Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang sangat besar. Manusia
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menggunakan rasa, karsa dan dayacipta
yang dimiliki.Salah satu bidang iptek yang berkembang pesat saat ini adalah teknologi reproduksi.
Teknologi Reproduksi adalah ilmu reproduksi atau ilmu tentang pengembangbiakan yang
menggunakan peralatan serta prosedur tertentu untuk menghasilkan suatu produk (keturunan).
Salah satu teknologi reproduksi yang telah banyak dikembangkan adalah inseminasi buatan.
Inseminasi buatan (kawin suntik) adalah prosesmemasukan sel sperma hewan jantan ke alat
reproduksi hewan betina dengan bantuan alatsuntik. Inseminasi buatan biasanya dilakukan pada
hewan ternak misalnya padasapi,domba,kambing atau kerbau dan proses ini harus dilakukan pada
masa perkawinan hewan tersebut, selain itu inseminasi buatan dilakukan juga pada hewan yang
bersifat sehat dan unggul agar mendapatkan keturunan yang dimiliki sifat unggul juga. Inseminasi
buatan merupakan terjemahan dari artificial inseminanation yang berarti memasukan cairan
semen(plasma semen) yang mengandung sel-sel kelamin pejantan (spermatozoa) yang
diejakulasikan melalui penis pada waktu terjadi kopulasi atau penampungan semen.

Usaha untuk mempertahankan kualitas semen dan memperbanyak hasil sebuah ejakulasi
dari jantan unggul adalah dengan melakukan pengencaran semen menggunakan beberapa bahan
pengencer. Untuk kebutuhan beberapa karbohidrat sederhana sebagai sumber energi dalam
pengencer dapat dipenuhi dengan pengunaan madu, ekstra melon dan syarat. Syaratnya adalah
harus dapat menyediakan nutrisi bagi kebutuhan spermatozoaselama penyimpanan ,harus
memungkinkan sperma yang dapat bergerak secara progresif, tidak bersifat racun bagi sperma,
menjadi penyangah bagi sperma,dapat melindungi sperma dari kejutan dingi (cold shoc) baik
untuk semen beku maupun semen cair. Kejadian yang dapat merusak dan menurunkan viabilitas
spermatozoa selama proses penyimpanan dan pembawa materi genetik ternak (sel gamet) dengan
teknik kreopreservasi yaitu kejutan dingin (cold shoc) dan pembentukan kristal-kristal es.
Pembentukan ristal-kristal es berkaitan erat dengan perubahan tekanan osmotik dalam fraksi yang
tidak beku (Rozi,Bahru.2004). Pengaruh pembentukan kristal-kristal es terdapat pembawa genetik
ternak selama proses krio preservasi dapat dilihat pada sel spermatozoa dan sel telur. Pada sel
spermatozoa dapat menyebabkan penurunan motilitas dan viabilitas spermatozoa, peningkatan
pengeluaran enzim-enzim intraseluler ke ekstra seluler dan dan kerusakan pada organel-organel
sel,seperti mitokondria. Sumber energi mitokodria berperan untuk menggertak mikro tubuh
sehingga terjadi pergesekan diantara mikro tubuh sehingga spermatozoa dapat bergerak secara
bebas (motil).

1
1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini diantaranya :

1. Mengenal cara-cara evaluasi semen secara makroskopis

2. Mengenal cara-cara evaluasi semen secara mikroskopis

3. Untuk mengetahui cara inseminasi buatan ternak

1.3 Kegunaan Praktikum

Adapun kegunaan dari praktikum adalah dapat menjadi pedoman bagi praktikan untuk
kedepannya agar bisa mengaplikasikan ke masyarakat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Makroskopis

Evaluasi kualitas semen adalah salah satu upaya pendekatan untuk mengetahui fertilitas
sapi pejantan, walaupun tidak ada uji yang akurat untuk mengukur tingkat fertilitas (Ax et al.,
2000). Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen banyak dilakukan namun hanya sedikit yang
berdampak pada fertilitas. Saat ini, evaluasi parameter semen yang umum diaksanakan di produsen
semen beku diantaranya motilitas, konsentrasi, dan viabilitas (Moradpour, 2019). Penilaian
kualitas semen dapat dilakukan dengan 2 pemeriksaan yaitu pemeriksaan secara makroskopis dan
mikroskopis (Susilawati, 2011).

Uji Makroskopis meliputi empat parameter yaitu volume, warna, kekentalan dan pH. Pada
umumnya volume semen bervariasi berdasarkan bangsa ternak yaitu sekitar 1-15 ml (Garner dan
Hafez, 2000; Centola, 2018). Semen sapi dapat berwarna putih susu atau kekuning-kuningan yang
disebabkan oleh kandungan riboflavin dalam semen. Warna semen bisa saja tidak tergolong warna
di atas yang menandakan adanya ketidaknormalan pada semen tersebut. Warna yang tergolong
jernih sebagai indikasi konsentrasi spermatozoa dalam semen terlalu rendah. Warna hijau
bercampur kekuning-kuningan disebabkan oleh Pseudomonas aerginosa. Jika warna merah
muda/gelap menandakan adanya darah yang tercampur dalam semen. Semen sapi memiliki pH
kisaran 6,2 sampai dengan 6,8 (Ismaya, 2014). Volume tidak berkaitan langsung dengan kualitas
spermatozoa, namun evaluasi volume semen sangat penting dalam mengetahui konsentrasi
spermatozoa per ejakulasi (Moradpour, 2019).

2.2 Uji Mikroskopis

Uji mikroskopis terdiri dari uji motilitas, konsentrasi, viabilitas (persentase hidup) dan uji
morfologi (abnormalitas spermatozoa) (Susilawati, 2011). Motilitas dan konsentrasi merupakan
parameter yang paling penting dalam penilaian kualitas semen (Centola, 2018). Motilitas
merupakan parameter umum dalam menandakan kemampuan fungsional dari sel spermatozoa
yang berperan penting dalam keberhasilan fertilisasi (Centola, 2018; Moradpour 2019). Motilitas
berkorelasi positif dengan morfologi dan kekuatan membran sel (Moradpour, 2019). Pengukuran
motilitas spermatozoa adalah mengestimasi viabilitas spermatozoa dan kualitas kemampuan
bergerak spermatozoa untuk mencapai ovum. Pengukuran motilitas dilakukan dengan meletakan
satu tetes semen di atas gelas objek lalu diamati dengan mikroskop dengan pembesaran 200x
sampai 400x. Keahlian dan pengalaman dari peguji menentukan akurasi estimasi tingkat motilitas
spermatozoa. Nilai motilitas semen segar pada sapi yang dinyatakan baik adalah 70-90%. Motilitas
spermatozoa dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya umur ternak, kondisi medis, temperatur
lingkungan dan polusi (Jaenudeen dan Hafez, 2000; Centola, 2018).

3
Konsentrasi spermatozoa adalah banyaknya spermatozoa per unit dalam satuan volume
atau per satu milliliter semen (Ismaya, 2014; Centola, 2018). Menurut Garner dan Hafez (2000)
konsentrasi sapi pejantan berkisar 800 sampai dengan 2000 juta sel spermatozoa/ml. Penilaian
konsentrasi spermatozoa tiap milliliter sangat penting, karena faktor ini digunakan sebagai kriteria
penentu kualitas semen dan menentukan tingkat pengenceran pada pembuatan semen beku.
Konsentrasi spermatozoa bisa dihitung dengan menggunakan haemositometer, colorimeter, atau
spectrophotometer (Susilawati, 2011).

Penilaian abnormalitas sperma penting bagi analisis semen karena sangat mempengaruhi
kualitas semen. Abnormalitas spermatozoa dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu
abnormalitas pada kepala, bagian tengah dan ekor. Abnormalitas pada kepala seperti terlalu besar
atau kecil, runcing atau tumpul, kepala dua, kerusakan akrosomal dan amorf. Abnormalitas pada
bagian tengah seperti bagian leher yang tebal atau tipis, ekor tidak berada di tengah bagian leher,
atau leher yang bengkok. Sedangkan abnormalitas pada ekor seperti ekor bengkok, ekor pendek,
atau melingkar dari ujung ekor (Centola, 2018).

2.3 Inseminasi Buatan (IB)

Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan
mani (Sperma atau Semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal
dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat
khusus yang disebut 'insemination gun'. Inseminasi Buatan(IB) pada hewan peliharaan telah lama
dilakukan sejak berabad-abad yang lampau. Perkawinan alami merupakan perkawinan dimana
pejantan memancarkan Sperma langsung ke dalam alat reproduksi betina secara langsung, tanpa
perantara alat buatan. Perkawinan terjadi secara alami dimana pejantan lebih agresif sedangkan
betina bersifat Responsif (menunggu). Namun terkadang perkawinan alami memiliki banyak
kendala, seperti terbatasnya kemampuan pejantan dalam membuahi sejumlah betina, Motilitas
Sperma yang dikeluarkan pejantan saat perkawinan, respon betina yang terkadang mengeluarkan
kembali Sperma yang telah masuk dan lain sebagainya, sebenarnya cara ini lebih efektif dan paling
banyak dilakukan para peternak terutama masyarakat tradisional (Feradis, 2010).

4
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1 Materi Prktikum

• Alat Praktikum
1. Alat Penjepit
2. Mikroskopist
3. Waterbath
4. Andrometh/ Aquades
5. Spektofotometer
6. Reagon Naci Fisirlos

• Bahan Praktikum
1. Sapi Limosin
2. Sapi Brangus
3. Sapi Simental
4. Nhcl

3.2 Metode Praktikum

➢ Morting 3x – 2x Di Siram Dengan Nhcl Presentasi 1x1


➢ Suhu Fagina Buatan 42 – 44 ͦC
➢ Pemeriksaan Secara Mikroskopis Dan Makroskopis
➢ Setelah Pengambilan Sampel Kita Mengamati
➢ Menetralkan Suhu Dari Luar Setelah Pengambilan Sampel
➢ Proses Pengambilan Sampel Dari Luar Ke Dalam Harus Di Pastikan Suhunya Tetap,
Biasanya Suhu Sperma Pada Sapi Itu Sendiri 32 ͦC Dengan Alat Waterbath
➢ Sampel Di Masukan Kedalam Alat Mikroskopis (Di Periksa)
➢ Pemeriksaan Sperma, Ambil Pengencer Masukan Ke Dalam Tabung Reaksi Lalu
Angkat Sampel Kemudian Amati Secara Mikroskopis .
➢ Pada Sampel Terdapat Dua Gerakan Yaitu Gerkan Massal ( Pergerakan Awal ) Dan
Gerakan Individu ( Mengamati Normal Dan Apnormalitas Sperma )
➢ Selanjut Nya Pemeriksaan Konsentrasi Dan Abnormalitas Menggunaka Alat
Spektofotometer
➢ Dan Di Lakukan Proses Disinfektan/ Pemberihan Mkenggunakan NHCL

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Tabel Sistem Mutu Evaluasi Pemeriksaan Semen Segar.


WAK KONSENT
MAKROSKOPIS MIKROSKOPIS KETERN
TU RASI
PEJANT GAN
N PENAMPUN
AN Grk.
O GAN KE Volu Grk.
/KODE p Konsi War Indivi Motili
/Wita me Mas ×10³/ml
H st. na du ty
(ml) sa
(%)
6, Sedan Tidak
1 Tambora 7.5 I 3,5 PK + 1 30 1.063
2 g memenuhi.

4.2 Pembahasan

Nutrisi pakan Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas semen adalah pemberian
ransum dengan nilai nutrisi yang baik. Salah satu mineral yang harus ada dalam ransum untuk
meningkatkan reproduksinya dan mampu mengatasi infertilitas adalah mineral Zn. Proses
pembentukan spermatozoa terjadi di dalam tubuli seminiferitestes yang dikenal sebagai proses
spermatogenesis. Siklus spermatogenesis pada ternak terdiri atas dua tahapan; yaitu
spermatositogenesis dan spermiogenesis. Pada proses ini diperlukan mineral Zn dan vitamin E.
Namun, suplementasi Zn tidak berpengaruh terhadap volume semen, RNA, konsistensi, pH, daya
hidup, maupun normalitas sperma (Widhyari,S. dkk.2015).

4.1 Pemeriksaan Secara Makroskopik

4.1.1 Volume

Volume semen paling besar terdapat pada kelompok sapi yang berumur kurangdari
2 tahun, kemudian pada saat memasuki umur 2-3 tahun volume semen berkurang. Hal ini
tidak sesuai dengan teori Salisbury dan Van Demark (1985) yang menyatakan bahwa
volume semen akan bertambah sesuai umur. Kondisi semen sapi Jawa yang mengalami
penurunan dari umur <2 th menuju 2-3 th tersebut, yaitu karena pada saat memasuki umur
1 tahun, sapi jantan mengalami masa pubertas, sesuai dengan pendapat Nuryadi (2000)
bahwa proses spermatogenesis berlangsung pertama kali ketika sapi berumur 10-12 bulan,
pada masa inilah nutrisi pakan yang masuk dalam tubuh digunakan secara optimal untuk
pembentukan sel-sel kelamins, termasuk untuk memproduksi sperma. Selanjutnya pada
umur 2-3 tahun sapi mengalami dewasa tubuh sehingga sebagian besar nutrisi pakan yang
diserap di dalam tubuh digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh. volume semen sapi
Jabres berkisar 3,2 – 7,3ml (Hartant et al . 2012)

4.1.2 Warna

6
Warna semen segar sapi bangsa Limousin dan Simmental dikategorikan dalam
empat warna yaitu cream, putih susu, kuning dan abnormal. Warna putih susu dari semen
segar pada kedua bangsa tersebut didukung oleh pendapat Sugiarto et al. (2014) dan
Wahyudi et al. (2016) menyatakan bahwa warna semen segar sapi Limousin adalah putih
susu sedangkan pemeriksaan warna semen segar pada sapi Simmental adalah warna putih
susu (Wiratri et al., 2014). Warna semen putih susu masih dikatakan normal, hal ini
didukung oleh pendapat Feradis (2010), bahwa semen sapi normal berwarna putih susu
atau krem keputihan dan keruh,

4.1.2 pH

Rata-rata pH kedua bangsa ini tergolong dalam keadaan normal karena berada pada
kisaran 6,4-7,8 (Garner dan Hafez, 2000). Hal ini juga didukung dengan pendapat
Arifiantini (2012) bahwa derajat keasaman semen mamalia berkisar antara 6- 7,5.
Pada umumnya, sperma sangat aktif dan tahan hidup lama pada pH sekitar 7,0.
Motilitas partial dapat dipertahankan pada pH antara 5 sampai 10. Walaupun sperma segera
dimobiliser oleh kondisi-kondisi asam, pada beberapa spesies dapat dipulihkan kembali
apabila pH dikembalikan ke netral dalam waktu satu jam. Sperma kualitas pakan adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi pH semen.Secara makroskopis, segar mempunyai
pH 6,8; volume 5,72 ml

4.1.3 Konsistensi

Konsistemsi merupakan derajat kekentalan yang dapat diperiksa dengan


menggoyangkan tabung berisi semen. Konsistensi semen terdiri dari encer, sedang, dan
kental. Apabila semen yang digoyangkan gerakanya lamban maka konsistensinya kental,
tetapi jika mengalir cepat makan konsistensinya encer.

4.1.4 Bau

Pegang tabung semen pada posisi tegak lurus. Dekatkan tabung ke bagian muka
pemeriksa dan lewatkan mulut tabung tersebut di bawah lubang hidung. Pada saat
melewati lubang hidung, tarik nafas perlahan sampai bau semen tercium.Semen yang
normal, pada umumnya, memiliki bau amis khas disertai dengan baudari hewan itu sendiri.
Bau busuk bias terjadi apabila semen mengandung nanahyang disebabkan oleh adanya
infeksi organ atau saluran reproduksi hewan jantan.

4.2 Pemeriksaan Secara Mikroskopik

4.2.1 Persentase Motilitas Spermatozoa

Sapi dewasa menghasilkan volume semen yang lebih tinggi dibandingkan dengan
sapi umur muda, serta makin banyak frekuensi penampungan makin rendah volume semen
per ejakulat yang diperoleh. Pengamatan gerakan individu dilihat dengan mikroskop,
dihitung di semua lapangan pandang. Metode pewarnaan eosin 2% adalah metode yang

7
dilakukan dalam pemeriksaan persentase hidup spermatozoa. Semen segar yang dapat
diproses lebih lanjut menjadi semen beku adalah semenyang memiliki gerakan masssa ++.
Standarisasi semen segar untuk dapat diproses lebih lanjut menjadi semen beku adalah
memiliki motilitas ≤ 70% (Standa rOperasional Pelayanan BIB Sidomulyo Ungaran, 2011)

4.2.2 Konsentrasi Spermatozoa

Semakin tinggi kelompok umur sapi aceh makin tinggi konsentrasi spermatozoa
yang diperoleh.. Perbedaan konsentrasi spermatozoa ini diduga disebabkan karena kualitas
genetika pada masing-masing pejantan. Konsentrasi spermatozoa dipengaruhi oleh umur
pejantan dan mempunyai kecenderungan untuk meningkat seiring dengan meningkatnya
umur sampai 22 bulan. menyatakan bahwa motilitas semen segar selama penyimpanan
pada temperatur ruang dapat mengalami penurunan disebabkan oleh aktivitas spermatozoa
yang menghasilkan asam laktat. Akumulasi asam laktat berlebih akan bersifat toksik pada
spermatozoa.

4.2.3 Abnormalitas Spermatozoa

Abnormalitas spermatozoa merupakan kelainan fisik dari spermatozoa yang terjadi


karena pada saat proses pembentukan spermatozoa dalam tubul isemini feri maupun karena
proses perjalanan spermatozoa melalui saluran-saluranorgan kelamin jantan. Tingginya
persentase spermatozoa abnormalitas pada ejakulat ke-3 kemungkinan disebabkan oleh
berbagai faktor, seperti stres, genetika, gangguan pada tubuli seminiferi, dankondisi
lingkungan yang tidak sesuai. Selain itu abnormalitas sel spermatozoa dapat terjadi pada
saat pembentukan spermatozoa dan selama penangan semen baik selama dan setelah
koleksi.

Menurut Herdiawan (2004) bahwa abnormalitas spermatozoa dapat diakibat oleh


terjadinya perubahan fisik media hidupnya, berupa perubahan tekanan osmotik. Peristiwa
tersebut dapat menyebabkan perubahan struktur spermatozoa seperti bentuk spermatozoa
dengan ekor yang bengkok atau kepala terlepas. Semakin lama waktu penyimpanan,
persentase hidup spermatozoa makin menurun kualitasnya. Selama satu menit
penyimpanan nilai persentase hidup spermatozoa menurun sebanyak 0,603%. Pada
mikroskop sel-sel spermatozoayang hidup ditandai dengan tidak atau sedikit sekali
menyerap zat warna, sedangkan sel-sel yang mati akan menyerap zat warna karena
membran seltidak aktif. Rizal dan Herdis (2008) menyatakan bahwa zat pewarna dapat
melewati membrane plasma sel tersebut tanpa hambatan. Plasma selspermatozoa yang
sudah mati tidak lagi berfungsi sebagai membran aktif yang bersifat semipermiabel (dapat
melewatkan beberapa senyawa secara difusi bebas, tetapi tidak terhadap senyawa lain).

4.2.4 Persentase Spermatozoa Hidup.

8
Persentase spermatozoa hidup merupakan salah satu parameter penentu kualitas
semen karena dari persentase spermatozoa hidup dapat diketahui berapa persen
spermatozoa yang hidup. Nilai persentase spermatozoa hidup berhubungan erat dengan
kemampuan fertilisasi spermatozoa. Bila nilai persentase spermatozoa hidup tinggi maka
kemampuan fertilitas akan tinggi. Penentuan spermatozoa yang hidup dapat dilakukan
dengan pewarnaan eosin negrosin, kemudian diamati menggunakan mikroskop perbesaran
400x. Bila semen dicampur dengan zat warna tersebut maka spermatozoa hidup tidak akan
menyerap warna.

• Gerakan Massa
gerakan massa digolongkan sangat baik (+++) jika terlihat adanya gelombang besar,
banyak, gelap, tebal dan aktif seperti gumpalan awan hitam dekat waktu hujan yang
bergerak secara cepat berpindah-pindah tempat, baik (++) bila terapat gelombang-
gelombang kecil tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak lamban, kurang baik (+) jika tidak
terlihat gelombang melainkan gerakan-gerakan individual aktif progresif dan buruk (0) bila
hanya sedikit ada gerakan-gerakan individual (Arifiantini, 2012).

• Gerakan Individu
adalah penilaian gerakan spermatozoa secara individual, baik kecepatan atau
perbandingan antara yang berferak aktif progresif dengan gerakan-gerakan spermatozoa
yang lainnya (Arifiantini, 2012). Gerakan individu spermatozoa yaitu progresif atau gerak
maju yang merupakan gerak terbaik, gerak mundur dan gerak melingkar sering merupakan
tanda-tanda cold shock, gerakan berayun atau berputar-putar ditempat sering terlihat pada
semen yang tua dan berhenti bergerak atau mati (Susilawati, 2011). Semen segar yang baik
dan memenuhi syarat untuk diproses menjadi semen beku harus memenuhi persentase
spermatozoa motil minimum 65-70% (Rizal dan Herdis, 2008).

4.3 inseminasi Buatan

Inseminasi buatan adalah teknik di mana sperma penjantan diambil lalu dimasukkan kealat
reproduksi hewan betina di waktu yang tepat dengan bantuan beberapa instrumen. Pada prosesnya,
sperma ditempatkan di serviks atau uterus dengan kondisi higenis tingkat tinggi. Inseminasi buatan
sebenarnya bukan satu-satunya metode untuk membuat hewan betina hamil, tapi teknik ini
dianggap sebagai teknik terbaik untuk regenerasi hewan ternak. Dengan mengadopsi inseminasi
buatan, penyakit gen di peternakan bisa direduksi karena kualitas sperma dapat dipilih. Insimansi
buatan didefinisikan sebagai proses memasukkan semen kedalam organ reproduksi betina dengan
menggunakan alat insiminasi. Prosesnya secara luas mencangkup penampungan semen,
pengenceran dan pengawetan semen sampai pada deposisi semen kedalam saluran reproduksi
betina (Hafez, and M. E. Bellin, 2000). Selanjutnya dikemukakan bahwa bila dibandingkan dengan
perkawinan secara alami, IB memiliki banyak keuntungan walaupun ada kelemahannya.
Keuntungannya adalah dapat mempercepat penyebaran dan peningkatan mutu genetic ternak.
Melalui penggunaan bioteknologi IB, efisiensi penggunaan pejantan unggul yang terbatas
jumlahnya dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan semen secara optimal.
9
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Semen sapi dapat berwarna putih susu atau kekuning-kuningan yang disebabkan oleh
kandungan riboflavin dalam semen. Warna semen bisa saja tidak tergolong warna di atas yang
menandakan adanya ketidaknormalan pada semen tersebut. Warna yang tergolong jernih sebagai
indikasi konsentrasi spermatozoa dalam semen terlalu rendah. Jika warna merah muda/gelap
menandakan adanya darah yang tercampur dalam semen.
Motilitas dan konsentrasi merupakan parameter yang paling penting dalam penilaian kualitas
semen . Konsentrasi spermatozoa adalah banyaknya spermatozoa per unit dalam satuan volume
atau per satu milliliter semen .

5.2 SARAN

Sebaiknya pada saat praktikum di laksanakan dosen pembibing atau pengajar untuk mata
kuliah ini bisa ikut pada saat praktikum agar praktikan mudah bertanya terkait pertanyaan yang
mungkin melibatkan dosen.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ax R.L., M. Dally, B.A. Didion, R.W. Lenz, C.C. Love, D.D. Varner, B. Hafez, dan M.E. Bellin.
2000. Semen Evaluation. Dalam : Hafez E.S.E (ed). Reproduction in Farm Animals
7th Ed. Lippincott Williams & Wilkins, USA.

Centola, G. M. 2018. Semen Analisys. In. Skinner, M. K (ed). Encyclopedia of Reproduction.


Publisher Elsevier Science Publishing Co Inc, USA.

Garner D.L., dan E.S.E. Hafez. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. Dalam : Hafez E.S.E (ed).
Reproduction in Farm Animals 7th Ed. Lippincott Williams & Wilkins, USA.

Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.

Jaenudeen M.R., dan E.S.E. Hafez. 2000. Cattle and Buffalo. Dalam : Hafez E.S.E (ed).
Reproduction in Farm Animals 7th Ed. Lippincott Williams & Wilkins, USA.

Moradpour F. 2019. Review on animals semen characteristics: fertility, reproduction and


development. Asian J. Adv. Agric. Res. 10 (2): 1-9.

Susilawati, T. 2011. Spermatology. UB Press, Malang.

11

Anda mungkin juga menyukai