Anda di halaman 1dari 8

Peternakan Mulawarman : Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis Vol. 1 No.

1 September 2018
e-ISSN 2654 – 2501

PENGUJIAN KUALITAS SUSU SEGAR DENGAN PERBEDAAN PERLAKUAN


PEMERAHAN MELALUI EVALUASI JUMLAH MIKROBA DAN DERAJAT
KEASAMAN (pH)

The Milk Quality Test With Different Milking Treatments To Evaluate The Number
of Microbial and Acidity (pH)

Lilis Mulyati*, Fikri Ardhani, Roosena Yusuf


Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, Samarinda, 75123

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemerahan


terhadap jumlah mikroba dan derajat keasaman (pH) pada susu segar. Penelitian terdiri
dari dua faktor perlakuan pemerahan yaitu prosedur pemerahan konvensional dan faktor
pemerahan inovatif. Pengujian setiap sampel dilakukan dua kali, dengan selang waktu
tiga jam setelah pengujian pertama dengan menempatkan sampel pada suhu ruangan
(27,5 oC), setiap sampel dihitung jumlah total bakterinya menggunakan uji TPC (Total
Plate Count) dan dianalisis menggunakan uji T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata TPC menunjukan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada prosedur pemerahan
konvensional yaitu waktu 0 jam (1,80 ± 0,17) x 10⁶ CFU mL -1 dan waktu 3 jam (2,6 ±
0,09) x 10⁶ CFU mL-1 pada prosedur pemerahan inovatif waktu 0 jam (1,5 ± 0,15) x 10⁶
CFU mL-1 dan waktu 3 jam (1,8 ± 0,17) x 10⁶ CFU mL -1 dan pH susu segar menunjukkan
bahwa tidak berbeda nyata (P>0,05) pula pada prosedur pemerahan konvensional yaitu
waktu 0 jam 6,6 ± 0,0 dan waktu 3 jam 6,6 ± 0,0. Pada prosedur pemerahan inovatif
waktu 0 jam 6,67 ± 0,12 dan waktu 3 jam 6,70 ± 0,10. Dapat disimpulkan bahwa prosedur
pemerahan inovatif dapat menekan pertumbuhan bakteri pada susu saat proses
pemerahan, namun total jumlah bakteri di Peternakan Sapi Terpadu masih melebihi
batasan SNI yaitu 1 x 106 CFU mL-1

Kata kunci: Susu segar, jumlah mikroba, derajat keasaman (pH).

ABSTRACT

Milking procedures can affect the amount of microbes and pH, which became a
major influence milking quality. Effect of milking treatmeant to the microbial count and
acidity (pH) in fresh milk. This research was conducted by two factors; the conventional
and innovative milking procedures, testing each sample was applied twice, with an
interval of three hours after the first test by placing the samples at room temperature
(27.5 ºC). The each sample was calculated using the total number of bacteria by testing
TPC (Total Plate Count) and analyzed using T test. The results showed that the average
TPC showed no significant difference (P> 0.05) in the conventional milking procedures
that time 0 and 3 hours are (1.80 ± 0.17) x 10⁶ CFU mL -1 and (2.60 ± 0.09) x 10⁶ CFU
mL-1, respectively. The innovative milking procedures that time 0 and 3 hours are (1.50
± 0.15) x 10⁶ CFU mL-1 and (1.80 ± 0.17) x 10⁶ CFU mL-1, respectively. The pH of fresh
milk showed that was not significantly different (P> 0.05) both in the konventional milking
procedures that time 0 and 3 hours are 6.6 ± 0.0 and 6.6 ± 0.0 respectively. And the
innovative milking procedures time 0 and 3 hours are 6.67 ± 0.12 and 6.70 ± 0.10
respectively. It can be concluded that the innovative milking procedures can only
suppress the growth of bacteria in the milk when the milking process, but the total number
of bacteria in PESAT is still under restriction SNI ie 1 x 106 CFU mL-1
17
Peternakan Mulawarman : Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis Vol. 1 No. 1 September 2018
e-ISSN 2654 – 2501

Keywords: Fresh Milk, The number of microbes, pH

Pendahuluan PESAT PT KPC. Bahan untuk uji jumlah


Total Bakteri (TPC) meliputi Plate Count
Konsumsi susu masyarakat Agar (PCA) untuk medium pemupukan,
Indonesia baru mencapai 16,4 kg atau NaCl 0,86% sebagai bahan pengencer,
15,97 L kapita-1 pada tahun 2011. Angka aquadest steril dan alkohol 70%. Alat yang
ini masih sangat rendah dibandingkan digunakan dalam penelitian ini meliputi:
India yang mencapai 42,8 L kapita -1, cool box, cawan petri, tabung reaksi,
Malaysia dan Filipina 22,1 L kapita-1, dan bunsen, pH meter, pipet, tube shaker, hot
Thailand 31,7 L kapita-1 (Matondang et al., plate, termometer, autoklaf, inkubator
2012). Susu merupakan media yang dengan suhu 370C, Colony Counter, ruang
sangat baik bagi pertumbuhan bakteri dan isolasi bakteri, kamera dan ATK.
dapat menjadi sarana bagi penyebaran Rancangan percobaan yang digunakan
bakteri yang membahayakan kesehatan dengan dua perlakuan yaitu S1 dengan
manusia, Bakteri merupakan penyebab metode pemerahan Konvensional dan S2
utama penyakit yang ditularkan dari ternak dengan metode pemerahan inovatif
ke manusia melalui pangan, bakteri yang masing-masing diuji sebanyak tiga kali
menyerang ternak saat di kandang dapat Susu hasil perahan pagi ditampung
menular ke manusia karena pemeliharaan dalam milk can. Sebelum dilakukan
dan proses panen yang tidak higienis. pemeriksaan mikroba pada susu, sampel
Pemerahan susu yang tidak sesuai dapat diambil dan dimasukan kedalam gelas
menyebabkan susu tercemar sebanyak 5 mL untuk uji pH. Sampel yang
mikroorganisme dari lingkungan sekitar terkumpul dibawa ke laboratorium untuk
sehingga kualitas susu menurun. diperiksa jumlah mikroba yang terdapat
Secara alami, susu mengandung dalam sampel. Pemeriksaan yang
mikroorganisme kurang dari 5 x 10 3 mL-1 dilakukan adalah dengan metode hitung
jika diperah dengan cara yang benar dan cawan atau Total Plate Count (TPC) yang
berasal dari sapi yang sehat. Berdasarkan menggunakan Plate Count Agar sebagai
SNI 3141.1:2011, batas cemaran mikroba medium pemupukan. Jumlah sampel
dalam susu segar adalah 1 x 106 CFU mL- setiap kali pengujian adalah 6 sampel
1
dengan derajat keasaman (pH) susu sapi dengan dua kali pengujian.
segar adalah 6,3-6,8. Pengujian diawali dengan
Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) melakukan pengenceran terlebih dahulu.
PT KPC merupakan satu dari empat Setelah melakukan pengenceran maka
peternakan yang membudidayakan sapi dilakukan pemupukan pada cawan petri.
perah di Kalimantan Timur. Peternakan Pemupukan dilakukan dengan metode
Sapi Terpadu biasa dikenal dengan tuang (Pour Plate) secara duplo dan
PESAT terletak di Kecamatan Sangatta pemupukan dilakukan pada pengenceran
Utara Kabupaten Kutai Timur. Pemenuhan 10-3, 10-4, 10-5. Kemudian masing-masing
kebutuhan susu segar di Kalimantan cawan petri tersebut dituangkan 10-15 mL
Timur, selain aspek kuantitas juga PCA (suhu 40-50oC), cawan petri ditutup
memerlukan perhatian pada aspek dan dihomogenkan secara perlahan
mikrobiologis yang berkaitan dengan dengan membentuk angka delapan.
teknik pemerahan. Campuran didiamkan sampai agar
memadat setelah itu diinkubasi di dalam
Materi dan Metode suhu 35-37oC selama 18-24 jam.
Sebelum melakukan uji TPC
Bahan utama yang digunakan dalam dilakukan pembuatan larutan pengencer
penelitian ini yaitu susu segar Peranakan menggunakan NaCl 0,86% kemudian
Frisian Holstein (PFH) yang terdapat di dihomogenkan. Larutan yang telah
18
Peternakan Mulawarman : Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis Vol. 1 No. 1 September 2018
e-ISSN 2654 – 2501

dihomogenkan dipanaskan menggunakan Perlakuan Rata-rata ± SD


hot plate sambil diaduk hingga mendidih,
setelah larutan mendidih maka ditutup T1 (1,80 ± 0,17) x 10⁶
menggunakan alumunium foil dan T2 (2,60 ± 0,09) x 10⁶
disterilkan dengan autoklaf pada suhu Keterangan. T1: Waktu 0 jam; T2: Waktu 3 jam
121oC selama 15 menit.
Plate Count Agar ( PCA ) merupakan Hasil analisis statistik menggunakan Uji
bahan media untuk pengagaran, cara T menunjukkan bahwa tidak berbeda
membuat larutan PCA yaitu dengan cara nyata (P>0,05) pada perlakuan
memasukan bahan PCA 4,37 g kedalam penyimpanan susu segar dalam suhu
beaker glass 500 mL dan diencerkan ruang (27,5oC). Hasil penelitian yang
menggunakan aquades steril 250 mL dan dilakukan rata-rata pertumbuhan bakteri
dihomogenkan menggunakan tube pada susu segar yang diuji menggunakan
shaker. Setelah larutan homogen uji TPC waktu 0 jam yaitu 1,8 x 10⁶ CFU
selanjutnya dipanaskan menggunakan hot mL-1 dan susu segar yang diuji pada waktu
plate sambil diaduk hingga mendidih dan 3 jam yaitu 2,6 x 10⁶ CFU mL-1. Hasil

Jumlah Mikroba
ditutup menggunakan alumunium foil, pertumbuhan bakteri prosedur pemerahan

( x106 CFU mL-1)


kemudian larutan disterilisasi konvensional dapat dilihat pada Gambar 2.
menggunakan autoklaf dengan suhu
121oC selama 15 menit. 4.0
Penghitungan jumlah mikroba
dilakukan 18-24 jam setelah masa 2.0 T1
inkubasi. Penghitungan jumlah mikroba
dalam cawan petri dilakukan dengan T2
menggunakan Colony Counter. 0.0
Seluruh koloni yang tumbuh dalam S1a S1b S1c
setiap cawan petri dihitung, cara Gambar 2. Pertumbuhan bakteri prosedur
perhitungannya adalah: pemerahan konvensional
Keterangan. T1: Waktu 0 jam; T2 Waktu 3
Jumlah koloni mL-1 = jam; S: Sampel
1
jumlah koloni per cawan x 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa jumlah bakteri pada
Ketentuan penghitungan mikroba prosedur pemerahan konvensional waktu
dilakukan menurut metode Rofi’i (2009). 0 jam dan waktu 3 jam yang diuji
Data jumlah mikroba dari kedua perlakuan menggunakan Uji TPC menunjukkan
diamati dan dihitung menggunakan pengaruh yang tidak nyata. Hal tersebut
hitungan cawan atau Total Plate Count disebabkan oleh proses pertumbuhan
(TPC) kemudian diuji menggunakan uji T. mikroba pada fase awal yang masih
beradaptasi sehingga pertumbuhannya
Hasil dan Pembahasan lambat.
Kontaminasi mikroorganisme pada
Pertumbuhan Bakteri susu dapat berasal dari 3 sumber yaitu
Prosedur pemerahan lingkungan, ambing dan peralatan susu.
konvensional. Hasil perhitungan Total Pencemaran mikroorganisme dapat
Plate Count (TPC) yaitu menghitung berasal dari dalam ambing hewan ternak
jumlah koloni pada prosedur pemerahan tersebut atau masuk melalui puting susu.
konvensional pada suhu ruang (27,5oC) Jumlah total mikroorganisme dalam susu
dapat dilihat pada Tabel 2. segar dapat bertambah karena beberapa
faktor, antara lain pencemaran dari tangan
Tabel 2. Jumlah koloni (CFU) pemerahan dan baju pemerah, alat perah, lingkungan
konvensional
19
Peternakan Mulawarman : Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis Vol. 1 No. 1 September 2018
e-ISSN 2654 – 2501

seperti kandang, air, serta peralatan lain alat pendingin) dan lain-lain, kontaminasi
juga dapat meningkatkan jumlah bakteri pada susu dapat terjadi saat
mikroorganisme. Untuk memperoleh susu pemerahan. Hal ini dapat merubah sifat-
yang bermutu tinggi di tingkat peternak sifat kimia, fisik dan organoleptik sehingga
diperlukan manajemen yang baik dengan air susu cepat menjadi rusak (Pradana,
cara sanitasi alat - alat operasional 2013).
pemerahan, sanitasi lingkungan (pakan, Pemerahan susu yang tidak sesuai
kandang dan operator), kebersihan dan anjuran dapat menyebabkan susu
kesehatan ternak, serta kebersihan tercemar mikroorganisme dari lingkungan
sumber air (Widaningrum et al., 2006 ). sekitar sehingga kualitas susu menurun
Prosedur pemerahan inovatif. (Gustiani, 2009). Tahapan proses
Hasil perhitungan Total Plate Count (TPC) pemerahan susu sapi meliputi tiga
yaitu menghitung jumlah koloni pada kegiatan yaitu, kegiatan sebelum
prosedur pemerahan inovatif pada suhu pemerahan, kegiatan saat pemerahan dan
ruang (27,5oC) dapat dilihat pada Tabel 3. kegiatan setelah pemerahan. Kegiatan
sebelum pemerahan meliputi
Tabel 3. Jumlah koloni (CFU) pada prosedur menyediakan sarana pemerahan,
pemerahan inovatif membersihkan kandang, memandikan
sapi, persiapan operator pemerah,
Perlakuan Rata-rata ± SD
membersihkan ambing dan pemerahan
awal yaitu membuang 3–4 pancaran susu
T1 (1,50 ± 0,15) x 10⁶
pertama yang keluar dari sapi yang
T2 (1,80 ± 0,17) x 10⁶ potensial mengandung mikroorganisme
Keterangan. T1: 0 jam; T2: 3 jam dari sisa pemerahan sebelumnya. Menurut
Widaningrum et al, (2005), tindakan
Hasil analisis statistik menggunakan peternak yang memandikan sapi sebelum
Uji T menunjukkan bahwa tidak berbeda pemerahan merupakan tindakan yang
nyata (P>0,05) pada perlakuan menyimpang dari SOP. Hal ini akan
penyimpanan susu segar dalam suhu menimbulkan kontaminasi
ruang (27,5oC). Hasil penelitian yang mikroorganisme dari tubuh ternak yang
dilakukan rata-rata jumlah bakteri pada masih basah ada kemungkinan air dari
waktu 0 jam yaitu 1,5 x 106 CFU mL-1 dan tubuh ternak menetes ke dalam
rata-rata jumlah bakteri pada waktu 3 jam penampungan susu. SOP yang
yaitu 1,8 x 106 CFU mL-1. diberlakukan kepada peternak dalam
Berdasarkan hasil penelitian kegiatan operasional pemerahan susu
diketahui bahwa pada prosedur dianjurkan sapi dimandikan setelah
pemerahan inovatif pada waktu 0 jam dan diperah. Sapi hanya dibersihkan terlebih
3 jam menunjukkan pengaruh yang tidak dahulu pada ambingnya dengan
nyata, hal tersebut kemungkinan menggunakan air hangat dan lap kering
dikarenakan jarak uji susu segar yang yang bersih sebelum pemerahan.
terlalu dekat dan pertumbuhan bakteri Susu segar waktu 0 jam. Hasil
yang masih dalam fase lag (lambat). perhitungan Total Plate Count (TPC) yaitu
Jaman et al (2013) mengatakan bahwa menghitung jumlah koloni pada waktu 0
susu segar yang disimpan dalam suhu jam suhu ruang (27,5oC) dapat dilihat
ruang hanya berumur tidak lebih dari 5 pada Tabel 4.
jam.
Pencemaran atau kontaminasi
mikroorganisme pada susu segar juga
dapat berasal dari susu sapi yang diperah,
kontak dengan debu (udara), tangan
pemerah, alat-alat yang dipakai (ember,
20
Peternakan Mulawarman : Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis Vol. 1 No. 1 September 2018
e-ISSN 2654 – 2501

Tabel 4. Jumlah koloni (CFU) pada waktu 0 Keterangan. PL: Prosedur pemerahan
jam konvensional; PB: Prosedur
pemerahan inovatif
Perlakuan Rata-rata ± SD
Hasil analisis statistik menunjukan
PL (1,80 ± 0,17) x 10⁶ bahwa tidak terdapat berbeda nyata
PB (1,50 ± 0,15) x 10⁶ (P>0,05) pada perlakuan penyimpanan
Keterangan. susu segar dalam suhu ruang (27,5 oC).
PL: Prosedur pemerahan konvensional; Hasil penelitian yang dilakukan
PB: Prosedur pemerahan inovatif menunjukkan rata-rata jumlah mikroba
pada prosedur pemerahan konvensional
Hasil analisis statistik, pertumbuhan yaitu 2,6 x 106 CFU mL-1 dan rata-rata
jumlah mikroba pada waktu 0 jam suhu jumlah mikroba prosedur pemerahan
ruang tidak berbeda nyata (P>0,05). Hasil inovatif yaitu 1,8 x 106 CFU mL-1.
perhitungan TPC (Total Plate Count) pada Faktor-faktor yang mempengaruhi
susu segar waktu 0 jam dengan pertumbuhan mikroorganisme antara lain
pemerahan yang berbeda selama tersedianya nutrisi, air, pH, suhu, oksigen,
penelitian ditunjukkan pada Tabel 4. Hasil zat penghambat, potensi oksidasi-oksidasi
analisis statistik menunjukkan bahwa tidak dan mikroorganisme lain.
terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05)
pada perlakuan penyimpanan susu segar Uji pH
dalam suhu ruang (27,5oC). Hasil Pemerahan konvensional. Hasil
penelitian yang dilakukan menunjukan pengamatan pH susu prosedur
rata-rata jumlah mikroba pada prosedur pemerahan konvensional suhu ruang
pemerahan konvensional yaitu 1,8 x 106 (27,5oC) dapat dilihat pada Tabel 6.
CFU mL-1 dan rata-rata jumlah mikroba
pemerahan inovatif 1,5 x 106 CFU mL-1. Tabel 6. Nilai pH susu pada prosedur
pemerahan konvensional
Bakteri yang biasa ditemukan dalam
susu yang baru diperoleh dari pemerahan Perlakuan Rata-rata ± SD
adalah Micrococcus dan Streptococcus.
Bakteri Coliform merupakan organisme T1 6,6 ± 0,0
indikator dan sangat berasosiasi dengan T2 6,6 ± 0,0
patogen, tetapi mereka tidak tentu Keterangan. T1: Waktu 0 jam T2: Waktu 3 jam
patogenetik, Coliform dapat menyebabkan
kerusakan susu yang cepat karena Hasil analisis statistik, pengamatan
mereka mampu memfermentasi laktosa pH susu pada prosedur pemerahan
dengan produksi asam dan gas yang konvensional pada suhu ruang tidak
mampu mendegradasi protein-protein berbeda nyata (P>0,05). Hasil analisis
susu (Soeparno, 2015). statistik pada Tabel 6 menunjukkan pH
Susu segar waktu 3 jam. Hasil susu segar prosedur pemerahan
perhitungan Total Plate Count (TPC) yaitu konvensional pada suhu ruang dengan
menghitung jumlah koloni pada waktu 0 waktu 0 jam tidak berbeda nyata (P>0,05)
jam suhu ruang (27,5oC) dapat dilihat terhadap pH susu segar waktu 3 jam. Hasil
pada Tabel 5. penelitian yang dilakukan rata-rata nilai pH
susu segar waktu 0 jam yaitu 6,6 dan pH
Tabel 5. Jumlah koloni (CFU) pada 3 jam susu segar waktu 3 jam yaitu 6,6
Nilai pH susu segar prosedur
Perlakuan Rata-rata ± SD pemerahan konvensional dengan waktu 0
jam dan 3 jam tidak berbeda nyata. Hal
PL (2,60 ± 0,09) x 10⁶
tersebut disebabkan karena jarak waktu
PB (1,80 ± 0,17) x 10⁶
pengujian pH yang terlalu dekat. Jaman et
21
Peternakan Mulawarman : Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis Vol. 1 No. 1 September 2018
e-ISSN 2654 – 2501

al. (2013) menyatakan bahwa pH pada ruang dengan waktu 0 jam tidak berbeda
waktuu 2-5 jam tidak memberikan nyata (P>0,05) terhadap pH susu segar
perubahan pada pH, namun pada waktu waktu 3 jam. Hasil penelitian yang
5-14 jam terjadi penurunan pH. dilakukan rata-rata nilai pH susu segar
Susu segar mempunyai sifat waktu 0 jam 6,67 dan pH susu segar waktu
ampoter, artinya dapat bersifat asam dan 3 jam 6,70.
basa sekaligus. pH susu segar terletak Susu segar mempunyai pH antara
antara 6,3–6,8 (Mirdhayanti et al., 2008). 6,3-6,8, jika terjadi pengasaman karena
Sebagian besar asam yang ada dalam aktifitas bakteri maka akan terjadi
susu adalah asam laktat, meskipun penurunan pH atau susu kolostrum dan
demikian keasaman susu dapat apabila pH naik maka kemungkinan
disebabkan oleh berbagai senyawa yang disebabkan adanya mastitis pada sapi,
bersifat asam seperti senyawa-senyawa karena penyakit ini menyebabkan
pospat komplek, asam sitrat, asam-asam perubahan keseimbangan mineral
amino dan karbondioksida yang larut didalam susu (Nurwanto dan Mulyani,
dalam susu (Utami, 2012). 2003).
Apabila pH di bawah 6,3 Penggumpalan pada susu segar
kemungkinan susu tersebut telah rusak yang timbul tanpa penurunan pH juga
oleh bakteri pembentuk asam seperti disebabkan oleh bakteri seperti Bacillus
Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium cereus yang menghasilkan enzim yang
bifidum dan Streptococcus thermophilus mencerna lapisan tipis fosfolipid di sekitar
(Sunarlim, 2009), sedangkan pH lebih butir-butir lemak dan dengan demikian
besar dari 6,8 menunjukkan adanya kemungkinan butir-butir lemak menyatu
kelainan seperti mastitis, Susu sangat membentuk suatu gumpalan yang timbul
mudah tercemar oleh bakteri saat kontak ke permukaan susu (Muchtadi, 2013).
dengan udara. Penanganan susu yang Susu segar waktu 0 jam. Hasil
tidak benar dapat menyebabkan daya pengamatan pH susu pada waktu 0 jam
simpan susu menjadi singkat, selama suhu ruang (27,5oC) dapat dilihat pada
penyimpanan susu pada suhu ruang
terjadi penurunan tingkat keasaman susu Tabel 8.Nilai pH susu pada waktu 0 jam
yang lambat dari jam ke-0 sampai jam ke- Ulangan ke-
4 (Nababan et al., 2014). Perlakuan Rata-rata
1 2 3
Pemerahan inovatif. Hasil
pengamatan pH susu prosedur PL 6,6 6,6 6,6 6,60 ± 0,00
pemerahan inovatif suhu ruang (27,5oC) PB 6,6 6,8 6,6 6,67 ± 0,12
dapat dilihat pada Tabel 7. Keterangan.PL: Prosedur pemerahan
Konvensiona; PB: Prosedur
Tabel 7. Nilai pH susu pada prosedur pemerahan inovatif
pemerahan inovatif
Perlaku Ulangan ke- Rata-rata ± Hasil analisis statistik, pengamatan
an 1 2 3 SD pH susu pada waktu 0 jam pada suhu
T1 6,6 6,8 6,6 6,67 ± 0,12 ruang tidak berbeda nyata (P>0,05). Hasil
T2 6,7 6,8 6,6 6,70 ± 0,10 analisis statistik pada Tabel 8
Keterangan. T1: Waktu 0 jam T2: Waktu 3 jam menunjukkan pH susu segar waktu 0 jam
pada prosedur pemerahan inovatif dan
Hasil analisis statistik, pengamatan prosedur pemerahan konvensional pada
pH susu pada prosedur pemerahan suhu ruang tidak berbeda nyata (P>0,05)
inovatif pada suhu ruang tidak berbeda terhadap pH susu segar. Hasil penelitian
nyata (P>0,05). Hasil analisis statistik yang dilakukan rata-rata nilai pH susu
pada Tabel 7 menunjukkan pH susu segar segar prosedur pemerahan konvensioal
prosedur pemerahan inovatif pada suhu
22
Peternakan Mulawarman : Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis Vol. 1 No. 1 September 2018
e-ISSN 2654 – 2501

6,60 dan pH susu segar prosedur 4.0


pemerahan inovatif 6,67.
Susu segar waktu 3 jam. Hasil 2.0
pengamatan pH susu pada waktu 3 jam
suhu ruang (27,5oC) dapat dilihat pada 0.0
Tabel 9. S1a S1b S1c S2a S2b S2c

Tabel 9. Nilai pH susu pada waktu 3 jam Gambar 13. Mikroba dengan prosedur
Ulangan ke- pemerahan yang berbeda waktu 0 jam
Perlakuan Rata-rata Keterangan.PL: Pemerahan konvensional
1 2 3
PL 6,6 6,6 6,6 6,6 ± 0,0 PB:Pemerahan inovatif
PB 6,7 6,8 6,6 6,7 ± 0,1 Hasil pengamatan pada Gambar 12
Keterangan.PL: Prosedur pemerahan dan Gambar 13 menunjukkan bahwa
Konvensional; PB: Prosedur
jumlah mikroba pada prosedur pemerahan
pemerahan inovatif
konvensional lebih tinggi dibandingkan
Hasil analisis statistik, pengamatan dengan jumlah mikroba pada prosedur
pH susu pada waktu 3 jam pada suhu pemerahan inovatif pada waktu 0 jam dan
ruang tidak berbeda nyata (P>0,05). Hasil 3 jam. Hal tersebut dikarenakan pada
analisis statistik pada tabel 9 menunjukkan prosedur pemerahan lama pemerah masih
pH susu segar waktu 3 jam pada prosedur belum menggunakan perlengkapan safety
pemerahan inovatif dan prosedur sehingga peluang susu untuk tercemar
pemerahan konvensional pada suhu ruang bakteri lebih mudah karena bakteri dapat
tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap pH tercemar melalui tangan pemerah, udara,
susu segar. Hasil penelitian yang maupun alat yang digunakan. Sedangkan
dilakukan rata-rata nilai pH susu segar untuk prosedur pemerahan baru dapat
prosedur pemerahan konvensional 6,6 menekan pencemaran bakteri yang dapat
dan pH susu segar prosedur pemerahan berasal dari pemerah dan udara karena
inovatif 6,7. peralatan safety yang digunakan.
Pertumbuhan Mikrobia. Mikroorganisme yang berkembang
Pertumbuhan mikroba dengan prosedur dalam susu dapat menurunkan kualitas
pemerahan yang berbeda pada waktu 0 susu dan mempengaruhi keamanan
jam dan 3 jam dapat dilihat pada Gambar produk bila dikonsumsi oleh manusia.
12 dan Gambar 13. Susu yang disimpan pada suhu ruang
lebih dari 5 jam akan cepat rusak dan
3.0
mikroba akan cepat berkembang (Suwito,
(x106 CFU mL-1)
Jumlah Mikroba

2.0 2010), sedangkan pH susu segar pada


1.0 jam ke-0 sampai jam ke-4 tidak
menyebabkan penurunan pada pH, tetapi
0.0
apa bila pH susu disimpan hingga jam ke-
S1a S1b S1c S2a S2b S2c
4 sampai jam ke-8 akan menyebabkan
Gambar 12. mikroba dengan prosedur penurunan pada pH susu (Nababan,
pemerahan yang berbeda waktu 0 jam 2014).
Keterangan.PL: Pemerahan konvensional
PB:Pemerahan inovatif Kesimpulan

1. Jumlah mikroba prosedur pemerahan


konvensional tidak berbeda dengan
jumlah mikroba prosedur pemerahan
inovatif, namun prosedur pemerahan
inovatif dapat menekan pertumbuhan

23
Peternakan Mulawarman : Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis Vol. 1 No. 1 September 2018
e-ISSN 2654 – 2501

bakteri pada susu saat proses pada pembuatan susu fermentasi


pemerahan, dan total jumlah bakteri khas indonesia. Buletin Teknologi
atau TPC di PESAT masih melebihi Pascapanen Pertanian. Vol 5: 69-
batasan SNI yaitu 1 x 106 CFU mL-1. 76.
2. Pertumbuhan jumlah mikroba pada Suwito, W . 2010. Bakteri yang Sering
waktu 0 dan 3 jam tidak mempengaruhi Mencemari Susu: Deteksi,
peningkatan terhadap pH susu hal Patogenesis, Epidemiologi, Dan
tersebut dikarenakan jarak waktu uji Cara Pengendaliannya. Balai
yang pendek. Pengkajian Teknologi Pertanian
Yogyakarta. Yogyakarta. Jurnal
Daftar Pustaka Litbang Pertanian. Vol 29(3).
Utami, P.S. 2012. Penanganan Susu
Aryana, S. 2011. Kondisi Sanitasi Segar Dalam Menjaga Kualitas
Peralatan Dan Air Terhadap Pasca Pemerahan. Karakteristik
Peningkatan Jumlah Total Kualitas. Fakultas Pertanian
Mikroorganisme Susu Individu – Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Susu Kandang – Susu Tempat Widaningrum, Sri Usmiati dan Abubakar.
Pengumpul Susu Di Peternakan 2006. Penerapan Hazard Analysis
Kunak Bogor. Skripsi. And Critical Control Points
Gustiani E. 2009. Pengendalian cemaran (HACCP) Pada Proses Pemerahan
mikroba pada bahan pangan asal Susu Sapi di Tingkat Peternak
ternak (daging dan susu) mulai dari (Kasus Koperasi Susu Sarwamukti
peternakan sampai dihidangkan. Kec. Cisarua Kab. Bandung Tahun
Balai Pengkajian Teknologi 2005). Balai Besar Penelitian dan
Pertanian Jawa Barat. Lembang. Pengembangan Pascapanen
Jurnal Litbang Pertanian. Vol 28(3). Pertanian. Bogor
Nababan. L.A , Suada. I. K , dan Swacita.
I. B. N. 2014. Ketahanan Susu
Segar pada Penyimpanan Suhu
Ruang Ditinjau dari Uji Tingkat
Keasaman, Didih, dan Waktu
Reduktase. Universitas Udayana.
Bali.
Nurwanto dan Mulyani, S. 2003. Dasar
Teknologi Hasil Ternak. Fakultas
Peternakan Universitas
Diponegoro. Semarang.
Rofi’i. 2009. Hubungan Antara Jumlah
Total Bakteri Dan Angka Katalase
Terhadap Daya Tahan Susu.
Skripsi. Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Suharsi, S. 2002. Pengaruh Penambahan
Ekstrak Teh Hijau Terhadap Umur
Simpan Susu Segar Pada Suhu
Ruang dan Lemari Es. Skripsi.
Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Sunarlim, R. 2009. Potensi Lactobacillus,
sp asal dari dadih sebagai starter
24

Anda mungkin juga menyukai