OLEH :
M.FIRDAUS
E10020078
B.5
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan HidayahNya penulis dapat menyelesaikan laporan Produksi Ternak Perah
ini dengan tepat waktu. Laporan ini penulis susun sebagai wujud realisasi dari hasil
pengamatan yang telah penulis lakukan sebelumnya dan juga sebagai bahan pelengkap
persyaratan yang menunjang mata kuliah laporan Produksi Ternak Perah. Laporan ini
penulis susun khususnya untuk lingkup Fakultas Peternakan Unja, akan tetapi tidak
menutup untuk keperluan atau lingkup yang lebih luas.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan laporan penulis selanjutnya. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi
kita semua, amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III MATERI DAN METODA
3.1 Waktu dan tempat
3.2 Materi
3.3 Metoda
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemeriksaan Pemalsuan Air Susu
4.1.1 Pembuktian Penambahan Air
4.1.2 Pembuktian Penambahan Santan
4.1.3 Pembuktian Penambahan Pati
4.1.4 Pembuktian Penambahan Susu Masak
4.1.5 Pembuktian Penambahan Formalin
4.2 Pemesriksaan Kesegaran Air Susu
4.2.1 Uji Sensorik Atau Uji Organoleptik
4.2.2 Uji Kebersihan Dengan Metode Saring
4.2.3 Pengukuran Ph Dengan Ph Meter
4.2.4 Uji Alkohol
4.2.5 Uji Didih/ Uji Masak
4.2.6 Uji Reduktase Dengan Biru Metilen
4.3 Pemeriksaan Komposisi Susu
4.3.1 Pengukuran Berat Jenis
4.3.2 Pengukuran Kadar Bahan Kering
4.3.3 Pengukuran Kadar Lemak
4.3.4 Pengukuran Kadar Berat Kering Tanpa Lemak (BKTL) Susu
4.3.5 Diagnosa Mastitis
4.3.6 Pengukuran Kadar Protein
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR DAFTAR
Halaman
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Dokumentasi
Lampiran 2 Perhitungan
BAB I
PENDAHULUAN
Ternak perah adalah ternak yang secara genetic mampu menghasilkan susu
nelebihi kebutuhan anaknya, misalnya sapi, kambing, kerbau dan lain-lain. Ternak
perah mempunyai ciri-ciri khusus yang berhubungan langsung dengan produksi
susu. Sapi adalah produsen utama air susudunia yang mampu memproduksi 91%
dari produksi susu dunia. Air susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai
gizi tinggi karena mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh manusia. Air susu
merupakan air susu sapi yang tidak dikurangi ataupun tidak ditambahkan sesuatu
apapun yang diperoleh dari hasil pemerahan. Kesegaran susu adalah uji sensorik/uji
organoleptik, Uji kebersihan dengan metode Saring, uji alkohol, dan uji didih/masak
serta uji reduktase dengan biru metilen.
Pemalsuan pada susu yang sangat mudah dijumpai adalah dengan menambahkan
susu dengan air. Hal ini akan menambah volum dari susu tersebut dan susu akan
dihargai dengan sedikit lebih mahal. Selain penambahan air, peningkatan volum susu
juga dapat dilakukan dengan penambahan air tajin, susu kaleng, santan , bahkan soda
kue. Pemalsuan dengan menggunakan susu kaleng emmiliki kelebihan diantaranya bau
yang harum susu serta warna yang relatif tidak jauh berbeda dengan susu asli. Selain
untuk menambahkan volum, pemalsuan juga digunakan untuk mempertahankan sifat
susu. Pemalsuan seperti ini dilakukan dengan penambahan larutan formalin ke dalam
susu.
Didalam susu mentah banyak sekali terdapat enzim-enzim seperti enzim
periksodase yang bisa terurai dengan dilakukan pemanasan pada suhu diatas 75 0C dapat
membebaskan oksigen dari larutan peroksida yang ditambahkan kedalam susu, oksigen
yang terdapat dalam susu ini akan bersenyawa dengan zat pemulas sehingga
menyebabkan warnanya menjadi berubah.
Santan seringkali memberikan beberapa masalah khusus bagi para ahli teknologi
pangan, karena santan tidak dapat disterilisasikan dengan pemanasan sebagaimana
dilakukan terhadap produk lain. Hal ini disebabkan santan mengalami koagulasi
(penggumpalan) jika dipanaskan di atas suhu 80°C, dan aroma (flavor) kelapa yang
harum sebagian besar akan hilang. Oleh karena itu, untuk pengawetan jangka panjang
santan perlu distabilkan dengan penambahan emulsifier dan stabilizer yang sesuai
diikuti dengan homogenisasi untuk mereduksi ukuran globula lemak. Susu merupakan
media pertumbuhan yang sangat baik bagi bakteri dan dapat menjadi sarana potensial
bagi penyebaran bakteri pathogen yang mudah tercemar kapan dan dimana saja
sepanjang penangannya tidak memperhatikan kebersihan.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum produksi ternak perah adalah bahwa mahasiswa lebih
mengerti dan memahami tentang bagaimana keamanan susu yang layak konsumsi
dengan berbagai cara seperti mengetahui warna, bau, rasa dan konsistensi dengan
menggunakan panca indra; untuk melihat kotoran yang terdapat didalam susu yang
tidak terlihat oleh mata, untuk mengetahui ph susu, untuk mengetahui uji daripada
reduktase dengan metilen.
Mampu menjelaskan dan mengetahui bagaimana cara pengukuran zat makanan
yang terkandung pada susu, untuk mengetahui jumlah pertumbuhan mikroba pada susu
yang sudah dicampur dengan beberapa pelarut, dengan menggunakan metode tuang,
metode sebar, dan metode gores yang dilihat dibawah mikroskop, dan mengetahui
qualitas dari pada susu, serta diharapkan agar praktikan mengetahui susu yang baik/
yang bagus dan yang layak untuk dikonsumsi bagi masyarakat. Mampu
menjelaskan bagaimana cara memeriksa kualitas susu dan mengetahui kemurnian susu
yang baik serta memahami apa yang yang terjadi apabila susu tersebut mengalami
pemalsuan seperti penambahan air pada susu, penambahan santan pada susu,
penambahan pati pada susu, penambahan susu masak dan penambahan formalin pada
susu serta mengetahui bagaimana cara kerja dari percobaan yang dilakukan dan
mengetahui hasil akhirnya.
1.3 manfaat
Manfaat yang dapat kita peroleh dari praktikum ini adalah dengan adanya hasil
dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat digunakan sebagi titik acuan dan
bahan perbandingan didalam menjawab segala permasalahan tentang ternak perah
tersebut, dan juga sebagai masukan bagi kita semua di dalam mata kuliah Produksi
Ternak Perah, dan menjadi syarat di dalam memenuhi tugas praktikum dan mata kuliah
Produksi Ternak Perah. Serta dari praktikum ini kita dapat mengetahui bagaimana
anatomi system pencernaan ternak ruminansia dan apa saja fungsi dari setiap bagiannya,
mengetahui cara pemeriksaan kesegaran susu, komposisi susu, moikrobiologi susu, dan
pemalsuan susu. Tentunya banyak sekali hal bermanfaat yang dapat diperoleh selama
melaksanakan praktikum ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kegiatan praktikum ini dilaksanakan setiap hari Kamis mulai tanggal Oktober
sampai 26 November 2015, pada pukul 15.00 WIB s/d selesai di Laboratorium Gedung
C Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
3.2 Materi
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum Anatomi alat pencernaan,
Pemeriksaan Kesegaran Susu, Pemeriksaan Komposisi Susu, Pemeriksaan Mikrobiologi
Susu, dan Pemeriksaan Pemalsuan Susu ialah Cutter 2 buah, Terpal berukuran 1 x 1 m,
ember, sarung tangan, Tabung Reaksi, Penjepit Tabung Reaksi, Gelas Becker, Pipet 10
ml, Pembakar Bunsen, Botol 100 ml, Kertas Saring, Corong, Tabung Erlemeyer, pH
meter digital, Tabung Reduktase, Penangas Air, dan Pipet ( 1 ml dan 25 ml ), yaitu
Laktodesimeter, Termometer, Gelas Ukur ( 100 ml dan 250 ml ), Labu Erlemeyer ( 250
ml dan 500 ml) Timbangan Analitik skala 0,1 mg, Oven temperatur 102 o C, Eksikator,
Cawan Gelas dengan penutup diameter 5 cm, Butyrometer, Pipet Otomat ( 1 ml ± 0,05
ml dan 10 ml ), Pipet khusus susu 10,75 ml, Sentrifus, Gelas Becker, Buret, Media PCA
( Plate Count Agar ), Botol 150 ml atau tabung Reaksi 20-50 ml steril, Pipet Steril ( 1
ml, 5 ml, 10 ml, dan 11 ml ), Penyedot Pipet, Cawan Petri Steril, dan Inkubator.
3.3 Metoda
Keterangan :
a : suhu susu terukur
b : suhu tera laktodensimeter
0.0002 : koefisien muai susu
Pada pengukuran Kadar Bahan Kering yaitu terlebih dahulu keringkan cawan
dan tutpnya dalam oven selama 10 menit. Setelah itu, masukkan cawan kedalam
eksikator sampai suhunya sama dengan susu kamar. Timbang cawan beserta tutupnya.
Masukkan 3 ml sample susu kedalam cawan. Timbang kembali cawan yang berisi
sample beserta tututpnya. Masukkan cawan kedalam oven dan letakkan tutup cawan
disampimg cawan. Biarkan selama 1 jam, setelah itu keluarkan dari oven dam
masukkan cawan yang telah ditutup kembali eksikator. Setelah cawan
dingin,timbanglah cawan beserta tutupnya. Masukkan kembali cawan kedalam oven,
keringkan selama 1 jam, setelah itu masukkan kembali kedalam eksikator sampai
dingin.timbang kembali cawan tersebut. Lakukan prosedur sampai tercapai berat
konstan.
Keterangan :
G1 : berat cawan dan tutupnya
G2 : berat cawan, tutup dan sampelnya
G3 : berat cawan, tutupnya, dan bahan kering.
Beda pengukuran ulang susu adalah 0.05%
Pada pengukuran Kadar Lemak dengan Metode Gerber yaitu terlebih dahulu
masukkan 10 ml H2SO4 pekat kedalam butyrometer. Melalui dinding butryrometer,
masukkan 10,75 ml sample susu secara hati-hati dan 1 ml amil alcohol. Butyrometer
disumbat sampai rapat,kemudian dikocok dengan arah angka delapan selama 3-5 menit
agar bagian-bagian didalamnya tercampur rata. Setelah terbentuk warna ungu tua
sampai kecoklatan, masukkan butyrometer kedalam sentrifus dan pasang sentrifus pada
1200 rpm selama 5 menit. Kemudian masukkan butyrometer didalam penangas air
adalah bagian yang ada sumbatnya dibawah dan bagian yang ada skalanya diatas. Baca
skala yang tertera pada butyrometer.
Pada pengukuran Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL), persentase BKTL
dapat dihitung menggunakan rumus Herz-Henkel, yaitu:
atau
BKTL% = BK -KL
Keterangan:
BKTL = Bahan Kering Tanpa Lemak
KL = Kadar Lemak
Ld20 = Skala Laktodensimeter pada 20˚C
0,48 = Konstanta jika Berat Jenis diukur pada suhu 20˚C. Jika Berat Jenis diukur
pada sampel yang dipanaskan 40˚C, maka konstanta yang digunakan 0,63.
Pada pengukuran Kadar Protein Metode Titrasi Formol yaitu terlebih dahulu
masukkan 10 ml susu kedalam erlemeyer 125 ml dan tambahkan 20 ml aquades serta
0,4 ml larutan kalium oksalat jenuh dan 1 ml phenolphtalin 2% lalu diamkan selama 2
menit. Kemudian titrasi campuran tersebut dengan NaOH 0,1 N sampai mencapai warna
standar atau warna merah muda. Warna standar: 10 ml susu + 10 ml aquades + 0,4 ml
kalium oksalat jenuh + 1 tetes indicator rosanilin klorida. Setelah warna tercapai
tambahkan 2 ml larutan formalin dan titrasi kembali dengan NaOH sampai warna
standar tercapai lagi. Buatlah titrasi blanko yang terdiri dari 20 ml aquades + 0,4 ml
larutan kalium oksalat jenuh + 1 ml indicator phenolpthalin + 2 ml larutan formalin dan
titrasi dengan larutan NaOH.
Pemeriksaan Pemalsuan Susu
Adapun cara kerja pada pembuktian Penambahan air kedalam susu dilakukan
melalui pengukuran berat jenis.berat jenis normal susu berkisar antara 1,0280-1,032,
dengan penambahan air atau whey, maka berat jenis akan turun.
Pada pembuktian Penambahan Santan secara Mikroskopik : bersihkan sebuah
gelas objek. Teteskan 1 tetes susu dan tutup dengan gelas penutup, hindari
terbentuknya gelembung udara. Lihat dibawah mikroskop dengan pembesaran obkektif
10x45x, tampak butir-butir lemak susu omogeny, sedangkan butir-butir lemak nabati
lebih besar dari butir lemak susu.
Pada pembuktian Penambahan Pati : masukkan 10 ml sample susu kedalam
tabung reaksi,tambahkan 0,5 ml asam acetate. Panaskan tabung dan kemudian sample
susu disaring. Kedalam filtrate teteska 4 tetes lugol. Apabila positif mengandung pati,
maka warna feltrate menjadi biru. Bila bewrna kuning artinya negative,apabila warna
hijau reaksi diragukan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 9. Laktodensimeter
Pada pengukuran berat jenis kita menggunakan Bobot jenis ditera dengan suatu
alat yang disebut laktodensimeter. Prinsip kerja alat ini berdasarkan hukum Archimedes
yang menyatakan bahwa tiap benda yang dimasukkan ke dalam zat cair, maka pada
benda tersebut akan bekerja tekanan ke atas yang sama dengan berat cairan yang
dipindahkan oleh alat tersebut. Setelah sample susu dihomogenkan dengan
memindahkan susu dari erlemeyer yang satu ke erlemeyer yang lain secra berulang-
ulang, kemudian dituangkan pada kedalam gelas ukur secara hati-hati agar tidak timbul
buih lalu dicelupkan laktodensimeter secara perlahan-lahan sampai laktodensimeter itu
berhenti bergerak dan setelah itu catat suhu yang tedapat pada laktodensimeter dan
diukur dengan thermometer.
Tabel 3. Pengukuran Berat jenis
Kelompok °t awal °t akhir Rata2 °t tera Skala BJ
1 24 24 24 15 15 1.032
2 23 24 23.5 15 15 1.0134
3 22 22 22 15 15.2 1.0226
4 22 22 22 15 15 1.0132
5 25 24 24.5 15 15 1.013
6 22 21 215 15 15 1.0137
7 24 24 24 15 15.2 1.0032
8 23 23 25 15 15 1.0134
Hasil perngukuran dari kelompok 5 :
a : 25° C
b : 15° C
Skala laktodensimeter : 1.0150
Maka berat jenis dari susu sesuai hasil pengukuran kelompok 5 adalah :
Berat jenis susu = 20/20 (skala laktodensimeter) - (a-b)* 0.002
Berat jenis susu = 20/20 (1.0150)- (25-15) * 0.002
Berat jenis susu = 1.0150 -0.002
Berat jenis susu =1.013
Berat jenis dari susu sesuai hasil pengukuran kelompok 5 adalah 1.013
Gambar 10. Pengukuran suhu dan skala laktodensimeter
Untuk menentukan berat jenis maka perlu diketahui dulu kadar bahan keringnya,
semakin tinggi bahan kering maka akan semakin tinggi pula berat jenisnya begitu pula
sebaliknya hal ini sesuai dengan pendapat dari Aksi Agraris Kanisius, 2001). Dimana
hasil yang didapat ini adalah termasuk dalam golongan normal, karena untuk susu sapi
berat jenisnya diatas 1,027. Ada factor yang mempengaruhi dari BJ susu menurut
pendapat dari Bearkley,(2000 ) berpendapat bahwa apabila susu makin encer maka
Laktodesimeter akan lebih dalam masuknya ke dalam susu dengan demikian berat jenis
susu menjadi turun atau lebih rendah dari pada standar.
4.3.2 Pengukuran Kadar Bahan Kering
Tabel 4. Hasil Pengukuran Bahan Kering
Kelompok G1 G2 G3.1 G3.2 BK%
1 13.28 15.18 13.35 13.25 11
2 12.12 14.20 12.32 11.42 13.93
3 13.66 14.02 12.82 12.62 13.33
4 13.37 14.32 13.54 13.54 14.78
5 12.12 13.62 11.59 11.28 10.67
6 13.00 14.51 13.17 13.16 10.6
7 11.11 12.56 11.28 11.21 8.94
8 12.43 13.77 11.38 10.57 8.64
Hasil dari pengamatan kelompok 5 :
G1 : 12.12
G2 : 13.62
G3.1 : 11.59 G3.2 : 11.28
Maka kadar bahan kering dari susu sesuai hasil pengukuran kelompok 5 adalah :
Kadar bahan kering pada susu segar dipengaruhi oleh faktor umur, makanan dan
manajemen sapi perah yang baik Kadar bahan kering yang diperoleh praktikan adalah
10.67 % (perhitungan kadar BK ini dapat dilihat dilampiran) . Bahan kering yang
terkandung dalam susu merupakan bahan pangan yang sangat penting yang dibutuhkan
oleh tubuh dalam jumlah banyak. Dimana, bahan kering tersebut terdiri dari lemak,
protein, laktosa, mineral, enzim, gas, vitamin dan asam (sitrat, format, asetat, laktat dan
oksalat).
Dalam tubuh, bahan kering ini sangat berfungsi untuk melaksanakan dan
membantu seluruh proses fisiologis tubuh. Salah satu yang penting dari susu adalah
laktosa, Laktosa terbentuk dari dua komponen gula yaitu glukosa dan galaktosa. Sifat
air susu yang sedikit manis ditentukan oleh laktosa. Kadar laktosa dalam air susu dapat
dirusak oleh beberapa jenis kuman pembentuk asam susu. Pemberian laktosa atau susu
dapat menyebabkan mencret atau gangguan-gangguan perut bagi orang yang tidak tahan
terhadap laktosa. Hal ini disebabkan kurangnya enzim lactase dalam mukosa usus
(Suhendar dkk., 2008).
4.3.3 Pengukuran Kadar Lemak
Pada pengamatan tidak didapatkan hasil, karena keterbatasan alat, yaitu alat
sumbat. Menurut Judkins dan Keener ( 2006 ), berpendapat bahwa pada prinsipnya
penentuan kadar lemak susu menurut Gerber sama saja dengan metoda Babcock. Botol
yang digunakan disebut Butyrometer. Jadi penentuan kadar lemak susu dengan metoda
ini juga menggunakan dasar penambahan asam sulfat yang akan memisahkan lemak
susu dan memiliki kadar lemak 3,7% menurut Standar Nasional Indonesia (SNI).
Produk susu dinyatakan rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi apabila dalam
susu tersebut terjadi perubahan rasa dan aroma, yaitu menjadi asam, busuk, tidak segar
dan susu menggumpal atau memisah. Untuk produk susu cair, perubahan warna
biasanya menunjukkan indikasi awal kerusakan produk, yaitu adanya pertumbuhan
bakteri dan peningkatan asam. Produk seperti ini sebaiknya tidak dikonsumsi
(Anonimus, 2004).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh setelah melaksanakan praktikum Produksi
Ternak Perah ialah Ternak perah adalah ternak yang secara genetic mampu
menghasilkan susu melebihi kebutuhan anaknya, misalnya sapi, kambing, kerbau dan
lain-lain. Ternak perah mempunyai ciri-ciri khusus yang berhubungan langsung dengan
produksi susu.
Susu didefenisikan sebagai susu sapi yang tidak dikurangi atau ditambahi
sesratu apapun yang diperoleh dari hasil pemerahan sapi-sapi sehat secara kontinyu dan
sekaligus. Susu ini merupakan bahan pangan yang tersusun oleh zat-zat makanan
dengan proporsi yang seimbang. Penyusun utama susu adalah air, protein, lemak,
karbohidrat, mineral-mineral, dan vitamin-vitamin.
Sebagai bahan pangan, susu dapat digunakan baik dalam bentuk aslinya sebagai
satu kesatuan maupun dari bagian-bagiannya. Dalam praktikum ini dilakukan
pemeriksaan mulai dari Anatomi Alat Pencernaan Ruminansia kecil, Pemeriksaan
Kesegaran Susu, Komposisi Susu, Mikrobiologi susu dan juga Pemeriksaan Pemalsuan
Susu. Pentingnya dilakukan praktikum tersebut, agar kita mengetahui bagaimana susu
yang baik dan juga ilmu yang diperoleh dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
5.2 Saran
Pada saat praktikum berlangsung untuk para praktikan agar dapat lebih
meningkatkan disiplin lagi sehingga dalam praktikum kita akan cepat selesai dan
menggunakan peralatan laboratorium dengan hati-hati dan teliti sehingga dapat
digunakan lagi untuk masa yang akan datang dan juga sebaiknya, praktikan harus
memperhatikan saat asdos menerangkan agar mudah memahami apa yang disampaikan.
Praktikan harus menjaga ketenangan pada saat praktikum berlangsung, agar suasana
praktikum jadi nyaman. Semoga laporan ini bermanfaat untuk semua.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Offset. Yogyakarta.
Anonimus, 2004. Penuntun Kesehatan Masyarakat Veteriner (susu, daging dan
telur). Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Arora, 2005. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: UGM Press.
Bali, 2011. Laporan Mingguan Produksi Ternak Perah. http://jahtera- awesome -
blogspot.co.id/2013/11/laporan-praktikum-produksi-ternak-perah.html (Selasa, 1
Desember 2015).
Bastianelli dan Bas, 2002. Pertumbuhan Dan Produksi Susu Sapi Perah. IPB
press. Bogor
Bearkley (2000 .Sistem Pencernaaan Ternak Ruminansia. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Biologigonz, 2010 Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Yogyakarta; Gajah
Mada university press.
Blakely, 2001. . Ilmu Peternakan . Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Brody, 2000. Komposisi Susu. Gramedia Pustaka. Yogyakarta .
Buckle, 2003. Processing of milk . Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Dudee , 2009. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta: UI Press.
Fardiaz, 2002. Hasil-Hasil Olahan. http://rinaartiwi.blogspot.co.id/2011/10-
Produksi ternak dan hasil olahan susu.html (Selasa, 1 Desember 2015)
Fardiaz, 2003. Penghitungan Jumlah Mikroba yang Terdapat pada Susu.
Yogyakarta : UGM Press
Farmansyah, 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Fazri, 2002. Pertumbuhan Dan Sapi Perah: http://rinaartiwi.blogspot.co.id/2011
-/10- hasil olahan -susu.html. (Selasa, 1 Desember 2015)
Frandson .2002. Processing of milk . Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Gregorius, 2001. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Offset.
Yogyakarta.
Gusriyanti, 2006. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta: UI Press
Hadiwiyoto, 2005. Landasan Ilmu Nutrisi I. Bogor: Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor.
Jaser. 2000. Pembudidayaan Ternak Perah . Cv. Yasaguna. Jakarta
Judkins and Keener.2006. Proteolitik Enzymes Food Processimg 2
ED. Academic Press. New York.
Kanisius, 2001. Macam – Macam Olahan Susu. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta.
Mazer, R.T 2004. Pertumbuhan Dan Sapi Perah: http://rinaartiwi.blogspot.co
.id/2011 -/10- hasil olahan -susu.html. (Selasa, 1 Desember 2015)
Melly, 2011. Ternak Ruminansia. Fakultas peternakan . Universitas Andalas.
Sumatera Barat.
Mozes, 2001. Landasan Ilmu Nutrisi I. Bogor: Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor.
Muhammad, 2001. Composition of milk . Nottingham: Nottingham University
Press.
Parrokasi, A 2003. Pembudidayaan Ternak Perah . Cv. Yasaguna. Jakarta
Partodihardjo .2003. Landasan Ilmu Nutrisi I. Bogor: Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor.
Rachmawan, 2001. Dairy Handbook. Alfa Laval Dairy and Food. Sweden.
Nasution ., Ressang
2000. Proteolitik Enzymes Food Processimg 2. ED.Academic. Press. New Yo
rk.
Nasution ., Ressang
2004. Proteolitik Enzymes Food Processimg 2.ED. Academic
Press. Academic Press. New York.
Sarwono, 2003. Rumen Mikrobiology. Nottingham: Nottingham University Press.
Setyohadi, dkk., 2003. Penuntun Kesehatan Masyarakat Veteriner (susu, daging dan
telur). Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Shiddieqy, 2008. Evaluating the role of animal feed in food safety: Perspectives
for action. Proceeding of the International Workshop on Food Safety
Management in Developing Countries. CIRAD-FAO, Montpellier, France. p. 11-
13.
Siregar, 2000. . Analisis Nutrisi Susu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Soemarno. 2004. Landasan Ilmu Nutrisi I. Bogor: Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor.
Sudono, 2000. Teknik Uji Mutu Susu dan Olahannya .Liberty. Yogyakarta
Sudono, 2005. Landasan Ilmu Nutrisi I. Bogor: Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor.
Suhendar. Y., W.I. Dadang, T. Mardi, S. Riyanto, I.R. Palupi dan O. Sucahyo, 2008.
Pasca Panen Lalai Kualitas Susu Terbengkalai. http:// Nadias-
iswana.blogspot.co.id/2013/12/-produksi-ternak- perah.html (Rabu, 2
Desember 2015)
Wahyudi, 2006. Nutrition Of Milk. New York: Academic Press
Yamamoto, 2004. Analisis
Nutrisi Susu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
LAMPIRAN
1. Lampiran dokumentasi
Anatomi Pencernaan Kambing Rumen Retikulum
Omasum Abomasum Uji kekentalan air susu
Uji didih Uji Reduktase dengan biru metilen
Cawan petri peptone water coloni counter incubator
pemeriksaan palsuan susu dengan penambahan satan (kanan) dan pati (kiri)
2. Lampiran perhitungan
A. Perhitungan Berat Jenis Susu
Hasil perngukuran dari kelompok 1 :
a : 24° C
b : 15° C
Skala laktodensimeter : 1.0150
Berat jenis susu = 20/20 (skala laktodensimeter) - (a-b)* 0.002
Berat jenis susu = 20/20 (1.0150)- (24-15) * 0.002
a. metode tuang
faktor 107
Koloni per ml = 128 x
= 128 x 107
= 12.8 x 106
faktor 108