PRAKTIKUM
SISTEM SARAF
(DETEKSI REFLEKS PADA ORGAN TUBUH)
I. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Uji Refleks pada Lutut
Kelompok Probandus Respon Uji Refleks pada Lutut
Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Perlakuan4
1 Probandus Cepat dan Lambat dan Lambat dan Lambat dan
1 arah arah arah arah
menendang menendang menendang menendang
kedepan. kedepan. kedepan. kedepan.
Probandus Lambat dan Cepat dan arah Lambat dan Lambat dan
2 arah menendang arah arah
menendang kedepan. menendang menendang
kedepan. kedepan. kedepan.
2 Probandus Lambat dan Cepat dan arah Lambat dan Cepat dan arah
1 arah gerak arah menendang
menendang kebelakang. menendang kesamping.
kedepan. kedepan.
Probandus Cepat dan Cepat dan arah Cepat dan arah Cepat dan arah
2 arah menendang menendang menendang
menendang kedepan. kedepan. kedepan.
kedepan.
3 Probandus Cepat dan Cepat dan arah Cepat dan arah Cepat dan arah
1 arah menendang menendang menendang
menendang kedepan. kedepan. kedepan.
kedepan.
Probandus Cepat dan Cepat dan arah Cepat dan arah Cepat dan arah
2 arah menendang menendang menendang
menendang kedepan. kedepan. kedepan.
kedepan.
4 Probandus cepat dan cepat dan arah cepat dan arah cepat dan arah
1 arah menendang menendang menendang
menendang kedepan. kedepan. kedepan.
kedepan.
Probandus Lambat dan cepat dan arah cepat dan arah Lambat dan
2 arah menendang menendang arah
menendang kedepan. kedepan. menendang
kedepan. kedepan.
System saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang tindih yaitu
input sensorik, integrasi, dan output motoric. Input adalah penghantar atau kondisi
sinyal dari reseptor sensorik, misalnya sel – sel pendeteksi cahaya, kepusat
integrasi. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari
stimulasi reseptor sensorik ole lingkungan, kemudian dihubungkan dengan respon
tubuh yang sesuai. Sebagian besar integrasi dilakukan dalam system saraf pusat
(SSP) atau CNS (Central Nerveous System) yaitu otak dan susmsum tulang
belakang (pada vertebrata). Output motoris adalah penghantar sinyal dari pusat
integrasi, yaitu SSP ke sel – sel efektor, sel – sel otot atau kelenjar yang
mengaktualisasi respons tubuh terhadap stimulasi tersebut. Sinyal tersebut
dihantarkan oleh saraf (nerve), berkasi mirip tali yang berasal dari penjuluran
neuron yang terbungkus dengan ketat dalam jaringan ikat (Campbell, 2004).
Pada percobaan uji refleks pada lutut dilakukan dengan cara mengetuk
lutut probandus dengan hammer dengan 4 posisi yaitu kaki menggantung bebas
dengan mata membuka, kaki menggantung bebas dengan mata menggunakan
kain, kaki menyilang dengan mata membuka, dan kaki menyilang dengan mata
tertutup. Kemudian refleks yang terjadi dicatat apakah termasuk refleks yang
cepat atau lambat dan arah refleks menendang kedepan atau kesamping. Hasil
percobaan menunjukkan refleks pada sebagian besar probandus memberikan hasil
refleks yang cepat dan hanya beberapa yang memberikan respon refleks yang
lambat pada ke empat posisi tersebut kemudian untuk arah gerakan refleks semua
probandus pada keempat posisi tersebut sama- sama mengarah kedepan. Gerakan
refleks pada lutut ini merupakan refleks sumsum tulang belakang karena saraf
penghubung berada di sumsum tulang belakang. Hal ini sesuai dengan literatur,
gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi)
berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila
ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di
dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut (Suharto 2012).
Refleks lutut ini merupakan contoh dari refleks monosinaps yang berarti “satu
sinapsis” dengan demikian hanya terdapat satu hubungan dalam spinal cord yakni
antara saraf sensorik dengan saraf motorik, pada refleks monosinaps. Refleks-
refleks regang merupakan contoh dari refleks monosimpatik, bila suatu otot
rangka dengan persarafan yang utuh diregangkan akan timbul kontraksi, respon
ini disebut refleks regang. Contoh dari refleks regang ini yaitu refleks tendon
patella (lutut).
Mekanisme refleks pada lutut ini terjadi sebagai berikut, refleks hentakan
lutut disebabkan oleh ketukan pada tendon kemudian reseptor sensoris akan
mendeteksi peregangan mendadak pada otot kuadrisep, lalu neuron sensoris akan
menghantarkan rangsang kepada neuron motoris pada sumsum tulang belakang
selanjutnya neuron motoris menghantarkan rangsang menuju otot kuadrisep yang
menyebabkan otot tersebut berkontraksi dan menggerakkan kaki bagian bawah ke
depan. Menurut Ni’matul lillah (2012) dalam penelitiannya, otot-otot ekstenson
lutut adalah m. quadriceps femoris, yang membentuk anterior paha dan melekat ke
tibia (tulang kering) tepat dibawah lutut melalui tendon patella. Pengetukan
tendon ini, menggunakan sebuah palu karet akan secara pasif meregangkan otot-
otot kuadriseps dan mengaktifkan reseptor-respetor gelendongnya. Refleks regang
yang terjadi menimbulkan kontraksi otot ekstensor ini, sehingga lutut mengalami
ekstensi dan mengangkat tungkai bawah dengan cara yang khas, itulah mengapa
pada percobaan pengetukan lutut dengan hammer akan terjadi gerakan menendang
kedepan.
Pada percobaan kedua yaitu uji refleks mata. Uji ini dilakukan dengan cara
probandus diposisikan duduk dengan mata sejajar dengan mata pemeriksa.
Pemeriksa kemudian mengibaskan/melewatkan tangan tepat di depan mata
probandus dengan 2 kali pengulangan. Mata berbentuk seperti bola, terdapat di
dalam rongga mata. Dinding rongga mata memiliki tulang-tulang tengkorak
yang sangat keras. Hal ini berfungsi untuk melindungi mata yang lunak.
Bola mata memiliki garis tengah kira-kira 2,3 cm. Bagian depannya bening.
Alat penerima rangsang cahaya yang akan dihayati oleh otak sebagai penglihatan
ini terdapat di dalam bola mata berbentuk sebagai selaput jala atau retina. Bagian
dari alat penglihatan beserta kelengkapannya ialah bola mata, otot-otot penggerak
bola mata, kelopak mata, dan kelenjar air mata (Irianto, 2012).
Mata manusia memiliki cara kerja otomatis yang sempurna, mata dibentuk
dengan 40 unsur utama yang berbeda dan kesemua bagian ini memiliki fungsi
penting dalam proses melihat. Gerakan bola mata yang terkoordinasi dengan baik
berperan penting bagi tercapainya fungsi penglihatan, yaitu mengatur agar
bayangan objek dapat jatuh di retina sehingga terbentuk persepsi visual yang
akurat. Gerakan bola mata dapat terjadi melalui aktivitas dari otot ekstraokular
yang memainkan peran masing-masing untuk memposisikan bola mata ke suatu
arah tertentu (Forrester, dkk. 2016).
III. Kesimpulan
Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke
susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan rangsangan
Susunan saraf manusia mempunyai arus informasi yang cepat dengan kecepatan
pemrosesan yang tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik (impuls saraf).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan kebanyakan dari gerakan tersebut
yaitu gerak refleks, gerak refleks sendiri merupakan gerakan otomatis yang
dilakukan oleh sebagian tubuh terhadap suatu impuls yang dirasakan. Aktivitas
geraks refleks berhubungan erat dengan system saraf dimana gerak refleks ini
berhubungan erat dengan system saraf pusat yang meliputi otak dan sumsum
tulang belakang yang nantinya berhubungan dengan otot dan gerak.
IV. Daftar Pustaka
Bahrudin, M., 2013. Neurologi Klinis. Edisi Pertama. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Press. Hal: 53-55.
Budhiastra, Putu dkk, 2017. Ilmu Kesehatan Mata. Bali: Udayana University
Press.
Campbell, Neil, A, et al. 2004. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta. Erlangga.
Choirunnisa, Amalia. 2017. Profil Penggunaan Obat Pada Pasien Guillain Barre
Syndrome (Gbs). [Skripsi]. Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu
Kesehatan. Universitas Muhammadiyah. Malang
Forrester JV, Dick AD, McMenamin PG, Roberts F, Pearlman E. 2016. The Eye :
Basic Sciences in Practice. Edisi ke-4. Edinburgh: Elsevier Limited.
Hal.269-337.
Halim, Andreas Lukita. 2018. Fisiologi Gerak Bola Mata. Bandung: Fakultas
Kedokteran, Universitas Padjadjaran.
Irianto, K. (2012). Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta.
Kurniawati, Anita Tri. 2018. Hubungan Lama Pemakaian Lensa Kontak Terhadap
Sensibilitas Kornea. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Vol. 7(2): 406-414.
Ni’matul Lillah, Putri. 2012. Rancangan Bangun Electrical Stimulator Berbasis
Mikrokontroler Sebagai Pengganti Palu Refleks (Hammer Reflex)
Program Studi S1 Teknobiomedik. [Skripsi]. Departemen Fisika. Fakultas
Sains Dan Teknologi. Universitas Airlangga.
Proske, Uwe dan Gandevia, Simon C. 2012. The Proprioceptive Senses: Their
Roles in Signaling Body Shape, Body Position and Movement, and Muscle
Force. Physiol Rev. Vol. 92 (4): 51-57.
Suharto, Agus. 2012. Sistem Latihan Gerak Reflek Berbasis Mikrokontroler Studi
Kasus Atlet Bulutangkis. Jurnal Teknologi Informasi Esit. Vol.Viii (02):
33-46.
Tomy, Pupil : Assessment and diagnosis. 2019. Kerala Journal of Ophthalmology.
31 (2): 167-171.
V. Lampiran
V.1Pertanyaan
1. Jelaskan jalur dasar aliran informasi melalui neuron-neuron yang
menyebablan seseorang menoleh kepala, ketika ada orang lain
memanggilnya!
Jawab : Pada dasarnya hal ini termasuk kedalam contoh gerak refleks dan
pada gerak refleks memiliki skema mulai dari terjadinya rangsangan
(impuls) reseptor indra saraf sensorik sumsum tulang belakang
saraf motoric efektor (otot). Mekanisme atau jalur yang terjadi ketika
terjad gerak refleks saat dipanggil oleh orang yang menyebabkan kepala
menoleh yaitu ketika ada stimulus akan diterima oleh reseptor kemudian dari
reseptor akan mengantarkan rangsangan ke neuron sensorik menuju ke
sumsum tulang belakang, kemudian d lanjtkan ke neuron motoroik dan
dikirim ke efektor mengkibatkan terjadinya pergerakan.
2. Pada kasus siput Conus geographicus, sifat-sifat apakah dari sistem saraf
yang bertanggung jawab terhadap kerja venom yang cepat?
Jawab : Conus mengekspresikan insulin pensinyalan pada cincin sarafnya,
dan urutan asam amino dari pensinyalan pensinyalan konvensional ini sangat
dilestarikan. Insulin membentuk bagian dari campuran racun yang dikenal
sebagai "nirvana cabal". Hal ini memungkinkan siput untuk menonaktifkan
ikan untuk berenang dengan "syok hipoglikemik", suatu kondisi yang
disebabkan oleh penurunan kadar gula darah. Selain itu di dalam racun
siput, ada berbagai "conotoxins" dalam kombinasi khusus untuk spesies.
Racun ini memiliki berbagai efek neuromuskuler melalui glutamat,
adrenergik (chi conotoxin), serotonin, dan jalur kolinergik. Beberapa
conotoxins memberikan efeknya pada saluran sodium (delta conotoxin),
potasium, dan kalsium ion. sehingga menghambat aktivitasnya. Kemudin
tambahan, target yang lebih jelas ada, seperti racun yang bekerja pada
reseptor hormonal,nsimulasikan efek oksitosin dan vasopresin (conopresin).
Bagian integral lain dari racun siput kerucut adalah i alpha-conotoxins.
Racun ini secara khusus bekerja pada reseptor nikotinik, yang bertanggung
jawab untuk kontraksi otot rangka. Mekanisme ini mirip dengan toksin
botulinum karena mereka bertindak pada jalur yang sama.