Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH INDIVIDU DAN RUMPUN TERHADAP

KUALITAS SEMEN SEGAR DAN SEMEN BEKU SAPI BRAHMAN


DAN ONGOLE DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

ASTRID CAROLINE

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Individu dan
Rumpun terhadap Kualitas Semen Segar dan Semen Beku Sapi Brahman dan
Ongole di Balai Inseminasi Buatan Lembang adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2017

Astrid Caroline
NIM B04130020
ABSTRAK
ASTRID CAROLINE. Pengaruh Individu dan Rumpun terhadap Kualitas Semen
Segar dan Semen Beku Sapi Brahman dan Ongole di Balai Inseminasi Buatan
Lembang. Dibimbing oleh R IIS ARIFIANTINI dan NI WAYAN KURNIANI
KARJA.
Semen beku yang diproduksi dipengaruhi oleh kualitas semen segar.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas semen segar dan beku, di
antaranya adalah individu dan rumpun. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi pengaruh individu dan rumpun pada kualitas semen segar dan
semen beku sapi Brahman dan Ongole yang terdapat di Balai Inseminasi Buatan
(BIB) Lembang. Data kualitas semen merupakan data sekunder dari BIB
Lembang periode Januari sampai Desember 2015. Data kuantitatif semen segar
dan beku dianalis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan
uji Duncan untuk mengetahui pengaruh individu, sedangkan analisis dengan
student T Test digunakan untuk mengetahui pengaruh rumpun. Hasil analisis
menunjukkan adanya pengaruh faktor individu terhadap volume, konsentrasi
spermatozoa, jumlah produksi straw, Post Thawing Motility (PTM), dan gerakan
individu spermatozoa pada sapi Brahman dan Ongole (P<0.05). Motilitas
spermatozoa dipengaruhi oleh faktor individu hanya pada sapi Brahman (P<0.05).
Hasil analisis juga menunjukkan adanya pengaruh rumpun terhadap motilitas dan
konsentrasi spermatozoa, jumlah produksi straw, dan PTM (P<0.05). Sapi
Brahman menunjukkan kualitas semen yang lebih baik pada parameter-parameter
tersebut, kecuali PTM. Oleh karena itu, penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor
individu dan rumpun mempengaruhi kualitas semen sapi Brahman dan Ongole.

Kata kunci: Brahman, individu, Ongole, rumpun, kualitas semen

ABSTRACT

ASTRID CAROLINE. The Effect of Individual and Breed Factors on the Quality
of Fresh and Frozen Brahman and Ongole Bulls Semen at Lembang’s Artificial
Insemination Centre. Supervised by R IIS ARIFIANTI and NI WAYAN
KURNIANI KARJA.

The frozen semen production is influenced by the quality of fresh semen.


Many factors will influence the quality of fresh and frozen semen, such as,
individual and breed. This research aimed to evaluate the effect of individual and
breed factors on the quality of fresh and frozen Brahman and Ongole bulls semen
that belongs to Lembang’s Artificial Insemination Centre (AIC). Secondary data
of semen quality was obtained from Lembang AIC in periode of January to
December 2015. The quantitative data of fresh and frozen semen were analyzed
with Analysis of Variance (ANOVA) and then continued by Duncan’s Test to
determine the effect of individual factor, while student T Test was used to
determine the effect of breed. The results showed that volume, spermatozoa
concentration, total number of semen straws, Post Thawing Motility (PTM), and
spermatozoa individual movement of Brahman dan Ongole bulls influenced by
individual factor (P<0.05). Spermatozoa motility influenced by individual factor
only on Brahman bulls (P<0.05). The results also showed that the spermatozoa
motility and concentration, the total number of semen straws, and PTM were
significantly different between Brahman and Ongole bulls (P<0.05). Moreover,
the Brahman bulls had better semen quality than Ongole bulls indicated by all the
parameters mentioned, except for PTM. Therefore, this research concluded that
semen quality of Brahman and Ongole was influenced by individual and breed
factors.

Keywords: Brahman, breed, individual, Ongole, semen quality.


PENGARUH INDIVIDU DAN RUMPUN TERHADAP
KUALITAS SEMEN SEGAR DAN SEMEN BEKU SAPI BRAHMAN
DAN ONGOLE DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

ASTRID CAROLINE

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala karunia-
Nya sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Individu dan Rumpun terhadap
Kualitas Semen Segar dan Semen Beku Sapi Brahman dan Ongole di Balai
Inseminasi Buatan Lembang” dapat diselesaikan. Skripsi ini ditulis untuk
memenuhi syarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang terlibat dan
mendukung secara langsung maupun tidak langsung selama penyelesaian skripsi
ini. Pihak-pihak tersebut diantaranya:
1. Ibu Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi dan Ibu Drh Ni Wayan Kurniani
Karja, MP, PhD selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu
serta berbesar hati memberikan arahan, kritik, dan saran kepada penulis.
2. Terima kasih kepada Ibu Prof Dr Drh Ekowati Handharyani, MSi dari
Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi serta Ibu Dr Drh Susi
Soviana, MSi dari Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan
Masyarakat Veteriner sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran
dalam penyempurnaan skripsi saya.
3. Ibu Dr Drh Savitri Novelina, MSi, PAVet selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membimbing dan memberikan motivasi.
4. BIB Lembang dan seluruh staf Divisi Reproduksi dan Kebidanan,
Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor.
5. Papa, mama, dan seluruh keluarga atas segala doa dan dukungan sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Rahma Naharin dan Nadia Pranintya selaku tim penelitian yang senantiasa
memberikan dukungan.
7. Teman-teman angkatan 50 (Gyrfalcon) atas segala dukungan yang
diberikan.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada
banyak pihak, khususnya di bidang Kedokteran Hewan.

Bogor, Agustus 2017

Astrid Caroline
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL i
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Sapi Brahman dan Ongole 2
Pengaruh Individu, Rumpun, serta Faktor Lain terhadap Kualitas Semen 3
MATERI DAN METODE 3
Tahap I Koleksi dan Pengumpulan Data 4
Tahap II Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Pengaruh Individu terhadap Kualitas Semen Segar 5
Pengaruh Individu terhadap Kualitas dan Produksi Semen Beku 7
Pengaruh Rumpun terhadap Kualitas Semen Segar 9
Pengaruh Rumpun terhadap Kualitas dan Produksi Semen Beku 10
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
RIWAYAT HIDUP 14
DAFTAR TABEL
1 Kualitas semen segar enam individu sapi Brahman di BIB Lembang
dalam periode produksi Januari sampai Desember 2015 5
2 Kualitas semen segar enam individu sapi Ongole di BIB Lembang
dalam periode produksi Januari sampai Desember 2015 7
3 Kualitas semen dan produksi semen beku enam individu sapi pejantan
Brahman di BIB Lembang dalam periode produksi Januari sampai
Desember 2015 8
4 Kualitas semen dan produksi semen beku enam individu sapi pejantan
Ongole di BIB Lembang dalam periode produksi Januari sampai
Desember 2015 8
5 Kualitas semen segar sapi pejantan Brahman dan Ongole di BIB
Lembang dalam periode produksi Januari sampai Desember 2015 10
6 Kualitas semen dan produksi semen beku sapi pejantan Brahman dan
Ongole di BIB Lembang dalam periode produksi Januari sampai
Desember 2015 11
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Inseminasi Buatan (IB) merupakan penempatan semen secara manual ke


dalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan metode selain kawin alam
(Morrell 2011). Inseminasi buatan diharapkan mampu meningkatkan populasi dan
mutu genetik ternak. Penerapan teknologi IB di beberapa daerah sudah sangat
berkembang dan sudah menjadi kebutuhan pokok dalam manajemen perkawinan
ternak, sehingga semen beku sebagai bahan untuk IB sangat dibutuhkan.
Pemenuhan semen beku secara nasional dipenuhi oleh dua balai nasional, yaitu
Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang dan Balai Besar Inseminasi Buatan
(BBIB) Singosari. Balai IB Lembang merupakan salah satu unit pelaksana teknis
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.
Balai IB Lembang bertugas melaksanakan produksi dan pemasaran semen beku
benih unggul ternak serta pengembangan IB (Maidaswar dan Widyawati 2010).
Kualitas semen segar dan semen beku dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain rumpun dan individu. Menurut Feradis (2010), pengaruh
rumpun dapat dilihat pada parameter volume semen segar. Konsistensi semen
serta konsentrasi dan motilitas spermatozoa pada beberapa rumpun sapi
memperlihatkan adanya perbedaan nyata (Aerens et al. 2012). Seperti halnya
rumpun yang dapat memengaruhi kualitas semen, individu juga memperlihatkan
adanya pengaruh nyata pada beberapa parameter. Pengaruh individu dapat dilihat
pada parameter volume dan konsentrasi spermatozoa (Sumeidiana et al. 2007),
serta freezability spermatozoa (Hafez 2000). Menurut Gordon (2004), parameter
kualitas semen segar berupa warna, volume, konsistensi, pH, konsentrasi, gerakan
massa, dan motilitas spermatozoa dari seekor pejantan sangat bervariasi.
Komariah et al. (2013) menyatakan bahwa hal ini dipengaruhi oleh kondisi
masing-masing individu, seperti kualitas organ reproduksi, umur ternak, kondisi
manajemen peternakan, jenis pakan yang diberikan, dan bangsa sapi yang
digunakan.
Persyaratan mutu semen beku yang layak didistribusikan menurut SNI
(2008), yaitu memiliki motilitas spermatozoa minimal 40% dan derajat gerakan
individu spermatozoa minimal dua setelah dicairkan kembali (post thawing).
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh individu
dan rumpun sapi terhadap kualitas semen segar dan semen beku di BIB Lembang.
Rumpun sapi yang digunakan merupakan rumpun yang banyak diternakkan
sebagai sapi potong di Indonesia, yaitu sapi pejantan Brahman dan sapi pejantan
Ongole. Sapi Ongole dan peranakannya (PO) serta Brahman merupakan sapi
keturunan Zebu (Sudarmono dan Sugeng 2016). Sapi keturunan Zebu ini memiliki
beberapa keunggulan, yaitu resistens terhadap suhu dan kelembapan yang tinggi
di daerah tropis maupun subtropis serta kemampuan mencerna pakan berkualitas
rendah (Nogueira 2004).
2

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh individu dan


rumpun terhadap kualitas semen segar dan semen beku sapi pejantan Brahman
dan Ongole di BIB Lembang.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai


pengaruh individu dan rumpun terhadap kualitas semen segar dan semen beku
sapi pejantan Brahman dan Ongole di BIB Lembang.

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi Brahman dan Ongole

Sapi Brahman
Sapi Brahman merupakan keturunan dari sapi Zebu (Bos indicus) yang
berasal dari India (Setiono et al. 2015). Sapi Brahman memiliki punuk besar di
sekitar leher dan bahu, gelambir besar menggantung pada leher, warna tubuh
putih kehitaman, serta telinga panjang dan menggantung ke bawah (Purbowati
2012). Sapi Brahman memiliki kisaran berat badan 756-1005 kg (BIB Lembang
2016).
Sapi Brahman dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan tropis maupun
subtropis (Lubis et al. 2012). Menurut Fikar dan Ruhyadi (2010), sapi ini tidak
terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan sehingga mudah beradaptasi
terhadap pakan bermutu rendah. Keunggulan sapi Brahman tersebut juga
dinyatakan oleh Yulianto dan Saparinto (2012) yang menyatakan bahwa sapi
Brahman mampu bertahan di daerah tropis, serangga, penyakit, serta tidak selektif
terhadap pakan yang diberikan. Purbowati (2012) menyatakan bahwa sapi
Brahman memiliki memiliki beberapa keistimewaan, antara lain potensi kenaikan
bobot 1.5-2 kg/hari, persentase karkas 48.6-54.2%, tahan terhadap cuaca panas,
dan tahan terhadap serangan parasit.
Sapi Ongole
Sapi Ongole dan peranakannya (PO) merupakan sapi keturunan Zebu (Bos
indicus) yang berasal dari India. Sapi Ongole pertama kali didatangkan dari India
ke Pulau Sumba oleh pemerintah Belanda tahun 1897. Sapi Ongole lebih dikenal
dengan nama Zebu di Belanda, sedangkan di Jawa lebih dikenal dengan nama sapi
Benggala. Pulau Sumba akhirnya dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni.
Pengembangan lebih lanjut dalam rangka perbaikan mutu ternak sapi potong di
Jawa, sapi Jawa dikawinkan dengan sapi Ongole sehingga menghasilkan
keturunan yang dikenal dengan nama Peranakan Ongole (PO) (Sudarmono dan
Sugeng 2016). Sapi Ongole memiliki punuk di sekitar leher dan bahu, gelambir
pada leher dengan jumlah lipatan lebih sedikit dibandingkan dengan sapi
Brahman, warna tubuh putih keabuan, serta telinga lebar dan tumbuh tegak (Fikar

.
3

dan Ruhyadi 2010). Sapi Ongole memiliki kisaran berat badan 512-927 kg (BIB
Lembang 2016).
Sapi ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain adaptasi yang baik
terhadap cuaca panas, ketahanan terhadap parasit dan penyakit, serta adaptasi
yang baik terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik (Yulianto dan Saparinto
2012). Hal tersebut juga dinyatakan oleh Astuti (2004) bahwa sapi Ongole juga
memiliki beberapa keunggulan, yaitu daya adaptasi iklim tropis yang tinggi, tahan
terhadap panas, tahan terhadap gangguan parasit, serta toleransi yang baik
terhadap pakan yang mengandung serat kasar tinggi.

Pengaruh Individu, Rumpun, serta Faktor lain terhadap Kualitas Semen

Menurut Feradis (2010), pengaruh rumpun dapat dilihat pada parameter


volume semen segar. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Aerens et
al. (2012) dan Komariah et al. (2013). Hasil penelitian yang berbeda dinyatakan
oleh Qori et al. (2016) dan Sumeidiana et al. (2007), yaitu volume semen segar
yang dihasilkan oleh bangsa sapi yang berbeda tidak berbeda nyata. Volume
semen segar juga dapat dipengaruhi oleh faktor individu. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Sumeidiana et al. (2007) dan Tambing et al. (2003). Menurut
Melita et al. (2014), volume semen segar dapat dipengaruhi oleh umur, frekuensi
ejakulasi, serta bobot badan.
Pengaruh rumpun juga terdapat pada parameter konsentrasi spermatozoa
(Aerens et al. 2012). Hasil penelitian berbeda dinyatakan oleh Qori et al. (2016)
dan Sumeidiana et al. (2007). Menurut Sumeidiana et al. (2007), konsentrasi
spermatozoa juga dipengaruhi oleh faktor individu. Faktor-faktor lain yang dapat
memepengaruhi konsentrasi spermatozoa, antara lain umur (Melita et al. 2014)
dan Mathevon et al. (1998) dan genetika (Susilawati et al. 1993). Motilitas
spermatozoa juga dapat dipengaruhi oleh individu (Aerens et al. 2012). Faktor
lain yang dapat memengaruhi motilitas spermatozoa adalah kematangan
spermatozoa dan kualitas plasma spermatozoa (Garner dan Hafez 2000), serta
genetik sapi (Komariah et al. 2013). Pengaruh individu juga dapat terlihat pada
freezability spermatozoa (Hafez 2000). Menurut Susilawati et al. (1993), semen
yang berkualitas dari seekor pejantan unggul dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain umur pejantan, sifat genetika, suhu dan musim, frekuensi
ejakulasi dan pakan yang disediakan.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental menggunakan data


sekunder produksi semen beku di BIB Lembang periode Januari sampai
Desember 2015. Penelitian didesain menggunakan metode studi kasus dengan
objek penelitian berupa sapi pejantan Brahman (n = 6) dan sapi pejantan Ongole
(n = 6) produktif. Semen dikoleksi dari sapi dengan menggunakan vagina buatan
satu kali dalam satu minggu. Segera setelah semen dikoleksi, semen dievaluasi
secara makroskopis dan mikroskopis. Semen kemudian diencerkan dengan
4

pengencer skim kuning telur. Semen yang telah diencerkan kemudian


diekuilibrasi pada suhu 4 oC selama 3 jam, dimasukkan ke dalam straw 0.25 mL
dengan menggunakan mesin filling and sealing otomatis, dan dibekukan dengan
menggunakan mesin freezing otomatis selama 9 menit. Straw kemudian
dimasukkan ke dalam nitrogen cair dan disimpan hingga proses thawing. Semua
proses produksi semen dilakukan oleh staf BIB Lembang sesuai dengan SOP yang
diberlakukan. Kode pejantan pada straw semen beku terdiri atas 5 sampai 6 digit.
Satu sampai dengan dua digit pertama menunjukkan kode bangsa, dua digit
berikutnya menunjukkan tahun kelahiran pejantan, dan dua digit terakhir
menunjukkan nomor urut pejantan. Kode pejantan 40680 menunjukkan bahwa
pejantan merupakan bangsa sapi Brahman yang lahir pada tahun 2006 dengan
nomor urut 80 (SNI 2008).

Tahap I Koleksi dan Pengolahan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
dilaporkan setiap bulannya oleh BIB Lembang periode Januari sampai Desember
2015. Data evaluasi semen segar secara makroskopis dan mikroskopis maupun
data lainnya dalam produksi semen beku digunakan dalam penelitian ini. Evaluasi
semen segar secara makroskopis meliputi warna, volume, konsistensi, dan pH.
Evaluasi semen segar secara mikroskopis meliputi gerakan massa, motilitas, dan
konsentrasi spermatozoa. Data terkait produksi semen beku meliputi jumlah
produksi straw, gerakan individu spermatozoa, dan Post Thawing Motility.
Seluruh data kualitas semen segar dan semen beku ditabulasi menggunakan
program Microsoft Excel 2010. Individu sapi yang dipilih dari masing-masing
rumpun merupakan individu dengan penampungan minimal 48 kali dalam setahun.

Tahap II Analisis Data

Data kuantitatif semen segar dan semen beku dari sapi pejantan Brahman
dan Ongole ditabulasi, dikelompokkan, dan dibandingkan dengan student T Test
untuk menguji pengaruh rumpun terhadap kualitas semen. Pengaruh individu
terhadap kualitas semen dianalisis dengan analisis ragam ANOVA. Pengaruh
individu terhadap kualitas semen segar dianalisis dengan rancangan acak lengkap
faktorial (RAL faktorial) dua faktor, terdiri atas faktor individu dan konsistensi.
Faktor individu mengaplikasikan enam level individu, sedangkan faktor
konsistensi terdiri atas dua level, yaitu encer dan sedang. Pengaruh individu
terhadap kualitas semen beku dianalisis dengan rancangan acak faktorial (RAL).
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 18. Data yang
dihasilkan disajikan dalam bentuk rata-rata ± Standard Error of Mean (SEM).
Jika hasil analisis ragam menunjukkan perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan
uji Duncan. Data kualitatif semen segar dan semen beku dianalisis secara
deskriptif.

.
5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Individu terhadap Kualitas Semen Segar

Data semen segar yang digunakan hanya data semen segar dengan kualitas
memadai sehingga dapat diproduksi menjadi semen beku, di antaranya adalah
gerakan massa spermatozoa ++ (Qori et al. 2016) dan motilitas spermatozoa
minimal 70% (BIB Lembang 2014). Kualitas semen segar yang dihasilkan oleh
enam individu sapi pejantan Brahman dan enam individu sapi pejantan Ongole
secara berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Derajat keasaman
atau pH semen segar serta gerakan massa spermatozoa tidak dipengaruhi oleh
faktor individu. Derajat keasaman semen segar masing-masing individu sapi
Brahman dan Ongole secara berturut-turut berkisar antara 6.55-6.76 dan 6.59-
6.63. Nilai pH yang diperoleh masih berada dalam rentang normal, yaitu 6.4-7.8
(Garner dan Hafez 2000). Menurut Qori et al. (2016), gerakan massa spermatozoa
dari individu sapi Brahman dan Ongole juga tergolong normal, yaitu ++.
Nilai parameter volume, motilitas, dan konsentrasi spermatozoa diperoleh
dengan metode RAL faktorial dua faktor (rata-rata ± SEM). Hasil uji statistik
menunjukkan adanya pengaruh faktor individu terhadap volume semen segar sapi
pejantan Brahman. Hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukkan rata-rata volume
semen sapi pejantan Brahman berkisar antara 5.81-8.09 mL/ejakulat dengan
volume tertinggi pada individu 40886. Volume semen segar individu 40886 tidak
berbeda nyata dengan individu 40680 (P>0.05), tetapi berbeda nyata dengan
empat individu lainnya yang mempunyai nilai rata-rata lebih rendah (P<0.05).
Volume semen individu 40885, 40888, 40990 tidak berbeda nyata (P>0.05), tetapi
berbeda nyata dengan individu 40886, 40680, dan 40892 (P<0.05). Hasil
penelitian didukung oleh Sumeidiana et al. (2007) yang menyatakan bahwa
perbedaan volume semen dapat dipengaruhi oleh individu ternak.

Tabel 1 Kualitas semen segar enam individu sapi pejantan Brahman di BIB
Lembang dalam periode produksi Januari sampai Desember 2015
(rata-rata ± SEM)
Faktor 1 Faktor 2 Karakteristik semen segar sapi Brahman (n = 6)
Individu Konsistensi Volume Motilitas spermatozoa Konsentrasi spermatozoa
sapi (%) (mL) (%) (juta/mL)
Sedang (36.36) 70.42 ± 0.29c 1 087.50 ± 22.35c
40680 7.63 ± 0.20ab
Encer (63.64) 70.00 ± 0.00c 720.95 ± 24.39d
Sedang (88.89) 73.58 ± 0.40a 1 431.85 ± 28.90a
40885 5.81 ± 0.16c
Encer (11.11) 70.00 ± 0.00c 798.00 ± 45.65d
Sedang (94.55) 70.67 ± 0.28bc 1 362.69 ± 26.74ab
40886 8.09 ± 0.19a
Encer (5.45) 70.00 ± 0.00c 820.00 ± 111.36d
Sedang (87.64) 70.43 ± 0.20c 1 157.29 ± 18.79c
40888 5.92 ± 0.18c
Encer (12.36) 70.00 ± 0.00c 858.95 ± 29.40d
Sedang (85.07) 70.70 ± 0.23bc 1 213.68 ± 25.09bc
40892 7.53 ± 0.23b
Encer (14.93) 70.00 ± 0.00c 828.00 ± 42.71d
Sedang (96.77) 72.67 ± 0.35ab 1 466.89 ± 23.73a
40990 6.30 ± 0.12c
Encer (3.23) 70.00 ± 0.00c 820.00 ± 111.36d
Huruf-huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05).
6

Hasil uji statistik juga menunjukkan adanya interaksi faktor individu dan
konsistensi semen terhadap parameter motilitas spermatozoa sapi pejantan
Brahman. Hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukkan motilitas spermatozoa
berkisar antara 70.00-73.58% dengan motilitas tertinggi pada interaksi individu
40885 dengan konsistensi sedang. Nilai tersebut tidak berbeda nyata dengan
individu 40990 dengan konsistensi sedang (P<0.05). Nilai motilitas spermatozoa
individu 40990 dengan konsistensi sedang tidak berbeda nyata dengan individu
40886 dan 40892 pada konsistensi yang sama (P<0.05). Motilitas individu
spermatozoa sapi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain umur
(Nyuwita et al. 2015), kualitas organ reproduksi, jenis pakan yang diberikan,
iklim, dan tempat yang berbeda (Qori et al. 2016). Faktor lain yang dapat
memengaruhi motilitas spermatozoa adalah kematangan spermatozoa dan kualitas
plasma spermatozoa (Garner dan Hafez 2000), serta genetik sapi (Komariah et al.
2013).
Hasil uji statistik menunjukkan adanya interaksi faktor individu dan
konsistensi semen terhadap parameter konsentrasi spermatozoa sapi pejantan
Brahman. Konsentrasi spermatozoa tertinggi terdapat pada interaksi individu
40885 dan 40990 dengan konsistensi semen sedang (Tabel 1). Konsentrasi
spermatozoa individu 40885 dan 40990 dengan konsistensi semen sedang
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan dengan individu 40886 dengan
konsistensi semen yang sama (P<0.05). Konsentrasi spermatozoa pada semen
dengan konsistensi encer pada semua individu tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan (P>0.05). Semen dengan konsistensi encer juga cenderung memiliki
nilai rata-rata yang lebih rendah dibandingkan semen dengan konsistensi sedang.
Hasil penelitian didukung laporan Sumeidiana et al. (2007) yang menyatakan
bahwa konsentrasi spermatozoa pada individu yang berbeda menunjukkan
perbedaan yang nyata. Hal tersebut dapat disebabkan oleh genetis individu. Hasil
penelitian juga didukung oleh Adhyatma et al. (2013) yang menyatakan semakin
tinggi konsentrasi spermatozoa maka konsistensi semen akan semakin pekat.
Faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kualitas semen pejantan unggul,
antara lain umur pejantan, sifat genetika, suhu dan musim, frekuensi ejakulasi dan
pakan yang disediakan (Susilawati et al. 1993).
Hasil uji statistik menunjukkan adanya pengaruh faktor individu terhadap
volume semen segar sapi pejantan Ongole. Hasil penelitian pada Tabel 2
menunjukkan rata-rata volume semen sapi pejantan Ongole berkisar antara 6.09-
7.32 mL/ejakulat dengan volume tertinggi pada individu 20846. Volume semen
segar tertinggi terdapat pada individu 20846 tidak berbeda nyata dengan individu
21049 dan 21051 (P>0.05), tetapi berbeda nyata dengan individu 20947, 21052,
21254 yang mempunyai nilai rata-rata lebih rendah (P<0.05). Individu 21254
memiliki volume yang tidak berbeda nyata dengan individu 21052 (P>0.05),
tetapi berbeda nyata dengan empat individu lainnya (P<0.05). Hasil yang didapat
didukung oleh Tambing et al. (2003) yang menyatakan bahwa perbedaan volume
semen dapat disebabkan oleh individu ternak. Hasil penelitian Sumeidiana et al.
(2007) juga menyatakan bahwa volume semen berbeda nyata antar individu tiap
bangsa sapi. Faktor-faktor yang memengaruhi volume semen segar antara lain
bangsa, umur, ukuran badan, tingkatan makanan, dan frekuensi penampungan
(Feradis 2010).

.
7

Tabel 2 Kualitas semen segar enam individu sapi pejantan Ongole di BIB
Lembang dalam periode produksi Januari sampai Desember 2015
(rata-rata ± SEM)
Faktor 1 Faktor 2 Karakteristik semen segar sapi Ongole (n = 6)
Individu Konsistensi Volume Konsentrasi spermatozoa
sapi (%) (mL) (juta/mL)
Sedang (80.00) 1 283.64 ± 31.10ab
20846 7.32 ± 0.18a
Encer (20.00) 743.64 ± 47.31e
Sedang (73.13) 1 162.04 ± 27.59c
20947 6.77 ± 0.16bc
Encer (26.87) 746.67 ± 34.03e
Sedang (48.89) 1 035.23 ± 23.86d
21049 6.88 ± 0.14abc
Encer (51.11) 749.13 ± 24.29e
Sedang (92.31) 1 371.67 ± 29.91a
21051 7.24 ± 0.12ab
Encer (7.69) 830.00 ± 73.35e
Sedang (71.93) 1 180.98 ± 25.09bc
21052 6.48 ± 0.22cd
Encer (28.07) 825.00 ± 38.54e
Sedang (45.28) 1 130.00 ± 23.87cd
21254 6.09 ± 0.22d
Encer (54.72) 751.03 ± 30.89e
Huruf-huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata (P<0.05).

Hasil uji statistik menunjukkan adanya interaksi faktor individu dan


konsistensi semen terhadap parameter konsentrasi spermatozoa sapi pejantan
Ongole yang memiliki kisaran nilai 743.64-1371.67 juta/mL. Hasil penelitian
pada Tabel 2 menunjukkan nilai konsentrasi spermatozoa tertinggi terdapat pada
interaksi individu 21051 dan individu 20846 dengan konsistensi sedang (P>0.05).
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semen dengan konsistensi encer pada
semua individu sapi Ongole cenderung memiliki konsentrasi yang rendah.
Mathevon et al. (1998) juga menyatakan bahwa konsentrasi spermatozoa dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor genetik.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa motilitas spermatozoa pada semen
segar sapi pejantan Ongole tidak dipengaruhi oleh faktor individu. Persentase
motilitas spermatozoa pada semen konsistensi sedang dan semen konsistensi
encer secara berturut-turut yaitu 70.91% dan 70.00%. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa nilai motilitas spermatozoa cenderung lebih tinggi pada semen dengan
konsistensi sedang. Motilitas individu spermatozoa juga dapat dipengaruhi oleh
genetik, umur, berat badan, pakan, dan lingkungan (Zamuna et al. 2016).
Motilitas spermatozoa sangat terkait dengan keberadaan seminal plasma yang
berfungsi sebagai sumber energi (Adhyatma et al. 2013).

Pengaruh Individu terhadap Kualitas dan Produksi Semen Beku

Kualitas dan jumlah produksi semen beku yang dihasilkan oleh enam
individu sapi pejantan Brahman dan enam individu sapi pejantan Ongole secara
berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Nilai parameter jumlah
produksi, PTM dan gerakan individu spermatozoa diperoleh dengan metode RAL
(rata-rata ± SEM). Pengaruh faktor individu pada sapi Brahman dan Ongole dapat
dilihat pada ketiga parameter tersebut.
8

Tabel 3 Kualitas semen dan produksi semen beku enam individu sapi pejantan
Brahman di BIB Lembang dalam periode produksi Januari sampai
Desember 2015 (rata-rata ± SEM)
Individu Karakteristik semen beku sapi pejantan Brahman (n = 6)
sapi Jumlah produksi (straw) Post Thawing Motility (%) Gerakan individu
40680 263.15 ± 11.80d 42.58 ± 0.47ab 2.88 ± 0.04a
40885 304.21 ± 11.90c 41.21 ± 0.24cd 2.69 ± 0.05b
40886 427.25 ± 17.09a 40.45 ± 0.23d 2.35 ± 0.06c
40888 257.63 ± 9.78d 41.85 ± 0.32bc 2.67 ± 0.05b
40892 344.57 ± 16.17b 40.97 ± 0.24cd 2.55 ± 0.06b
40990 361.49 ± 11.52b 43.06 ± 0.38a 2.63 ± 0.05b
Huruf-huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05);
Gerakan individu: 1 = lambat, 2 = sedang, 3 = cepat, 4 = sangat cepat.

Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan jumlah produksi semen beku


sapi pejantan Brahman berkisar antara 257.63-427.25 straw dengan produksi
tertinggi oleh individu 40886. Jumlah produksi individu 40886 berbeda nyata
dengan individu lainnya (P<0.05). Jumlah produksi dengan nilai yang tinggi
tersebut dapat dipengaruhi oleh volume dan konsentrasi spermatozoa individu
40886 yang tinggi (Tabel 1). Jumlah produksi individu 40680 dan 40888 tidak
berbeda nyata (P>0.05) dan cenderung lebih rendah dibandingkan individu
lainnya. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh konsentrasi spermatozoa individu
40680 dan 40888 yang cenderung rendah (Tabel 1).
Nilai PTM merupakan parameter yang paling umum digunakan untuk
mengevaluasi semen beku yang telah dicairkan kembali (Mathur et al. 2014).
Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan nilai PTM tertinggi sapi pejantan
Brahman terdapat pada individu 40990 yang tidak berbeda nyata dengan 40680
(P>0.05). Individu 40885, 40892, dan 40886 memiliki nilai PTM yang tidak
berbeda nyata (P>0.05). Nilai PTM semua individu memenuhi standar untuk
produksi semen beku, yaitu 40% (SNI Semen Beku-Bagian 1: Sapi 2008).

Tabel 4 Kualitas semen dan produksi semen beku enam individu sapi pejantan
Ongole di BIB Lembang dalam periode produksi Januari sampai
Desember 2015 (rata-rata ± SEM)
Individu Karakteristik semen beku sapi pejantan Ongole (n = 6)
sapi Jumlah produksi (straw) Post Thawing Motility (%) Gerakan individu
20846 353.76 ± 17.68a 41.27 ± 0.32c 2.62 ± 0.07b
20947 281.97 ± 10.31b 43.66 ± 0.53b 2.43 ± 0.06c
21049 244.39 ± 7.64c 46.94 ± 0.58a 2.97 ± 0.02a
21051 387.50 ± 12.66a 43.33 ± 0.42b 2.41 ± 0.06c
21052 278.63 ± 12.59b 45.53 ± 0.67a 2.96 ± 0.02a
21254 218.75 ± 12.30c 46.04 ± 0.70a 2.74 ± 0.06b
Huruf-huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05);
Gerakan individu: 1 = lambat, 2 = sedang, 3 = cepat, 4 = sangat cepat.

Hasil penelitian pada Tabel 4 menunjukkan jumlah produksi straw semen


beku sapi pejantan Ongole berkisar antara 218.75-387.50 straw dengan produksi
tertinggi ditunjukkan oleh individu 20846 dan 21051. Jumlah produksi individu
20846 dan 21051 berbeda nyata dengan individu lainnya (P<0.05). Hasil ini dapat
dipengaruhi oleh volume dan konsentrasi spermatozoa individu 20846 dan 21051

.
9

yang tinggi (Tabel 2). Jumlah produksi individu 20947 dan 21052 tidak berbeda
nyata (P>0.05), tetapi berbeda nyata dengan individu 20846, 21051, 21049 dan
21254. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Zamuna et al. (2016) bahwa volume
dan konsentrasi spermatozoa merupakan faktor yang memengaruhi produksi
semen beku. Nyuwita et al. (2015) juga menyatakan bahwa volume semen dan
konsentrasi spermatozoa yang semakin tinggi akan meningkatkan total
spermatozoa sehingga total produksi semen beku akan semakin tinggi.
Hasil penelitian pada Tabel 4 menunjukkan nilai PTM tertinggi sapi
pejantan Ongole terdapat pada individu 21049, 21052, dan 21254 yang berbeda
secara nyata dengan 20846, 20947, dan 21051 (P<0.05). Individu 20947 dan
21051 memiliki nilai PTM yang tidak berbeda nyata (P>0.05). Nilai PTM semua
individu memenuhi standar untuk produksi semen beku, yaitu 40% (SNI Semen
Beku-Bagian 1: Sapi 2008). Jika nilai PTM tidak mencapai 40%, maka semen
tersebut tidak dapat didistribusikan ke pelanggan (Qori et al. 2016). Nilai PTM
dapat dipengaruhi oleh freezabilty individu jantan yang bervariasi (Hafez 2000).
Gerakan individu spermatozoa masing-masing individu sapi Brahman dan Ongole
pada pemeriksaan post thawing memiliki rentang nilai 2.35- 2.97. Menurut SNI
(2008), derajat gerakan individu spermatozoa pada semen beku post thawing
minimal dua sehingga hasil yang diperoleh dari penelitian tergolong baik.

Pengaruh Rumpun terhadap Kualitas Semen Segar

Rata-rata kualitas semen segar sapi pejantan Brahman dan Ongole disajikan
pada Tabel 5. Motilitas dan konsentrasi spermatozoa menunjukkan adanya
perbedaan nyata (P<0.05) pada kedua rumpun sapi. Hal tersebut menyatakan
bahwa terdapat pengaruh rumpun terhadap motilitas dan konsentrasi spermatozoa.
Kualitas semen segar sapi pejantan Brahman dan Ongole dianalisis dengan
menggunakan metode student T Test. Hasil penelitian pada Tabel 5 menunjukkan
bahwa semen segar kedua rumpun sapi memiliki warna putih susu-krem, volume
berkisar antara 6.71-6.83 mL/ejakulat, konsistensi sedang-encer, pH berkisar
antara 6.58-6.61, serta gerakan massa spermatozoa ++. Warna semen segar kedua
rumpun sesuai dengan hasil penelitian Dewi et al. (2012) bahwa semen sapi yang
didapatkan dari hasil penampungan berwarna putih susu hingga krem. Volume
dan pH semen segar yang didapat juga masih berada di dalam rentang normal,
yaitu 5-8 mL dan 6.4-7.8 (Garner dan Hafez 2000). Volume kedua rumpun sapi
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (P<0.05). Hasil penelitian
menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Qori et al. (2016), yaitu volume
semen segar sapi pejantan Brahman dan Ongole tidak berbeda nyata. Konsistensi
semen segar kedua rumpun normal, yaitu konsistensi sedang. Semen segar juga
menunjukkan gerakan massa spermatozoa yang normal. Gerakan massa
spermatozoa ++ hingga +++ dapat diproses lebih lanjut menjadi semen beku (Qori
et al. 2016).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter motilitas dan konsentrasi
spermatozoa dipengaruhi oleh faktor rumpun (Tabel 5). Motilitas spermatozoa
kedua rumpun sapi menunjukkan perbedaan nyata dengan nilai motilitas tertinggi
ditunjukkan oleh sapi pejantan Brahman (P<0.05). Hasil tersebut sesuai dengan
penelitian Aerens et al. (2012) yang menyatakan bahwa motilitas individu
10

spermatozoa pada bangsa sapi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang
nyata. Namun, motilitas spermatozoa semen segar kedua rumpun sapi tersebut
masih berada di dalam rentang normal menurut Garner dan Hafez (2000), yaitu
40-75%. Menurut Komariah et al. (2013), perbedaan kualitas spermatozoa pada
rumpun yang berbeda dapat disebabkan oleh genetik sapi tersebut.

Tabel 5 Kualitas semen segar sapi pejantan Brahman dan Ongole di BIB Lembang
dalam periode produksi Januari sampai Desember 2015 (rata-rata ± SEM)
Rumpun sapi
Karakteristik
Brahman (n = 6) Ongole (n = 6)
Makroskopis
Warna Putih susu-krem Putih susu-krem
Volume (mL) 6.71 ± 0.08 6.83 ± 0.07
Konsistensi Encer-sedang Encer-sedang
pH 6.58 ± 0.01 6.61 ± 0.01
Mikroskopis
Gerakan massa 2.00 ± 0.00 2.00 ± 0.00
Motilitas spermatozoa (%) 71.40 ± 0.13a 70.63 ± 0.09b
Konsentrasi spermatozoa (juta/mL) 1 221.11 ± 14.68a 1 073.28 ± 14.89b
Huruf-huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05); Gerakan
massa: (-) = buruk, (+) = sedang, (++) = baik, (+++) = sangat baik; Konsistensi: encer, sedang,
kental; Warna: putih susu, krem, kekuningan.

Nilai konsentrasi spermatozoa kedua rumpun sapi berbeda nyata (P<0.05)


dengan nilai konsentrasi tertinggi pada sapi pejantan Brahman. Hasil
menunjukkan bahwa rumpun berpengaruh terhadap konsentrasi spermatozoa.
Pernyataan tersebut didukung oleh Aerens et al. (2012), yang menyatakan bahwa
konsentrasi spermatozoa pada bangsa sapi yang berbeda menunjukkan adanya
perbedaan yang nyata. Rata-rata konsentrasi spermatozoa sapi pejantan Brahman
dan Ongole secara berturut-turut adalah 1 221.11 juta/mL dan 1 073.28 juta/mL.
Tingginya konsentrasi spermatozoa sapi pejantan Brahman dibandingkan Ongole
sesuai dengan laporan Qori et al. (2016) dan Aerens et al. (2012), namun nilai
tersebut berada dalam kisaran normal yaitu 800-2 000 juta/mL (Garner dan Hafez
2000).

Pengaruh Rumpun terhadap Kualitas dan Produksi Semen Beku

Menurut SNI (2008), semen beku yang diproduksi oleh BIB Lembang
dikemas dalam bentuk mini straw volume 0.25 mL dengan jumlah sel
spermatozoa minimal 25 juta. Hasil perhitungan rata-rata kualitas dan jumlah
produksi semen beku sapi pejantan Brahman dan Ongole disajikan pada Tabel 6.
Pengaruh rumpun dapat dilihat pada parameter PTM dan jumlah produksi semen
beku.
Pengaruh rumpun tampak pada jumlah produksi semen beku (P<0.05).
Jumlah produksi tertinggi ditunjukkan oleh sapi pejantan Brahman. Hasil tersebut
dipengaruhi oleh nilai motilitas dan konsentrasi spermatozoa sapi pejantan
Brahman yang lebih tinggi dibandingkan sapi pejantan Ongole. Kemampuan

.
11

produksi semen beku dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu volume, konsentrasi,
dan motilitas semen segar (Zamuna et al. 2016).

Tabel 6 Kualitas semen dan produksi semen beku sapi pejantan Brahman dan
Ongole di BIB Lembang dalam periode produksi Januari sampai
Desember 2015 (rata-rata ± SEM)
Rumpun sapi
Karakteristik
Brahman (n = 6) Ongole (n = 6)
Jumlah produksi (straw) 321.44 ± 5.78a 295.11 ± 5.69b
Gerakan individu 2.64 ± 0.02 2.69 ± 0.02
Post Thawing Motility (%) 41.76 ± 0.14b 44.58 ± 0.25a
Huruf-huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05);
Gerakan individu: 1 = lambat, 2 = sedang, 3 = cepat, 4 = sangat cepat

Hasil penelitian pada Tabel 6 menunjukkan adanya pengaruh rumpun


terhadap PTM dengan nilai tertinggi pada rumpun sapi Ongole (P<0.05). Namun,
hasil PTM yang diperoleh dari kedua rumpun menunjukkan kualitas semen beku
yang baik karena spermatozoa minimal memiliki motilitas 40% setelah semen
beku dicairkan. Rata-rata gerakan individu spermatozoa kedua rumpun sapi pada
pemeriksaan post thawing bernilai 3. Menurut SNI (2008), derajat gerakan
individu spermatozoa pada semen beku post thawing minimal dua sehingga hasil
yang diperoleh dari penelitian tergolong baik. Kualitas semen segar dan semen
beku kedua rumpun sapi dapat dipengaruhi oleh faktor umur. Sapi pejantan muda
yang berumur 12-36 bulan (Permentan 2014) memiliki kemungkinan untuk
menghasilkan semen segar dan semen beku dengan kualitas lebih baik
dibandingkan sapi pejantan tua.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume, konsentrasi spermatozoa,


jumlah produksi straw, PTM, dan gerakan individu spermatozoa dipengaruhi oleh
faktor individu pada sapi Brahman dan Ongole. Motilitas spermatozoa
dipengaruhi oleh faktor individu hanya pada sapi Brahman. Motilitas dan
konsentrasi spermatozoa semen segar serta jumlah produksi straw rumpun sapi
Brahman menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan rumpun sapi Ongole.
Motilitas spermatozoa setelah thawing (PTM) rumpun sapi Ongole lebih tinggi
dari sapi Brahman. Kualitas semen segar dan semen beku sapi Brahman dan
Ongole tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor umur.

Saran

Perlu dilakukan penelitian mengenai faktor umur terhadap kualitas semen


segar dan semen beku di BIB Lembang.
12

DAFTAR PUSTAKA

Adhyatma M, Isnaini N, Nuryadi. 2013. Pengaruh bobot badan terhadap kualitas


dan kuantitas semen sapi Simmental. J Tern Trop. 14(2):53-62.
Aerens CD, Ihsan MN, Isnaini N. 2012. Perbedaan Kuantitatif dan Kualitatif
Semen Segar pada Berbagai Bangsa Sapi Potong. Malang (ID):
Universitas Brawijaya. hlm 1-10.
Astuti M. 2004. Potensi dan keragaman sumberdaya genetik sapi Peranakan
Ongole (PO). Wartazoa. 14(3):98-106.
[BIB] Balai Inseminasi Buatan Lembang. 2014. SOP pemeriksaan dan pegujian
mutu semen [Internet]. [diunduh 19 Mei 2017]. Tersedia pada :
http://banksperma.com/.
[BIB] Balai Inseminasi Buatan Lembang. 2016. Katalog Pejantan Sapi Potong,
Kerbau, Domba, dan Kambing. Bandung (ID): BIB Lembang.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. Semen Beku-Bagian 1: Sapi. Jakarta
(ID): BSN. hlm 1-3.
Dewi AS, Ondho YS, Kurnianto E. 2012. Kualitas semen berdasarkan umur pada
sapi jantan Jawa. Anim Agric J. 1(2):126-133.
Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Bandung (ID): Alfabeta.
hlm 42-50.
Fikar S, Ruhyadi D. 2010. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Potong. Jakarta
(ID): AgroMedia Pustaka. hlm 22, 25.
Garner DL, Hafez ESE. 2000. Spermatozoa and seminal plasma. Di dalam: Hafez
B, Hafez ESE, editor. Reproduction In Farm Animals. Ed ke-7. Baltimore
(US): Lippincott Williams & Wilkins. hlm 96-109.
Gordon I. 2004. Artificial Insemination. In: Reproductive Technologies in Farm
Animals. Wallingford (US): CABI Publishing. hlm 49-81.
Hafez ESE. 2000. Preservation and cryopreservation of gametes and embryos. Di
dalam: Hafez B, Hafez ESE, editor. Reproduction In Farm Animals. Ed
ke-7. Baltimore (US): Lippincott Williams & Wilkins. hlm 431-442.
Komariah, Arifiantini I, Nugraha FW. 2013. Kaji banding kualitas spermatozoa
sapi Simmental, Limousin, dan Friesian Holstein terhadap proses
pembekuan. Bul Petern. 37(3): 143-147.
Lubis TM, Putro PP, Junaidi A, Suryaningsih S. 2012. The traits of fresh and
frozen semen on Brahman Bulls. Di dalam: Proceedings of The Annual
International Conference, Syiah Kuala University-Life Sciences and
Engineering Chapter; 2012 November 22-24; Banda Aceh, Indonesia.
Banda Aceh (ID): Universitas Syiah Kuala. hlm 81-85.
Maidaswar, Widyawati L. 2010. Strategi BIB Lembang dalam penyediaan semen
beku dalam rangka mendukung program swasembada daging nasional. Di
dalam: Setiadi MA, Karja NWK, Yudi, Murti H, editor. Peranan
Teknologi Reproduksi Hewan dalam Rangka Swasembada Pangan
Nasional; 2010 Oktober 6-7; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): IPB. hlm 12-
15.
Mathur AK, Kumar S, Prabhakar JH, Mandal DK, Ingale HR, James J. 2014.
Motility of frozen thawed semen after thermal resistance test. IJAR. 35(1):
18-20.

.
13

Mathevon M, Buhr MM, Dekkers JCM. 1998. Enviromental, management, and


genetic factors affecting semen production in Holstein bulls. J Dairy Sci.
81(12):3321-3330.
Melita D, Dasrul, Adam M. 2014. Pengaruh umur pejantan dan frekuensi
ejakulasi terhadap kualitas spermatozoa sapi Aceh. J Med Vet. 8(1):15-19.
Morrell JM. 2011. Artificial insemination: current and future trends. Di dalam:
Manafi M, editor. Artificial Insemination In Farm Animals. (US): InTech.
hlm 1-14.
Nogueira GP. 2004. Puberty in South American Bos Indicus (Zebu) cattle. Anim
Reproduct Sci. 82-83(2004):361-372.
Nyuwita A, Susilawati T, Isnaini N. 2015. Kualitas semen segar dan produksi
semen beku sapi Simmental pada umur yang berbeda. J Tern Trop. 16(1):
61-68.
[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian. 2014. Peraturan Menteri Pertanian
Republik Indonesia Nomor 100 tahun 2014 tentang Pedoman Pembibitan
Sapi Perah yang Baik [Internet]. [diunduh 8 Agustus 2017]. Tersedia pada:
http://perundangan.pertanian.go.id
Purbowati E. 2012. Sapi dari Hulu ke Hilir dan Info Mancanegara. Jakarta (ID):
AgriFlo. hlm 27.
Qori H, Elisia R, Susnawati T. 2016. Evaluasi kualitas semen sapi Brahman dan
sapi Ongole pada produksi semen beku di Balai Inseminasi Buatan (BIB)
Lembang Bandung. J Agrotrop. 6(1): 39-45.
Setiono N, Suharyati S, Santosa PE. 2015. Kualitas semen beku sapi Brahman
dengan dosis krioprotektan gliserol yang berbeda dalam bahan pengencer
tris sitrat kuning telur. JIPT. 3(2):61-69.
Sudarmono AS, Sugeng YB. 2016. Panduan Beternak Sapi Potong. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya. hlm 6.
Sumeidiana I, Wuwuh S, Mawarti E. 2007. Volume semen dan konsentrasi
sperma sapi Simmental, Limousin, dan Brahman di Balai Inseminasi
Buatan Ungaran. J Indones Trop Anim Agric. 32(2):131-137.
Susilawati T, Suyadi, Nuryadi, Isnaini N, Wahyuningsih S. 1993. Kualitas Semen
Sapi Fries Holland dan Sapi Bali pada Berbagai Umur dan Berat Badan.
Di Dalam: Melita D, Dasrul, Adam M. 2014. Pengaruh umur pejantan dan
frekuensi ejakulasi terhadap kualitas spermatozoa sapi Aceh. J Med Vet.
8(1): 15-19.
Tambing SN, Toelihere MR, Yusuf TL, Purwantara B, Sutama IK, Situmorang
PZ. 2003. Pengaruh frekuensi ejakulasi terhadap karakteristik semen segar
dan kemampuan libido kambing Saanen. JSV. 21(2):57-65.
Yulianto P, Saparinto C. 2012. Penggemukan Sapi Potong Hari per Hari 3 Bulan
Panen. 2012. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. hlm 52-53, 55.
Zamuna AAKM, Susilawati T, Ciptadi G. 2016. Evaluation of different breeds of
beef cattle bull’s capacity in producing frozen sperms. Zoology. 6(1):8-10.
14

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 Agustus 1995 dari pasangan


Bapak Fraser Sinaga dan Ibu Shinta Sitanggang sebagai anak ketiga dari tiga
bersaudara. Pada tahun 2013, penulis lulus dari SMAN 78 Jakarta dan lulus
seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN dan diterima
di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif menjadi anggota Badan
Eksekutif Mahasiswa FKH IPB Departemen Komunikasi dan Informasi
(Kominfo), anggota divisi eksternal Himpunan Profesi Hewan Kesayangan dan
Satwa Akuatik (Himpro HKSA), serta anggota Divisi Publikasi, Dokumentasi,
dan Dekorasi Malam Inaugurasi Angkatan 50 FKH tahun 2014.

Anda mungkin juga menyukai