Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum ke-10 Tanggal Praktikum : Jumat, 12 April 2019

Teknik Persiapan & Perawatan Dosen Praktikum : Dr. Drh. Gunanti, Ms


Pasca Operasi Drh. Heryudianto V.
Asisten Praktikum : Zahara Kadri, A. Md

Persiapan, Proses, dan Perawatan Pasca Operasi Kastrasi


Pada Kucing
Kelompok 3/P1
Anggota kelompok:

Intan WF. Simbolon J3P117001


Alvyona Dwi Aprilia J3P117020
Desi Rahmadani J3P117046
Arfan Arianto J3P117028
Ajeng Novia J3P217092
Fernanda Eka Oktafiani J3P217103
Azhari Farid J3P217108

PROGRAM STUDI PARAMEDIK VETERINER


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

METODOLOGI
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di Klinik Hewan Pendidikan Gunung Gede Sekolah Vokasi
Institut Pertanian Bogor, pada hari Jumat tanggal 12 April 2019 pukul 14.00 – 18.00 WIB.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu.meja operasi, koran, handuk, penggaris,
stetoskop, termometer, silet, gunting kuku, kapas, kassa, tissue, kanebo, syringe beserta
needle, alat bedah minor (towel clamp,scalpel beserta blade, pinset sirurgis, pinset anatomis,
gunting lurus runcing-runcing, gunting lurus runcing-tumpul, gunting lurus tumpul-tumpul,
gunting bengkok runcing-runcing, gunting bengkok runcing-tumpul, gunting bengkok
tumpul-tumpul, tang arteri lurus anatomis, tang arteri bengkok anatomis, tang arteri lurus
sirurgis, tang arteri bengkok sirurgis, needle holder, alis forceps, dan verban scissor),
needle/jarum berpenampang bulat, benang jahit catgut, benang jahit silk, plester, gurita, tali,
gagang infus, perlengkapan operator dan asisten operator (tutup kepala, masker, sepasang
sikat, handuk, baju operasi, gloves). Sedangkan bahan yang digunakan adalah kucing jantan,
atropine sulfat, xylazine 2%, ketamine10%, antibiotik (teramycin®/oxytetracycline, dan
amoxicillin), betadine®, alkohol,sabun, cairan infus, dan bioplacenton®.
Cara Kerja
Dilakukan persiapan ruang operasi terlebih dahulu sehari sebelum operasi dilakukan
dengan disiapkannya alat berupa sapu, ember, kain pel, meja opersai, meja alat, meja obat-
obatan, meja perlengkapan operator dan asisten operator, gagang infus, lampu bedah dan
peralatan penunjang lainnya, serta bahan yang digunakan berupa air bersih dan larutan
desinfektan. Ruang operasi dilakukan sterilisasi dengan disapu dan dipel dengan campuran
air bersih dan larutan pembersih ruangan/desinfektan. Setelah disterilkan, peralatan berupa
meja operasi, meja alat, meja obat-obatan, meja perlengkapan operator dan asisten operator,
gagang infus,dan peralatan penunjang lainnya disusun/ditempatkan di ruang operasi.
Persiapan peralatan operasi dilakukan dengan direndamnya satu set alat bedah minor
yang terdiri dari towel clamp, scalpel beserta blade, pinset sirurgis, pinset anatomis, gunting
lurus runcing-runcing, gunting lurus runcing-tumpul, gunting lurus tumpul-tumpul, gunting
bengkok runcing-runcing, gunting bengkok runcing-tumpul, gunting bengkok tumpul-tumpul,
tang arteri lurus anatomis, tang arteri bengkok anatomis, tang arteri lurus sirurgis, tang arteri
bengkok sirurgis, needle holder, alis forceps, dan verban scissor pada ember yang berisi air
sabun untuk kemudian disikat dan dibilas dengan air mengalir 10-15 kali. Peralatan operasi
dilap dengan kanebo baru dan disusun pada bak instrumen untuk kemudian dibungkus
dengan kain blacu. Disiapkan juga peralatan operator dan asisten operator berupa tutup
kepala, masker, sepasang sikat, handuk, baju operasi, dan gloves yang telah disusun dan
dibungkus kain blacu. Peralatan operasi dan peralatan operator beserta asisten operator
dimasukkan pada autoclave suhu 121°C selama 15 menit dan peralatan siap digunakan.
Persiapan obat-obatan dilakukan dengan disiapkannya alat dan bahan berupa syringe
beserta needle, atropine sulfat, ketamine 10%, xylazine 2%, teramycin®/oxytetracycline,
penicillin, dan amoxicillin. Dosis obat yang diberikan dihitung sesuai dengan berat badan
kucing itu sendiri. Setelah diketahui dosis yang digunakan, obat diambil dari wadah dengan
syringe dan obat siap digunakan.
Persiapan hewan dilakukan dengan pemeriksaan fisik terlebih dahulu berupa
penimbangan berat badan untuk menentukan dosis obat yang diberikan, suhu tubuh, frekuensi
jantung dan frekunsi nafas. Sebelum pemeberian obat bius, kucing disuntikkan obat
premedikasi berupa atropine sulfat. Setelah 15 menit, pembiusan dilakukan dengan
disuntikkannya campuran ketamine 10% dan xylazine 2%. Ditunggu hingga kucing terbius
dengan sempurna dan setiap 15 menit dilakukan pemeriksaan fisik. Ketika kucing dalam
keadaan terbius, dilakukan pencukuran rambut pada daerah abdomen tepatnya di sekitar
umbilikal dengan digunakannya silet dan air sabun. Diusahakan pada saat pencukuran rambut
dilakukan hingga bersih tanpa meninggalkan rambut untuk mencegah terjadinya infeksi.
Kucing kemuadian dipindahkan pada meja operasi dan diikat keempat kakinya dengan tali.
Kemuadian bagian yang akan dilakukan pembedahan disterilkan dengan alkohol dan
betadine, kucing siap dibedah.
Operasi dilakukan dengan disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Dilakukan
terlebih dahulu periapan operator dan asisten ooperator. Sebelum dilakukan operasi,
disterilkan terlebih dahulu tangan operator dan asisten operator dengan diberi sabun dan
disikat untuk kemudian dicuci dengan air mengalir. Setelah itu, dikeringkan dengan handuk
yang telah steril. Penutup kepala, masker, baju operas dan sarung tangan digunakan.
Kemudian kucing dilapisi dengan duk dan dijepit dengan towel clamp. Kemudian scrotum
dibersihkan dengan alkohol dan betadine®. Selanjutnya semua jaringan skrotum kanan dan
tunica vaginalis diinsisi dan testis serta spermatic cord dibuang tanpa pembungkusnya (tunica
vaginalis) kemudian dilanjutkan dnegan scrotum kiri GATAU ASLI YANG PAS NGASIH
ANTIBIOTIKNYA GMN
Pemeriksaan pasca operasi dilakukan dengan diperhatikannya, frekuensi jantung,
frekunsi nafas, refleks mata, dan lebar pupil selama 15 menit sekali hingga kucing sadar.
Perawatan kucing pasca operasi dilakukan dengan pemeriksaan fisik berupa suhu, frekuensi
jantung, frekuensi nafas dan dipantau makan, minum, defekasi, dan urinasinya, pemberian
antibiotik amoxicillin 12 jam sekali, serta scrotum dibersihkannya dengan air hangat,
kemudian diolesi betadine® dan bioplacenton® Jika jahitan sudah kering, kucing dapat
dikembalikan ke tempat asalnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Orchidektomi atau kastrasi adalah sebuah prosedur operasi/bedah dengan tujuan
membuang testis hewan. Kastrasi ini dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar
(anastesi umum). (Fossum, 2002). Kastrasi (Orchiectomy/Orchidectomy) adalah prosedur
pembedahan untuk membuang testis dan spermatic cord (cordaspermatica). Tujuan dilakukan
pembedahan ini diantaranya untuk sterilisasi seksual, adanya neoplasma, dan kerusakan
akibat traumatik. Sebelum dilakukan kastrasi harus diketahui signalement hewan dan
pemeiksaan awal pada hewan. Berikut tabel signalement hewan dan pemeriksaan hewan :

SIGNALEMENT
Nama hewan Aki
Jenis/ras Kucing domestik
Jenis kelamin Jantan
Umur 1.5 tahun
Warna rambut Kuning
Berat badan 4,1 kg
Tabel 1. Signalement hewan
No Parameter Hasil
1 Temperatur (°C) 38.3°C
2 Fruekuensii nafas / menit 40
3 Frukuensi jantung / menit 108
4 Turgor kulit +++
5 Diameter pupil (cm) 1 cm
6 Mukosa Pink rose
7 Refleks kelopak mata +++
Tabel 2. Pemeriksaan hewan
DOSIS OBAT
a. Sulfas atropine
Dosis x BB = 4.1 kg x 0.025 mg/kg = 4.1 ml
Sediaan 0.025 mg/ml
b. Ketamine
Dosis x BB = 4.1 kg x 10 mg/kg = 0.41 ml
Sediaan 100 mg/ml
c. Xylazine
Dosis x BB = 4.1 kg x 2 mg/kg = 0.41 ml
Sediaan 20 mg/ml
d. Terramycin
Dosis x BB = 4.1 kg x 14 mg/kg = 1.148ml
Sediaan 50 mg/ml
e. Amoxicilin
Dosis x BB = 4,1 kg x 25 mg/kg = 4,1 ml
Sediaan 25 mg/ml

PENGERTIAN KASRASI
Orchidektomi atau kastrasi memiliki dua jenis kastrasi yaitu kastrasi tertutup dan
kastrasi terbuka. Kastrasi tertutup adalah tindakan bedah dimana testis dan spermatic cord
dibuang tanpa membuka tunica vaginalis yang biasanya dilakukan pada anjing ras kecil atau
masih muda dan kucing. Keuntungan cara ini adalah dengan tidak dibukanya tunica vaginalis,
maka kemungkinan terjadinya hernia scrotalis dapat dihindari. Sedangkan kastrasi terbuka
adalah tindakan bedah dimana semua jaringan skrotum dan tunica vaginalis diinsisi dan testis
serta spermatic cord dibuang tanpa pembungkusnya (tunica vaginalis). Keuntungan cara ini
adalah ikatan pembuluh darah terjamin. Akan tetapi kerugiannya dapat menyebabkan hernia
scrotalis karena dengan terbukanya tunica vaginalis menyebabkan adanya hubungan dengan
rongga abdomen (Widyaputri et al2014).
Metode kastrasi dibagi menjadi dua macam yaitu (Komang et al 2011):
1. Metode terbuka
Sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis communis, sehingga testis dan epididimis
tidak lagi terbungkus
2. Metode Tertutup
Sayatan hanya sampai pada tunika dartos, sehingga testis masih terbungkus oleh
tunika vaginalis communis. Peningkatan dan penyayatan pada funiculus spermaticus
(Komang et al, 2011).
Dalam istilah medis, desexing (kastrasi) kucing betina disebut spaying dan pada
jantan disebut neutering. Keuntungan dari kastrasi anak kucing sejak usia 10-12 minggu
adalah mencegah penyebaran kucing secara berlebihan dan mengurangi kemungkinan terkena
penyakit kanker. Usia yang masih sangat muda membutuhkan waktu bedah yang lebih
singkat dan pendarahan lebih sedikit sehingga akan sembuh lebih cepat, pada akhirnya
kucing dan pemiliknya akan mengalami stress yang lebih sedikit (Chandler 1985).
Kucing yang akan dikatrasi harus dalam keadaan sehat. Sebagian besar kucing
dikebiri ketika berumur 5-8 bulan. Para ahli perilaku hewan menyarankan mengkebiri kucing
sebelum memasuki masa puber, karena dapa mencegah munculnya sifat/perilaku kucing yang
tidak diinginkan (Ibrahim 2000). Sterilisasi dapat dilakukan pada saat anjing/kucing berumur
8 minggu, tetapi lebih baik dilakukan setelah anjing dan kucing divaksinasi lengkap, setelah
sistem immunitas tubuh (kekebalan) mereka bekerja dengan baik, tetapi sebelum masuk masa
pubertas (umur 4-6 bulan).

Analisi persiapan
Obat yang digunakan
Obat yang digunakan farmakokinetik dari atropin sulfat dengan dosis 4,1 ml. Atropin
sulfat mudah diserap, sebagian dimetabolisme di dalam hepar, dan dibuang dari tubuh
terutama melalui air seni. Adapun efek samping dari atropin tergantung dari dosis, atropin
juga dapat menyebabkan mulut kering, penglihatan mengabur, takikardia, dan konstipasi,
menyebabkan rasa lelah,bingung, dan delirium (ketidakmampuan membedakan kondisi yang
nyata dan halusinasi) yang dapat berlanjut menjadi depresi dan penyumbatan pada sistem
pernapasan bahkan kematian (Mycek et al 2001).
Setelah pemberian premedikasi 15 menit dilakukan pemeriksaan fisik pasien dan
pemberian anestesi. Tahapan anestesi sangat penting untuk diketahui terutama dalam
menentukan tahapan terbaik untuk melakukan pembedahan, memelihara tahapan tersebut
sampai batas waktu tertentu, dan mencegah terjadinya kelebihan dosis anestetikum. Tahapan
anestesi dapat dibagi dalam beberapa langkah (McKelvey dan Hollingshead 2003) , yaitu
preanestesi, induksi, pemeliharaan, dan pemulihan.
Ketamine merupakan obat anasresi umum non barbiturate yang berefek cepat
mempunyai sifat analgesic, anastetik, kataleptik dengan kerja singkat (Gunawan et al 2009).
Ketamine diberikan dnegan dosisi 0,41 ml. Ketamine menyababkan hewan mengalami tidak
sadar atau terbius secara cepat, namun mata tetap terbuka tetapi tidak mengalami respon jika
diber ransangan dari luar. Untuk pemberiannya sendiri ketamine diberikan secar IM (intra
muscular). Kelebihan dari penggunaan ketamine sendiri yaitu menimbulkan efek analgesic
yang sangat baik dan dan bisa dikatan sempurndengan hanya diikuti tidur yang superfisial.
Kekurang ketamine sendiri menurut Jones dkk (1997) ketamine dapat menimbulkan efek
yang membahayakan, yaitu takikardia, hipersalivasi, meningkatakan ketegangan otot , nyeri
pada tempat penytuntikan dan pemberian berlebihan menyebabkan pemulihan berjalan
lambat.
Xylazin HCl digunakan sebagai obat penenang ,analgesik dan relaksasi otot. Didalam
anastesi biasanya xylazin dikombinasikan dengan ketamine. Xylazine diberikan dalam dosisi
0,41ml. Xylazine sendiri menyebabkan penekanan sistem saraf pusat yang diawali dengan
sedasi kemudian pada dosis yang lebih tinggi digunakan untuk hipnotis, sehingga akhirnya
hewan menjadi tidak sadar dan teranestesi. Xilazin dapat diberikan secara injeksi baik secara
subcutan, intra vena, dan intramuscular. Kelebihan penggunaan xilazine sendiri yaitu ketika
diberikan dengan dikombinasi ketamine akan menyebabkan perlambatan absorpsi ketamine
sehingga waktu anstesi akan lebih panjang. Kekurangan atau efek dari pengunaan xilazine
sendiri yaitu menyebakan peningkatan saliva, meningkatnya pneuomonia aspirasi, dan juga
Xylazin tidak dianjurkan pada hewan yang memiliki penyakit jantung, darah rendah, dan
penyakit ginjal
Teramycin injeksi di indikasikan untuk perawatan akibat infeksi bakteri, teramycin
injeksi sendiri mengandung bahan aktif oxytetracyline hydrochlorid Pada ternak digunakan
untuk pengobatan infeksi saluran pencernaan oleh E. coli dan salmonella, infeksi
pernafasan,footrot, anaplasmosis, theileriosis dan ehrilichiois (Brander et al 1991). Aplikasi
terramycin injeksi ini dilakukan dengan injeksi intra muscular.
Amoxicilin adalah anti biotikbeta lactam, dengan cara kerja menghambat sintesis
dinding sel bakteri. Amoksillin dapat digunakan pada berbagai spesies dan berbagai jenis
infeksi termasuk di saluran kemih, infeksi jaringan lunak ,dan pneumonia. Amoxicilin
diberikan secara oral pada kucing tersebut setiap dua kali sehari yaitu pada pagi hari selama
lima hari untuk mencegah timbulnya infeksi pada bekas jahitan.

Tabel pre anastesi


No Parameter Menit- 0 Menit ke-15
1 Temperatur (°) 38.3° 37.4
2 Fruekuensii nafas / menit 38 20
3 Frukuensi nadi / menit 116 136
4 Turgor kulit +++ +++
5 Diameter pupil (cm) 1,1 1,1
6 Mukosa Pink rose Pink rose
7 Refleks kelopak mata +++ ++
Tabel 3. Parameter premedikasi

38.4 38.3

38.2

38

37.8

37.6
37.4
37.4

37.2

37

36.8
0 15

waktu (menit)

Gambar 1 .Grafik pemeriksaan suhu pre anastesi


40 38

35

30

25
20
20

15

10

0
0 15

waktu (menit)

Gambar 2. grafik pemeriksaan frekuensi nafas pre anastesi

140

135

130

125

120

115

110

105
0 15

waktu (menit)

Gambar 3. Grafik pemeriksaan frekuensi jantung pre anastesi


1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 15

waktu (menit

Gambar 4. Grafik pemeriksaan diamater pupil pre anastesi

Waktu Frukuensi nafas Frukuensi Suhu Diamter pupil


jantung
Menit ke 0 20 120 37.6 1
Menit ke 15 28 108 36.6 0.9
Menit ke 30 28 92 35.9 0.9
Menit ke 45 40 88 35.9 0.9
Menit ke 60 32 80 35.6 0.9
Menit ke 75 32 80 35.0 0.9
Menit ke 90 40 72 34.9 0.9
Menit ke 105 36 80 35.6 1
Menit ke 120 44 88 35.5 1
Tabel 4. Parameter selama teranastesi
Keterangan
1. Onset obat :
2. Durasi obat :
3. Waktu awal operasi : WIB
4. Waktu selesai operasi : WIB
5. Lama operasi :
50
44
45
40 40
40 36
35 32 32

30 28 28

25
20
20

15

10

0
0 15 30 45 60 75 90 105 120

waktu (menit)

Gambar 5 . Grafik pemeriksaan frukuensi nafas selama anastesi

140
120
120
108

100 92
88 88
80 80 80
80 72

60

40

20

0
0 15 30 45 60 75 90 105 120
waktu (menit)

Gambar 6. Grafik pemeriksaan frukuensi jantung selama anastesi


38
37.6
37.5

37
36.6
36.5
35.9 35.9
36
35.6 35.6 35.5
35.5
35 34.9
35

34.5

34

33.5
0 15 30 45 60 75 90 105 120

waktu (menit)

Gambar 7. Grafik pemeriksaan suhu selama anastesi

1.2

1 1 1
1 0.9 0.9 0.9 0.9

0.8

0.6

0.4

0.2

0 0
0
0 15 30 45 60 75 90 105 120

waktu (menit)

Gambar 8. Grafik pemeriksaan diameter pupil selama anastesi

Keterangan tabel
Post operasi yang dilakukan apa aja
Pada post operasi dilakukan pemeriksaan harian yang dilakukan dua kali sehari yaitu
pemeriksaan frukuensi jantung, frukuensi nafas, suhu, diameter pupil, defekasi dan urinasi,
keadaan hewan dan pemeriksaan keadaan scrotum. Pemeberian antibiotik yaitu amoxicilin
dengan dosis 4.1 ml dua kali sehari dengan selang waktu 12 jam sekali dan pembersihan
scrotum dengan air hangat, dilanjutkan dengan betadine sebagai antiseptik dan pemberian
bioplacenton®. Hewan menggunakan collar supaya tidak menginfeksi bagian scrotum.
Hasil pe tiap hari dan bahas
Parameter Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis
13/4/2019 14//2019 15/4/2019 16/4/2019 17/4/2019 18/4/2019
Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi
Frek. Nafas 40 44 44 52 48 40 44 52 52 48 32

Frek. 80 76 76 96 148 116 120 86 150 172 60


Jantung

Suhu 39.0 39.1 38.4 38.2 38.4 37.7 38.4 38.5 38.2 38.3 38.7

Makan +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Minum ++ ++ +++ +++ ++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Defekasi _ _ ++ _ ++ ++ - ++ +++ - +++

Urinasi ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ - - +++

Mukosa Rose Rose Rose Rose Rose Rose Rose Rose Rose

Ket Kotoran
lembek

Tabel 5. Parameter pemeriksaan harian post operasi

Keterangan : - Frekuensi nafas normal : 20-40x/menit (Ifianti 2001)


- Frekuensi jantung normal : 110-130x/menit (Ifianti 2001)
- Suhu normal : 37.7 – 39.2°C (Ifianti 2001)

60
52 52 52
48 48
50
44 44 44
40 40
40
32

30

20

10

0
0
4/13/2019 4/14/2019 4/15/2019 4/16/2019 4/17/2019 4/18/2019

Pagi Sore

Gambar 9. Grafik pemeriksaan harian frukuensi nafas


Pengamatn terhadap frekuensi nafas kucing yang di kastrasi didapat seperti pada
Gambar 9, yakni setiap harinya frekuensi nafas kucing beragam, berkisar dari 32 kali/ menit
yang dapat dikatakan normal hingga frekuensi tertinggi pada 52 kali/menit. Menurut Ifianti
(2001) frekuensi nafas normal pada kucing ialah 20-40 kali/menit, namun pada Gambar 9
terdapat hasil frekuensi nafas yang diamati diatas normal yakni 44 kali/menit, 48 kali/menit,
dan 52 kali/menit. Kenaikan frekuensi pernafasan dapat terjadi karena faktor usia, penyakit,
stress, maupun hewan melakukan aktivitas sebelumnya.
200

180 172

160 148 150

140 126
120
120
96
100 86
80
76 76
80
60
60

40

20
0
0
4/13/2019 4/14/2019 4/15/2019 4/16/2019 4/17/2019 4/18/2019

Pagi Sore

Gambar 10 . grafik pemeriksaan harian frukuensi jantung

Pengamatan terhadap frekuensi jantung pada post operasi setiap harinya mengalami
perubahan seperti pada Gambar 10. Frekuensi jantung berkisar pada 60 kali/menit (terendah)
dan 172 kali/menit (tertinggi). Menurut Ifianti (2001), frekuensi jantung normal pada kucing
berada pada 110-130x/menit. Kenaikan frekuensi jantung dapat terjadi karena faktor usia,
penyakit, stress, ketakutan, maupun hewan melakukan aktivitas sebelumnya.
45 39 38.4
38.4 38.4 38.2
39.1 38.2 38.5 38.3 38.7
40 37.7

35

30

25

20

15

10

5
0
0
4/13/2019 4/14/2019 4/15/2019 4/16/2019 4/17/2019 4/18/2019

Pagi Sore

Gambar 11 . Grafik pemeriksaan harian suhu

Pengamatan suhu pada post operasi setiap harinya menunjukkan perbedaan


sebagaimana pada Gambar 11. Suhu berkisar pada 37,7°C hingga 39,1°C yang dapat
dikatakan pada suhu normal, sebagaimana menurut Ifianti (2001) suhu normal pada kucing
ialah 37,7°C – 39,2°C. Suhu pada tubuh kucing dapat dipengaruhi oleh keadaan
(sakit/demam) maupun suhu lingkungan sekitar.

Gunanya betadine dan bioplacenton


Pemelihatraan harian post operasi dilakukan pembersihan bagian luka yaitu scrotum
dengan betadine® dan pemberian salep bioplacenton®. Antiseptik betadine® yang
mengandung povidon iodine yang digunakan untuk semua kulit dan mukosa, serta untuk
mencuci luka kotor, untuk irigasi daerah-daerah tubuh yang terinfeksi, dan mencegah infeksi.
Penggunaan antiseptik ini dilakukan setiap 2 kali sehari setelah pemberihan scrotum dengan
air hangat dengan menggunakan kasa steril yang diberi betadine® kemudian diolesi pada
daerah luka (Darmadi 2008). Povidon iodine dapat mempercepat penyembuan luka
menghambat perkembangbiakan dari bakteri atau jamur yang berada dekat pada luka. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat teori (Darmadi 2008) yang menyatakan bahwa antiseptik
merupakan bahan kimia yang mencegah, memperlambat atau menghentikan pertumbuhan
mikroorganisme (kuman) pada permukaan luar tubuh dan membantu mencegah infeksi.
Setelah pemberian betadine®, dilanjutkan dengan diberikan bioplacenton® pada
daerah bekas sayatan kastrasi. bioplacenton® merupakan antibiotik topikal yang berupa gel
yang mengandung ekstrak plasenta ex bovine 10% dan neomisin sulfat 0.5% (MIMS 2016).
Ekstrak plasenta bekerja mambantu proses penyembuhan luka dan memicu pembentukan
jaringan baru sedangkan neomisin sulfat berfungsi untuk mencegah atau mengatasi infeksi
bakteri pada area luka (Kalbemed 2013). Penggunaan ekstrak plasenta dalam penyembuhan
luka normal ataupun luka yang terinfeksi telah terbukti secara klinis keefektifannya
(Chakraborty & Bhattacharyya 2012). Plasenta kaya akan molekul bioaktif seperti enzim,
asam nukleat, vitamin, asam amino, steroid, asam lemak, dan mineral (Park 2010). Oleh
karena itu ekstrak plasenta memiliki efek antiinflamasi, antianafilaksis, antioksidan,
antimelanogenik, pelembab, dan kaya akan materi pembentuk kolagen (Cho et al 2008).
Neomisin sulfat merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang digunakan
secara topikal pada kulit dan membran mukosa untuk dekontaminasi bakteri (Pádua et al
2005). Sediaan topikal neomisin sulfat (dalam kombinasi dengan anti infeksi lainnya) dapat
digunakan untuk mencegah atau mengobati infeksi kulit superfisial yang disebabkan oleh
organisme rentan. Selain itu, neomisin sulfat juga dapat digunakan untuk mencegah infeksi
pada luka kulit ringan seperti luka sayat, luka gores, dan luka bakar (AHFS DI Essential
2006).
Selanjutnya pada pemeriksaan harian dilakukan pemberian amoxicilin sebanyak dua
kali sehari dengan dosis 4,1 ml. Hal ini bertujuan untuk menghambat sintesis dinding sel
bakteri akibat adanya bakteri yang dapat ditimbulkan dari proses kastrasi yang membuka
jaringan, sehingga antibiotik digunakan untuk mencegah ataupun mengobati infeksi bakteri
Penggunaan E-collar setiap harinya pada post operasi bertujuan agar kucing tidak
menjilat, menggigit, atau menarik-narik luka operasi atau jahitannya. Hal ini
untuk menghindari infeksi pada luka atau terlepasnya jahitan. Hal tersebut dapat terjadi
karena kucing memasukkan bakteri mulut ke dalam luka yang membuatnya basah dan
terinfeksi dan tidak dapat sembuh.

DAFTAR PUSTAKA
I Komang Wiarsa Sardjana dan Diah Kusumawati. 2011. Bedah Veteriner, Cetakan Pertama.
Airlangga University Press, Surabaya.
Ibrahim R. 2000. Pengantar Ilmu Bedah Veteriner, Edisi Pertama. Syiah KualaUniversity
Press, Darussalam Banda Aceh.
Chandler EA. 1985. Feline Medicine and Therapeutics. London. Hickman,. An Atlas of
Veterinary Surgery. University Press, Cambridge: Great Britain.
McKelvey, D dan K. W. Hollingshead. 2003. Veterinary Anesthesia and Analgesia, Edisi ke-
3. USA : Auburn.
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial. Jember: Salemba Medika.
AHFS DI Essential. 2006. Neomycin Sulfate Topical. Drugs
Chakraborty, P.D. & Bhattacharyya, D., 2012. Aqueous Extract of Human Placenta. Recent
Advances in Research on the Human Placenta, (4), hal.77–92.
Cho, H., Ryou, J. & Lee, J., 2008. The effects of placental extract on fibroblast
proliferation. J. Cosmet. Sci., 202 (June), hal.195–202.
Pádua, C.A.M., A., Schnuch, H., Lessmann, J., Geier, A., Pfahlberg, W., Uter et al., 2005.
Contact allergy to neomycin sulfate: results of a multifactorial analysis.
Pharmacoepidemol Drug Saf., 14(10), hal.725–733.
Park, S.Y., Phark, S., Lee, M., Lim, J.Y., Sul, D., 2010. Anti-oxidative and anti-inflammatory
activities of placental extracts in benzo[a]pyrene-exposed rats. Placenta, 31(10),
hal.873–879.
Kalbemed. 2013. Bioplacenton. Kalbe Medical Portal.
MIMS. 2016. Bioplacenton. MIMS (C) 2016.
Ifianti, M. 2001. Durasi dan Beberapa Aspek Fisiologi Pemakaian Anaestetikum Xylazine
dan Ketmine Untuk Ovariohisterektomi Pada Kucing Lokal [skripsi]. Bogor: Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai