Anda di halaman 1dari 7

Evaluasi Kualitas Semen Entok (Cairina Moschata) Pada Frekuensi

Penampungan Berbeda

(The Evaluation Of Muscovy Cement Quality In Different Frequency Shelter)

Abdullah Zabiq *, Daud Samsudewa **, Sutiyono **


*Mahasiswa Fakultas Peternakan dan Pertanian
**Staf Pengajar Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
Kampus drh. R. Soedjono Koesoemowardojo Tembalang Semarang 50275
Email:zabiqdul@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendapat informasi kualitas semen entok yang baik
pada frekuensi penampungan 3 dan 6 hari sekali. Materi yang digunakan yaitu sebanyak empat
ekor pejantan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara menampung semen pejantan
entok menggunakan vagina buatan yang ditampung 3 dan 6 hari sekali dan evaluasi semen secara
makroskopis dan mikroskopis. Parameter yang diamati adalah volume, pH, konsistensi, warna,
bau, gerak massa, motilitas, konsentrasi dan abnormalitas. Analsis yang digunakan adalah t-test
dengan taraf signifikasi 5%. Hasil penelitian menunjukkan volume (0,69 ; 0,78 ml), pH (7,54 ; 8,04),
konsistensi (kental ; kental), warna (Putih Susu ; putih susu), gerak massa (3,50 ; 2,56), motilitas
(81,11 ; 73,23%), konsentrasi (1395,00 ; 1353,19 juta/ml) dan abnormalitas (2,39 ;2,68%). Analisis
T-test menunjukkan gerak massa dan motilititas pada perlakukanberbeda nyata (p<0,05)
sedangkan volume, pH, konsistensi, warna, bau, konsentrasi dan abnormalitas tidak berbeda
nyata (p>0,05). Simpulan penelitian adalah semen hasil penampunagn 3 hari sekali lebih baik dari
penampungan 6 hari sekali.

Kata Kunci : Entok, Frekuensi penampungan, Kualitas Semen

ABSTRACT
The purpose of this study was to obtain the information of good quality semen from
muscovy duck at a frequency of collecting every 3 and 6 days. The materials which are used are 4
stud. The methods of data collection is examined by accommodating the stud muscovy duck
semen by using an artificial vagina which is accommodated every 3 and 6 days and the
macroscopic and microscopic semen evaluation. The parameters which were observed were
volume,pH,consistency,colour,smell,mass movement,motility,concentration and abnormalities. t-
test were used for statistica analysis with significance level of 5%.The result showed
volume(0,69;0,78 ml), pH(7,54;8,04),consistency (thick;thick), colour (white milk;white milk),mass
movement (3,50;2,56), motility (81,11;73,23%), concentration(1395,00;1353,19 billion/ml)and
abnormality(2,39;2,68%). The analysis t-test showed a mass movement & motility in different
treatment significantly (p<0,05),while the volume,pH,consistency,colour,odor,concentration and
abnormalities were not different significantly (p>0,05).the research conclution is the result of every
3 days cement shelters is better than every 6 days cement shelter.

Keywords: muscovy,the frequency of the collecting,the quality of semen

26 , Vol. 35, No. 2 September 2017


PENDAHULUAN nutrisi, manajemen dan faktor
Itik merupakan ternak yang keturunan, selain dipengaruhi teknik
termasuk spesies unggas air. Berbagai penampungan dan frekuensi
macam jenis itik dapat kita jumpai dan penampungan semen (Setioko, 1981).
sangat memiliki potensi untuk Spermatozoa dibentuk melalui
dikembangkan. Unggas air terdiri dari proses spermatogenesis, yaitu suatu
ternak entok, itik, tiktok dan angsa. proses kompleks yang meliputi
Beberapa jenis unggas air ini mempunyai pembelahan dan diferensiasi sel dan
potensi yang besar baik sebagai dimulai pada saat hewan mencapai
penghasil telur maupun daging. dewasa kelamin. Hardjopranjoto (1995)
Tingginya konsumsi daging entok oleh menyatakan bahwa proses
masyarakat tidak diimbangi dengan spermatogenesis terdiri dari 4 tahapan
ketersediaan bibit oleh peternak. Inovasi yaitu tahap proliferasi, tahap tumbuh,
teknologi Inseminasi Buatan (IB) tahap menjadi masak tahap terahir yaitu
merupakan alternatif pemecahan tahap transformasi. Pembentukan
masalah tentang pengadaan bibit dalam spermatozoa dari spermatogonia
waktu singkat serta digunakan untuk didalam tubulus semiferus
memperbanyak ternak bibit unggul atau membutuhkan waktu selama 5 minggu
untuk keperluan penelitian. Inseminasi (Salisbury dan VanDemark, 1985).
buatan pada itik merupakan suatu proses Kualitas semen semen juga
pemasukan semen ke dalam saluran dipengaruhi oleh umur dalam
reproduksi itik betina dengan bantuan epididimys. Peningkatan umur pada
manusia. spermaozoa mengakibatkan penurunan
Pelaksanaan IB pada itik masih kualitas pada spermatozoa. Salisbury
belum umum dilakukan bagi peternak dan Van Demark (1985), bahwa kualitas
kecil, padahal prospek dan keuntungan sperma menurun seiring dengan
yang diperoleh dengan menggunakan IB penambahan umur didalam epididymis,
ini cukup baik. Tingkat fertilitasyang pejantan-pejantan sapi yang dikawinkan
diperoleh dengan IB sangat dipengaruhi setelah 1 - 10 hari memiliki daya
oleh kualitas semen, teknik pengenceran kesuburan 89%, setelah 21 - 30 hari
dan pengencer yang digunakan, dosis hanya 36% dan setelah 31 - 40 hari
inseminasi dan teknik IB. Manajemen hanya 20%.
penampungan semen sangat penting Tujuan dari Penelitian ini adalah
dilakukan oleh peternakan pembibitan untuk mengetahui dan mempelajari
yang menerapkan teknik IB. Seekor karakteristik semen entok pada
pejantan yang sudah dewasa kelamin frekuensi penampungan yang berbeda
setiap saat dapat mengeluarkan semen, serta mengetahui frekuensi
tetapi untuk menghasilkan semen yang penampungan semen yang tepat untuk
berkualitas baik diperlukan pengaturan pelaksanaan inseminasi buatan dan
frekuensi penampungan semen yang mengetahui frekuensi penampungan
tepat. yang optimal sehingga penggunaan
Frekuensi ejakulasi pada pejantan dapat dioptimalkan. Manfaat
perkawinan alam ataupun frekuensi yang diperoleh dari penelitian ini adalah
penampungan semen pada pelaksanaan memberikan informasi mengenai semen
IB akan mempengaruhi volume dan entok yang berkualitas baik berdasarkan
konsentrasi semen (Toelihere, 1993). frekuensi penampungan sehingga dapat
Produksi dan kualitas semen sendiri digunakan sebagai pedoman dalam
dipengaruhi olehp hotoperiod, musim, pelaksanaan inseminasi buatan (IB).

Abdullah Zabiq *, Daud Samsudewa **, Sutiyono ** : Evaluasi Kualitas Semen Entok (Cairina Moschata) 25
METODE PENELITIAN dilakukannya pemilhan entok yang akan
digunakan sebagai obyek penelitian.
 Materi yang digunakan dalam Persiapan pejantan yaitu melatih entok
penelitian antara lain, 4 entok jantan jantan untuk dapat ditampung
dengan bobot badan antara 3 – 4 kg, telah spermanya menggunakan vagina
mencapai dewasa kelamin,libido tinggi, buatan. Entok yang digunakan yaitu 4
sehat dan tidak cacat. Perlakuan yang ekor entok jantan yang terdiri dari 2 ekor
diberikan yaitu dengan penampungan entok dengan bobot badan antara 3,5 –
semen selama 3 hari sekali dan 6 hari 4 kg (T1) dan 2 ekor entok dengan bobot
sekali dengan masing –masing perlakuan badan antara 3,5 – 4 kg (T2). Setelah
2 ekor. pejantan dapat ditampung, kemudian
Penelitian ini dilakukan dengan dilakukan seleksi pejantn. Syarat
beberapa tahapan yang diawali dengan pejantan entok yang menjadi materi
persiapan yaitu pembuatan rancangan penelitian yaitu mempunyai libido tinggi,
penelitian dan pemilihan entok yang akan telah mencapai dewasa kelamin, mudah
digunakan sebagai obyek penelitian. ditampung dan memilikikualitas semen
Ta h a p k e d u a y a i t u p e r l a k u a n yang baik. Pemberian pakan dilakukan
penampungan semen entok sesuai sehari 2 kali pagi dan sore, pakan yang
jadwal, kemudian tahap ketiga yaitu diberikan adalah campuran dari bahan
pembuatan preparat ulas dan akan pakan yang yang disajikan pada
dilanjutkan evaluasi semen secara Tabel.1.
makroskopis dan mikroskopis.
Tahap persiapan diawali dengan
Tabel 1. Campuran pakan yang digunakan
Bahan Pakan Komposisi (%)
Jagung 50
Konsentrat 30
Dedak 15
Tepung Cangkang Keong 1
Tepung Ikan 4
Jumlah 100

Pengambilan data dilakukan Rancangan yang digunakan pada


dengan penampungan semen 4 ekor penelitian ini yaitu menggunakan
entok. entok ditampung terlebih dahulu rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2
kemudian diuji kualitasnya dan perlakuan dan 4 ulangan.Perlakuannya
digunakan sebagai dasar untuk adalah penampungan 3 hari sekali (T1)
menentukan entok yang menghasilkan dan 6 hari sekali (T2). Data yang
semen yang layak untuk diperoleh dari penelitian ini dilakukan
diteliti.Penampungan semen yang analisis menggunakan analisis t-test
digunakan untuk penelitian dilakukan dengan ketelitian sampai p<0,05.
pada pagi hari (07.00 – 08.00) WIB dan
sore hari (16.00 - 17.00) WIB. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan semen segar meliputi Hasil penampungan semen pada
volume, pH, warna, konsistensi, gerak 4 ekor Entok yang dilakukan dari bulan
massa, motilitas, konsentrasi dan Agustus hingga bulan September 2016
abnormalitas. sebanyak 4 kali penampungan,
Rancangan Percobaan dan didapatkan hasil rataan Volume dan pH
Analisis Data semen segar disajikan pada Tabel 3.

28 , Vol. 35, No. 2 September 2017


Tabel 3. Kualitas semen makroskopis dan mikroskopis pada penampungan 3 dan 6 hari
Penampungan
Kualitas semen
3 hari sekali 6 hari sekali
a a
Volume 0,69 0,78
a a
pH 7,53 8,04
a a
Warna Putih susu Putih susu
a a
Konsistensi Kental Kental
a b
Gerak masa 3,50 2,56
Motilitas 81,11%a 73,23%b
a a
Konsentrasi 1395,00 juta/ml 1353,19 juta/ml
a a
Abnormalitas 2,39% 2,68%
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05). Superskrip yang
sama pada baris yang sama menunjukkan tidakberbeda nyata (p>0.05).

Volume semen yang dihasilkan karena hasil asam laktat juga tinggi.
dipengaruhi oleh variasi individu dan Semakin banyak asam laktat yang
campuran cairan yang dikeluarkan oleh terbentuk maka pH semen akan semakin
kelenjar asesoris pada saluran rendah dan spermatozoa akan banyak
reproduksi sehingga volume semen yang yang mati. Johari et al. (2009)
dihasilkan sama. Sedangkan pada menyatakan bahwa semakin rendah nilai
penelitian ini menggunakan entok yang pH maka spermatozoa yang hidup akan
memiliki kriteria yang sama maka jumlah semakin sedikit dkarenakan adanya
cairan yang dikeluaran oleh kelenjar produksi asam laktat. pH yang rendah
asesoris juga akan sama. Penampungan dapat merusak membran sel sperma.
3 dan 6 hari digunakan hanya Membran sel sperma tersusun dari lemak
mempengaruhi lama sperma di dalam dan protein, lingkungan yang asam dapat
saluran reproduksi dan daya tampung merusak struktur protein pada membran
sperma di epididimis diduga sudah penuh sel (Sumadi dan Marianti, 2007). Jika
dalam waktu 3 hari. Sehingga volume membran sel rusak maka banyak zat –
yang dihasilkan dari penampungan 3 dan zat bebas masuk didalam sel sperma dan
6 hari sekali tidak berbeda nyata. dapat berakibat pada gangguan
Hardjopranjoto (1995) menyatakan m e t a b o l i s m e s e l . L u b i s ( 2 0 11 )
bahwa volume semen dipengaruhi oleh menyatakan bahwa penurunan pH ini
campuran cairan yang dikeluarkan dapat menghambat aktivitas
kelenjar asesoris dan bangsa ternak, metabolisme sperma dan juga dapat
pada ternak babi mempunyai volume berakibat kematian sperma. Pada
lebih besar dibandingkan dengan kuda. penampungan 3 dan 6 hari sekali
Tambing et al. (2003) menyatakan bahwa menghasilkan konsentrasi yang tidak
beragamnya volume semen pada saat berbeda nyata (tabel. 6) maka asam
penampungan dipengaruhi oleh laktat yang dihasilkan oleh metabolisme
perbedaan individu ternak. sel sperma diduga juga sama. Sehingga
pH semen dipengaruhi oleh asam pH semn yang dihasilkan pada
laktat yang dihasilkan oleh metabolisme penampungan 3 dan 6 hari tidak berbeda.
didalam sel sperma. Lubis (2011) Wa r n a s e m e n m e r u p a k a n
menyatakan bahwa Metabolisme gambaran dari kenormalan dan
menghasilkan asam laktat. Jika kekentalannya. Konsistensi sangat erat
Konsentrasi sperma di dalam semen hubungannya dengan warna semen.
tinggi maka pH semen akan rendah Konsistensi kental biasanya berwarna

Abdullah Zabiq *, Daud Samsudewa **, Sutiyono ** : Evaluasi Kualitas Semen Entok (Cairina Moschata) 29
putih keruh atau putih krem, konsistensi yang memiliki umur lebih tua akan lebih
sedang biasanya berwarna putih dan cepat mati dibandingkan sel sperma yang
konsistensi yang encer biasanya muda. Sehingga sperma yang lebih tua
berwarna bening. Konsistensi semen akan lebih banyak yang mati dan gerak
bervariasi, yaitu dari suspensi keruh dan massa yang dihasilkan rendah. Salisbury
tebal sampai suatu cairan encer dan Van Demark (1985) menyatakan
(Toelihere, 1993). Warna dan konsistensi bahwa sperma akan mengalami
yang diperoleh dipengaruhi oleh penurunan kualitas seiring dengan
konsentrasi sperma. Jika konsentrasi penambahan umur. Kedua perlakuan ini
tinggi konsistensi akan semakin kental menunjukkan gerak massa spermatozoa
dan warna akan semakin keruh. yang baik yaitu terllihat gelombang –
Sedangkan warna dan konsistensi pada gelombang yang besar, gelap, banyak,
penampungan 3 dan 6 hari tidak berbeda t e b a l d a n a k t i f . To e l i h e r e ( 1 9 9 3 )
nyata (tabel. 3). Warna dan konsistensi menyatakan bahwa spermatozoa dalam
ini berhubungan dengan semen dalam satu kelompok mempunyai kecendrungan
mengandung sel sperma. Pada untuk bergerak bersama-sama kesatu
penampungan 3 dan 6 hari arah merupakan gelombang-gelombang
menghasilkan konsentrasi sel sperma yang tebal atau tipis, bergerak cepat atau
yang tidak berbeda nyata. Sehingga lambat tergantung dari konsentrasi
warna dan konsistensi pada sperma hidup didalamnya. Lestari (2005)
penampungan 3 dan 6 hari didapatkan menyatakan bahwa Gerakan massa
hasil yang tidak berbeda. Warna semen spermatozoa mencerminkan gerakan
akan semakin keruh dan konsistensi individu spermatozoa. Semakin aktif dan
semen akan semakin kental dengan semakin banyak spermatozoa yang
semakin tingginya konsentrasi bergerak, maka gerakan massa pun
s p e r m a t o z o a . To e l i h e r e ( 1 9 8 1 ) semakin bagus.
menyatakan bahwa pada semen sapi Motlitas pada penampungan 3 hari
dengan konsistensi krem mempunyai sekali lebih tinggi dari penampungan 6
konsentrasi 1000 – 2000 juta lebih per hari, motilitas sperma dipengaruhi oleh
ml. Konsistensi seperti susu encer peningkatan umur spermatozoa di dalam
memilik konsentrasi 500 – 600 juta lebih saluran epididimis. Peningkatan umur
sel per ml. Semen cair yang sedikit pada spermatozoa mengakibatkan
berawan konsentrasi hanya 100 juta sel penurunan motilitas. Penurunan motilitas
per ml dan yang jernih seperti air kurang ini terjadi karena penurunan fungsi
dari 50 juta per sel. fisiologis sel, penurunan fungsi sel
 Rata-rata gerak massa yang sperma juga akan berakibat pada
dhasilkan berbeda nyata (p<0.05) . Hasil mitokondria. Mitokondria adalah tempat
yang berbeda disebabkan karena sintesis ATP (Sumadi dan Marianti, 2007).
peningkatan umur spermatozoa dalam Jika mitokondria mengalami gangguan
epididymis. Peningkatan umur pada maka sintesis ATP akan berkurang
spermatozoa mengakibatkan penurunan sehingga sperma yang lebih tua tidak
motilitas sehingga spermatozoa menjadi mendapatkan suplai ATP yang cukup dan
menurun kualitasnya sebelum motilitas yang dihasilkan menjadi rendah.
diejakulasikan dan akan menghasilkan Salisbury dan VanDemark (1985)
gerak massa yang rendah pada saat menyatakan bahwa sperma akan
diejakulasikan. Sperma yang memiliki mengalami penurunan kualitas seiring
umur lebih tua akan menurunkan fungsi dengan penambahan umur, jangka waktu
fisiologis selnya metabolisme yang sperma sapi yang subur dalam epididimis.
terjadi juga akan menurun dan sperma Wahyuningtyas et al., (2012) menyatakan

30 , Vol. 35, No. 2 September 2017


bahwa motilitas spermatozoa merupakan diduga tidak menyebabkan terjadinya
gerakan spermatozoa lurus kedepan, abnormalitas primer pada sperma akan
aktif, lincah dan memiliki irama getar yang tetapi mempengaruhi umur spermatozoa
teratur. Motilitas pada penelitian ini didalam epididimis. Sehingga hasil
menunjukkan perbedaan yang sangat abnormalitas pada penelitian tidak
nyata pada frekuensi penampungan yang berbeda. Toelihere (1977) menyatakan
dilakukan 3 hari sekali. Nilai ini jauh bahwa abnormalitas pada sperma dapat
berbeda dibandingkan dengan frekuensi terjadi karena kelainan-kelainan pada
penampungan yang dilakukan 6 hari tubuli seminiferi dan gangguan testikuler.
sekali. Nilai abnormalitas yang dihasilkan sangat
Konsentrasi sperma yang baik sehingga masih dapat digunakan
dihasilkan disebabkan karena kapasitas untuk Inseminasi Buatan (IB) dan dapat
saluran epididimis dalam menampung menghasilkan fertilitas yang tinggi.
konsentrasi. Konsentrasi sperma dalam Putranti et al. (2010) menyatakan bahwa
epididimis diduga sudah penuh saat abnormalitas spermatozoa tidak lebih dari
mencapai 3 hari. Setelah 20% masih dapat digunakan untuk
spermatogenesis sperma akan masuk pembuahan.
pada saluran epididimis dan banyak
sedikitnya sperma akan dipengaruhi KESIMPULAN DAN SARAN
panjang dan kapasitas dari saluran Berdasarkan hasil penelitian yang
tersebut. Konsentrasi sperma diduga telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penuh setelah mencapai 3 hari, sehingga kualitas semen hasil penampunagn 3 hari
pada penampungan 3 dan 6 hari sekali sekali lebih baik dari penampungan 6 hari
menghasilkan konsentrasi yang tidak sekali.Pelaksanaan Inseminasi Buatan
b e r b e d a n y a t a . To e l i h e r e ( 1 9 7 7 ) (IB) sebaiknya dilakukan dengan
menyatakan bahwa sapi memiliki kira menggunakan semen hasil
–kira 7 milyar diluar testis yang terbagi penampungan 3 hari sekali. Perlu
yaitu 19 milyar di caput (29%), 5 milyar di dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
corpus (7%), 37 milyar di cauda mengetahui fertilitas dengan
epididimis (53%), 2 milyar di ductus menggunakan semen yang ditampung 3
deferens (3%) dan 6 milyar di ampula hari sekali dan 6 hari sekali.
(8%). Salibury dan Vandemark (1985)
menyatakan bahwa konsentrasi DAFTAR PUSTAKA
spermatozoa dipengaruhi oleh Blakely, J dan Bade, D. H. 1998. Ilmu
perkembangan seksual, tingkat Peternakan, Edisi 4. UGM Press,
kedewasaan pejantan, kualitas pakan, Yogyakarta.
umur pejantan, musim, dan perbedaan Burrows, W. H and Quinn J. P., 1937.
letak geografis. The collection of spermatozoa
Rata-rata persentase from the domestics fowl and
abnormalitas yang dihasilkan masih turkey. Poult. Sci. 16:19-24.
tergolong normal dan masih dapat Chavez, E.R. and A. Lasmini. 1977.
digunakan untuk pembuahan. Artificial Insemination for Ducks. P4
Abnormalitas primer terjadi ketika proses (Pusat Penelitian dan
spermatogenesis. Abnormalitas primer Pengembangan Peternakan)
disebabkan karena kelainan – kelainan Repor. pp. I – 8.
pada tubuli seminiferi dan gangguan Dethan, A. A., Kustono dan H. Hartadi.
testikuler spermatozoa dan terjadi ketika 2010. Kualitas dan kuantitas
spermatogenesis. Sedangkan lama jeda sperma kambing Bligon jantan yang
waktu pada penampungan 3 dan 6 hari diberi pakan rumput gajah dengan

Abdullah Zabiq *, Daud Samsudewa **, Sutiyono ** : Evaluasi Kualitas Semen Entok (Cairina Moschata) 31
suplementasi tepung darah. Inseminasi Buatan pada Sapi.
Buletin Peternakan. 34: 145 – 153. Universitas Gadjah Mada Press.
Elya, B., D. Kusmana dan N. Krinalawaty. Yo g y a k a r t a . ( Te r j e m a h : R .
2010. Kualitas spermatozoa dari Djanuar)
tanaman Polyscias guilfoylei. ________. 1993. Fisiologi Reproduksi
Makara, Sains. 14: 51 – 56. pada Ternak. Angkasa. Bandung
Garner, D.L. and E.S.E. Hafez. 2000. Setioko, A.R . 1981 . Tlne effect of
Spermatozoa and seminal Plasma. Frequency of Semen Collection
Dalam B. Hafez dan E.S.E. Hafez. and Semen Characteristics on
Reproduction In Farm Animal 7th Fertility of Pekin Drakes Semen. A.
ED. Lippinicot Williams and Wilkins M .Sc . Thesis. Dep. of Animal
pHiladel pHia. USA Science and Prod. University of
Gilbert, A. B. 1980. Poultry. In : E.S.E. Western Australia.
Hafez (Ed). Reproduction in farm Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas
animals. 4th Ed. Lea and Febiger, Air. Cetakan ke-3. Gadjah Mada
Philadelphia. Pp 423-446. University Press. Yogyakarta.
Hafez, E. S. E., 1993. Semen Sundari, T. W., T. R. Tagama, dan
Evaluation. In: Hafez, E.S.E. (Ed.) Maidaswar. 2013. Korelasi kadar
Reproduction in Farm Animals. 6 pH semen segar dengan kualitas
the d. Lea & Febiger, Philadelphia. semen sapi limousin di balai
pp:405-423 inseminasi buatan lembang. Jurnal
Hunter, R. H. F. 1995. Fisiologi dan Ilmiah Peternakan 1: 1043-1049
Teknologi Reproduksi Hewan Suprijatna, E., Atmomarsono, U., dan
Betina Domestik. ITB, Bandung. Kartasudjana, R., 2005. Ilmu
(Terjemahan: D.K Harya Putra). Dasar Ternak Unggas. Penebar
Lestari, T. P. S., M. N. Ihsan dan N. Swadaya, Jakarta.
Isnaini. 2014. Pengaruh waktu Tambing, S. N., M. R. Toelihere, T. L.
simpan semen segar dengan Yusuf, B. Purwantara, I. K. Sutama
pengencer Andromed pada suhu dan P. Z. Situmorang. 2003.
ruang terhadap kualitas semen Kualitas semen beku kambing
kambing Boer. J. Ternak Tropika. Saanen pada berbagai jenis
15: 43 – 50. pengencer semen. Hayati. 10: 146
Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi – 150.
Hewan. Penerbit Mutiara, Cet. Ke- Tans, N.S . 1980 a. The Frequency of
3,Jakarta. Semen Collection and Semen
Putranti, O. D., Kustono dan Ismaya. Production in Muscovy Ducks.
2010. Pengaruh penambahan BritishPoultry Science 21 : pp. 265 -
crude tanin pada sperma cair 2 7 2 . To e l i h e r e , M . R . 1 9 8 5 .
kambing Peranakan Etawa yang Inseminasi Buatan Pada Ternak.
disimpan selama 14 hari terhadap Penerbit Angkasa, Bandung.
viabilitas spermatozoa. Buletin To e l i h e r e , M . R . 1 9 9 3 . F i s i o l o g i
Peternakan. 34: 1 – 7. Reproduksi pada Ternak. Angkasa.
Robert, S.J. 1971. Veterineary Obstetries Bandung.
and Genital Diseases . 2nd Ed. Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan
Published by the Anthor Ithaca. pada Ternak. Penerbit Angkasa,
Salisbury, G. W. dan N. L. VanDemark. Bandung.
1985. Fisiologi Reproduksi dan

32 , Vol. 35, No. 2 September 2017

Anda mungkin juga menyukai