Anda di halaman 1dari 9

Hari/Tgl Praktikum

: Kamis, 27 Mei 2015

Waktu

: 09.00-12.00 WIB

PROTOKOL PRAKTIKUM ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER I


CAUDECTOMY

Kelompok 4:
Andi Ibrahim Risyad

B04120177 (Operator)

Fathia Yustikadewi B04120183 (Asisten 3)


Winusudyasari

B0412018

(Asisten 2)

Tay Pik Mun

B04128015 (Asisten 4)

Veenue Kumar

B04118009 (Asisten 1)

BAGIAN BEDAH DAN RADIOLOGI


DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN IPB
2015

BAB I
PENDAHULUAN
Caudectomy atau docking, berarti suatu tindakan bedah yang yang dilakukan
dengan tujuan untuk menghilangkan ekor hewan. Tindakan ini dapat dilakukan pada
semua hewan, khususnya yang memiliki ekor, dapat dilakukan untuk berapa jenis
kasus pada ekor antara lain ialah terapi kasus neoplasia, luka terbuka, ulcus
coccygealis, paralisis ekor, dan sebagainya (Colville 2002).
Selain untuk menangani kasus penyakit, caudectomy dapat pula dilakukan
untuk tujuan estetika. Beberapa pendapat menyatakan ketidak setujuanya terhadap
tindakan caudectomy ini hanya dengan tujuan estetika apalagi bila akibat dari
caudectomi ini dapat membahayakan hewan tersebut. Caudectomy kini lebih
diarahkan untuk terapi penyakit sekaligus estetika. Dalam dunia kedokteran hewan,
istilah caudectomy yaitu, pada docking tidak dilakukan penjahitan (hanya di tekan
menggunakan kapas steril yang dibasahi dengan yodium tincture), sedangkan pada
caudectomy perlu dilakukan penjahitan pada kulit.
Caudectomy pada anak anjing (docking) pada umumnya dilakukan sebelum mata
anak hewan terbuka ( 24 jam pascapartus), sehingga ekor dapat diangkat dengan
mudah. Jika tindak operasi ini tidak dapat dilakukan sebelum mata terbuka, sebaiknya
ditunggu hingga hewan berusia 3 bulan agar dapat melakukan operasi yang lebih
radikal (Fossum 2002).
TUJUAN
Cudectomi bertujuan sebagai terapi pada ekor hewan yang mengalami
kelainan seperti neoplasia, luka terbuka, ulcus coccygealis, paralisis ekor, dan
sebagainya. Menjadi bedah estetika untuk memperbaiki bentuk dari ekor bila
terdapat kelainan bentuk ekor

BAB II
MATERI DAN METODE

Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan apa operasi caudectomi yaitu antara lain 4 towl
klaim, 2 pinset anatomis dan syrorgis, 1 gagang skapel dan blade, 3 gunting, 4 tang
arteri lurus anatomis, 2 tang arteri bengkok anatomis, 2 tang arteri lurus syrorgis, dan
1 needle holder, gunting tumpul bengkok, gunting tumpul lurus, lap, tampon, kapas,
gurita, stetoskop, termometer, perban, duk, plester, sarung tangan, meja operasi,
lampu operasi, timbangan, jarum, catgut double, silk, pisau cukur, dan spoit.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain, Desinfektan (alcohol
70% dan iodium tinktur 3%), bahan pre anastesi (atropine sulfas dengan dosis 0.04
mg/ Kg BB), bahan sedative (Xylazine HCl dengan dosis 1-2 mg/Kg BB dan
dicampur dengan ketamine), bahan anastetik (ketamin HCl 10% dengan dosis 10
mg/Kg BB), cairan infuse (larutan isotonis dengan dosis 60 ml/ Kg BB), antibiotik
(penicillin dan oxytetracyclin dengan dosis 1x 10 -14 mg/ Kg BB).
METODE
A. Pra Operasi
1. Persiapan ruang operasi
Ruangan operasi dibersihkan dari kotoran (disapu dan dibersihkan dari debu),
kemudian ruangan dapat disterelisasi dengan radiasi atau dengan desinfektan
(campuran kalium permanganate 5% dengan formalin 10%). Perbandingan campuran
adalah 1:2 didiamkan selama 15 menit atau dapat juga menggunakan formalin tablet
yang diletakkan diruangan.
2. Preparasi Alat
Peralatan yang digunakan untuk operasi harus dipersiapkan sesuai dengan
prosedurnya. Peralatan tersebut disusun dari bawah yaitu needle holder, tang arteri
lurus syrhurgis, tang arteri bengkok anatomis, tang arteri lurus anatomis, gunting
bengkok, gunting lurus, pinset syrhurgis, pinset anatomis, scalpel beserta blade, dan
towel clamp. Setelah disusun dalam bak, bak ditutup dan harus dibungkus.
Pembungkusan pertama alat operasi menggunakan kain yang diposisikan sejajar
dengan bak instrumen. Kain dilipat pada bagian yang berdekatan dengan tubuh dan
membentuk lidah, kemudian dilanjutkan dengan melipat bagian yang jauh dari tubuh
dan dibentuk lidah. Selanjutnya bagian kanan dan kiri pun dilipat dan dibentuk lidah.

Peralatan yang sudah terbungkus kain pun dilapisi satu lembar kain lagi dengan posisi
alat diagonal. Alat alat bedah minor disterilisasi dengan menggunakan oven.
Instrumen bedah yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam oven selama satu jam.
Wadah instrumen diletakkan secara vertikal dan longitudinal di dalam oven agar tidak
menempel dengan dinding autoklaf maupun wadah peralatan lainnya, dan harus
terdapat jarak antara wadah peralatan yang satu dengan yang lainnya.
Perlengkapan operator dan asisten disiapkan dan disusun dengan urutan dari atas
ke bawah (dua tutup kepala, dua masker, dua buah sikat, dua handuk, dua baju
operasi, dan dua pasang sarung tangan), kemudian dibungkus seperti alat bedah
minor, dan disterilisasi di autoklaf dengan suhu 60C selama 30 menit.
B. Preparasi Hewan Bedah
Pemeriksaan fisik berupa signalement dan keadaan umum hewan. Parameter
signalement yang dicatat adalah nama kucing, jenis dan ras, jenis kelamin, usia,
warna rambut dan kulit, serta bobot badan. Keadaan umum anjing yang dicatat yaitu,
habitus, gizi, sikap berdiri, cara berjalan, adaptasi lingkungan, turgor kulit, kelenjar
pertahanan, refleks pupil, refleks palpebrae, frekuensi dan ritme napas serta denyut
jantung, temperatur, CRT, warna mukosa, dan diameter pupil.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, anjing diinjeksikan dengan premedikasi
atropin. Dosis atropin adalah 0,025 mg/ kg BB dengan rute subkutan (SC). Setelah 10
sampai 15 menit, anjing diinjeksikan dengan ketamin-xylazine secara intramuskular.
Dosis ketamin-xylazine yang digunakan adalah 10 mg/kg BB dan 2 mg/kg BB.
Setelah kucing mulai lemas dan teranestesi, daerah ekor kucing kemudian dicukur
dengan alat pencukur rambut dan dioleskan alcohol serta betadine. anjing dibawa ke
meja operasi dan kaki-kaki kucing kemudian diikat dengan simpul tomfool.
C. Pembiusan
Penghitungan volume atropin sebagai premedikasi yang diinjeksikan adalah
sebagai berikut:
Dosis

: 0,025 mg/kg BB

Konsentrasi sulfa atropin : 0,25 mg/mL

BB Anjing

: kg

Volume diinjeksikan

: BB Anjing x Dosis
Kandungan
:

kg x 0,025 mg/ kg BB
0,25 mg/mL

(SC)

Penghitungan volume xylazin dan ketamine sebagai anastesi yang diinjeksikan


adalah sebagai berikut:
Dosis xylazine

: 2 mg/kg BB

Konsentrasi ketamin

: 2% (20 mg/mL)

Volume diinjeksikan

: BB Anjing x Dosis
Kandungan
:

kg x 2 mg/ kg BB
20 mg/mL

(IM)

Dosis ketamine

: 10 mg/kg BB

Kandungan ketamine

: 10% (100 mg/mL)

Volume diinjeksikan

: BB Anjing x Dosis
Kandungan
:

kg x 10 mg/ kg BB
100 mg/mL

(IM)

Dosis maintenance

: Ketamine 5 mg/kg BB

Volume diinjeksikan

: BB Kucing x Dosis
Kandungan
: ___ kg x 10 mg/kg BB
100 mg/mL

(2x maintenance) (IM)

Dosis oxytetracycline

: Oxytetracyline 14 mg/kg BB

Volume diinjeksikan

: BB Anjing x Dosis
Kandungan
: __ kg x 14 mg/ kg BB
50 mg/mL
:

(IM)

Dosis post operatif


Dosis amoxyline

: Amoxyline 25 mg/kg BB

Konsentrasi sedian

: 0,2%

Volume diinjeksikan

: BB Kucing x Dosis
Kandungan
: kg x 25 mg/kg BB
25 mg/mL
:

Maintenance dosis ketamine


Dosis

: 25 mg/kg BB

Konsentrasi

: 25 mg/ml

Volume yang diberikan

: (BB x Dosis) / Konsentrasi


: ( x 25) / 25
:

D. Pre operasi Operator dan Asisten


Operator dan asisten operator mencuci tangan dari ujung jari sampai bagian
siku dengan mengunakan sabun, disikat,dan dibilas dengan air mengalir. Kemudian
perlengkapan operator dan asisten yang telah disiapkan dibuka. Selanjutnya
pemakaian tutup kepala dan masker oleh operator dan asisten. Kemudian tangan
dicuci dari ujung jari hingga siku dengan sabun, disikat dari ujung jari sampai bagian

siku dan dibilas dengan air mengalir sebanyak 10 kali. Tangan dikeringkan dengan
menggunakan handuk. Kemudian baju operasi digunakan sesuai dengan prosedur.
Sarung tangan digunakan dan terakhir genggam kedua tangan agar sarung tangan
rapat. Tangan operator dan asisten harus tetap diangkat untuk menjaga agar tetap
steril.
E. Operasi
Operasi yang akan dilakukan kali ini adalah Caudectomy pada anjing. Langkahlangkah yang dilakukan adalah sebagai berikut. Hewan yang telah teranasthesi dan
siap dioperasi diletakkan di atas meja dengan posisi dorsal recumbency dan keempat
kakinya diikat menggunakan simpul tomfool pada besi pengait di bawah meja
operasi. Kain penutup/duk dipasang pada hewan sehingga daerah orientasi terlihat
dan difiksasi dengan kulit menggunakan towel clamp. Setelah hewan ditutupi dengan
duk, pangkal ekor diikat menggunakan karet gelang. Kemudian, tandai batas antara
os coccygea II dengan os coccygea III menggunakan syringe. Pada persendiannya,
kulit disayat berbentuk lurus mengelilingi ekor, sayatan sebaiknya dibuat di tengah
dorsal os coccygea III. Kemudian, otot-otot dipreparir dan dicari pembuluh darah
yang memvaskularisasi ekor, yaitu arteri dan vena coccygealis lateral atau ventral.
Pembuluh darah tersebut diikat menggunakan cat gut. Selanjutnya, persendian antara
os coccygea II dan III disayat dan dipisahkan seluruhnya dengan bantuan artery
clamp (untuk ekor yang kecil). Penjahitan dilakukan terhadap otot dan kulit
menggunakan metode sederhana dengan benang Cut gut 3/0. Kemudian, dioleskan
iodine dan dibalut dengan perban. Terakhir, disuntikkan secara intramuscular (IM)
antibiotic Streptisilin dengan dosis BB.
G. Post Operasi
Setelah operasi dilakukan perawatan terhadap anjing. Perawatan tersebut
meliputi pemberian Amoxicillin selama 5 hari secara peroral dengan dosis 25 mg/kg
BB. Pemberian antibiotik dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari. Anjing diberikan
pakan dan minum yang cukup. Selama sehari setelah operasi kucing belum
diperbolehkan untuk makan sehingga digunakan infus NaCl 0.9% selama 2-3 hari.

Hari kedua kucing diperbolehkan makan dengan pakan basah (wet food). Pemberian
iodine tincture (Betadine) pada luka bekas sayatan dan ditutup dengan kassa. Kassa
dan gurita diganti setiap hari dan jahitan dibuka pada hari ke- 7. Pengamatan post
operasi dilakukan selama 7 hari, berupa frekuensi napas, frekuensi nadi, suhu tubuh,
makan dan minum, feses dan urin, serta luka jahitan.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Pengamatan kondisi fisiologis selama operasi
Waktu
Suhu
Frekuensi
Frekuensi

Pupil

CRT

(menit

Tubuh

Jantung

Napas

(cm)

(detik)

ke-)
0

(C)

(Kali/menit)

(Kali/menit)

15
30
45
60
75
90

Tabel 2. Pengamatan kondisi fisiologis post operasi


Hari

ke-

pasca
bedah
Suhu oC

Pagi Sore

Pagi

Sore

Pagi

Sore

Pagi

Sore

Pagi

Sore

Nafas

(x/menit)
F Denyut
Jantung
(x/menit)
Makan
Defekasi
Minum
Urinasi

DAFTAR PUSTAKA
Colville T, and J. M. Bassert. 2002. Clinical Anatomy and Fisiology for Veterinary
Technicians. USA: Mosby.
Fossum T. W. 2002. Small Animal Surgery. 2nd ed.USA: Mosby.

Anda mungkin juga menyukai