PEMERIKSAAN MAKANAN
SUSU DAN TELUR
disusun oleh:
Maria Christhina P3.73.34.2.15.021
Mayya Azlia Alam P3.73.34.2.15.022
Nadheya Mawadah P3.73.34.2.15.026
2017
[Type text]
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi kami rahmat dan karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Bakteriologi III semester 4. Dalam makalah ini kami
menguraikan pembahasan mengenai Pemeriksaan Bakteriologis Susu dan Telur.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.... 2
DAFTAR ISI........ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..... 4
1.2 Tujuan...................................................................................................... 5
1.3 Rumusan Masalah................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pemeriksaan Bakteriologi Susu dan Telur....... 6
2.2 Metode Pemeriksaan Bakteriologi Susu dan Telur.................................. 6
2.3 Bakteri yang terdapat pada susu dan telur............... 9
2.4 Syarat Mutu Susu dan Telur.................................................................... 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Badan Pusat Pengawasan Obat dan Makanan mencatat bahwa
selama tahun 2004 di Indonesia terjadi 82 kasus keracunan makanan yang
menyebabkan 6.500 korban sakit dan 29 orang meninggal dunia. Sebanyak
31% kasus keracunan itu disebabkan makanan yang berasal dari jasa boga
dan buatan rumah tangga (Chandra, 2006).
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian pemeriksaan susu dan telur.
2. Mengetahui metode pemeriksaan susu dan telur.
3. Mengetahui bakteri yang terdapat pada susu dan telur.
4. Mengetahui syarat/ standar susu dan telur layak konsumsi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. Koliform
Koliform merupakan parameter sanitasi susu dan produk lainnya.
Koliform termasuk bakteri yang dikeluarkan dari saluran pencernaan
6
hewan dan manusia. Pemeriksaan koliform dapat menggunakan metode
Most Probe Number (MPN).
Metode lain
I. Kuantitatif
1). Standard Plate Count (SPC) : jumlah kuman/cc susu seperti pada
pemeriksaan air minum
7
* Kuman banyak :
* Kuman sedikit :
Keuntungan :
- Semi kuantitatif :
- Kualitatif :
6 8 jam baik
2 6 jam sedang
8
II. Kualitatif:
a. Staphylococcus aureus
Salah satu bakteri penyebab keracunan setelah minum susu
adalah Staphylococcus aureus. Di beberapa negara di Eropa, seperti Norwe-
gia, Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri penyebab keracunan
setelah minum susu. Sumber-sumber Staphylococcus aureus terdapat di sekitar
kita, yaitu bagian permukaan kulit, mukosa mulut, hidung, dan kulit kepala.
Pemeriksaan S.aureus dapat menggunakan metode isolasi dilanjutkan uji
koaglutinasi plasma kelinci.
b. Salmonella sp.
Salmonella sp. merupakan bakteri berbahaya yang dikeluarkan dari
saluran pencernaan hewan dan manusia bersama dengan feses. Salmonella
9
enteritidis merupakan salah satu serotipe yang sering mengontaminasi susu di
samping Salmonella typhimurium. Berdasarkan SNI 01-6366-2000, pemeriksaan
Salmonella sp. dilakukan secara kualitatif dan harus negatif.
c. Escherichia coli
Escherichia coli termasuk bakteri berbahaya karena dapat menyebabkan
diare. Salah satu syarat Escherichia coli dalam SNI 01-6366-2000 harus negatif.
10
Kelompok Bacillus sp. yang sering menjadi penyebab keracunan setelah
minum susu adalah Bacillus cereus. Kontaminasi Bacillus cereus dengan
jumlah 104cfu/ml berpotensi menghasilkan toksin sehingga menimbulkan
gejala seperti mual dan muntah. Gejala keracunan Bacillus cereus dalam
susu mencuat pada tahun 19881989. Gejala muncul 0,501 jam setelah minum
susu.
No Parameter Syarat
Standar Susu
Cemaran logam berbahaya :
11
Cemaran mikroba :
b. Salmonella Negatif
d. Coliform 20 CFU/ml
12
Berdasarkan SK Dirjen Peternakan Nomor 17 tahun 1983, salah satu syarat
kualitas susu segar adalah jumlah mikroba maksimum 3 juta/ml. Ketentuan ini
lebih ringan daripada yang tercantum dalam SNI susu segar.
13
2.2. Pengujian Mikrobiologi Telur
Cara I
A. Pra-pengkayaan
B. Pengkayaan
14
Jika tumbuh bakteri dengan ciri koloni demikian dilanjutkan uji biokimia
(motil, MRVP, TSIA, KIA, SCA, Fermentasi Karbohidrat)
Cara II
3. Biakan dari media enrichment diambil dan ditanam pada media selektif
BGA dan XLD inkubasi selama 24 jam pada suhu 35C 37C
4. Koloni salmonella sp. Akan berwarna merah muda pada BGA dan
berwarna hitam pada media XLD
5. Koloni yang diduga positif salmonellasp. Diuji biokimia dengan uji gula
(Triple Sugar Iron) dan dinyatakan positif apabila TSI menunjukkan
adanya pertumbuhan bakteri dengan hasil :
Terbentuk gas
Cara III
15
4. Pengenceran 1:100 dengan cara memindahkan 1ml dari pengenceran 1:10
dalam 9ml larutan BPW 0,1%
8. Biarkan media memadat kemudian diinkubasi pada suhu pada suhu 35C
37C selama 24 48 jam
16
berkembang biak. Dalam kasus ini bakteri tetap dapat disebarkan
walaupun tangan telah dicuci. Staphylococcus aureus diduga berasal dari
tangan orang yang terlibat dalam proses produksi, pengirisan atau
pengajian.
c. Escherichia coli seringkali diasosiasikan dengan air yang telah
terkontaminasi oleh feces dan sejak lama telah diketahui menjadi
penyebab diare pada anak-anak.
17
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Uji kualitas susu secara kulitatif mengidikasikan bahwa susu tidak
dipalsukan dan tidak mengandung mikroba patogen yang dapat
mengganggu kesehatan konsumen. Kandungan mikroba dalam susu dapat
diketahui melalui uji keasaman, uji alkohol, uji katalase, dan uji reduktase.
Susu dengan kualitas baik tidak menunjukkan reaksi positif terhadap
alkohol, pH-nya 8, nilai katalase kurang dari tiga ml, dan kemampuan
tereduksinya lebih dari dua jam. Uji kualitas susu ini dapat juga
menentukan bagus atau tidaknya manajemen pemerahan dari produsen
atau peternak. Uji kualitas susu secara kulitatif mengidikasikan bahwa
susu tidak dipalsukan dan tidak mengandung mikroba patogen yang dapat
mengganggu kesehatan konsumen. Kandungan mikroba dalam susu dapat
diketahui melalui uji keasaman, uji alkohol, uji katalase, dan uji reduktase.
Susu dengan kualitas baik tidak menunjukkan reaksi positif terhadap
alkohol, pH-nya 8, nilai katalase kurang dari tiga ml, dan kemampuan
tereduksinya lebih dari dua jam. Uji kualitas susu ini dapat juga
menentukan bagus atau tidaknya manajemen pemerahan dari produsen
atau peternak.
Telur merupakan makanan yang sering dikonsumsi oleh makhluk
hidup dan merupakan sumber protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Bakteri
paling sering terdapat pada telur adalah Salmonella. Maka, cara
pengolahan dan cara konsumsi telur harus benar- benar diperhatikan
karena telur banyak mengandung bakteri, terlebih telur merupakan bahan
yang dikeluarkan dari anus unggas. Sehingga tidak dapat dipungkiri jika
telur mengandung banyak kuman dan bakteri.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://alifiawisda.blogspot.co.id/2013/06/makalah-bakteri-yang-terdapat-dalam-
susu.html
http://yudhaendrap.blogspot.co.id/2014/06/uji-kualitas-susu.html
https://ekabees.wordpress.com/2011/01/05/standar-susu-segar-sni/
https://mulyadiveterinary.wordpress.com/2011/05/21/kualiatas-pangan-hasal-
hewan/
https://lkimunand.wordpress.com/2009/04/05/pencemaran-telur-oleh-
mikroorganisme/
19