Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER 1


(KRP 323)

Hari/tanggal
Waktu
Dosen

: Rabu, 07 Desember 2016


: 08.30 11.00 WIB
: Drh Rr. Soestyoratih

CAUDECTOMI

Oleh:
Kelompok 3
Anggia Nur Pratiwi
Visi Nur Sadiah
Ghena Lulu Eleza
Reza Mahlefi
Efandri Zahra
Muammar Khodafi

B04130010
B04120033
B04130022
B04130044
B04120162
B04130007

Operator
Asisten Operator
Asisten Anesthesi
Asisten Dokumentasi
Asisten PE
Asisten Kebersihan

DIVISI BEDAH DAN RADIOLOGI


DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekor pada anjing memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan pada
waktu anjing berlari kencang. Tampilan ekor yang tegak atau melingkar
kesamping merupakan suatu masalah yang paling sering terjadi dan menjadi
keluhan dari pemilik anjing dikarenakan anjing yang berpenampilan dengan
ekor tegak atau melingkar dianggap kurang sempurna. Menurut Wardana
(2002) Ekor anjing yang tegak atau melingkar dapat mengganggu anjing pada
saat berburu di hutan atau belukar, sebab ekor tersebut sering menyangkut
pada batang kayu dan ranting atau belukar yang dapat menimbulkan rasa
sakit.
Caudectomy atau docking merupakan suatu tindakan bedah pemotongan
ekor dengan tujuan lebih kearah kosmetika atau kencantikan penampilan dari
hewan. Tindakan ini dapat dilakukan untuk beberapa kasus pada ekor seperti
neoplasia, luka terbuka, ulcus coccigealis, paralisis ekor dan lain sebagainya.
Caudectomy pada anak anjing umumnya dilakukan sebelum mata anak anjing
terbuka yaitu 24 jam pasca partus agar pemotongan ekor dapat dilakukan
dengan mudah. Apabila tindakan ini tidak dilakukan sebelum mata terbuka
maka sebaiknya ditunggu hingga hewan berusia 3 bulan sehingga dapat
dilakukan operasi yang lebih radikal (Septimus, 2013).
Sekarang ini, beberapa pendapat menyatakan ketidaksetujuannya
terhadap tindakan caudectomy yang hanya bertujuan sebatas estetika
sehingga caudectomy lebih disarankan untuk tujuan terapi penyakit sekaligus
estetika. Menurut Fossum (2002) Pemotongan harus dilakukan dekat anus
jika pada ujung ekor terjadi pengeluaran darah secara kronik akibat dari
berulang kali mengalami luka goresan/luka lecet atau trauma. Pemotongan di
dekat pangkal dianjurkan untuk ekor yang membengkok dan untuk ekor yang
melipat akibat dari pyoderma dan fistula perianal.
1.2Tujuan
Praktikum bertujuan untuk melatih mahasiswa melakukan tindakan bedah
pemotongan ekor serta mengetahui prosedur melakukan caudectomi
sehingga dapat digunakan sebagai salah satu prosedur untuk menangani
kasus pada ekor.
BAB 2
MATERI DAN METODE
2.1 Alat dan Bahan
Hewan coba yang digunakan pada operasi ini adalah anjing jantan
adapun alat-alat yang digunakan pada saat preoperasi adalah stetoskop,
termometer, penlight, spoid, alat cukur, dan kapas sedangkan bahan yang
disiapkan adalah atropin sulfat, xylazin 2%, ketamin 10%, alkohol 70%, peru
balsem. Selanjutnya alat-alat yang digunakan saat operasi adalah alat bedah
minor, meliputi empat buah towel clamp, satu buah scalpel dan balde, dua
buah dressing thumb tissue forceps, dua buah rat tooth thumb tissue forceps,
satu buah mayo scissor straight sharps, mayo scissor straight sharp-blunt,
dan mayo scissor straight blunts, serta satu buah mayo scissor curved, empat
straight hemostat forceps, empat rat tooth curved hemostat forceps, dua rat
tooth straight hemostat forceps, satu buah olsen-hegar needle holder, tampon,

jarum berpenampang point needle dan cutting needle, benang cat gut chromic
dan silk, serta antibiotik.
Adapun Perlengkapan operator dan asisten operator adalah dua buah
penutup kepala, dua buah masker, dua buah sikat, dua buah handuk, dua
buah baju operasi, dan dua pasang sarung tangan. Alat dan bahan lain yang
harus disiapkan post operasi yaitu perban, plester, gurita, antibiotik, dan
perobalsem.
2.2 Persiapan Pre Operasi
1. Persiapan Ruang Operasi
Ruang operasi dibersihkan dari debu dan kotoran dengan sapu
kemudian disterilisasi dengan radiasi atau dengan desinfektan (alkohol
70%).
2. Persiapan Peralatan Operasi
Alat bedah minor disiapakan, meliputi empat buah towel clamp, satu
buah scalpel dan balde, dua buah dressing thumb tissue forceps, dua buah
rat tooth thumb tissue forceps, satu buah mayo scissor straight sharps,
mayo scissor straight sharp-blunt, dan mayo scissor straight blunts, serta
satu buah mayo scissor curved, empat straight hemostat forceps, empat
rat tooth curved hemostat forceps, dua rat tooth straight hemostat forceps,
satu buah olsen-hegar needle holder disterilisasi. Sterilisasi alat sangat
diperlukan agar alat-alat bersih dari kontaminan yaitu mikroba-mikroba,
dengan begitu organ pasien yang akan dibedah tidak terkontaminasi oleh
mikroba patogen.
Sebelum pensterilisasian, alat-alat direndam dalam larutan pencuci,
disikat dari ujung yang steril lalu dibilas dengan air megalir. Selanjutnya
ala-alat tersebut dikeringkan dengan handuk steril dan dimasukkan ke
wadah dengan urutan: needle holder, hemostat forceps, mayo scissors,
scalpel, rat tooth thumb tissue forceps, dan dressing thumb tissue forceps,
dan towel clamp.
Lalu kain pembungkus disiapkan dengan posisi memanjang kemudian
wadah disimpan di tengah kain. Sisi kain yang dekat dengan tubuh dilipat
sampai menutupi wadah lalu sisi yang jauh dari tubuh, selanjutnya sisi
kanan dan kiri dilipat ke arah wadah. Seteah itu kain lain disiapakan
dengan posisi diagonal, sisi kain dekat dengan tubuh dilipat menutupi
wadah, kemudian sisi kanan dan kiri dilipat bergantian dan sisi lainnya
yang jauh dari tubuh dilipat mendekati tubuh dan diselipkan agar
memudahkan saat membuka nantinya.
3. Persiapan Perlengkapan Operator dan Asisten
Perlengkapan yang dibutuhkan operator dan asisten operator, yaitu dua
buah penutup kepala, dua buah masker, duabuah sikat, dua buah handuk,
dua buah baju operasi, dan dua pasang sarung tangan. Hal yang harus
dilakukan selanjutnya adalah pensterilisasian perlengkapan operator dan
asisten agar operator dan asisten nantinya tidak mengkontaminasi pasien.
Pertama baju operasi dilipat sedemikian hingga bagian yang
bersinggungan dengan pasien berada di dalam. Duk juga dilipat
sedemikian hingga bagian yang bersinggungan langsung dengan
permukaan duk dilipat ke dalam. Selanjutnya disusun di atas kain
pembungkus dengan tehnik yang sama saat penyiapkan pensterilisasian
pada alat bedah. Pertama yang disusun dari bawah adalah sarung tangan
yang sudah dibungkus dengan kertas, baju, duk, masker lalu penutup

kepala disisi kanan, handuk disisi kirinya selanjutnya sikat. Kemudian


perlengkapan yang sudah dibungkus dimasukkan ke dalam oven pada
suhu 121C selama 30 menit.
Saat akan memakai perlengkapan tersebut, kain penutup dibuka.
Pertama operator mengenakan penutup kepala bagi operator yang
berambut panjang, rambut harus diikat dan dimasukkan ke dalam penutup
kepala. Lalu operator mengenakan masker. Selanjutnya operator mencuci
tanganyaitu dengan cara, tangan kanan dan kiri dibasahi. Kemudian disikat
dengan sikat yang sudah steril dan sudah diberi sabun dari ujung jari dan
sela-sela jari hingga siku. Kemudian dibilas 10-15 kali, dimulai dari ujung
jari hingga siku. Setelah itu tangan dikeringkan dengan handuk, satu sisi
handuk untuk satu tangan. Jangan lupa sebelum mengeringkan pastikan
kran ditutup dengan menggunakan siku. Tindakan ini dilakukan pula oleh
asisten. Selanjutnya operator memakai baju operasi, tangan operator
dimasukkan ke dalam baju yang masih terlipat. Lalu baju dikancing oleh
asisten. Lalu memakai sarung tangan. Tangan kanan dimasukkan ke dalam
sarung tangan, hal yang harus diperhatikan adalah hindari tangan
menyentuh bagian sarung tangan yang akan bersinggungan dengan
pasien. Dilanjutkan mengenakan sarung tangan di tangan kiri. Begitu pula
dengan asisten. Operator dan asisten siap melakukan operasi.
4. Persiapan Hewan

1.
2.
3.
4.
5.

Pasien dalam prakikum kali ini menggunakan anjing jantan. Persiapan


dalam operasi haruslah memastikan kondisi pasien, maka diperlukan
physical examination. Pengecekan ini meliputi penghitungan frekuensi
detak jantung dan nafas dengan menggunakan stestoskop, lalu suhu tubuh
dicek menggunakan thermometer. Serta melihat kondisi pupil, mukosa, dan
kondisi fisik dengan palpasi. Pasien juga ditimbang untuk mengetahui
berapa berat badan agar dapat menghitung besar dosis anastesi yang
akan diberikan.
5. Persiapan Obat-Obatan
Obat-obatan yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut:
Desinfektan
: Alkohol 70%
Preanestesi
: Atropin sulfat (dosis 0,025 mg/kg BB)
Sedatif
: Xylazine (dosis 2 mg/kg BB)
Anestetik : Ketamin (dosis 10 mg/kg BB)
Antibiotik : Amoxycilin (dosis 20 mg/kg BB)
6. Pembiusan
Setelah dilakukan physical examination dan penghitungan dosis, atropin
sulfat disuntikan pada subkutan, setelah 10 menit pasien diberikan
campuran xylazine dan ketamine secara intramuscular. Setelah itu pasien
dibiarkan sampai tenang dan akhirnya tertidur. Kemudian rambut daerah
abdomen dicukur dan didesinfeksi dengan alcohol 70% dan iodium tinctur.
Pemberian iodium tinctur diusap searah dengan kapas dari bagian tengah
ke bagian luar.
Penghitungan dosis anastesi:

-Atropin sulfate
Dosis

: 0,025 mg/ kg BB

Konsentrasi sulfa atropin


BB Kucing
Volume diinjeksikan

-Xylazin dan ketamin (obat bius)


Dosis xylazine
Konsentrasi ketamin
Volume diinjeksikan

: 0,25 mg/ml
: 2,9 kg
: BB Anjing x Dosis
Konsentrasi
: 1,1 kg x 0,025 mg/ kg BB
0,25 mg/ml
: 0,11 ml

: 2 mg/ kg BB
: 2 % (20 mg/ml)
: BB Anjing x Dosis
Konsentrasi
: 1,1 kg x 2 mg/ kg BB
20 mg/ml
: 0,11 ml

Dosis ketamin
Kandungan ketamin
Volume diinjeksikan

: 10 mg/ kg BB
: 10 % (100 mg/ml)
: BB Anjing x Dosis
Konsentrasi
: 1,1 kg x 10 mg/ kg BB
100 mg/ml
: 0,11 ml

Dosis maintenance
Volume diinjeksikan

: Ketamine 5 mg/kg BB
: BB Anjing x Dosis
Kandungan
: 1,1 kg x 5 mg/ kg BB
100 mg/ml
: 0.055 ml

2.3 Operasi
Operasi dilakukan setelah hewan dalam keadaan teranastesi, kemudian
hewan diletakkan di atas meja operasi dengan posisi dorsal recumbency.
Untuk mempertahankan posisi tersebut keempat kaki hewan di fiksasi pada
meja operasi menggunakan tali. Setelah itu duk dipasang pada pasien dan
difiksir menggunakan towel clamp. Setelah hewan ditutupi dengan duk,
pangkal ekor diikat menggunakan karet gelang. Kemudian, tandai batas
antara os coccygea II dengan os coccygea III menggunakan syringe. Pada
persendiannya, kulit disayat berbentuk huruf V, sayatan sebaiknya dibuat di
tengah dorsal os coccygea III. Kemudian, otot-otot dipreparir dan dicari
pembuluh darah yang memvaskularisasi ekor, yaitu arteri dan vena
coccygealis lateral atau ventral. Pembuluh darah tersebut diikat
menggunakan cat gut. Selanjutnya, persendian antara os coccygea II dan
III disayat dan dipisahkan seluruhnya dengan bantuan artery clamp (untuk
ekor yang kecil). Penjahitan dilakukan terhadap otot dan kulit
menggunakan metode sederhana dengan benang Cut gut 3/0. Kemudian,
dioleskan yodium tinctuure 3% dan dibalut dengan kassa dan plester

2.4 Post Operasi


1. Perawatan Pasien
Pasien diistirahatkan di kandang dengan menyediakan pakan dan
minum. Pasien juga dikontrol selama 6 hari. Dicek frekuensi detak jantung,
napas, suhu, dan keadaan pupil mata serta mukosa. Pasien juga diberikan
antibiotik amoxilin sebanyak 2x sehari pagi dan sore.
2. Pencucian Peralatan
Alat yang telah digunakan direndam dalam air yang diberi larutan
pencuci. Kemudian disikat dimulai dari ujung yang paling steril (ujung yang
pertama mengenai pasien). Dibilas dengan air yang mengalir sebanyak 1015 kali). Setelah itu dikeringkan dengan ditata di rak dan peralatan yang
sudah kering kemudian disterilisasi lagi seperti di awal tadi.
3. Ruang Operasi
Ruang operasi dibersihkan kembali dari debu dan kotoran dengan sapu
bahkan disikat kemudian disterilisasi dengan radiasi atau dengan
desinfektan (alkohol 70%).
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Caudectomy merupakan suatu tindakan bedah untuk mengamputasi
bagian ekor. Secara teurapeutik caudectomy dilakukan untuk lesi trauma,
paralisis ekor, infeksi, neoplasia, dan kemungkinan perianal fistula (Fossum
2002). Selain untuk menangani kasus penyakit, caudectomy dapat pula
dilakukan untuk tujuan estetika. Namun, dengan semakin berkembangnya
kepedulian manusia terhadap kesehatan dan kesejahteraan hewan, terutama di
negara maju, caudectomy yang hanya bertujuan demi estetika atau mengikuti
trend saja sudah dilarang.
Operasi ini dilakukan pada anjing jantan, sebelum melakukan operasi perlu
diketahui status present hewan tersebut layak atau tidak untuk dilakukan
tindakan operasi, oleh karenanya maka perlu dillakukan physical examination pre
operasi. Parameter penilaian dianggap normal apabila hasil pemeriksaan physal
examination menunjukkan nilai normal atau mendekati normal terhadap kondisi
fifiologis dari hewan tersebut. Dari hasil pemeriksaan, diketahui bahwa anjing
tersebut dalam keadaan normal dan layak dilakukan operasi. Setelah dilakukan
physical examination, anjing harus dikondisikan setenang mungkin yakni dengan
cara diberikan suntikan preanestesi. Preanestesi yang digunakan adalah
atropine sulfat. Atropin digunakan sebagai premedikasi anastesi dengan tujuan
utama untuk menekan produksi air liur dan sekresi jalan nafas dan juga
mencegah reflek yang menimbulkan gangguan jantung atau mencegah
timbulnya bradikardia. Meskipun demikian pemberian atropin berpengaruh pada
susunan syaraf pusat yang kemudian merangsang medula oblongata, pada mata
menimbulkan midriasis, mengurangi sekret hidung, mulut, faring dan bronkus
(Sardjana 2004). Pada sistem kardiovaskuler atropin berpengaruh terhadap
jantung yang bersifat menghambat peristaltik lambung dan usus (Brander et all
1991).
Pemberian anestesi dilakukan setelah pemberian preanestesi dengan
selang waktu 10 menit. Anestesi yang diberikan berupa xylazine dan ketamin.
Dosis ketamin yang dianjurkan untuk anjing dan kucing adalah 10-20 mg/kg BB
secara intramuskuler sedangkan dosis xylazine yang dianjurkan yaitu 1-2 mg/kg
BB diberikan secara intramuskuler (Kumar 1997). Kombinasi antara ketamin dan

xylazine merupakan kombinasi terbaik bagi kedua agen ini untuk menghasilkan
analgesia. Banyak hewan yang teranastesi secara baik dengan menggunakan
kombinasi ini. Anastesi dengan ketamin-xylazine memiliki efek lebih pendek jika
dibandingkan denga pemberian ketamin saja, tetapi kombinasi ini menghasilkan
relaksasi muskulus yang baik tanpa konfulsi. Emesis sering terjadi pasca
pemberian ketamin-xylazine, tetapi hal ini dapat diatasi dengan pemberian
atropin 10 menit sebelum pemberian ketamin-xylazine (Tilley 2000). Penggunaan
kombinasi xylazine-ketamin sebagai anestesi umum juga mempunyai banyak
keuntungan, antara lain : mudah dalam pemberian, ekonomis, induksinya cepat
begitu pula dengan pemulihannya, mempunyai pengaruh relaksasi yang baik dan
jarang menimbulkan komplikasi klinis (Yudaniayanti et al 2010). Pemberian
xylazine-ketamin diberikan dengan cara mencampur kedua obat tersebut ke
dalam sebuah spuit atau syringe lalu disuntikkan melalui rute intra muscular pada
m. semimembranosus.
Selama operasi berlangsung asisten PE (physical examination) harus
melakukan pemeriksaan fisik yang terdiri atas fekuensi detak jantung, frekuensi
nafas, suhu tubuh, keadaan mukosa, CRT, dan reflex pupil. Pemeriksaan fisik
atau pemeriksaan klinis merupakan sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan
fisik akan membantuk dalam penegakkan diagnosis dan perncanaan perawatan
pasien (Ismail 2009). Pemeriksaan fisik sangat penting dilakukan karena dengan
melihat hasil dari pemeriksaan PE selama operasi dapat diketahui kondisi tubuh
pasien. Selain itu dapat mengetahui apabila terjadi kondisi abnormalitas seperti
adanya hypothermia saat operasi sehingga asisten PE dapat memberikan sinar
inframerah atau air hangat yang dibungkus ke dalam kantong plastik yang
bertujuan untuk menaikkan suhu tubuh pasien. Pemeriksaan dilakukan setiap 15
menit selama operasi.
Pembedahan diawali dengan dilakukannya pencarian terhadap os
coccygea II dan III, setelah ditemukan diberi penanda dengan jarum. Sebelum
penyayatan, pangkal ekor diikat dengan menggunakan karet gelang. Hal ini
dimaksudkan untuk membantu menghambat aliran darah ke daerah ekor. Pada
caudectomy, terdapat dua pilihan bentuk penyayatan pada kulit, yaitu bentuk V
dan lurus melingkari ekor. Pada praktikum kali ini, praktikan menggunakan model
sayatan membentu huruf V. Kemudian, os coccygea III dipreparir dari otot yang
mengelilinginya, dipreparir di bagian dorsal dan ventral. Setelah di preparir,
praktikan mencari pembuluh darah yang memvaskularisasi ekor, kemudian
setelah di temukan pembuluh darahnya lalu dilakukan ligasi di 3 titik yaitu di
kanan, kiri, dan bawah. Setelah selesai meligasi pembuluh darah, lalu dilakukan
pemotongan ekor di persendian os coccygea III. Setelah pemotongan ekor
selesai, lalu di jahit dengan menggunakan tipe jahitan simple suture dengan
menggunakan benang cat gut 3/0. Selama post operasi, tempat yang akan
dibedah harus diamati dari adanya bengkak, cairan, peradangan dan sakit.
Penyembuhan setelah dilakukan caudectomy ditandai dengan tidak adanya
ketegangan kulit yang berlebihan dan tidak terjadi trauma. Bagian ekor yang
dipotong harus dijaga dengan pembalutan atau jika diperlukan dipasang alat
untuk merestrain anjing agar tidak menjilati atau menggigiti bekas operasi.

Secara keseluruhan kondisi anjing selama post-operasi menunjukkan


kondisi yang cukup baik dengan adanya kegiatan makan, bermain, minum,

urinasi, dan defekasi. Mukosa tubuh pun tampak kembali membaik jika
dibandingkan saat operasi, dimana mukosa anjing yang dilihat dari mukosa mulut
dan gusi tampak sangat pucat. Hal tersebut sekaligus menunjukkan perawatan
post-operasi yang dilakukan berkesinambungan dengan kondisi anjing yang
semakin membaik. Berikut data Pemeriksaan fisik selama operasi dapat dilihat
pada tabel 1.

Tabel 1. Data pemeriksaan fisik selama operasi


Keterangan /
menit ke Suhu (oC)
Frekuensi
detak jantung
(kali/menit)
Frekuensi
napas
(kali/menit)
Mukosa
Reflex pupil
(reflek/diamete
r)
CRT

15

30

45

60

38,3

38

38,6

38,8

120

112

116

120

28

24

40

40

Rose

Rose

Rose

Rose

Ada

Ada

Ada

Ada

< 3 detik

< 3 detik

< 3 detik

< 3 detik

Frekuensi Jantung Saat Operasi


125
120

Frekuensi Detak Jantung 115


110
105
15

30

45

60

Waktu (menit)
Frekuensi Jantung

Grafik 1. Grafik frekuensi detak jantung anjing saat operasi


Frekuensi jantung terlihat cukup tinggi pada saat pre-operasi, yaitu 120
kali/menit dan menurun setelah anastesi, tetapi masih berada pada kisaran
normal, yaitu 90-120 kali/menit (Widodo et al. 2010) 60-200 kali/menit (Becker

2014). Frekuensi jantung saat operasi tampak fluktuatif karena pengaruh


anastesi, dimana peningkatan terjadi saat efek anastesi mulai hilang atau anjing
mulai bangun dan kembali turun saat efek anastesi mulai muncul, terutama
terlihat di menit ke-45 hingga menit ke-60.

Frekuensi Nafas Saat Operasi


50
40
30

Frekuensi Nafas

20
10
0
15

30

45

60

Waktu (menit)
Frekuensi Nafas

Grafik 2. Grafik frekuensi napas anjing saat operasi


Frekuensi napas anjing dalam kondisi naik turun akan tetapi masih berada
dalm kisaran normal. Kisaran frekuensi napas normal anjing yaitu 15-30
kali/menit dan rata-rata frekuensi napas anjing ialah 24 kali/menit dalam keadaan
istirahat (Becker 2014). Anastesi pada umumnya akan menyebabkan respirasi
yang diperlambat karena ditekannya inervasi nervus vagus (Widodo et al. 2010).

Suhu Saat Operasi


39
38.5

Suhu tubuh

38
37.5
15

30

45

Waktu (menit)
Suhu

Grafik 3. Grafik suhu tubuh anjing saat operasi


Suhu anjing berada dalam kondisi naik turun, pada saat suhu mengalami
penurunan praktikan segera meletakkan bola-bola hangat sehingga pada menit
ke 45 suhu kembali naik. Menurut Becker (2014) suhu normal anjing berkisar 3839,1.

60

Tabel 2. Hasil pemeriksaan fisik post operasi


Waktu
Suhu
Frekuensi
detak jantung
(per menit)

H+1
P
37,3

H+2
S

37,9

H+3

H+4

37,7

37,8

37,6

37,8

37,9

37,8

112

116

112

116

120

128

124

128

Frekuensi
Nafas (per
menit)

24

22

24

24

24

22

24

24

Urinasi

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Defekasi

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Ya

Tidak

Ya

Makan

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Minum

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Frekuensi Detak Jantung Post Operasi


130
125
120

Frekuensi Jantung 115


110
105
100
P1

S1

P2

S2

P3

S3

P4

S4

Waktu (pagi/sore)
Frekuensi jantung

Grafik 4. Grafik frekuensi jantung tubuh anjing post operasi

Frekuensi Nafas Post Operasi

Frekuensi nafas

24.5
24
23.5
23
22.5
22
21.5
21
P1

S1

P2

S2

P3

S3

P4

Waktu (pagi/sore)
frekuensi nafas

Hasil pemeriksaan fisik pada frekuensi detak jantung mengalami kondisi yang
naik turun tetapi masih dalam batas normal. Hal ini disebabkan tubuh pasien
masih belom mampu mengembalikan frekuensi jantungnya kembali normal.
Setelah H+2 sampai H+4 frekuensi jantung kembali membaik lalu normal
kembali.
Grafik 5. Grafik frekuensi nafas tubuh anjing post operasi
Hasil pemeriksaan frekuensi nafas, grafik menunjukkan frekuensi napas
yang naik turun, tetapi perubahan frekuensi nafas dari hari ke hari tidak terlalu
signifikan perubahannya. Dapat disimpulkan frekuensi nafas pasien post operasi
tidak terlalu mengalami kondisi yang berarti.

S4

Suhu Post Operasi


38
37.8
37.6

Suhu 37.4
37.2
37
P1

S1

P2

S2

P3

S3

P4

Waktu (pagi/sore)
Suhu

Grafik 6. Grafik suhu tubuh anjing post operasi


Pada keadaan post operasi efek ketamin semakin menghilang seiring
dengan meningkatnya suhu pasien. Kenaikan suhu terjadi pada H+1 dan H+4.
Hal ini menunjukkan bahwa kondisi fisiologis pasien kembali normal.
Amoxicillin merupakan antibiotic yang umum digunakan, hal ini karena
amoxicillin cepat diserap oleh usus dan efektif untuk berbagai jenis bakteri
karena merupakan obat spectrum luas. Kondisi pasien dari hari ke hari semakin
normal, dilihat dari nafsu makan dan minum pasien juga urinasi dan defekasi
yang teratur.
BAB 4
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Operasi caudectomi yang dilakukan kali ini dapat dikatakan berhasil
karena operasi dilakukan sesuai dengan prosedur sehingga hewan yang
dioperasi tidak menunjukkan gejala abnormal seperti, terjadi pembusukan pada
ekor hewan. Operasi caudectomi memiliki efek dari berbagai aspek sehingga
harus dipertimbangkan apabila ingin melalukan operasi ini
4.2 Saran
Ketelitian pada saat pencarian os coccigea II dan III perlu diperhatikan
karena merupakan titik orientasi pada oeprasi ini, serta perlu berhati-hati dalam
pemotongan, pastikan pembuluh darah yang memvaskularisasi terligasi
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Barker, A. J., and H. A. Barker. 1988. Dog Breeds. Bison Book Hongkong.Becker
M. 2014. What is normal dog temperature, heart rate, and respiration?.
[Internet].
[diunduh
2014
Mei
17].
Tersedia
pada:
http://www.vetstreet.com/dr-marty-becker/what-is-normal-dog-temperatureheart-rate-and-respiration?.
Brander, G.C. and Pugh, D.M. 1991. Veterinary Applied Pharmacology and
Therapeutics 4thedition. The English Language Book Society and Bailleri
Tyndall. London

S4

Fossum TW. 2002. Small Animal Surgery, ed 2nd Mosby. St. Lois London.
Philandelphia sydney. Toronto.
Ismail Gunawan. 2009. Sehat Tanpa Obat dengan Tusuk Jaram Ala Indonesia.
Jakarta (id) : Grasindo
Kumar, A. 1997. Veterinary Surgical Techniques.New Delhi (in) : Vikal Publishing
House PVT LTD
Sardjana, I Komang Wirasa dan Kusumawati, D. 2004. Anastesi Veteriner Jilid 1.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Sari yudaniayanti, Maulana Erfan, Maruf Anwar, Maulana Erfan. 2010. Profil
Penggunaan Kombinasi Ketamin-Xylazine dan Ketamin-Midazolam
Sebagai Anestesi Umum Terhadap Gambaran Fisiologis Tubuh pada kelinci
Jantan. Veterinaria Medika. Vol. 3, No. 1, Februari 2010.
Sisson, Septimus. 2013. The Anatomy Of The Domestic Animal. W B Saunders
London.
Tilley. L. P. And smith. F. W. K. 2000. The 5-minute veterinary consult, canine and
feline. Lipincoot williams and wilkins. volume 2, fifth edition. WB Saunders
London.
Wardana W. 2003. Bedah Salon: Meluruskan Ekor pada Anjing Berburu. Jvet Vol
4(2) 2003.
Widodo S, Sajuthi D, Choliq C, Wijaya A, Wulansari R, Lelana RPA. 2010.
Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor (ID): IPB Pr.

Lampiran 1
Hasil dokumentasi pelaksanaan operasi
Keterangan

Ekor yang sudah di cukur

Ekor di perban tepat di


bawah lokasi pemotongan

Posisi anjing saat akan


dilakukan pemotongan ekor

Pemberian tanda dengan


menggunakan jarum

Proses pemotongan ekor


anjing

Ekor setelah di potong

Lampiran 2
Pemeriksaan Fisik
Nama

: Jack

Ras/Bangsa

: Domestic

Jenis kelamin

: Jantan

Umur

: < 3 bulan

Warna rambut

: Hitam

Berat badan

: 1,1 kg

Tanda khusus

:-

Keadaan Umum
Perawatan

: rambut halus dan bersih

Habitus/sikap

: tenang

Temperamen

: tenang

Gizi

: baik

Status Present
Suhu tubuh

: 37,3oC

Frek. Jantung

: 136

(kali/menit)

Frek. Napas

: 24

(kali/menit)

CRT

:<3

(detik)

Reflkes Pupil

: baik

Sclera

: baik

Mukosa

: rose

Turgor kulit

: kembali sebelum 3 detik

Refleks digit

: baik

Anda mungkin juga menyukai