Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS

GRAVIMETRIKELOMPOK 4
ANGGOTA :
1. Arsi Zahwa Kholipiah (066121030)
2. Dinda Nurul Purwana (066121007)
3. Karmilah (066121008)
4. Wilden Maulana Rivaldi (066121026)
Tujuan praktikum

01 02 03

Mengetahui prinsip Menghitung kadar abu


dan prosedur metode Menghitung kadar air
simplisia simplisia
gravimetri
Dasar teori
Analisis Gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. bagian
terbesar dari penetuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni
stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetric
memakan waktu cukup lama, adanya pengotor pada zat konstituen dapat di uji dan bila perlu faktor – faktor
koreksi dapat digunakan(Amborowati, 2009).
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dibandingkan dengan cara pemeriksaan
kimia lainnya. Pekerjaan analisis secara gravimetric ini dapat dibagidalam beberapa langkah sebagai berikut,
yaitu pengendapan, penyaringan, pencucian endapan pengeringan, pemanasan atau pemijaran
dan penimbangan endapan hingga konstan(Lubis, 2013).
Analisis gravimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dengan penimbangan berat zat setelah diperlukan
sedemikian rupa sehingga zat tersebut diketahui beratnya dengan pasti dan berada dalam keadaan stabil.
Komponen yang akan ditentukan diubah menjadi suatu endapan yang stabil dan selanjutnya dapat diubah
bentuk menjadi senyawa yang mudah untuk ditimbang. suatu zat dengan gravimetri umumnya dilakukan dengan
reaksi kimia (Nurfiah, 2013).
Adapun metode-metode dalam gravimetri adalah metode pencatatan, metode penguapan, metode
elektrolisis. Sedangkan Faktor-faktor yang mempengaruhi analisis gravimetri yaitu komponen yang ditentukan
harus mengendap secara sempurna, harus dapat dipisahkan denganmudah dari solusi dengan filtrasi,
penempatan yang dipertimbangkan harus bersifatmurni. adapun tahapan-tahapan dalam analisisgravimetri
adalah pembentukan tempat, pencernaan/penuaan, cuci deposit, pemisahan, pengeringan atau pengabuan,
pendinginan dan penimbang sebuah(Amborowati, 2009).
Kadar abu merupakan analisis untuk menentukan kandungan
mineral yang terkandung pada jaringan tanaman setelah
proses pembakaran. Kadar abu dari bahan pangan menunjukan
sisa bahan anorganik yang tersisa setelah bahan organik
dalam makanan didestruksi, dan kadar abu yang baik pada
sampel uji kali ini adalah tidak lebih dari 5,6%.Prinsipnya
adalah menguapkan molekul air bebas yang ada dalam sampel.
Kemudian sampel ditimbang sampai didapat bobot konstan yang
diasumsikan semua air yang terkandung dalam sampel sudah
diuapkan. Selisih bobot sebelum dan sesudah pengeringan
merupakan banyaknya air yang diuapkan. Pada literatur yang
ada syarat kadar air yang baik adalah tidak lebih dari 10%.
Cara kerja pengujian kadar air
1. Di timbang cawan kosong dengan timbangan analit
2. Di timbang simplisia sebanyak 1 gram
3. Di masukan simplisia ke dalam oven selama 30 menit dengan suhu tetap yaitu 105°C
4. Di ambil simplisia setelah 30 menit lalu diamkan agar dingin
5. Dimasukan simplisia ke dalam desikator selama 15 menit agar bobot menjadi tetap
6. Diambil lalu timbang simplisia
7. Di hitung kadar air (simplisia akan terus di oven hingga bobot di nyatakan bobot tetap).
Cara kerja pengujian kadar abu
1. Sebelum pengujian pastikan cawan krus dengan bobot yang konstan agar tidak mempengaruhi kadar
abu
2. Panaskan cawan pada tanur selama 30 menit dengan suhu 600°C
3. Di dinginkan cawan
4. Di timbang cawan agar memperoleh bobot yang konstan/tetap
5. Di hitung cawan krus kosong dengan memperoleh bobot yg konstan
6. Di masukan simplisia ke dalam cawan
7. Di lakukan proses pengarangan dengan menempatkan cawan ke pada api langsung di labu spirtus,
pada prosesnya akan timbul asap, proses pengarangan berakhir jika asap sudah hilang
8. Di masukan cawan ke dalam tanur, panaskan suhu sampai 600°C pengujian di lakukan sampai
mencapai bobot abu yang tetap
9. Dikeluarkan cawan dalam tanur dan diamkan sampai dingin
10. Di simpan cawan ke dalam desikator agar cawan dan semple tidak menyerap air.
11. Di hitung kadar abu.
rumus

01 Kadar air

02 Kadar abu
Data pengamatan
Data Pengamatan Kadar Air

         
Berat Berat Berat Berat cawan isi setelah di % kadar
cawan cawan simplisia keringkan
kosong isi I II III IV

               
Data Pengamatan Kadar Abu
20,169 22,239 2,07 22,08 21,98 21,97 21,96 13,01449
16 16 16 96 2874 %
         
Berat krus Berat krus Berat Berat krus isi setelah di  
kosong isi sampel keringkan % kadar
I II

           
42,2145 44,3245 2,11 42,4145 42,413 9,4075829 %
perhitungan
● Perhitungan kadar air pada simplisia : ● Perhitungan kadar abu simplisia:
1. Prinsip gravimetri
pembahasan
Analisis gravimetri mempunyai prinsip, yaitu dengan memfokuskan jumlah bobot sebuah sampel pada pengukurannya dapat dilakukan dengan
cara menghitung zat, menghitung volume atau menghitung kadar konsentrasinya atau ada pula yang lain unsur prinsip gravimetri yaitu
prinsip-prinsip analisis gravimetri :

1.Cara pengendapan Pada cara pengendapan ini contoh dilarutkan lalu direaksikan sehingga terjadi suatu endapan, endapan yang terjadi
kemudian ditimbang.

2.Cara penguapan Pada cara penguapan ini contoh direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga dihasilkan suatu gas atau dapat juga dipanaskan
sehingga memecah menghasilkan gas. Jumlah gas dapat dicari secara langsung yaitu gas yang terjadi ditimbang setelah diserap oleh suatu
bahan yang khusus untuk gas yang bersangkutan atau secara tidak langsung, yaitu analit yang ditimbang setelah bereaksi berat gas diperoleh
sebagai selisih berat analit yang ditimbang sebelum dan setelah bereaksi.

3.Cara Elektrogravimetri Cara elektrogravimetri ini endapan yang dibentuk secara elektrokimia, dengan perkataan lain analit dielektrolisis,
sehingga terjadi logam sebagai endapan.

2. Tujuan dilakukannya gravimetr Gravimetri dalam ilmu kimia merupakan salah satu metode kimia analitik untuk menentukan kualitas suatu zat
atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan
 
3.Fungsi dari setiap bahan dan alat
Kegunaan dari setiap alat dan bahan yang di peratikumkan adalah :
1. Cawan porselin berfungsi sebagai tempat mereaksikan zat kimia pada suhu tinggi tepat menggerakan bahan kemudian sekaligus tempat
membuka bahan
2. Tibangan analit berfungsi untuk mngukuur masa kecil dalam suatu miligram.
3. Oven berfngsi untuk memanasknan dan mengeringkan sample melakukan seteril syarat bobot kostan adalah selisih penimbangan penimbangan
tida boleh lebih dari 0,25% dari bobot awal bobot timbangan dan estrak di panasakan pada suhu 105oC selama 30 menit sampi di peroleh
bobot kostan.
4. Desikator berpungsi sebagai alat yang bisa menghilakan air dan keristal hasil pemurniaan
5. Kaki tiga erfungsi sebagai penyangga riga dan sebagai penahan kawat kasa ketika terjadi peroses pemanasan
6. Segitiga peroselin di gunakan sebagai alat untuk penyangga atu penahan wadah sepertikrus saat pemansan api berlangsung
7. Cawan krus di gunakan untuk menampung senyawa kimia pada proses pemanasan yang menggunakan temperatur yang sanggat tinggi
8. Labu sepirtus berpungsiuntuk pemanasan karena uapnya yang tida berasap
9. Kerustang berfungsi untuk menggambil wadah ketika masaih dalam ke adaan panas
10. Tanur berpungsi sebagai alat panas ( Pembakar ) mekanis bersuhu sangat tnggi yang mengubah
11. Bahan simplisia juga berhasiat debsgsi obat sariyawan,obat batuk,antiseptikum,obat kumu,obat diare.
4. Jelaskan perbedaan cara penetapan kadar air dengan kadar abu!
Prinsip penentuan kadar air dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu tergantung pada sifat bahannya. Umumnya penentuan kadar air
dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-110 derajat celcius selama 3 jam atau sampai mendapatkan berat konstan,
sedangkan pada penetapan kadar abu terdiri dari du acara yaitu pengabuan basah dan pengabuan kering. Pengabuan kering menggunakan
tingginya panas dan adanya oksigen dalam menentukan komponen mineral. Metode pengabuan kering banyak dilakukan untuk analisis kadar
abu. Caranya dalah dengan mendestruksi komponen organic contoh dengan suhu tinggi di dalam tanur (furnace) pengabuan, tanpa terjadi
nyala api sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan dan berat tetap (konstan) tercapai. Oksigen yang terdapat di dalam udara bertindak
sebagai oksidator. Oksidasi komponen organic dilakukan pada suhu tinggi 550-600 derajat celcius. Residu yang tertinggal ditimbang dan
merupakan total abu dari suatu contoh pengabuan basah menggunakan oksidator-oksidator kuat (asam kuat).
5. Syarat bobot dikatakan tetap itu berapa?
Bobot tetap atau berat konstan pada penetapan susut pengeringan dan penetapan sisa pemijaran dimaksudkan bahwa dua kali penimbangan
berturutturut berbeda tidak lebih dari 0,0025 tiap gram sisa yang ditimbang. Penimbangan dilakukan setelah zat dikeringkan atau dipijarkan
lagi selama 1 jam. Dengan pernyataan bobot yang dapat di abaikan, di maksudkan bobot yang tidak lebih dari 0,0025. Pada analisis gravimetri
ini dapat dikatakan sebagai syarat bobot stabil apabila pada percobaan kadar air yang dinyatakan yaitu sediaan kadar airnya tidak melebihi
kadar 10% dan selisih hasil kadar pertama, kedua dan seterusnya >0,25%. Sedangkan pada kadar abu untuk penentuan sediaan kadar tidak
melebihi kadar 25% sesuai dengan literatur yang tertera dan kadar abu yang baik pada sampel uji kali ini adalah tidak lebih dari 5,6%. Apabila
dalam percobaan ini diperoleh kadar yang melebihi kadar yang berlaku, maka dapat dikatakan tidak memenuhi syarat pada bobot tersebut dan
akan mengakibatkan senyawa yang diperoleh tidak sesuai
yang diharapkan atau dari komposisi yang tidak sesuai dan tidaknya dalam bentuk yang murni
sehingga dalam perhitungan kadar yang didapatkan melebihi literatur yang ditentukan sehingga
dapat dikatakan bobot tersebut tidak tetap. Pada percobaan yang dilakukan pada kadar air dan abu
yang diperoleh sudah memenuhi syarat bobot berdasarkan literatur karena sediaan yang diperoleh
tidak melebihi 10% untuk kadar air serta selisih antara kadar air yang pertama sama yang kedua
dan seterusnya adalah 0,25%, sedangkan selisih kadar abu yang baik pada sampel uji kali ini
adalah tidak lebih dari 5,6% dan bobot sediaan tidak melebihi 10%.

6. Apakah hasil percobaan memenuhi syarat atau tidak? Jika tidak memenuhi syarat jelaskan
Penyebabnya?
Berdasarkan data hasil pengamatan percobaan kelompok kami, dapat ditentukan kadar air dan kadar
abu. Hasil Kadar air yaitu 13,014492874 % dan kadar abunya sebesar 9,4075829 %. Penentuan kadar
air dan kadar abu ini menggunakan prinsip gravimetri. Metode gravimetri ini memakan waktu yang
cukup lama, karena menggunakan prinsip penimbangan. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan
neraca analitik dengan ketelitian empat angka di belakang koma.Berdasarkan praktikum yang
dilakukan didapatkan kadar nilai kadar air tertinggi yaitu pada pemanasan ke 4 sebesar 21,9696 %
sedangkan nilai terendah yaitu pada pemanasan ke 1 sebesar 22,0816%. Pada praktikum kali ini
diperoleh nilai kadar air bahan yang tetap konstan, karena pengovenan dilakukan secara berulang –
ulang.
Sehingga selisih timbangan pemanasan ke 4 dan ke 3 adalah 0,002%. Dalam hal ini hasil
kadar air sangat stabil, karena selisih antara kadar air yang ketiga dan keempat yaitu 0,002%
<0,25%. Tetapi untuk kadar air dalam sediaan tidak tepat karena melebihi 10 %. Suhu pengeringan
juga berpengaruh terhadap nilai kadar air yang didapat, apabila suhu tidak stabil maka hasil yang
didapat kandungan air pada bahan menguap atau tetap terikat dengan bahan yang menyebabkan
kandunga air yang terdapat pada bahan tidak menguap sama sekali. Dalam praktikum ini, suhu yang
digunakan adalah 100-105℃.Sedangkan pada percobaan yang didapatkan dari nilai kadar abu tertinggi
yaitu pada pemanasan ke 1 sebesar 42,4145% sedangkan nilai terendah yaitu pada pemanasan ke 2
sebesar 42,413%. Pada praktikum kali ini diperoleh nilai kadar abu bahan yang tetap konstan,
karena pengovenan dilakukan secara berulang – ulang. Sehingga selisih timbangan pemanasan ke 1
dan ke 2 adalah 0,0015%. Dalam hal ini hasil kadar air sangat stabil, karena selisih antara kadar
air yang pertama dan kedua yaitu 0,0015% <0,25%. Dalam hal ini hasil kadar abu sangat stabil,
karena selisih antara kadar air yang ke satu dan ke tiga yaitu 0,0015% <0,25% dan
untuk kadar abu dalam sediaan juga udah tepat (tidak lebih 25%).
kesimpulan
1. Analisis gravimetri mempunyai prinsip, yaitu 4. Di peroleh hasil kadar Air yaitu 13,014492874 %, pada
dengan memfokuskan jumlah bobot sebuah sampel kadar air di ketahui bahwa bobotnya tidak tentu atau
pada pengukurannya dapat dilakukan dengan cara konstan karena melebihi dari syarat kadar air yaitu 10 %.
menghitung zat, menghitung volume atau menghitung Penyebabnya bisa terjadi karena Suhu pengeringan juga
kadar konsentrasinya berpengaruh terhadap nilai kadar air yang didapat, apabila
suhu tidak stabil maka hasil yang didapat kandungan air
pada bahan menguap atau tetap terikat dengan bahan yang
menyebabkan kandunga air yang terdapat pada bahan
tidak menguap sama sekali
2. metode-metode dalam gravimetri diantaranya metode
pencatatan, metode penguapan, metode elektrolisis.

3. tahapan-tahapan dalam analisisgravimetri adalah


pembentukan tempat, pencernaan/penuaan,cucideposit, 5. Di peroleh hasil kadar Air yaitu 9,4075829 %, pada
pemisahan, pengeringan atau pengabuan, pendinginan dan kadar abu di ketahui bahwa bobotnya tetap atau konstan
penimbang sebuah. karena tidak melebihi dari syarat kadar abu yaitu 25 %.

Edit by : Arsizk

Anda mungkin juga menyukai