibasuh dengan air hangat.


operasi (6 April 2019). Kemudian diberi povidone
Membengkak. iodine dan bioplacenton.

3. Luka diberi betadine Dibasuh dengan air hangat,


dan bioplacenton (7 dan keropeng diambil.
April 2019). Kemudian diberi povidone
Membengkak dan iodine dan bioplacenton.
terdapat keropeng
berwarna hitam
disekitar sayatan.
4. Membengkak dan Dibasuh dengan air hangat,
terdapat keropeng dan keropeng diambil.
berwarna hitam Kemudian diberi povidone
disekitar sayatan. (8 iodine dan bioplacenton.
April 2019)
5. Luka masih sedikit Dibasuh dengan air hangat,
bengkak dan masih ada dan keropeng diambil.
keropeng (9 April Kemudian diberi povidone
2019) iodine dan bioplacenton.

6. Sudah tidak bengkak Dibasuh dengan air hangat,


dan tidak ada keropeng dan keropeng diambil.
(10 April 2019) Kemudian diberi povidone
iodine dan bioplacenton.

7. Sudah tidak bengkak Dibasuh dengan air hangat,


dan tidak ada keropeng dan keropeng diambil.
(11 April 2019) Kemudian diberi povidone
iodine dan bioplacenton.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pre Anastesi
Tata cara yang dilakukan pre operasi, operasi, dan pasca operasi operasi atau
bedah kastrasi yaitu sebelum operasi kastrasi dilakukan, alat-alat operasi
dipersiapkan dan dilakukan pemeriksaan fisik.
Alat berupa duk yang berfungsi sebagi pelindung pasien dari kontaminan dan
sebagai alas untuk meletakkan alat-alat operasi yang digunakan selama
operasi berlangsung. Alice forceps dan towl
clamp yang berfungsi untuk menjepit duk agar menempel atau melekat pada kulit.
Needle holder yang berfungsi untuk memegang jarum. Pinset yang berfungsi untuk
memegang jaringan. Gunting yang berfungsi untuk memotong jaringan. Pisau scalpel,
berfungsi untuk menginsisi kulit scrotum dan mencukur daerah sekitar testis
Setelah semua disiapkan hal yang pertama kali dilakukan yaitu preanestesi
kucing dengan pemberian atropin (injeksikan secara subkutan), lalu 15 menit
kemudian anastesi dengan ketamin dan xylazine secara intramuscular pada bagian
kanan kaki kucing, kucing direbah dorsal, ke tempat ekstremitas, difiksasi dalam
posisi simetris, kemudian basahi bulu-bulu scrotum dan daerah sekitar scrotum
dengan air sabun lalu cukur dan bersihkan dengan alkohol 70%.
4.2 Operasi
Metode kastrasi dibagi menjadi dua macam yakni metode terbuka dengan
sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis communis, sehingga testis dan epididimis
tidak lagi terbungkus dan metode tertutup dengan sayatan hanya sampai pada tunika
dartos, sehingga testis masih terbungkus oleh tunika vaginalis communis ( Komang et
al 2011) . Peningkatan dan penyayatan pada funiculus spermaticus, kucing yang akan
dikebiri harus dalam keadaan sehat dan tidak untuk kucing berusia tua. Sebagian
besar kucing dikebiri ketika berumur 5-8 bulan, dikarenakan para ahli perilaku hewan
menyarankan mengkebiri kucing sebelum memasuki masa puber lebih baik, karena
dapat mencegah munculnya sifat atau perilaku kucing yang tidak diinginkan
( Frandson 1993).
Buat sayatan atau insisi dari cranial ke caudal pada scrotum testis sebelah
kanan lakukan pemisahan dan penyayatan skrotum dari ligamen-ligamen yang
menempel pada pembungkus testis dan buat tarikan funiculus spermaticus sampai
maksimal setelah itu pemifiksasian serta penjahitan funiculus spermaticus.
Pemotongan funiculus spermaticus dilakukan pada bagian caudal dengan simpul
jahitan. Lalu pengembalian sisa funiculus spermaticus dan pemberian antibiotik pada
skrotum. Kemudian jahit scrotum dengan menggunakan metode sederhana terputus
dengan satu jahitan , setelah itu bersihkan bekas jahitan dengan desinfektan ( alkohol )
kemudian olesi luka operasi tersebut dengan betadine ( Bojrab et al 2014).
Setelah semua persiapan telah siap, kucing diberikan duk disekitar bagian
scrotum dengan scrotum tidak tertutup duk. Pada bagian scrotum di tekan dengan
tangan sampai terlihat batas tengah antara kedua testis. Batas tersebut diinsisi dengan
menggunakan blade dan panjang sayatan disesuaikan dengan ukuran testis.
Selanjutnya bagian tunica vaginalis comunis dari salah satu testis ikut disayat sampai
testis menyembul keluar dengan menekan bagian testis. Setelah testis menyembul
keluar, testis ditarik sampai terlihat spermatic cord (duktus deferens dan pembuluh
darah).
Kemudian dilakukan ligasi menggunakan arteri clamp pada masing-masing
duktus deferens dan pembuluh darah. Kemudian diligasi dengan artericlamp, masing-
masing duktus deferens dan pembuluh darah diligasi menggunakan catgut chromic 3-
0 diantara arteri clamp dan testis sampai benar-benar terligasi secara kuat, hal tersebut
bertujuan agar tidak terjadi perdarahan saat pemotongan testis. Setelah masing-
masing diligasi, pembuluh darah dan duktus deferens diligasi menjadi satu
menggunakan catgut chromic 3-0 agar benar-benar terikat kuat.
Kemudian sesudah dilakukannya ligasi, testis dipotong menggunakan gunting,
pemotongan dilakukan di antara testis dan ligasi, untuk testis berikutnya juga
dilakukan dengan metode yang sama dengan testis sebelumnya. Setelah kedua testis
terambil, disemprotkan dengan menggunakan spuit yang berisi NaCl setelah itu
masukan antibiotik (penisilin) yangg berfungsi untuk mencegah adanya kontaminasi
bakteri yang dapat menghambat proses penyembuhan. Kedua testis telah dipotong,
selanjutnya dilakukan penjahitan pada kulit bagian luar yang diinsisi (scrotum)
menggunakan benang silk dengan jahitan terputus sederhana sebanyak satu jahitan.
4.3 Pasca Operasi

A B
Gambar 4. Bahan anestetikum (a) Ketamin 10% (b) Xylazine 2%

Ketamin adalah anestesi umum non barbiturat yang bekerja cepat dan
termasuk dalam golongan fenyl cyclohexylamine dengan rumus kimia 2-(0-
chlorophenil) – 2 (methylamino) cyclohexanone hydrochloride. Ketamin dengan
pemberian tunggal bukan anestetik yang bagus, karena obat ini tidak merelaksasi
muskulus bahkan kadang-kadang tonus sedikit meningkat. Adapun dosis ketamin
untuk kucing adalah 10-15 mg/kgBB (Napier and Napier 2009). Xylazin
menyebabkan penekanan sistem saraf pusat yang diawali dengan sedasi kemudian
pada dosis yang lebih tinggi digunakan untuk hipnotis, sehingga akhirnya hewan
menjadi tidak sadar dan teranestesi. Di dalam anestesi hewan, xylazin biasanya
paling sering digunakan dengan kombinasi ketamin. Xylazin menimbulkan efek
relaksasi muskulus centralis. Selain itu, xylazin juga mempunyai efek analgesi.
Hewan yang diberikan bahan anestetikum pada kelompok kami ter-anestesi
dalam waktu 5 menit, hal ini sesuai dengan Kusumawati dan Sardjana (2004) bahwa
waktu ter-anastesi pada hewan umumnya tercapai dalam waktu 6-8 menit . Anestesi
ini berlangsung selama 33 menit, hal ini sesuai dengan Kusumawati dan Sardjana
(2004) bahwa anestesi berlangsung selama 30-40 menit. Menurut Kusumawati dan
Sardjana (2004), pemulihan setelah diberi ketamin-xylazine membutuhkan waktu
sekitar 5-8 jam. Pasca operasi, hewan kami membutuhkan waktu 7 jam dalam
pemulihan. Waktu ini didapatkan dari pengamatan efek yang ditimbulkan dari bahan
anestetikum.
Pengamatan frekuensi denyut jantung pada saat dilakukannya operasi yaitu
dapat menggambarkan kualitas fungsi kardiovaskuler yang bertugas mengangkut O2
dan nutrien ke seluruh jaringan tubuh, membawa limbah metabolisme dan
mempertahankan homeostasis seluler (Cunningham 2002). Penurunan denyut
jantung pada kondisi teranestesi adalah normal, sebab pada kondisi teranestesi sistem
fisiologis hewan akan mengalami penurunan terutama cardiac output (Mckevey dan
Hollingshead 2003). Puncak peningkatan variabel-variabel tersebut terjadi 2-4 menit
setelah pemberian anastesi intravena dan menurun secara perlahan sampai nilai
normalnya setelah 10- 20 menit (Katzung 2012). Penurunan cardiac output ini
diakibatkan adanya pengaruh sebagian besar anestetikum yang dapat menekan
denyut jantung dan fungsi miokardiak.
Pada gambar . dapat dilihat bahwa frekuensi jantung mengalami peningkatan
pada menit ke 30 dan menit ke 45 ini disebabkan karena adanya pengaruh dari
pemberian ketamin. Ketamin adalah satu-satunya anastetik intravena yang selain
bersifat analgesik kuat juga mampu merangsang sistem kardiovaskular sesuai dengan
dosis pemberiannya (Katzung 2012). Ketamin berbeda dengan sebagian besar obat
anestesi, karena telah terbukti memiliki efek tambahan pada denyut jantung, tekanan
darah dan tingkat pernapasan karena peningkatan aktivasi simpatik (Ungern
Sternberg dkk, 2007 disitasi oleh Negash dkk, 2016).
Suhu tubuh hewan saat dilakukan operasi akan menurun, hal ini merupakan
efek anestetikum ketamin yang dapat menekan hipotalamus sehingga menyebabkan
penurunan temperatur tubuh (Plumb 2005). Ketamin sebagai anestetikum pada dosis
biasa tidak menyebabkan penekanan respirasi yang signifikan sedangkan
penggunaannya pada dosis yang tinggi menyebabkan terjadinya depresi respirasi
(Plumb 2005). Pada kucing, ketamin menyebabkan respirasi yang terengah-engah
(tachypnoe). Hal tersebut dapat diminamilisir dengan pemberian ketamin sebagai
anestetikum pada kucing dikombinasikan dengan xylazin (Greena dan Thurmon
1988).
Xylazin menyebabkan penekanan respirasi (Adams 2001). Kombinasi antara
ketamin dan xylazin merupakan kombinasi terbaik bagi kedua agen itu untuk
menghasilkan anestesi. Anestesi dengan ketamin-xylazin memiliki efek yang lebih
pendek jika dibandingkan dengan pemberian ketamin saja, tetapi kombinasi ini
menghasilkan relaksasi muskulus yang baik tanpa konvulsi (Pirade 2015).
Pemantauan selama proses anestesi perlu dilakukan, hal ini untuk melihat reaksi dari
obat-obatan tersebut dengan tubuh pasien. Pemantauan sebaiknya difokuskan pada
fungsi respirasi, fungsi sirkulasi, dan temperatur tubuh yang memiliki peran
mempertahankan kedalaman anestesi (McKelvey dan Hollingshead 2003).
Penanganan luka sayatan pasca operasi yaitu dengan memberi povidone iodine
saat pembersihan luka sebelum diolesi bioplacenton. Pemberian povidon iodine
dapat memulihkan kesehatan secara umum dan menjaga kebersihan luka, serta
mencegah infeksi, sehingga proses penyembuhannya tidak memakan waktu lama
(Potter dan Perry 2006).
Gambar 5. Povidone Iodine dan Bioplacenton
Bioplacenton merupakan antibiotik topikal yang di produksi oleh Kalbe Farma,
berupa gel yang mengandung ekstrak plasenta ex bovine 10% dan neomisin sulfat
0.5% (MIMS 2016). Ekstrak plasenta bekerja mambantu proses penyembuhan luka
dan memicu pembentukan jaringan baru, sedangkan neomisin sulfat berfungsi untuk
mencegah atau mengatasi infeksi bakteri pada 20 area luka (Kalbemed 2013). Obat
ini digunakan 4-6 kali sehari dengan mengoleskan tipis pada kulit yang terluka.
Ekstrak plasenta telah lama digunakan di berbagai negara untuk kepentingan
kosmetik dan penyembuhan luka (Park 2010). Penggunaan ekstrak plasenta dalam
penyembuhan luka normal ataupun luka yang terinfeksi telah terbukti secara klinis
keefektifannya (Chakraborty & Bhattacharyya 2012). Plasenta kaya akan molekul
bioaktif seperti enzim, asam nukleat, vitamin, asam amino, steroid, asam lemak, dan
mineral (Park 2010; Cho et al., 2008). Oleh karena itu ekstrak plasenta memiliki efek
antiinflamasi, antianafilaksis, antioksidan, antimelanogenik, pelembab, dan kaya
akan materi pembentuk kolagen (Cho et al., 2008).

Gambar 6. Amoxicillin
Amoksisilin merupakan suatu antibiotik yang banyak diresepkan dalam
pengobatan penyakit infeksi. Antibiotik ini diberikan selama 1 hari 2x selama 5 hari.
Kemerahan atau rubor merupakan keadaan awal yang menandakan dimulainya
peradangan. Hal ini disebabkan oleh melebarnya suplai darah ke daerah radang oleh
arteriol, sehingga banyak darah yang mengalir ke mikrosirkulasi lokal (Price dan
Wilson 1995).
Pembengkakan atau tumor disebabkan oleh leukotrein yang dapat
meningkatkan permeabilitas vaskuler di daerah peradangan sehingga terjadi
peningkatan jumlah cairan dan terlihat bengkak atau odema serta berefek kemotaktik
kuat terhadap eosinofil, netrofil dan makrofag (Robert 2004). Munculnya tanda
keropeng terjadi pada hari ketiga pasca operasi. Keropeng atau krusta pada luka
merupakan hasil serum yang mengering berwarna kuning-hitam. Setelah 2 hari tahap
inflamasi, kolagen dikeluarkan dan dimulai proses ikatan dan proses ke arah
penggabungan yang kuat antara tepi luka. Dalam waktu 4-6 hari, jaringan granulasi
sehat berwarna merah muda membentuk dasar untuk menyokong dan memberi
makan epithelium yang meluas. Fase ini disebut dengan fase proliferasi (Robert
2004).

A B C

C D E

F G H
Gambar 7. (A) Batas scrotum diinsisi , (B) Tunica Vaginalis Comunis disayat,
(C) Testis dikeluarkan, (D) ductus deferens dan arteri testicularis, (E) dilakukan ligasi
pada ductus deferens dan arteri testicularis, (F) pemberian NaCl 0,9 % , (G)
Pemberian Antibiotik (penisilin), (H) penjahitan terputus sderana satu jahitan.

BAB V
SIMPULAN
Orchiectomy atau kastrasi merupakan sebuah prosedur operasi dengan
tujuan membuang testis hewan. Orchiectomy yang dilakukan pada praktikum ini
adalah tipe terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, R. H., 2001. Veterinary Pharmacology and Therapeutics. 8nd edition. IOWA
State: University Press Ames.
Bojrab MJ, Waldron DR, Toombs JP. 2014. Current Techniques in Small Animal
Surgery 5th Edition. Jackson (US): Teton New Media.
Chakraborty, P.D. & Bhattacharyya, D., 2012. Aqueous Extract of Human Placenta.
Recent Advances in Research on the Human Placenta, (4), hal.77– 92.
Cho, H., Ryou, J. & Lee, J., 2008. The effects of placental extract on fibroblast
proliferation. J. Cosmet. Sci., 202 (June), hal.195–202.
Cunningham JG. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. Ed ke-3. Philadelphia: WB.
Saunders Company.
Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta [ID]: Gadjah Mada
University Press.
Greena, S. A dan Thurmon J. C. 1988. Xylazine a review of its farmacology and use in
veterinary medicine. Journal of Veterinary Pharmacology and Therapeutics 11:
295- 313.
I Komang Wiarsa Sardjana dan Diah Kusumawati. 2011.,Cetakan
Bedah Veteriner Pertama. Airlangga University Press, Surabaya.
Kalbemed. 2013. Bioplacenton. Kalbe Medical Portal.
http://www.kalbemed.com/Products/Drugs/Branded/tabid/245/ID/5699/Biopl
acenton.aspx [Di akses pada 9 April 2019].
Katzung, B. G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 10. Jakarta: EGC.
McKelvey, D dan K. W. Hollingshead. 2003. Veterinary Anesthesia and
Analgesia, Edisi ke-3. Auburn, WA, U.S.A.
MIMS. 2016. Bioplacenton. MIMS (C) 2016.
http://www.mims.com/myanmar/drug/info/bioplacenton?type=full [Di akses
pada 9 April 2019].
Napier, J.R. and Napier, P.H. 1967. A Handbook of Living Primate Morphology
Ecology and Behaviour of Human Primates. Academic Press London. New
York.
Negash, A., Y. Belay., K. Tesfamariam., dan H. Endalkachew. 2016. Evalution of
General Anesthesia Using Xylazine-Ketamine Combination with and without
Diazipam for Ovariohysterectomy in Bitches. J Vet Sci Technol 7:6.
Park, S.Y., Phark, S., Lee, M., Lim, J.Y., Sul, D., 2010. Anti-oxidative and
antiinflammatory activities of placental extracts in benzo[a]pyrene-exposed
rats. Placenta, 31(10), hal.873–879.
Pirade, P.F. 2015. Perbandingan Pengaruh Anastesi Ketamin-Xylazin dan Ketamin-
Zoletil Terhadap Fisiologis Kucing Lokal (Felis domestica). Makassar. Skripsi
Plumb, D. C. 2005. Veterinary Drug Handbook. Minnesota: Pharma Vet Publishing.
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik; edisi : 4. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia. A, Lorraine, M. Wilson. (1995). Buku 1 Patofisiologi “Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit”, edisi : 4. Jakarta : EGC.
Robert F. 2004. Wound Healing: an overview of acute, fibrotic and delayed healing.
Frontiers in Bioscience, 9: 283-289.
Sardjana, I.K.W., dan Kusumawati, D., 2004, Anestesi Veteriner, Jilid I, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Sardjana IKW dan Kusumawati D. 2011. Bedah Veteriner. Surabaya(ID): Airlangga
University Press.
Widya P, Komang WS dan Diah K. 2014. Bedah Veteriner Cetakan Pertama.
Surabaya(ID): Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai