18(1):1-7
Published by Fakultas Peternakan UNPAD DOI: 10.24198/jit.v18i1.17684
Unpad Press Available online at http://jurnal.unpad.ac.id/jurnalilmuternak
Kualitas semen segar sapi Bali (Bos javanicus) pada kelompok umur yang
berbeda
1
Prastowo / Jurnal Ilmu Ternak Juni 2018, 18(1):1-7
berhasil dan banyak digunakan untuk silase dan konsentrat sebanyak dua kali sehari
penyebaran genetik pejantan adalah Inseminasi sesuai dengan kebutuhan nutrisi. Suplemen
Buatan (IB). Inseminasi Buatan merupakan nutrisi dalam bentuk mineral blok dan air
teknologi reproduksi yang meliputi koleksi minum juga diberikan secara ad libitum.
atau penampungan semen, proses dan
pengolahan semen dan menempatkannya pada Metode penelitian
organ reproduksi betina (Toelihere, 1993a). Penampungan semen
Dijelaskan lebih lanjut bahwa, tingkat Semen ditampung sebanyak dua kali
keberhasilan IB sangat dipengaruhi oleh empat dalam satu minggu menggunakan vagina
faktor yang saling berhubungan yaitu kualitas buatan dan pada setiap penampungan diambil
semen, pemilihan sapi betina akseptor, akurasi sebanyak satu ejakulasi (ejakulat pertama).
deteksi birahi dan keterampilan inseminator Tata cara standar pada pembersihan tempat
(Susilawati, 2013). penampungan, preputium dan membiarkan
Umur merupakan salah satu faktor yang pejantan melakukan false mounting (3–5 kali)
memengaruhi produksi dan kualitas semen dilakukan pada semua pejantan sebelum
yang dihasilkan seekor pejantan (Bhakat et al., ditampung. Tujuan dari perlakuan false
2011). Seiring dengan bertambahnya umur, mounting adalah untuk memaksimalkan
pejantan akan menghasilkan semen dengan stimulasi sexual sehingga menghasilkan
volume yang cenderung meningkat (Dewi, produksi semen yang maksimal (Schenk,
Ondho, & Kurnianto, 2012; Wahyuningsih, 2018).
Saleh, & Sugiyatno, 2013), motilitas menurun
dan meningkatnya jumlah spermatozoa yang Evaluasi kualitas semen
abnormal (Brito et al., 2002). Kualitas semen Kualitas semen segar dievaluasi pada
dari seekor pejantan berhubungan erat dengan parameter volume (ml), pH, konsentrasi
fertilitas (Mishra, Palai, Sarangi, Prusty, & (×106/ml), motilitas (%), persentase
Maharana, 2013; Morrell et al., 2017) dan spermatozoa hidup (L/D; %), abnormalitas
memiliki arti ekonomis yang tinggi pada primer (%) dan abnormalitas sekunder (%).
program produksi ternak (Han & Volume diamati langsung pada tabung
Peñagaricano, 2016). penampung semen sesaat setelah
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini penampungan dengan satuan mililiter (ml),
bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur sementara pH diamati dengan meneteskan
sapi Bali terhadap kualitas semen segar semen pada pH indikator.
sebagai salah satu cara untuk mengevaluasi Perhitungan konsentrasi spermatozoa
tingkat fertilitas pejantan. Selain itu, informasi dilakukan dengan cara mencampur sampel
kualitas semen segar yang diperoleh juga dapat semen sebanyak 0,035 ml dengan larutan NaCl
digunakan sebagai dasar untuk menentukan fisiologis 0,9% sebanyak 3,5 ml. Larutan
umur atau lama pemeliharaan pejantan sebagai tersebut selanjutnya dihomogenkan selama 5 -
sumber semen. 7 detik, kemudian dipindahkan ke dalam cuvet
untuk diukur konsentrasinya menggunakan
Materi dan Metode spektrofotometer. Satuan konsentrasi dalam
Materi penelitian penelitian ini adalah 106 sel spermatozoa per
Materi yang digunakan adalah semen mililiter (×106/ml).
segar yang ditampung dari 8 ekor sapi Bali Motilitas spermatozoa ditentukan dengan
berumur 4 dan 7 tahun (masing-masing 4 ekor) meneteskan sampel semen pada slide glass
yang dipelihara oleh Balai Besar Inseminasi kemudian ditutup menggunakan cover glass
Buatan (BBIB) Singosari Malang Jawa Timur dan selanjutnya diamati menggunakan
pada periode September – November 2016. mikroskop (perbesaran 400x). Motilitas dinilai
Rata-rata bobot badan sapi Bali pada umur 4 secara subjektif dengan melihat banyaknya
dan 7 tahun adalah 656,75±32,69 Kg dan spermatozoa yang bergerak lurus kedepan
615,5±72,59 Kg dengan lingkar skrotum (progresif). Adapun standar penilaian motilitas
27,5±1,64 cm dan 27,93±0,74 cm. Sapi-sapi berada para kisaran 0 - 100% (Toelihere,
tersebut dipelihara dalam kandang individu 1993b).
dengan perawatan rutin kandang dibersihkan, Persentase spermatozoa hidup (Life/Dead
dimandikan dan diberi pakan berupa hijauan, rasio; L/D) dilakukan dengan metode
2
Prastowo / Jurnal Ilmu Ternak Juni 2018, 18(1):1-7
pewarnaan dan preparat ulas. Sebanyak 2µl lingkungan (Mathevon, Buhr, & Dekkers,
sampel semen segar dicampur dengan 10µl 1998) dan juga metode penampungan semen
eosin-nigrosin kemudian dibuat preparat ulas, (León, Porras, Galina, & Navarro-Fierro,
dikeringkan dan selanjutnya diamati 1991). pH merupakan cerminan metabolisme
menggunakan mikroskop (perbesaran 400x). spermatozoa, nilainya dipengaruhi oleh
Spermatozoa mati akan menyerap warna metode koleksi semen (León et al., 1991),
merah pada bagian kepala (Hafez & Hafez, selain itu pH juga berhubungan erat dengan
2000). Jumlah spermatozoa yang diamati gerak kinetik spermatozoa dan fertilitasnya
minimal sebanyak 200, selanjutnya prosentase (Contri et al., 2013).
spermatozoa hidup dapat dihitung. Preparat
Perhitungan konsentrasi spermatozoa
ulas yang sama juga digunakan untuk
diperoleh pada kisaran 294 - 1676,00×106/ml,
pemeriksaan spermatozoa yang memiliki
sedangkan motilitas berkisar pada 35 – 75%.
abnormalitas primer dan sekunder.
Konsentrasi spermatozoa dan volume semen
Abnormalitas primer diamati pada bagian
menentukan jumlah total spermatozoa yang
kepala, sedangkan abnormalitas sekunder
terkandung dalam setiap ejakulat. Kedua
diamati pada bagian ekor (Shukla, 2011).
parameter tersebut selanjutnya menjadi dasar
Jumlah spermatozoa yang diamati minimal
perhitungan jumlah bahan pengencer semen
sebanyak 200 dan selanjutnya persentase
yang harus ditambahkan dan pada akhirnya
abnormalitas dapat dihitung.
menentukan jumlah dosis semen beku yang
dihasilkan (Baracaldo, Barth, & Bertrand,
Analisis data
2007). Terkhusus pada parameter motilitas,
Data kualitas semen segar antar kelompok
BBIB Singosari mensyaratkan minimal 60%
umur dibandingkan secara statistik
untuk dapat diproses lebih lanjut menjadi
menggunakan t-test dengan bantuan aplikasi R
semen beku. Hal demikian menjadi salah satu
(R Core Team, 2016) pada α = 5%. Perbedaan
pertimbangan karena pada proses pembekuan
antar kelompok umur pada masing-masing
semen, motilitas sperma akan mengalami
parameter kualitas semen dikategorikan nyata
penurunan kurang lebih 20 - 30% pada sapi
apabila nilai P<0,05.
Bali (Hapsari, Khalifah, Widyas, Pramono, &
Prastowo, 2018). Seperti yang dilaporkan pada
Hasil dan Pembahasan
penelitian-penelitian sebelumnya, motilitas
Data kualitas semen segar sapi Bali
memiliki korelasi positif terhadap fertilitas
Hasil evaluasi kualitas semen segar
pejantan (Januskauskas, Johannisson, &
selama penampungan dari 8 ekor pejantan sapi
Rodriguez-Martinez, 2001; Morrell et al.,
Bali dapat dilihat pada Tabel 1. Pengamatan
2017).
kualitas semen secara langsung setelah
Secara umum diperoleh rata-rata
penampungan diperoleh volume dan pH
persentase L/D spermatozoa sebesar
berkisar dari 0,40 – 4,83 ml dan 6,20 – 6,51.
71,95±7,90%. Semen segar dapat diproses
Beberapa penelitian sebelumnya melaporkan
menjadi semen beku apabila memiliki jumlah
bahwa volume dan pH semen segar sapi Bali
spermatozoa hidup minimal 70% (Shukla,
adalah 3,07-3,18 ml dan 7 (Haryani, Latief,
2011), dengan demikian semen sapi Bali yang
Sonjaya, & Yusuf, 2016), 5,5 ml dan 6
ditampung dalam penelitian ini memenuhi
(Savitri, Suharyati, & Siswanto, 2014), 5 ml
persyaratan tersebut dan dapat diolah menjadi
dan 6 (Soi, 2016). Dapat dijelaskan bahwa
semen beku.
volume semen dipengaruhi oleh genetik,
3
Prastowo / Jurnal Ilmu Ternak Juni 2018, 18(1):1-7
4
Prastowo / Jurnal Ilmu Ternak Juni 2018, 18(1):1-7
Tabel 2. Hasil pemeriksaan kualitas semen segar sapi Bali pada kelompok umur yang berbeda.
Umur
Parameter Minimal Maksimal Rata-rata±SD Nilai P
(tahun)
Volume (ml) 4 2,80 7,20 4,48±0,91 0,03
7 2,80 8,80 5,18±1,58
pH 4 6,40 6,80 6,51±0,06 0,92
7 6,20 6,80 6,52±0,01
Konsentrasi 4 394,00 1676 962,27±390,50 0,08
6
(×10 /ml) 7 647,00 1452 1079,45±90,56
Motilitas (%) 4 35,00 75,00 68,00±3,11 0,20
7 40,00 75,00 66,04±6,30
L/D (%) 4 54,00 95,00 71,87±2,58 0,93
7 52,00 92,00 72,02±1,35
Abnormalitas primer 4 0,00 2,86 1,05±0,20 0,39
(%) 7 0,00 2,19 0,93±0,14
Abnormalitas sekunder 4 0,85 6,85 3,54±0,48 0,02
(%) 7 1,45 9,49 4,24±0,31
P<0,05: berbeda nyata
Hal demikian didukung oleh hasil perhitungan pada pH, konsentrasi, motilitas, L/D dan
abnormalitas sekunder yang berbeda nyata abnormalitas primer.
(P<0,05). Berdasarkan penyebabnya,
abnormalitas primer merupakan kelainan pada Ucapan terimakasih
kepala spermatozoa yang terjadi ketika masih Penelitian ini merupakan bagian dari
berada di dalam tubuli seminiferi sementara penelitian Hibah Manajemen Riset Group
abnormalitas sekunder ditandai dengan (MRG) Reproduksi, Pemuliaan dan
kelainan pada ekor spermatozoa yang terjadi Biostatistika Ternak dengan judul ”Pengaruh
setelah proses spermatogenesis hingga Musim pada Karakteristik Ejakulat dan
ejakulasi dan saat proses penanganan (Hafez & Ketahanan Pasca Pembekuan Semen Sapi
Hafez, 2000). Ditambahkan bahwa Bali” yang dibiayai dana PNBP Universitas
abnormalitas primer ditandai dengan adanya Sebelas Maret, tahun anggaran 2017.
kelainan pada ekor seperti ekor melengkung,
melingkar dan patah (Susilawati, 2013). Daftar Pustaka
Perbedaan nilai abnormalitas sekunder tersebut Ax, R. L., Dally, M. R., Didion, B. A., Lenz,
dimungkinkan karena perbedaan penanganan R. W., Love, C. C., Varner, D. D., …
pasca penampungan sebelum masuk tahap Bellin, M. E. (2016). Artificial
evaluasi kualitas semen, akan tetapi hal ini Insemination. In Reproduction in Farm
perlu dievaluasi dan dibuktikan lebih lanjut. Animals (pp. 376–389).
Nilai abnormalitas primer maupun sekunder http://doi.org/10.1002/9781119265306.c
pada kedua kelompok umur pada penelitian ini h26
diperoleh <20% sehingga masih layak diproses Baracaldo, M. I., Barth, A. D., & Bertrand, W.
lebih lanjut menjadi semen beku (Toelihere, (2007). International Veterinary
1993b). Information Service, Ithaca NY
Kesimpulan (www.ivis.org), Last updated: 30-Jan.
Umur pejantan sapi Bali pada penelitian IVIS Reviews in Veterinary Medicine
ini memengaruhi kualitas semen pada IVIS Ed, 1–11. Retrieved from
parameter volume dan abnormalitas sekunder. www.ivis.org
Kelompok pejantan dengan umur 7 tahun Bhakat, M., Mohanty, T. K., Raina, V. S.,
menghasilkan volume semen dan abnormalitas Gupta, A. K., Khan, H. M., Mahapatra,
sekunder lebih tinggi dibandingkan umur 4 R. K., & Sarkar, M. (2011). Effect of age
tahun. Selanjutnya, umur tidak berpengaruh and season on semen quality parameters
5
Prastowo / Jurnal Ilmu Ternak Juni 2018, 18(1):1-7
in Sahiwal bulls. Tropical Animal Health structure assay in relation to field fertility
and Production, 43(6), 1161–1168. of frozen-thawed semen from Swedish
http://doi.org/10.1007/s11250-011-9817- AI bulls. Theriogenology, 55(4), 947–
1 961. http://doi.org/10.1016/S0093-
Brito, L. F. C., Silva, A. E. D. F., Rodrigues, 691X(01)00456-3
L. H., Vieira, F. V, Deragon, L. A. G., & León, H., Porras, A. A., Galina, C. S., &
Kastelic, J. P. (2002). Effects of Navarro-Fierro, R. (1991). Effect of the
environmental factors, age and genotype collection method on semen
on sperm production and semen quality characteristics of Zebu and European
in Bos indicus and Bos taurus AI bulls in type cattle in the tropics. Theriogenology,
Brazil. Animal Reproduction Science, 36(3), 349–355.
70(3–4), 181–90. Retrieved from http://doi.org/10.1016/0093-
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11 691X(91)90463-N
943488 Mathevon, M., Buhr, M. M., & Dekkers, J. C.
Contri, A., Gloria, A., Robbe, D., Valorz, C., (1998). Environmental, management, and
Wegher, L., & Carluccio, A. (2013). genetic factors affecting semen
Kinematic study on the effect of pH on production in Holstein bulls. Journal of
bull sperm function. Animal Dairy Science, 81(12), 3321–3330.
Reproduction Science, 136(4), 252–259. http://doi.org/10.3168/jds.S0022-
http://doi.org/10.1016/j.anireprosci.2012. 0302(98)75898-9
11.008 Melita, D., Adam, & Mulyadi, D. (2014).
Dewi, A. S., Ondho, Y. S., & Kurnianto, E. Pengaruh umur pejantan dan frekuensi
(2012). Kualitas semen berdasarkan ejakulasi terhadap kualitas spermatozoa
umur pada sapi jantan jawa. Animal sapi aceh. Jurnal Medika Veterinaria, 8,
Agriculture Journal, 1(2), 126–133. 15–19.
Gordon, I. (2005). Reproductive Technologies Mishra, C., Palai, T. K., Sarangi, L. N., Prusty,
in Farm Animals. CABI Publishing. B. R., & Maharana, B. R. (2013).
Hafez, E., & Hafez, B. (2000). Reproductin in Candidate gene markers for sperm
farm animals (7th ed.). Mayland: quality and fertility in bulls. Veterinary
Lippincott Williams & Wilkins. World, 6, 905–910.
Han, Y., & Peñagaricano, F. (2016). http://doi.org/10.14202/vetworld.2013.90
Unravelling the genomic architecture of 5-910
bull fertility in Holstein cattle. BMC Morrell, J. M., Nongbua, T., Valeanu, S., Lima
Genetics, 17(1), 1–11. Verde, I., Lundstedt-Enkel, K., Edman,
http://doi.org/10.1186/s12863-016-0454- A., & Johannisson, A. (2017). Sperm
6 quality variables as indicators of bull
Hapsari, R. D., Khalifah, Y., Widyas, N., fertility may be breed dependent. Animal
Pramono, A., & Prastowo, S. (2018). Age Reproduction Science, 185, 42–52.
effect on post freezing sperm viability of http://doi.org/10.1016/j.anireprosci.2017.
Bali cattle (Bos javanicus). IOP 08.001
Conference Series: Earth and Pant, H. C., Sharma, R. K., Patel, S. H.,
Environmental Science, 142(1), 012007. Shukla, H. R., Mittal, A. K., Kasiraj, R.,
http://doi.org/10.1088/1755- … Prabhakar, J. H. (2003). Testicular
1315/142/1/012007 development and its relationship to
Haryani, R., Latief, A., Sonjaya, H., & Yusuf, semen production in Murrah buffalo
M. (2016). Characteristic of Bali Bulls bulls. Theriogenology, 60(1), 27–34.
Sperms Assessed Using Computerized http://doi.org/10.1016/S0093-
Assisted Semen Analysis ( CASA ). 691X(02)01037-3
International Journal of Sciences: Basic Perumal, P. (2014). Scrotal Circumference and
and Applied Research, 4531, 161–168. Its Relationship with Testicular Growth,
Januskauskas, A., Johannisson, A., & Age, and Body Weight in Tho Tho ( Bos
Rodriguez-Martinez, H. (2001). indicus ) Bulls. International Scholarly
Assessment of sperm quality through Research Notices, 2014, 1–6.
fluorometry and sperm chromatin http://doi.org/10.1155/2014/249537
6
Prastowo / Jurnal Ilmu Ternak Juni 2018, 18(1):1-7