Anda di halaman 1dari 9

Kelompok : 4-C2 Hari, Tanggal :Kamis ,18 Juni 2020

Nama: - Annisa Nurrahmah (82) Dosen :Fahri Fahrudin, M.Si

- Indah Ratu Nuraini (84) Asisten : -Dany Ari Febriyan


- Ayu Novita (98) - Royhana
- Jilan Nuriyah Hasanati (102)
- Adelia Nur Kholifah (112)

PRAKTIKUM
SISTEM SARAF
(DETEKSI REFLEKS PADA ORGAN TUBUH)

I. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Uji Refleks pada Lutut
Kelompok Probandus Respon Uji Refleks pada Lutut
Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Perlakuan4
1 Probandus Cepat dan Lambat dan Lambat dan Lambat dan
1 arah arah arah arah
menendang menendang menendang menendang
kedepan. kedepan. kedepan. kedepan.
Probandus Lambat dan Cepat dan arah Lambat dan Lambat dan
2 arah menendang arah arah
menendang kedepan. menendang menendang
kedepan. kedepan. kedepan.
2 Probandus Lambat dan Cepat dan arah Lambat dan Cepat dan arah
1 arah gerak arah menendang
menendang kebelakang. menendang kesamping.
kedepan. kedepan.
Probandus Cepat dan Cepat dan arah Cepat dan arah Cepat dan arah
2 arah menendang menendang menendang
menendang kedepan. kedepan. kedepan.
kedepan.
3 Probandus Cepat dan Cepat dan arah Cepat dan arah Cepat dan arah
1 arah menendang menendang menendang
menendang kedepan. kedepan. kedepan.
kedepan.
Probandus Cepat dan Cepat dan arah Cepat dan arah Cepat dan arah
2 arah menendang menendang menendang
menendang kedepan. kedepan. kedepan.
kedepan.

4 Probandus cepat dan cepat dan arah cepat dan arah cepat dan arah
1 arah menendang menendang menendang
menendang kedepan. kedepan. kedepan.
kedepan.
Probandus Lambat dan cepat dan arah cepat dan arah Lambat dan
2 arah menendang menendang arah
menendang kedepan. kedepan. menendang
kedepan. kedepan.

Keterangan: Setiap perlakuan dilakukan masing-masing 2 kali pengulangan.


Tabel 2. Uji Refleks pada Mata
Kelompok Probandus Respon Uji Reflekspada
Mata
1 Probandus 1 Cepat dan gerakan pupil
mata diam
Probandus 2 Cepat dan gerakan pupil
mata diam
2 Probandus 1 Cepat dan gerakan pupil
mata diam
Probandus 2 Cepat dan gerakan pupil
mata mengikuti arah
kibasan tangan
3 Probandus 1 Cepat dan gerakan pupil
mata diam
Probandus 2 Cepat dan gerakan pupil
mata diam
4 Probandus 1 Cepat dan gerakan pupil
mata diam
Probandus 2 Cepat dan gerakan pupil
mata diam
Probandus 3 Cepat dan gerakan pupil
mata diam
Keterangan: Setiap perlakuan dilakukan 2 kali pengulangan
II. Pembahasan
Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke
susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan rangsangan
Susunan saraf manusia mempunyai arus informasi yang cepat dengan kecepatan
pemrosesan yang tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik (impuls saraf).
(Bahrudin, 2013). Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi yang terdiri dari
saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal) dan
secara fisiologi yaitu saraf otonom dan saraf somatik (Choirunnisa, 2017). Gerak
pada umumnya terjadi secara sadar namun ada pula gerak yang terjadi tanpa
disadari yaitu gerak refleks. impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang yaitu
dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak,
kemudian hasil olahan otak berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motorik sebagi
perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks berjalan sangat cepat
dan tanggapannya terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan
kontrol dari otak. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gerak
refleks pada anggota tubuh saat diberikan beberapa perlakuan.

System saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang tindih yaitu
input sensorik, integrasi, dan output motoric. Input adalah penghantar atau kondisi
sinyal dari reseptor sensorik, misalnya sel – sel pendeteksi cahaya, kepusat
integrasi. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari
stimulasi reseptor sensorik ole lingkungan, kemudian dihubungkan dengan respon
tubuh yang sesuai. Sebagian besar integrasi dilakukan dalam system saraf pusat
(SSP) atau CNS (Central Nerveous System) yaitu otak dan susmsum tulang
belakang (pada vertebrata). Output motoris adalah penghantar sinyal dari pusat
integrasi, yaitu SSP ke sel – sel efektor, sel – sel otot atau kelenjar yang
mengaktualisasi respons tubuh terhadap stimulasi tersebut. Sinyal tersebut
dihantarkan oleh saraf (nerve), berkasi mirip tali yang berasal dari penjuluran
neuron yang terbungkus dengan ketat dalam jaringan ikat (Campbell, 2004).

Pada percobaan uji refleks pada lutut dilakukan dengan cara mengetuk
lutut probandus dengan hammer dengan 4 posisi yaitu kaki menggantung bebas
dengan mata membuka, kaki menggantung bebas dengan mata menggunakan
kain, kaki menyilang dengan mata membuka, dan kaki menyilang dengan mata
tertutup. Kemudian refleks yang terjadi dicatat apakah termasuk refleks yang
cepat atau lambat dan arah refleks menendang kedepan atau kesamping. Hasil
percobaan menunjukkan refleks pada sebagian besar probandus memberikan hasil
refleks yang cepat dan hanya beberapa yang memberikan respon refleks yang
lambat pada ke empat posisi tersebut kemudian untuk arah gerakan refleks semua
probandus pada keempat posisi tersebut sama- sama mengarah kedepan. Gerakan
refleks pada lutut ini merupakan refleks sumsum tulang belakang karena saraf
penghubung berada di sumsum tulang belakang. Hal ini sesuai dengan literatur,
gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi)
berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila
ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di
dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut (Suharto 2012).
Refleks lutut ini merupakan contoh dari refleks monosinaps yang berarti “satu
sinapsis” dengan demikian hanya terdapat satu hubungan dalam spinal cord yakni
antara saraf sensorik dengan saraf motorik, pada refleks monosinaps. Refleks-
refleks regang merupakan contoh dari refleks monosimpatik, bila suatu otot
rangka dengan persarafan yang utuh diregangkan akan timbul kontraksi, respon
ini disebut refleks regang. Contoh dari refleks regang ini yaitu refleks tendon
patella (lutut).

Mekanisme refleks pada lutut ini terjadi sebagai berikut, refleks hentakan
lutut disebabkan oleh ketukan pada tendon kemudian reseptor sensoris akan
mendeteksi peregangan mendadak pada otot kuadrisep, lalu neuron sensoris akan
menghantarkan rangsang kepada neuron motoris pada sumsum tulang belakang
selanjutnya neuron motoris menghantarkan rangsang menuju otot kuadrisep yang
menyebabkan otot tersebut berkontraksi dan menggerakkan kaki bagian bawah ke
depan. Menurut Ni’matul lillah (2012) dalam penelitiannya, otot-otot ekstenson
lutut adalah m. quadriceps femoris, yang membentuk anterior paha dan melekat ke
tibia (tulang kering) tepat dibawah lutut melalui tendon patella. Pengetukan
tendon ini, menggunakan sebuah palu karet akan secara pasif meregangkan otot-
otot kuadriseps dan mengaktifkan reseptor-respetor gelendongnya. Refleks regang
yang terjadi menimbulkan kontraksi otot ekstensor ini, sehingga lutut mengalami
ekstensi dan mengangkat tungkai bawah dengan cara yang khas, itulah mengapa
pada percobaan pengetukan lutut dengan hammer akan terjadi gerakan menendang
kedepan.

Refleks patella atau lutut yang normal mengindikasikan bahwa komponen


saraf dan gelendong otot, masukan aferen, neuron motorik, keluaran eferen
neurimuskulus, dan otot itu sendiri dapat berfungsi normal (Ni’matul lillah, 2012).
Pada percobaan tersebut respon refleks yang diberikan bervariasi yakni cepat dan
lambat, adanyanya refleks pada perlakuan pengetukan lutut dengan menggunakan
hammer menunjukkan komponen saraf berfungsi dengan normal.

Pada percobaan kedua yaitu uji refleks mata. Uji ini dilakukan dengan cara
probandus diposisikan duduk dengan mata sejajar dengan mata pemeriksa.
Pemeriksa kemudian mengibaskan/melewatkan tangan tepat di depan mata
probandus dengan 2 kali pengulangan. Mata berbentuk seperti bola, terdapat di
dalam rongga mata. Dinding rongga mata memiliki tulang-tulang tengkorak
yang sangat keras. Hal ini berfungsi untuk melindungi mata yang lunak.
Bola mata memiliki garis tengah kira-kira 2,3 cm. Bagian depannya bening.
Alat penerima rangsang cahaya yang akan dihayati oleh otak sebagai penglihatan
ini terdapat di dalam bola mata berbentuk sebagai selaput jala atau retina. Bagian
dari alat penglihatan beserta kelengkapannya ialah bola mata, otot-otot penggerak
bola mata, kelopak mata, dan kelenjar air mata (Irianto, 2012).

Hasil pengujian menunjukan seluruh probandus memiliki reflex mata yang


cepat. Sedangkan, pada gerakan pupil mata dari 4 kelompok kebanyakan pupil
mata probandus diam, kecuali pada probandus 2 dari kelompok 2 yang merupakan
satu-satunya dengan gerakan pupil mata mengikuti arah kibasan tangan. Gerakan
pupil mata mengikuti arah kibasan tangan dapat digolongkan ke dalam gerakan
smooth pursuit yaitu, gerakan mata yang perlahan mengikuti target visual yang
sedang bergerak untuk meminimalisasi pergeseran bayangan retina akibat
pergerakan target. Kecepatan gerakan mata akan menyesuaikan mengikuti
kecepatan target yang bergerak (tidak melebihi 30° per detik) sehingga bayangan
tetap jatuh di daerah fovea untuk menghasilkan penglihatan yang jelas secara terus
menerus. Area korteks yang mengatur gerakan smooth pursuit adalah area V5 /
Middle Temporal (MT) dan area V5a / Middle Superior Temporal (MST) yang
berfungsi sebagai detektor stimulus visual yang bergerak. Sinyal saraf selanjutnya
diteruskan ke nukleus pontin dan serebelum (flokulus dan vermis) yang
berhubungan dengan sirkuit sistem VOR, OKR, dan saccadic (Halim, 2018).

Mata manusia memiliki cara kerja otomatis yang sempurna, mata dibentuk
dengan 40 unsur utama yang berbeda dan kesemua bagian ini memiliki fungsi
penting dalam proses melihat. Gerakan bola mata yang terkoordinasi dengan baik
berperan penting bagi tercapainya fungsi penglihatan, yaitu mengatur agar
bayangan objek dapat jatuh di retina sehingga terbentuk persepsi visual yang
akurat. Gerakan bola mata dapat terjadi melalui aktivitas dari otot ekstraokular
yang memainkan peran masing-masing untuk memposisikan bola mata ke suatu
arah tertentu (Forrester, dkk. 2016).

Keempat kelompok pada percobaan kedua menyatakan bahwa semuanya


mengalami reflek cepat saat tangan dikibaskan melewati mata. Reflek cepat yang
dimaksud adalah reflek dari kelopak mata yang menutup tepat setelah tangan
dikibaskan di depan mata. Budhiastra dkk., (2017) pada bukunya, mengatakan
bahwa apabila terdapat reflek mengedip, rasa sakit ataupun mata berair saat
dilakukan uji sensabilitas kornea berarti fungsi saraf trigeminus masih baik.

Saraf trigeminus sendiri merupakan saraf kranial terbesar yang merupakan


saraf otak motorik dan sensorik. Serabut-serabut saraf trigeminus menghantarkan
impuls nyeri, suhu, raba dan perasaan proprioseptif. Hal ini sangat memungkinkan
mata bergerak atau mengedip dengan cepat saat ada objek yang lewat karena
perasaan proprioseptif sendiri merupakan indera internal yang mimiliki tugas
untuk memberikan pesan mengenai posisi tubuh dan gerakan yang dilakukan oleh
seseorang (Proske dan Gandevia, 2012) sehingga tangan dikibaskan di depan
mata, indera proprioseptif menerima pesan bahwa ada objek yang mendekati mata
sehingga kelopak mata akan menutup untuk melindungi mata dari objek tersebut,
pesan kemudian diteruskan oleh saraf trigeminus menuju otak.

Hasil pengujian yang menunjukkan bahwa semua probandus memiliki


reflek cepat menandakan bahwa sensibilitas kornea probandus masih sangat baik,
karena apabila reflek yang terjadi lambat berarti ada penurunan sensibilitas
kornea. Penurunan sensibilitas kornea dapat disebabkan oleh beberapa hal antara
lain pemakaian lensa kontak. Pemakaian lensa kontak dapat mengurangi
transmisi oksigen ke kornea sehingga berdampak pada perubahan
fisiologis dan metabolisme sel di kornea. Hipoksia kornea dapat
menyebabkan kecepatan metabolisme epitel kornea menurun, produksi
laktat meningkat, dan pH stroma menjadi asam. Selain itu, hipoksia
dapat mempengaruhi struktur epitel kornea yaitu menurunkan densitas
saraf, edema, dan penipisan epitel. Hal tersebut dapat menyebabkan nilai
sensibilitas kornea menurun (Kurniawati, 2018).

III. Kesimpulan
Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke
susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan rangsangan
Susunan saraf manusia mempunyai arus informasi yang cepat dengan kecepatan
pemrosesan yang tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik (impuls saraf).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan kebanyakan dari gerakan tersebut
yaitu gerak refleks, gerak refleks sendiri merupakan gerakan otomatis yang
dilakukan oleh sebagian tubuh terhadap suatu impuls yang dirasakan. Aktivitas
geraks refleks berhubungan erat dengan system saraf dimana gerak refleks ini
berhubungan erat dengan system saraf pusat yang meliputi otak dan sumsum
tulang belakang yang nantinya berhubungan dengan otot dan gerak.
IV. Daftar Pustaka
Bahrudin, M., 2013. Neurologi Klinis. Edisi Pertama. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Press. Hal: 53-55.
Budhiastra, Putu dkk, 2017. Ilmu Kesehatan Mata. Bali: Udayana University
Press.
Campbell, Neil, A, et al. 2004. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta. Erlangga.
Choirunnisa, Amalia. 2017. Profil Penggunaan Obat Pada Pasien Guillain Barre
Syndrome (Gbs). [Skripsi]. Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu
Kesehatan. Universitas Muhammadiyah. Malang
Forrester JV, Dick AD, McMenamin PG, Roberts F, Pearlman E. 2016. The Eye :
Basic Sciences in Practice. Edisi ke-4. Edinburgh: Elsevier Limited.
Hal.269-337.
Halim, Andreas Lukita. 2018. Fisiologi Gerak Bola Mata. Bandung: Fakultas
Kedokteran, Universitas Padjadjaran.
Irianto, K. (2012). Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta.
Kurniawati, Anita Tri. 2018. Hubungan Lama Pemakaian Lensa Kontak Terhadap
Sensibilitas Kornea. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Vol. 7(2): 406-414.
Ni’matul Lillah, Putri. 2012. Rancangan Bangun Electrical Stimulator Berbasis
Mikrokontroler Sebagai Pengganti Palu Refleks (Hammer Reflex)
Program Studi S1 Teknobiomedik. [Skripsi]. Departemen Fisika. Fakultas
Sains Dan Teknologi. Universitas Airlangga.
Proske, Uwe dan Gandevia, Simon C. 2012. The Proprioceptive Senses: Their
Roles in Signaling Body Shape, Body Position and Movement, and Muscle
Force. Physiol Rev. Vol. 92 (4): 51-57.
Suharto, Agus. 2012. Sistem Latihan Gerak Reflek Berbasis Mikrokontroler Studi
Kasus Atlet Bulutangkis. Jurnal Teknologi Informasi Esit. Vol.Viii (02):
33-46.
Tomy, Pupil : Assessment and diagnosis. 2019. Kerala Journal of Ophthalmology.
31 (2): 167-171.
V. Lampiran
V.1Pertanyaan
1. Jelaskan jalur dasar aliran informasi melalui neuron-neuron yang
menyebablan seseorang menoleh kepala, ketika ada orang lain
memanggilnya!
Jawab : Pada dasarnya hal ini termasuk kedalam contoh gerak refleks dan
pada gerak refleks memiliki skema mulai dari terjadinya rangsangan
(impuls)  reseptor indra  saraf sensorik  sumsum tulang belakang 
saraf motoric  efektor (otot). Mekanisme atau jalur yang terjadi ketika
terjad gerak refleks saat dipanggil oleh orang yang menyebabkan kepala
menoleh yaitu ketika ada stimulus akan diterima oleh reseptor kemudian dari
reseptor akan mengantarkan rangsangan ke neuron sensorik menuju ke
sumsum tulang belakang, kemudian d lanjtkan ke neuron motoroik dan
dikirim ke efektor mengkibatkan terjadinya pergerakan.
2. Pada kasus siput Conus geographicus, sifat-sifat apakah dari sistem saraf
yang bertanggung jawab terhadap kerja venom yang cepat?
Jawab : Conus mengekspresikan insulin pensinyalan pada cincin sarafnya,
dan urutan asam amino dari pensinyalan pensinyalan konvensional ini sangat
dilestarikan. Insulin membentuk bagian dari campuran racun yang dikenal
sebagai "nirvana cabal". Hal ini memungkinkan siput untuk menonaktifkan
ikan untuk berenang dengan "syok hipoglikemik", suatu kondisi yang
disebabkan oleh penurunan kadar gula darah. Selain itu di dalam racun
siput, ada berbagai "conotoxins" dalam kombinasi khusus untuk spesies.
Racun ini memiliki berbagai efek neuromuskuler melalui glutamat,
adrenergik (chi conotoxin), serotonin, dan jalur kolinergik. Beberapa
conotoxins memberikan efeknya pada saluran sodium (delta conotoxin),
potasium, dan kalsium ion. sehingga menghambat aktivitasnya. Kemudin
tambahan, target yang lebih jelas ada, seperti racun yang bekerja pada
reseptor hormonal,nsimulasikan efek oksitosin dan vasopresin (conopresin).
Bagian integral lain dari racun siput kerucut adalah i alpha-conotoxins.
Racun ini secara khusus bekerja pada reseptor nikotinik, yang bertanggung
jawab untuk kontraksi otot rangka. Mekanisme ini mirip dengan toksin
botulinum karena mereka bertindak pada jalur yang sama.

Anda mungkin juga menyukai