Anda di halaman 1dari 5

Nama : - Aulia Dinyati L.

(108) Mata Kuliah : Praktikum Fisiologi Hewan


- Farhan Wahyu F. (86) Hari, tanggal : Jum’at, 5 Juni 2020
- Hanifa Maulia H. (94) Dosen : Fahri Fahrudin, M.Si
- Mudrikah Nurul H. (100) Asisten : - Dany Ari Febrian
Kelompok : 1 (4C_2) - Royhana

PENGAMATAN MOTILITAS SPERMA MANUSIA DAN HEWAN

I. Tujuan Pengamatan
1. Mengamati motilitas spermatozoa
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motilitas sperma
3. Mengetahui spermatozoa mencit normal dan abnormal

II. Teori Singkat


A. Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi merupakan sekelompok komponen reproduksi yang bergabung
untuk mencapai suatu tujuan. Reproduksi dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup untuk
mempertahankan generasinya. Reproduksi pada makkluk hidup dibagi menjadi dua, yaitu
reproduksi seksual dan reproduksi aseksual. Reproduksi aseksual merupakan proses
menghasilkan keturunan tanpa adanya peleburan ovum dengan sel sperma. Reproduksi
aseksual terjadi melalui fusi,budding (pertunasan) dan fragmentasi. Fusi (fission)
merupakan cara reproduksi aseksual dengan pemisahan organisme menjadi dua individu
yang berukuran sama. Budding (pertunasan) merupakan cara reproduksi dengan indvidu-
individu baru yang dikeluarkan dari dalam tubuh induknya. Fragmentasi merupakan cara
reproduksi dengan mematahkan sebagian tubuhnya yang dilanjutkan dengan regenerasi
dari tubuh yang dipatahkan tersebut (Campbell dan Reece, 2008). Sedangkan reproduksi
seksual merupakan proses menghasilkan keturunan melalui peleburan sel ovum dengan
sel sperma. Reproduksi seksual membutuhkan sel sperma untuk membuahi sel telur. Sel
sperma dihasilkan dari pembelahan secara mitosis dilanjutkan pembelahan meiosis dari
spermatogonium yang prosesnya disebut spermatogenesis.
B. Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan pembentukan sel sperma yang terjadi didalam testis,
tepatnya pada tubulus seminiferous. Spermatogenesis terdiri atas tiga tahap utama, yaitu
proliferasi spermatogonia merupakan perubahan spermatogonia menjadi spermatosit
melalui pembelahan mitosis, meiosis spermatosit yang menghasilkan spermatid, dan
spermiogenesis yaitu proses perubahan spermatid menjadi spermatozoa. Spermiogenesis
merupakan proses perubahan spermatid menjadi spermatoa yang kompleks.
Spermiogenesis terdiri dari tiga tahap utama, yaitu tahap round spermatid, pemanjangan
spermatid (elongating spermatid), dan spermatid yang memanjang (elongated spermatid)
(Aulanni’am et al,2011).
C. Hormon yang Berperan

Proses spermatogenesis diatur oleh sistem hormon (FSH, LH dan testosteron),


yang pengendaliannya melalui poros hipotalamus hipofisis-testis. Perubahan
spermatogonia menjadi spermatosit dalam tubulus seminiferus dirangsang oleh FSH dari
kelenjar hipofisis anterior, bila tidak ada FSH spermatogenesis tidak akan terjadi.
Spermatogenesis berlangsung sempurna bila terdapat testosteron yang disekresikan
oleh sel interstitial secara serentak. Testosteron berdifusi dari sel interstitial masuk
ke dalam tubulus seminiferus dan berperan dalam proses pematangan akhir
spermatozoa. Testosteron disekresikan di bawah pengaruh LH, sehingga FSH dan LH
harus disekresikan oleh kelenjar hipofisa anterior agar spermatogenesis berlangsung
(Guyton, 1994 dan Adimunca, 1996).

D. Kualitas Spermatozoa

Kualitas sperma sangat penting diamati untuk mengetahui tingkat fertilitas


seseorang (Widiani T. 2006). Sarastina, dkk.(2006) bahwa kualitas dan produksi semen
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetik, pakan, suhu, musim, frekuensi ejakulasi,
umur dan berat badan pejantan dan jenis hewan . Salah satu variable kualitas sperma
adalah motilitas sperma. Motilitas sperma merupakan parameter dari kelangsungan hidup
sperma. Motilitas yang paling baik adalah gerak sperma tipe A (cepat dan lurus ke
depan). Motilitas sperma dianggap normal bila gerak majunya lebih dari 40%. Motilitas
sperma berperan penting dalam suksesnya proses konsepsi, terutama dalam menembus
lendir serviks. Parameter yang diukur dalam menentukan kualitas motilitas sperma
diantaranya gerakan, kecepatan bergerak lurus, kecepatan bergerak melingkar dan rata-
rata amplitudo letak kepala sperma sisi lateral. Traktus reproduksi pria mulai dari rete
tesis, duktuli eferentes, epididimis, duktus deferen sampai duktus ejakulatorius, berperan
sangat vital dalam mendukung perjalanan sperma. Gangguan pada saluran reproduksi
tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan konsepsi yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan infertilitas (Saputri, 2007).

III. Metodologi

A. Alat dan Bahan


1. Alat  Hemacitometer
 Pipet, Improved Neabauer,
 Gunting bedah,  Kaca arloji atau cawan
 Pinset, petri.
2. Bahan  Pewarna Eosin Y
 Mencit (Mus musculus) jantan  NaCl 0,9 %.
dewasa  NaCl 2%
 Metanol,

B. Prosedur Kerja
 Preparasi Spermatozoa Mencit
1. Sediakan 1 ml larutan NaCl 0,9 % dalam kaca arloji atau cawan petri.
2. Bunuh mencit dengan cara dislokasi servikalis (Cervical dislocation).
Kemudian bedah mencit dan amati alat reproduksinya.
3. Potong kauda epididimis mencit, lalu masukan bagian tersebut dalam kaca
arloji yang telah berisi 1 ml NaCL0,9 %.
4. Gunting bagian kauda epididimis dan secara perlahan sambal ditekan dalam
cawan petri lalu aduk bersama larutan NaCl 0,9%.
5. Homogenisasi suspensi tersebut sampai benar-benar homogen. Sampai tahap
ini suspensi tersebut dapat digunakan dalam pengamatan morfologi sperma,
jumlah, viabilitas dan motilitas sperma.

 Menghitung Konsentrasi Spermatozoa Mencit (Susilo,2018)


1. Ambil suspensi preparasi spermatozoa mencit dengan pipet thoma leukosit
hingga 0,5.
2. Kocok suspensi spermatozoa membentuk angka 8 agar homogen sebanyak
20x.
3. Teteskan suspensi spermatozoa tadi ke hemositometer improved neubaeur.
4. Amati dibawah mikroskop.
5. Perhitungan konsentrasi spermatozoa mencit dilakukan dengan rumus :

Ket. KS: konsentrasi spermatozoa; n: jumlah sperma; Fp: Faktor pengenceran;


k: jumlah kotak kecil Neubauer; vNaCl: Volume NaCl fisiologis; 10.000:
Volume kamar hitung Neubauer; angka 25: jumlah kotak kecil Neubauer

 Pengamatan Morfologi Spermatozoa Mencit.


1. Untuk pengamatan morfologi sperma menggunakan sediaan apusan sperma
edidimis yang diambil dari suspensi preparasi spermatozoa mencit.
2. Fiksasikan 0,5 mL suspensi dengan 2mL 2% NaCl selama 10 menit.
3. Teteskan suspensi spermatozoa tadi ke atas gelas objek dan letakkan satu
gelas objek dibagian ujung gelas objek suspensi spermatozoa dan dibuat
smear dengana kemiringan 45°.
4. Keringkat suspensi spermatozoa selama ± 5 menit dengan suhu ruang.
5. Teteskan pewarna eosin 5% ke suspensi spermatozoa dan diamkan selama ± 5
menit. Setelah kering, bilas suspensi spermatozoa dengan aquades.
6. Amati preparat morfologi spermatozoa dengan mikroskop cahaya dimulai dari
perbesaran 40x hingga 100x. Spermatozoa mencit yang normal memiliki
bentuk kepala seperti kait, ukuran kepala normal, lalu leher dan ekor yang
lurus. (Malini,2013).

 Pengamatan Motilitas Spermatozoa Mencit


1. Ambil sebagian suspensi preparasi dan teteskan ke atas gelas objek lalu tutup
dengan cover glass.
2. Pengamatan moltilitas di lalukan di bawah mikroskop
3. Jumlah spermatozoa yang motil kemudian dihitung dengan cepat berdasarkan
kriteria pada tabel 1(Malini, 2013):

Tabel ,1 kriteria motilitas


Kategori Visualisasi
0 Spermatozoa tidak bergerak sama sekali
1 Spermatozoa bergerak sangat lambat atau sangat sedikit
Spermatozoa bergerak ke depan dengan kecepatan sedang
2
atau bergerak zig-zag dan berputar-putar
3 Spermatozoa bergerak cepat lurus ke depan

 Pengamatan Motilitas Spermatozoa Manusia


1. Sediakan 1 ml larutan NaCl 0,9 % dalam kaca arloji atau cawan petri.
2. Ambil sampel cairan mani manusia dewasa.
3. Masukan sampel tersebut dalam kaca arloji yang telah berisi 1 ml NaCL0,9 %
lalu aduk. Campuran ini disebut sebagai suspensi.
4. Homogenisasi suspensi tersebut sampai benar-benar homogen. Sampai tahap
ini suspensi tersebut dapat digunakan dalam pengamatan morfologi sperma,
jumlah, viabilitas dan motilitas sperma.
5. Pengamatan moltilitas di lalukan di bawah mikroskop
6. Jumlah spermatozoa yang motil kemudian dihitung dengan cepat berdasarkan
kriteria seperti pada tabel 1.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Adimunca, Cornelis. (1996). Kemungkinan Pemanfaatan Ekstrak Buah Pare sebagai
Bahan Kontrasepsi Pria. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran. (112): 12-14.
Aulanni’am., Akmal, M., Widodo, M. A., Sumitro, S. B., & Purnomo, B. B. (2011).
Inhibin B Menghambat Ekspresi Molekul Protamine P2 di Dalam Kepala
Spermatozoa Tikus (Rattus norvegicus). Jurnal Kedokteran Hewan-Indonesian
Journal of Veterinary Sciences. 5 (2). 78-83
Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2008). Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
Guyton, Arthur C. (1994). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7 Bagian III. Jakarta:
ECG Penerbit Buku Kedokteran.
Malini, Desak Made. (2013). “Pengaruh Ekstrak Etanol dan Spinasterol Daun Senggugu
(Clerodendron serratum L.) Terhadap Kualitas Sperma Mencit (Mus musculus L.)”
IJAS 3(3): 49-54.
Sarastina, T. Susilawati dan G. Ciptadi. (2006). Analisa Beberapa Parameter Motilitas
Spermatozoa Pada Berbagai Bangsa Sapi Menggunakan Computer Assisted Semen
Analysis (Casa). J. Ternak Tropika, 6(2): 1-12.
Saputri, A. (2007). Pengaruh Pemberian Ekstrak Kedelai (Glysine max) terhadap
Motilitas Sperma Mencit Balb/c Jantan. Karya Tulis Ilmiah. Semarang. Fakultas
Kedokteran UNDIP.
Susilo, S., Akbar, B., & Pratinaningsih, I. (2018). Pengaruh ekstrak etanol daun
sambiloto terhadap jumlah dan motilitas spermatozoa mencit jantan. Jurnal
Biodjati, 3(2), 166-172.
Widiyani, T. (2006). Efek Antipertilitas Ekstrak Akar Som Jawa (Talinum paniculatum
Gaertn.) Pada Mencit (Mus musculus L.) Jantan. Bul. Penel. Kesehatan, 34(3):119-
128.
Pertanyaan
1. Mengapa saat perhitungan jumlah spermatozoa yang motil harus dilakukan dalam
waktu yang relative cepat?
2. Sebutkan dan jelaskan ciri ciri kualitas spermatozoa yang sehat!
3. Sebutkan dan jelaskan macam macam keabnormalitasan spermatozoa!
4. Sebutkan Faktor apa saja yang mempengaruhi kemoltilitasan spermatozoa!

Anda mungkin juga menyukai