1 September 2018
e-ISSN 2654 – 2501
The Milk Quality Test With Different Milking Treatments To Evaluate The Number
of Microbial and Acidity (pH)
ABSTRAK
ABSTRACT
Milking procedures can affect the amount of microbes and pH, which became a
major influence milking quality. Effect of milking treatmeant to the microbial count and
acidity (pH) in fresh milk. This research was conducted by two factors; the conventional
and innovative milking procedures, testing each sample was applied twice, with an
interval of three hours after the first test by placing the samples at room temperature
(27.5 ºC). The each sample was calculated using the total number of bacteria by testing
TPC (Total Plate Count) and analyzed using T test. The results showed that the average
TPC showed no significant difference (P> 0.05) in the conventional milking procedures
that time 0 and 3 hours are (1.80 ± 0.17) x 10⁶ CFU mL -1 and (2.60 ± 0.09) x 10⁶ CFU
mL-1, respectively. The innovative milking procedures that time 0 and 3 hours are (1.50
± 0.15) x 10⁶ CFU mL-1 and (1.80 ± 0.17) x 10⁶ CFU mL-1, respectively. The pH of fresh
milk showed that was not significantly different (P> 0.05) both in the konventional milking
procedures that time 0 and 3 hours are 6.6 ± 0.0 and 6.6 ± 0.0 respectively. And the
innovative milking procedures time 0 and 3 hours are 6.67 ± 0.12 and 6.70 ± 0.10
respectively. It can be concluded that the innovative milking procedures can only
suppress the growth of bacteria in the milk when the milking process, but the total number
of bacteria in PESAT is still under restriction SNI ie 1 x 106 CFU mL-1
17
Peternakan Mulawarman : Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis Vol. 1 No. 1 September 2018
e-ISSN 2654 – 2501
Jumlah Mikroba
ditutup menggunakan alumunium foil, pertumbuhan bakteri prosedur pemerahan
seperti kandang, air, serta peralatan lain alat pendingin) dan lain-lain, kontaminasi
juga dapat meningkatkan jumlah bakteri pada susu dapat terjadi saat
mikroorganisme. Untuk memperoleh susu pemerahan. Hal ini dapat merubah sifat-
yang bermutu tinggi di tingkat peternak sifat kimia, fisik dan organoleptik sehingga
diperlukan manajemen yang baik dengan air susu cepat menjadi rusak (Pradana,
cara sanitasi alat - alat operasional 2013).
pemerahan, sanitasi lingkungan (pakan, Pemerahan susu yang tidak sesuai
kandang dan operator), kebersihan dan anjuran dapat menyebabkan susu
kesehatan ternak, serta kebersihan tercemar mikroorganisme dari lingkungan
sumber air (Widaningrum et al., 2006 ). sekitar sehingga kualitas susu menurun
Prosedur pemerahan inovatif. (Gustiani, 2009). Tahapan proses
Hasil perhitungan Total Plate Count (TPC) pemerahan susu sapi meliputi tiga
yaitu menghitung jumlah koloni pada kegiatan yaitu, kegiatan sebelum
prosedur pemerahan inovatif pada suhu pemerahan, kegiatan saat pemerahan dan
ruang (27,5oC) dapat dilihat pada Tabel 3. kegiatan setelah pemerahan. Kegiatan
sebelum pemerahan meliputi
Tabel 3. Jumlah koloni (CFU) pada prosedur menyediakan sarana pemerahan,
pemerahan inovatif membersihkan kandang, memandikan
sapi, persiapan operator pemerah,
Perlakuan Rata-rata ± SD
membersihkan ambing dan pemerahan
awal yaitu membuang 3–4 pancaran susu
T1 (1,50 ± 0,15) x 10⁶
pertama yang keluar dari sapi yang
T2 (1,80 ± 0,17) x 10⁶ potensial mengandung mikroorganisme
Keterangan. T1: 0 jam; T2: 3 jam dari sisa pemerahan sebelumnya. Menurut
Widaningrum et al, (2005), tindakan
Hasil analisis statistik menggunakan peternak yang memandikan sapi sebelum
Uji T menunjukkan bahwa tidak berbeda pemerahan merupakan tindakan yang
nyata (P>0,05) pada perlakuan menyimpang dari SOP. Hal ini akan
penyimpanan susu segar dalam suhu menimbulkan kontaminasi
ruang (27,5oC). Hasil penelitian yang mikroorganisme dari tubuh ternak yang
dilakukan rata-rata jumlah bakteri pada masih basah ada kemungkinan air dari
waktu 0 jam yaitu 1,5 x 106 CFU mL-1 dan tubuh ternak menetes ke dalam
rata-rata jumlah bakteri pada waktu 3 jam penampungan susu. SOP yang
yaitu 1,8 x 106 CFU mL-1. diberlakukan kepada peternak dalam
Berdasarkan hasil penelitian kegiatan operasional pemerahan susu
diketahui bahwa pada prosedur dianjurkan sapi dimandikan setelah
pemerahan inovatif pada waktu 0 jam dan diperah. Sapi hanya dibersihkan terlebih
3 jam menunjukkan pengaruh yang tidak dahulu pada ambingnya dengan
nyata, hal tersebut kemungkinan menggunakan air hangat dan lap kering
dikarenakan jarak uji susu segar yang yang bersih sebelum pemerahan.
terlalu dekat dan pertumbuhan bakteri Susu segar waktu 0 jam. Hasil
yang masih dalam fase lag (lambat). perhitungan Total Plate Count (TPC) yaitu
Jaman et al (2013) mengatakan bahwa menghitung jumlah koloni pada waktu 0
susu segar yang disimpan dalam suhu jam suhu ruang (27,5oC) dapat dilihat
ruang hanya berumur tidak lebih dari 5 pada Tabel 4.
jam.
Pencemaran atau kontaminasi
mikroorganisme pada susu segar juga
dapat berasal dari susu sapi yang diperah,
kontak dengan debu (udara), tangan
pemerah, alat-alat yang dipakai (ember,
20
Peternakan Mulawarman : Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis Vol. 1 No. 1 September 2018
e-ISSN 2654 – 2501
Tabel 4. Jumlah koloni (CFU) pada waktu 0 Keterangan. PL: Prosedur pemerahan
jam konvensional; PB: Prosedur
pemerahan inovatif
Perlakuan Rata-rata ± SD
Hasil analisis statistik menunjukan
PL (1,80 ± 0,17) x 10⁶ bahwa tidak terdapat berbeda nyata
PB (1,50 ± 0,15) x 10⁶ (P>0,05) pada perlakuan penyimpanan
Keterangan. susu segar dalam suhu ruang (27,5 oC).
PL: Prosedur pemerahan konvensional; Hasil penelitian yang dilakukan
PB: Prosedur pemerahan inovatif menunjukkan rata-rata jumlah mikroba
pada prosedur pemerahan konvensional
Hasil analisis statistik, pertumbuhan yaitu 2,6 x 106 CFU mL-1 dan rata-rata
jumlah mikroba pada waktu 0 jam suhu jumlah mikroba prosedur pemerahan
ruang tidak berbeda nyata (P>0,05). Hasil inovatif yaitu 1,8 x 106 CFU mL-1.
perhitungan TPC (Total Plate Count) pada Faktor-faktor yang mempengaruhi
susu segar waktu 0 jam dengan pertumbuhan mikroorganisme antara lain
pemerahan yang berbeda selama tersedianya nutrisi, air, pH, suhu, oksigen,
penelitian ditunjukkan pada Tabel 4. Hasil zat penghambat, potensi oksidasi-oksidasi
analisis statistik menunjukkan bahwa tidak dan mikroorganisme lain.
terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05)
pada perlakuan penyimpanan susu segar Uji pH
dalam suhu ruang (27,5oC). Hasil Pemerahan konvensional. Hasil
penelitian yang dilakukan menunjukan pengamatan pH susu prosedur
rata-rata jumlah mikroba pada prosedur pemerahan konvensional suhu ruang
pemerahan konvensional yaitu 1,8 x 106 (27,5oC) dapat dilihat pada Tabel 6.
CFU mL-1 dan rata-rata jumlah mikroba
pemerahan inovatif 1,5 x 106 CFU mL-1. Tabel 6. Nilai pH susu pada prosedur
pemerahan konvensional
Bakteri yang biasa ditemukan dalam
susu yang baru diperoleh dari pemerahan Perlakuan Rata-rata ± SD
adalah Micrococcus dan Streptococcus.
Bakteri Coliform merupakan organisme T1 6,6 ± 0,0
indikator dan sangat berasosiasi dengan T2 6,6 ± 0,0
patogen, tetapi mereka tidak tentu Keterangan. T1: Waktu 0 jam T2: Waktu 3 jam
patogenetik, Coliform dapat menyebabkan
kerusakan susu yang cepat karena Hasil analisis statistik, pengamatan
mereka mampu memfermentasi laktosa pH susu pada prosedur pemerahan
dengan produksi asam dan gas yang konvensional pada suhu ruang tidak
mampu mendegradasi protein-protein berbeda nyata (P>0,05). Hasil analisis
susu (Soeparno, 2015). statistik pada Tabel 6 menunjukkan pH
Susu segar waktu 3 jam. Hasil susu segar prosedur pemerahan
perhitungan Total Plate Count (TPC) yaitu konvensional pada suhu ruang dengan
menghitung jumlah koloni pada waktu 0 waktu 0 jam tidak berbeda nyata (P>0,05)
jam suhu ruang (27,5oC) dapat dilihat terhadap pH susu segar waktu 3 jam. Hasil
pada Tabel 5. penelitian yang dilakukan rata-rata nilai pH
susu segar waktu 0 jam yaitu 6,6 dan pH
Tabel 5. Jumlah koloni (CFU) pada 3 jam susu segar waktu 3 jam yaitu 6,6
Nilai pH susu segar prosedur
Perlakuan Rata-rata ± SD pemerahan konvensional dengan waktu 0
jam dan 3 jam tidak berbeda nyata. Hal
PL (2,60 ± 0,09) x 10⁶
tersebut disebabkan karena jarak waktu
PB (1,80 ± 0,17) x 10⁶
pengujian pH yang terlalu dekat. Jaman et
21
Peternakan Mulawarman : Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis Vol. 1 No. 1 September 2018
e-ISSN 2654 – 2501
al. (2013) menyatakan bahwa pH pada ruang dengan waktu 0 jam tidak berbeda
waktuu 2-5 jam tidak memberikan nyata (P>0,05) terhadap pH susu segar
perubahan pada pH, namun pada waktu waktu 3 jam. Hasil penelitian yang
5-14 jam terjadi penurunan pH. dilakukan rata-rata nilai pH susu segar
Susu segar mempunyai sifat waktu 0 jam 6,67 dan pH susu segar waktu
ampoter, artinya dapat bersifat asam dan 3 jam 6,70.
basa sekaligus. pH susu segar terletak Susu segar mempunyai pH antara
antara 6,3–6,8 (Mirdhayanti et al., 2008). 6,3-6,8, jika terjadi pengasaman karena
Sebagian besar asam yang ada dalam aktifitas bakteri maka akan terjadi
susu adalah asam laktat, meskipun penurunan pH atau susu kolostrum dan
demikian keasaman susu dapat apabila pH naik maka kemungkinan
disebabkan oleh berbagai senyawa yang disebabkan adanya mastitis pada sapi,
bersifat asam seperti senyawa-senyawa karena penyakit ini menyebabkan
pospat komplek, asam sitrat, asam-asam perubahan keseimbangan mineral
amino dan karbondioksida yang larut didalam susu (Nurwanto dan Mulyani,
dalam susu (Utami, 2012). 2003).
Apabila pH di bawah 6,3 Penggumpalan pada susu segar
kemungkinan susu tersebut telah rusak yang timbul tanpa penurunan pH juga
oleh bakteri pembentuk asam seperti disebabkan oleh bakteri seperti Bacillus
Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium cereus yang menghasilkan enzim yang
bifidum dan Streptococcus thermophilus mencerna lapisan tipis fosfolipid di sekitar
(Sunarlim, 2009), sedangkan pH lebih butir-butir lemak dan dengan demikian
besar dari 6,8 menunjukkan adanya kemungkinan butir-butir lemak menyatu
kelainan seperti mastitis, Susu sangat membentuk suatu gumpalan yang timbul
mudah tercemar oleh bakteri saat kontak ke permukaan susu (Muchtadi, 2013).
dengan udara. Penanganan susu yang Susu segar waktu 0 jam. Hasil
tidak benar dapat menyebabkan daya pengamatan pH susu pada waktu 0 jam
simpan susu menjadi singkat, selama suhu ruang (27,5oC) dapat dilihat pada
penyimpanan susu pada suhu ruang
terjadi penurunan tingkat keasaman susu Tabel 8.Nilai pH susu pada waktu 0 jam
yang lambat dari jam ke-0 sampai jam ke- Ulangan ke-
4 (Nababan et al., 2014). Perlakuan Rata-rata
1 2 3
Pemerahan inovatif. Hasil
pengamatan pH susu prosedur PL 6,6 6,6 6,6 6,60 ± 0,00
pemerahan inovatif suhu ruang (27,5oC) PB 6,6 6,8 6,6 6,67 ± 0,12
dapat dilihat pada Tabel 7. Keterangan.PL: Prosedur pemerahan
Konvensiona; PB: Prosedur
Tabel 7. Nilai pH susu pada prosedur pemerahan inovatif
pemerahan inovatif
Perlaku Ulangan ke- Rata-rata ± Hasil analisis statistik, pengamatan
an 1 2 3 SD pH susu pada waktu 0 jam pada suhu
T1 6,6 6,8 6,6 6,67 ± 0,12 ruang tidak berbeda nyata (P>0,05). Hasil
T2 6,7 6,8 6,6 6,70 ± 0,10 analisis statistik pada Tabel 8
Keterangan. T1: Waktu 0 jam T2: Waktu 3 jam menunjukkan pH susu segar waktu 0 jam
pada prosedur pemerahan inovatif dan
Hasil analisis statistik, pengamatan prosedur pemerahan konvensional pada
pH susu pada prosedur pemerahan suhu ruang tidak berbeda nyata (P>0,05)
inovatif pada suhu ruang tidak berbeda terhadap pH susu segar. Hasil penelitian
nyata (P>0,05). Hasil analisis statistik yang dilakukan rata-rata nilai pH susu
pada Tabel 7 menunjukkan pH susu segar segar prosedur pemerahan konvensioal
prosedur pemerahan inovatif pada suhu
22
Peternakan Mulawarman : Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis Vol. 1 No. 1 September 2018
e-ISSN 2654 – 2501
Tabel 9. Nilai pH susu pada waktu 3 jam Gambar 13. Mikroba dengan prosedur
Ulangan ke- pemerahan yang berbeda waktu 0 jam
Perlakuan Rata-rata Keterangan.PL: Pemerahan konvensional
1 2 3
PL 6,6 6,6 6,6 6,6 ± 0,0 PB:Pemerahan inovatif
PB 6,7 6,8 6,6 6,7 ± 0,1 Hasil pengamatan pada Gambar 12
Keterangan.PL: Prosedur pemerahan dan Gambar 13 menunjukkan bahwa
Konvensional; PB: Prosedur
jumlah mikroba pada prosedur pemerahan
pemerahan inovatif
konvensional lebih tinggi dibandingkan
Hasil analisis statistik, pengamatan dengan jumlah mikroba pada prosedur
pH susu pada waktu 3 jam pada suhu pemerahan inovatif pada waktu 0 jam dan
ruang tidak berbeda nyata (P>0,05). Hasil 3 jam. Hal tersebut dikarenakan pada
analisis statistik pada tabel 9 menunjukkan prosedur pemerahan lama pemerah masih
pH susu segar waktu 3 jam pada prosedur belum menggunakan perlengkapan safety
pemerahan inovatif dan prosedur sehingga peluang susu untuk tercemar
pemerahan konvensional pada suhu ruang bakteri lebih mudah karena bakteri dapat
tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap pH tercemar melalui tangan pemerah, udara,
susu segar. Hasil penelitian yang maupun alat yang digunakan. Sedangkan
dilakukan rata-rata nilai pH susu segar untuk prosedur pemerahan baru dapat
prosedur pemerahan konvensional 6,6 menekan pencemaran bakteri yang dapat
dan pH susu segar prosedur pemerahan berasal dari pemerah dan udara karena
inovatif 6,7. peralatan safety yang digunakan.
Pertumbuhan Mikrobia. Mikroorganisme yang berkembang
Pertumbuhan mikroba dengan prosedur dalam susu dapat menurunkan kualitas
pemerahan yang berbeda pada waktu 0 susu dan mempengaruhi keamanan
jam dan 3 jam dapat dilihat pada Gambar produk bila dikonsumsi oleh manusia.
12 dan Gambar 13. Susu yang disimpan pada suhu ruang
lebih dari 5 jam akan cepat rusak dan
3.0
mikroba akan cepat berkembang (Suwito,
(x106 CFU mL-1)
Jumlah Mikroba
23
Peternakan Mulawarman : Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis Vol. 1 No. 1 September 2018
e-ISSN 2654 – 2501