Anda di halaman 1dari 7

Ariefin Ade Prasetyo dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3):907-913, September 2013

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL YANG DIKOLEKSI DENGAN INTERVAL YANG BERBEDA
DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

(THE QUALITY OF FRESH SEMEN OF SIMMENTAL BULLS COLLECTED WITH DIFFERENT INTERVAL
AT THE CENTRE OF ARTIFICIAL INSEMINATION)

Ariefin Ade Prasetyo*, Taswin R. Tagama, dan Dadang M. Saleh


Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
*
e-mail : ade_prasetyo21@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interval koleksi semen terhadap
kualitas semen segar pejantan sapi Simmental dan mengetahui interval waktu koleksi terbaik
untuk kualitas semen segar pejantan sapi Simmental.Pengambilan data dilaksanakan tanggal 2
April 2013 sampai dengan 21 April 2013. Bertempat di Balai Inseminasi Buatan Lembang, Jawa
Barat. Materi yang digunakan data produksi yang diambil dari catatan produksi semen segar yang
berada di BIB Lembang. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sample yaitu
pengambilan sampel berdasarkan data yang ada di lokasi dengan menggunakan 9 ekor sapi
Simmental dengan umur yang sama serta memiliki catatan produksi 3 hari dan 4 hari
penampungan. Penelitian dilakukan dengan metode survei menggunakan Uji T untuk menganalisis
data interval penampungan 3 hari dan 4 hari. Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini,
yaitu motilitas spermatozoa, volume spermatozoa, dan konsentrasi spermatozoa dari semen
segar yang dikoleksi dengan interval 3 dan 4 hari. Hasil penelitian memperoleh hasil rataan
motilitas (%) semen sapi Simental dengan interval koleksi 4 hari 67.44 11.947 dan 3 hari 68.22
14.965, volume interval koleksi 4 hari 6.172 1.369 dan 3 hari 6.082 1.714, konsentrasi interval
koleksi 4 hari 1284 275.667 dan 3 hari 1268 376.355. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara interval koleksi 3 hari dengan interval 4
hari pada motilitas, volume dan konsentrasi spermatozoa pada taraf P<0,05. Hal ini karena masih
banyak faktor lain yang dapat memengaruhi kualitas semen selain interval koleksi, di antaranya
pakan, temperatur dan iklim, dan faktor utama yaitu genetik kualitas semen yang berbeda.

Kata Kunci : Semen segar sapi Simmental, interval koleksi, motilitas, volume, konsentrasi.

ABSTRACT
The purpose of this research was to determine the effect of semen collection interval on
fresh semen quality of Simmental bulls, and to know the best time collection interval to produce
of fresh semen quality of Simmental bulls. Nine Simmental bulls with the same age were used in
this experiment. Research method used was a survey by tracing production records of Simmental
bulls at the centre of Artificial Insemination in Lembang Bandung. All the bulls were collected
every three and four days interval periods for 3 weeks. The results showed that the average of the
spermatozoa motility, semen volume, and concentration of spermatozoa collected every 3 and 4
days were 68.22 14.965 vs 67.44 11.947; 6.082 1.714 vs; 6.172 1.369; 1268 376.355 vs
1284 275.667 million/ml, respectively. T-test showed that the semen quality collected every 3
and 4 days had no significant difference (P>0.05). It can be concluded that the quality of fresh
semen production collected every 3 and 4 days had the same good quality in term of motility,
volume and the concentration of sperm.

Key words: Simmental bulls fresh semen interval collection, motility, volume and concentration.

907
Ariefin Ade Prasetyo dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3):907-913, September 2013

PENDAHULUAN
Peningkatan populasi ternak termasuk sapi menuntut penyediaan sumber bibit, baik
sebagai ternak bibit maupun bakalan untuk penggemukan (Tolihere, 1997). Untuk meningkatkan
populasi ternak sapi diperlukan peningkatan efisiensi reproduksi dan fertilitas ternak (Hafez dan
Hafez, 2008).
Salah satu penghambat peningkatan populasi ternak sapi, yaitu rendahnya efisiensi
reproduksi karena sebagian besar berlangsung secara alamiah sehingga jumlah kelahiran relatif
rendah. Sebagaimana dikemukakan oleh Tambing (2001), bahwa produktivitas dari setiap hewan
domestik termasuk sapi tergantung pada kemampuan reproduksinya, ternak yang kecepatan
reproduksinya tinggi dan disertai dengan seleksi yang baik dalam perkawinannya akan dapat
meningkatkan produksi hasil ternaknya, dan inseminasi buatan (IB) merupakan salah satu cara
untuk mencapai peningkatan produktivitas tersebut. Selanjutnya Anonim (2005) menyatakan
bahwa bioteknologi IB merupakan salah satu alat dalam pelaksanaan kebijakan pemulihan secara
nasional.
Program IB merupakan suatu cara perkawinan yang lebih efisien dan efektif dalam
penggunaan semen pejantan untuk membuahi sapi betina dalam jumlah banyak, dan
menyebarkan bibit unggul dibandingkan dengan perkawinan alam (Tolihere, 1985). Keberhasilan
IB ditentukan oleh kualitas semen beku pejantan yang dipengaruhi oleh karakteristik semen
segarnya yang dapat dilakukan melalui evaluasi, baik makroskopis maupun mikroskopis. Kualitas
semen segar sangat dipengaruhi oleh frekuensi koleksi. Akan tetapi seberapa besar pengaruh
perbedaan kualitas jika semen dikoleksi 3 dan 4 hari masih perlu diteliti.
IB merupakan salah satu program yang digalakkan oleh pemerintah guna memperbaiki
mutu genetik dan produktivitas ternak sapi yang ada di Indonesia. Melalui teknologi IB potensi
pejantan unggul dapat dioptimalkan.

METODE
Materi yang digunakan adalah data produksi semen segar berupa catatan produksi dari
pejantan Simmental dengan berbagai umur yang dipelihara di Balai Inseminasi Buatan Lembang.
Metode penelitian adalah Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan
menggunakan dua sumber data. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil catatan produksi
semen, observasi atau pengamatan serta wawancara dengan pegawai BIB Lembang.
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah (1) motilitas (2) volume (3) konsentrasi.
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan menggunakan uji t.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian mengenai kualitas semen pada sapi Simmental dengan interval koleksi
berbeda yang meliputi motilitas, volume dan konsentrasi semen dapat dilihat pada penjelasan
berikut ini (Tabel 1).

Motilitas Spermatozoa
Motilitas adalah gerakan spermatozoa yang dinilai sesudah koleksi semen dan ditentukan
dari hasil rataan gerak spermatozoa dalam satuan persen (%), serta dapat dijadikan sebagai
indikator fertilitas spermatozoa yang digunakan sebagai ukuran kesanggupan spermatozoa untuk

908
Ariefin Ade Prasetyo dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3):907-913, September 2013

membuahi sel telur. Data gerakan individu (motilitas) diperoleh berdasarkan pengamatan yang
dilakukan secara manual di Laboratorium Uji Mutu Semen Balai Inseminasi Buatan Lembang,
Bandung, Jawa Barat. Rata-rata motilitas spermatozoa yang dihasilkan berdasarkan interval koleksi
yang berbeda (lihat pada Tabel 2).

Tabel 1. Rataan Parameter Semen Sapi Simmental


Interval Koleksi (hari)
Rata-rata tiap parameter
4 hari 3 hari
Motilitas (%) 67.44 11.947 68.22 14.965
Volume 6.172 1.369 6.082 1.714
Konsentrasi 1284 275.667 1268 376.355
ab
Superskrip yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).

Tabel 2. Rataan Motilitas Semen Sapi Simmental


Interval Koleksi Motilitas
(Hari) (%)
4 67.44 11.947
3 68.22 14.965

Hasil yang diperoleh yaitu dengan kisaran 67.44 68.22 %, hal ini menjelaskan bahwa
motilitas spermatozoa masih dalam kisaran normal, sebagaimana diungkapkan Toelihere (1979),
bahwa kebanyakan pejantan yang fertil memunyai 50 - 80% spermatozoa yang motil aktif
progresif. Hasil seperti ini sudah memenuhi syarat dalam proses pembuatan semen beku sesuai
SOP semen beku BIB Lembang (2011) minimal 60%, karena memunyai pergerakan yang baik yaitu
progresif. Sesuai pendapat Salisbury dan VanDemark (1985), syarat motilitas dalam proses
pembuatan semen beku yaitu dengan kisaran 50 80%.
Berdasarkan hasil pengamatan kualitas semen, pejantan Simmental memenuhi stadar
dalam proses pembuatan semen beku, hal ini sesuai dengan SOP semen beku BIB Lembang (2011),
bahwa kriteria minimum semen yang memenuhi syarat untuk pembuatan semen beku yaitu
volume 3ml, warna dan pH normal, konsistensi sedang, konsentrasi 600 juta/ml, gerakan
massa ++ dan motilitas lebih dari 60%.
Hasil pengamatan statistik uji t menunjukkan bahwa rataan motilitas pada koleksi 4 hari
yaitu 67.44 11.947 %, sedangkan pada koleksi 3 hari rataan motilitasnya adalah 68.22 14.965
%. Dari hasil ini dapat diartikan bahwa pengaruh antara interval koleksi 3 hari dengan koleksi 4
hari sangat kecil, sehingga hasil yang diperoleh yaitu tidak berbeda nyata. Perbedaan dari hasil
evaluasi kemungkinan karena proses spermatogenesis belum sempurna akibat interval koleksi
yang dilakukan terlalu sering. Kondisi ini dapat menyebabkan hasil yang tidak maksimal, sehingga
spermatozoa yang dihasilkan sedikit dan banyak terdapat cairan dari kelenjar accessories. Selain
itu karena faktor yang menentukan kualitas semen di antaranya umur, musim, temperatur, libido,
pakan, metode koleksi dan frekuensi koleksi. Semakin panjang waktu interval pada proses koleksi
akan memengaruhi motalitas pada semen.

909
Ariefin Ade Prasetyo dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3):907-913, September 2013

Volume Semen
Volume semen adalah banyaknya semen hasil koleksi yang umumnya berkisar antara 5 - 8
ml/ejakulat. Volume semen sendiri merupakan cairan semen yang diperoleh dalam setiap
ejakulasi, yang merupakan sekresi dari alat kelamin jantan, semen terdiri dari dua bagian yaitu
spermatozoa yang diproduksi tubuli seminiferi, dan plasma semen yang dihasilkan oleh kelenjar
pelengkap yaitu kelenjar vesikularis. Volume adalah salah satu standar minimum untuk evaluasi
kualitas semen yang akan digunakan untuk IB. Volume semen sapi potong berkisar antara 4 - 6
ml/ejakulasi (Bearden dan Fuquay, 1984). Sifat semen dipengaruhi oleh umur pejantan dan
interaksi antara umur dengan interval koleksi. Rata-rata volume sperma yang dihasilkan
berdasarkan interval koleksi yang berbeda (lihat pada Tabel 3).

Tabel 3. Rataan Volume Semen Sapi Simmental


Interval Koleksi Volume
(Hari) (ml)
4 6.172 1.369
3 6.082 1.714

Hasil penelitian yang diperoleh Sesuai Standar Operasional (SOP) semen beku BIB Lembang
(2011), volume semen yang digunakan 3 ml. Garner dan Hafez (2000) menyatakan, volume
semen sapi berkisar antara 5 8 ml/ejakulasi. Asumsi peneliti bahwa interval koleksi yang berbeda
akan menyebabkan perbedaan pada volume sapi Simmental, namun analisis statistik
menunjukkan tidak ada pengaruh perlakuan perbedaan interval koleksi terhadap volume semen
sapi Simmental, karena perbedaan perlakuan sangat kecil pengaruhnya. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu metode koleksi dan frekuensi ejakulasi pejantan yang relatif sama, sehingga
menyebabkan volume semen yang dihasilkan relatif sama serta spesies ternak yang sama. Hasil
penelitian ini sesuai dengan pendapat pernyataan Hafez (1993) bahwa volume sapi pejantan
sebanyak 5 - 8 ml. Metode koleksi semen dan frekuensi ejakulasi pejantan yang relatif sama tidak
menyebabkan perbedaan volume semen yang dihasilkan antar bangsa. Toelihere (1985)
menyebutkan bahwa metode vagina tiruan umum digunakan untuk koleksi semen karena lebih
mendekati bentuk vagina alami, sehingga kualitas semen yang diejakulasikan lebih optimal.
Pada umumnya ternak sapi muda memunyai ukuran tubuh lebih kecil dan produksi semen
dengan volume yang lebih sedikit. Frekuensi ejakulasi yang sering mengakibatkan rata-rata volume
semen yang dihasilkan rendah (Hafez, 1993). Sumeidiana et al. (2007) menyatakan bahwa metode
koleksi dan frekuensi ejakulasi pejantan yang relatif sama tidak menyebabkan perbedaan volume
semen yang dihasilkan. Sumeidiana et al. (2007) melaporkan bahwa, frekuensi ejakulasi
memengaruhi volume semen, ejakulasi 2 kali sehari setiap 2 4 hari mampu menghasilkan volume
semen yang optimal. Frekuensi ejakulasi yang terlalu sering dalam satuan waktu yang relatif
pendek cenderung akan menurunkan libido, volume semen dan jumlah spermatozoa per ejakulasi
(Toelihere, 1993). Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan berbedanya volume semen
meskipun sangat kecil yaitu adaptasi dengan iklim Indonesia, keadaan di tempat koleksi semen
dan waktu koleksi semen.

910
Ariefin Ade Prasetyo dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3):907-913, September 2013

Konsentrasi Spermatozoa
Konsentrasi spermatozoa yaitu jumlah spermatozoa yang terkandung dalam satu ejakulasi.
Penilaian konsentrasi sangat penting, karena digunakan untuk menentukan jumlah pengenceran
semen. Konsentrasi spermatozoa berhubungan erat dengan konsistensi dari semen. Dalam hal ini
konsentrasi spermatozoa dapat dihitung dengan menggunakan spectrophotometer. Dengan alat
ini jumlah spermatozoa ditentukan berdasarkan kekeruhan dari sampel semen. Rata-rata
konsentrasi spermatozoa yang dihasilkan berdasarkan interval koleksi yang berbeda dapat dilihat
pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Konsentrasi Semen Sapi Simmental


Interval Koleksi Konsentrasi
(Hari) (x 106/ml)
4 1284 275.667
3 1268 376.355

Hasil yang diperoleh termasuk dalam kisaran normal yaitu berkisar antara 1188 1618
juta/ml semen, SOP semen beku BIB Lembang (2011) menyatakan bahwa konsentrasi semen
minimal 600 juta/ml semen. Analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh perbedaan
interval koleksi terhadap konsentrasi spermatozoa sapi Simmental. Sumeidiana et al. (2007)
menyatakan bahwa, konsentrasi spermatozoa yang relatif sama mungkin disebabkan oleh adaptasi
dengan lingkungan tropis, frekuensi ejakulasi, metode koleksi semen sehingga konsentrasi sperma
yang dihasilkan juga tidak berbeda.

SIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan tentang kualitas
semen segar Inseminasi Buatan Lembang, disimpulkan bahwa interval koleksi 3 hari dengan
interval 4 hari tidak menunjukkan adanya perubahan pada motilitas, volume dan konsentrasi
spermatozoa.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya.
Dekan Fakultas Peternakan UNSOED yang telah memberikan ijin dilakukannya penelitian ini, Prof.
Dr. Ir. SNO Suwandyastuti, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama kuliah, Prof. Dr. Ir. Taswin R. Tagama, S.U., dan Ir. Dadang M. Saleh,
M.S., M. Agr. Sc., Ph.D., yang telah memberikan perhatian, nasehat, arahan, dan bimbingan
selama kuliah dan penelitian maupun dalam penyusunan skripsi.. Bapak, Ibu, dan kakak serta
keluarga besar terima kasih atas pengorbanan, doa dan kasih sayang yang tiada tara sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana peternakan. Tim satu
penelitian, teman-teman angkatan 2009 serta semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.

911
Ariefin Ade Prasetyo dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3):907-913, September 2013

DAFTAR PUSTAKA
Arifiantini, R.I., Ferdian F. 2006. Tinjauan Aspek Morfologi dan Morfometri Spermatozoa Kerbau
Rawa (Bubalus bubalis) yang Dikoleksi Dengan Teknik Masase. Jurnal Veteriner
Balai Inseminasi Buatan Lembang. 2011. Penampungan Semen, Bandung
Bearden, H. J. and J. W Fuquay. 1984. Applied Animal Reproduction. 2nd edition. Reston
Publishing Company, Inc, Virginia
Garner, D. L and Hafez, E. S. E. 2000. Spermatozoa and seminal plasma. In: Reproduction in farm
animals. Ed-7. Edited by E. S. E. Hafez and B. Hafez. Lippincott Williams and Wilkins.
Philadelphia
Hafez E.S.E. 1993. Anatomy of male reproduction In. E.S.E Hafez (Ed). Reproduction in Farm
Animals. Sixth Edition, Lea and Febiger, Philadelphia
Hafez, E. S. E. dan B. Hafez. 2008. Semen Evaluation in Reproduction In Farm Animals. 7th edition.
Lippincott Wiliams and Wilkins. Maryland, USA
Januskauskas, A. and H. Zilinskas. 2002. Bull Semen Evaluation Post-Thaw and Relation of Semen
Characteristics to Bull s Fertility. Journal Veterinarija Ir Zootechnica. www. lva.lt. Tanggal
akses : 8 September 2008
Mathevon, M., M. Buhr and J. C. M. Dekkers. 1998. Environmental, Management and Genetic
Factors Affecting Semen Production in Holstein Bulls. Journal Dairy Science 81 :3321-
3330
Raka, IGP N. 2011. Peningkatan Kapasitas Bib Lembang dalam Mendukung PSDSK 2014. Warta
BIB. Edisi 02. BIB Lembang. Bandung
Salisbury, G.W., dan N.L. VanDemark, 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh R. Djanuar)
Situmorang, P. 2002. The Effects of Inclusion of Exogenous Phospolipid In Tris-Diluent Containing A
Different Level of Egg Yolk on the Viability of Bull Spermatozoa. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor
7 (3) : 131-187
Sukmawati, Eros. 2011. Evaluasi Produksi Dan Produktivitas Pejantan BIB Lembang Tahun 2011.
Warta BIB. Edisi 02. BIB Lembang. Bandung
Sumeidiana, I., S. Wuwuh, dan E. Mawarti. 2007. Volume Semen dan Konsentrasi Sperma Sapi
Simmental, Limousin dan Brahman di Balai Inseminasi Buatan Ungaran. Universitas
Diponegoro Semarang
Susilawati, T., P. Srianto, Hermanto dan E. Yuliani. 2003. Inseminasi Buatan Dengan Spermatozoa
Beku Hasil Sexing Pada Sapi Untuk Mendapatkan Anak Dengan Jenis Kelamin Sesuai
Harapan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang
Talib, C. dan A.R. Siregar. 1999. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pedet PO dan
crosbreednya dengan Bos indicus dan Bos taurus dalam pemeliharaan tradisional. Proc.
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1-2 Desember 1998. hal. 200-207
Tambing SN, Toelihere MR, Yusuf TL, Sutama IK. 2001. Kualitas semen beku kambing peranakan
Etawah setelah ekuilibrasi. Hayati 8:70-75
Toelihere, M.R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung
_______, M.R. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung

912
Ariefin Ade Prasetyo dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3):907-913, September 2013

_______, M. R. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa Bandung


_______, M.R. 1997. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa. Bandung
Triwulanningsih, E., Situmorang P., Sugiarti, T., Sianturi, RG., Kusumaningrum DA. 2003. Pengaruh
Penambahan Gluthatione Pada Medium Pengencer Sperma Terhadap Kualitas Semen
Cair. JITV Vol. 8. No. 2. Th. 2003
Turman EJ, Rich TD. 2010. Reproductive tract anatomy and physiologi of the bull. Extension beff
cattle resource committee. Beef cattle handbook
Wahyu, Jemi. 2008. Manajemen Mutu Semen Beku Sapi di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang
Bandung (Semen Beku Sapi Ongole dan Frisian Holstein). Skripsi. IPB. Bogor

913

Anda mungkin juga menyukai