OLEH :
NIM : 155130100111013
KELAS : 2015 A
KELOMPOK Oleh:
: A3
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan
Tujuan praktikum diagnosa klinik kali ini adalah untuk mengetahui cara
Recording pasien yang kali ini adalah anjing dan mempelajari prosedur
pemeriksaan dan penanganan pasien.
Sinyalemen/Registrasi:
1. Pasien
Nama : Jason
Spesies : Canis(anjing)
Ras : Domestic
Kelamin : Jantan
Umur : 2 tahun
Bulu-warna : Putih
Berat Badan : 15 Kg
Hasil
Pada praktikum pemeriksaan fisik pada anjing dilakukan pada tanggal 5
oktober 2017 terhadap yang bernama Jason. Jason memiliki berat badan 15 Kg .
Temperatur rektalnya yaitu 38,8𝑜 C dengan frekuensi pulsus 92 kali permenit dan
frekuensi napas yaitu 104 kali permenit.
Akan tetapi kami tidak melakukan anamnesa kepada pemilik. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan diperoleh data antara lain makan normal, nafsu
makan baik dan konsistensi feses baik.
Pembahasan
Pemeriksaan Fisik pada Anjing
A. Umum
Setelah dilakukan sinyalemen atau registrasi dan anamnesa maka
selanjutnya dilakukan pemeriksaan umum yang meliputi; Inspeksi diantaranya
melihat, membau, dan mendengarkan tanpa alat bantu. Diusahakan agar hewan
tenang dan tidak curiga kepada pemeriksa. Diperhatikan pula ekspresi muka,
kondisi tubuh, pernafasan, keadaan abdomen, posisi berdiri, keadaan lubang
alami, aksi dan suara hewan (Widodo, 2012).
Grade 3
Grade 4
Selaput lendir
Conjunctiva diperiksa dengan cara menekan dan menggeser sedikit saja
kelopak mata bawah. Penampakan conjunctiva pada anjing tampak
pucat. Membran mukosa yang tampak anemia (warna pucat) dan lembek
merupakan indikasi anemia. Intensitas warna conjunctiva dapat menunjukkan
kondisi peradangan akut sepertienteritis, encephalonitis dan kongesti pulmo
akut. Cyanosis (warna abu- abu kebiruan) dikarenakan kekurangan oksigen dalam
darah, kasusnya berhubungan dengan pulmo atau sistem
respirasi. Jaundice (warna kuning) karena terdapatnya pigmen bilirubin yang
menandakan terdapatnya gangguan pada hepar. Hiperemi (warna pink terang)
adanya hemoragi petechial menyebabkan hemoragi purpura (Widodo, 2012).
B. Sistemik
Sistem Pencernaan
Pakan atau minum diberikan untuk melihat nafsu makan dan minum.
Kemudian dilihat juga keadaan abdomen antara sebelah kanan dan kiri. Mulut,
dubur, kulit sekitar dubur dan kaki belakang juga diamati, serta cara defekasi dan
fesesnya.
1) Mulut, Pharynx, dan Oesophagus
Mulut anjing dibuka dengan menekan bibir kebawah gigi atau ke dalam
mulut, dan dilakukan inspeksi. Bila perlu, tekan lidah dengan spatel agar dapat
dilakukan inspeksi dengan leluasa seperti bau, mulut, selaput lendir
mulut, pharynx, lidah, gusi, dan gigi-geligih serta kemungkinan adanaya lesi,
benda asing, perubahan warna, dan anomali lainnya. Oesophagus dipalpasi dari
luar sebelah kiri dan pharynx.
2) Abdomen
Inspeksi dilakukan pada abdomen bagian kiri dan kanandengan
memperhatikan isi abdomen yang teraba serta dilakukan auskultasi dari sebelah
kanan ke kiri untuk mengetahui peristaltik usus. Lakukan pula eksplorasi dengan
jari kelingking, perhatikan kemungkinan adanya rasa nyeri pada anus atau rektum,
adanya benda asing atau feses yang keras (Widodo, 2012).
Sistem Pernafasan
Diperhatikan frekuensi,tipe pernafasan dan adanya batuk.
1) Hidung
Perhatikan keadaan hidung dan leleran yang keluar, rabalah suhu lokal
dengan menempelkan jari tangan pada dinding luar hidung. Serta lakukanlah
perkusi pada daerah sinusfrontalis.
2) Pharynx,Larinx, Trakea
Dilakukan palpasi dari luar dengan memperhatikan reaksi dan suhunya,
perhatikan pula limfoglandula regional, suhu, konsistensi, dan besarnya, lalu
bandingkan antara limfoglandula kanan dan kiri.
3) Rongga dada
Perkusi digital dilakukan dengan membaringkan anjing pada alas, dan
diperhatikan suara perkusi yang dihasilkan. Palpasi pada intercostae lalu
perhatikan adanya rasa nyeri pada pleura dan edeme subcutis (Widodo, 2012).
Sistem Sirkulasi
Diperhatikan ada atau tidaknya kelainan sistem peredaran darah
seperti anemia, sianosis, edema atau ascites, pulsus venosus, kelainan pada denyut
nadi, dan sikap atau langkah hewan. Periksa frekuensi, irama dan
kualitas pulsus atau nadi, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi pada daerah jantung (sebelah kiri) .
Sistem Limphatica
Dilakukan inspeksi, untuk mengetahui kemungkinan adanya kebengkakan
padalimfoglandula. Limfoglandulayang dapat dipalpasi pada anjing yaitu; lgl.
submaxillaris, lgl. parotidea, lgl. retropharyngealis, lgl. cervicalis anterior, lgl.
cervicalis medius, lgl. cervicalis caudalis, lgl. prescapularis, lgl. axillaris (dapat
teraba jika kaki diabduksikan), lgl. inguinalis, lgl. superficialis (pada betina
disebut lgl. supramammaria), lgl. poplitea, lgl. mesenterialis. Palpasi dilakukan di
daerah limfoglandula, dengan cara memperhatikan reaksi, panas, besar dan
konsistensinya serta simetrinya kanan dan kiri (Zwarts, 2008).
Muskuloskeletal
Perhatikanlah posisi, cara berdiri dan berjalan hewan.
Periksalah musculi dengan membandingkan ekstremitas kanan dan kiri. Serta
melakukan palpasi. Perhatikan pula suhu, kontur, adanya rasa nyeri dan
pengerasan. Pemeriksaan tulang seperti musculi diperhatikan bentuk, panjang dan
keadaan. Persendian diperiksa dengan cara inspeksi cara berjalan dan keadaan
persendian, lakukanlah palpasi apakah ada penebalan, cairan (pada
kantongsynovial ataukah pada vagina tendinea) (Zwarts, 2008).
Organ Uropoetica
Perhatikanlah sikap pada waktu kencing. Amati air seni (kemih) yang
keluar, warnanya, baunya dan adanya anomali (darah, jonjot, kekeruhan dan lain
sebagainya) (Zwarts, 2008).
Maspaitella, Ingrid Vania. 2015. Status Praesen Anjing Pelacak POLRI Subdit
Satwa Polda Bali. Skripsi. Denpasar: Universitas Udayana.
Zwarts, Mark H. 2008. Bahan Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC